You are on page 1of 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK SEHAT

KELOMPOK POSYANDU
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Anak I
Dosen Pengampu: Ns. Dini Kurniawati, S.Kep.,M.Psi.

oleh:

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2010
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan
Pada Anak Sehat Kelompok Posyandu. Makalah ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Anak I.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. dr. Sudjono Kardis, Sp. KJ., selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Jember,
2. Ns. Dini Kurniawati, S.Kep.,M.Psi., selaku dosen pembimbing dan
penanggung jawab mata kuliah Anak I,
3. Teman-teman Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember
angkatan 2008 yang telah memberikan dorongan semangat, serta
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Saya menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini
dapat bermanfaat.

Jember, November 2010

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL..............................................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................
ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................
iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................
2
1.3 Tujuan......................................................................................................................
2
1.4 Manfaat....................................................................................................................
2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Imunisasi pada Anak................................................................................................
3
2.2 Antropometri pada Anak.........................................................................................
10
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Askep pada Anak Sehat terkait dengan Program Imunisasi dan Pemenuhan Gizi..
11
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan..............................................................................................................
15

iii
4.2 Saran........................................................................................................................
15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................
16

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam rangka menuju masyarakat yang adil dan makmur maka
pembangunan dilakukan disegala bidang. Pembangunan bidang kesehatan
yang merupakan bagian integral dari penbangunan nasional yamg secara
keseluruhannya perlu digalakkan pula. Hal ini telah digariskan dalam sistem
kesehatan nasional antara lain disebutkan bahwa, sebagai tujuan
pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi
setiap penduduk atau individu agar dapat menwujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari
tujuan pembangunan nasional. Selanjutnya pembangunan dibidang kesehatan
mempunyai arti yang penting dalam kehidupan nasional, khususnya didalam

iv
memelihara dan meningkatkan kesehatan. Untuk mencapai keberhasilan
tersebut erat kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan sumber daya
manusia sebagai modal dasar pembangunan nasional.
Pengembangan sumber daya manusia merupakan suatu upaya yang besar,
sehingga tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja tanpa adanya
keterlibatan masyarakat. Dalam upaya untuk menurunkan angka kematian
bayi dan anak balita, angka kelahiran agar terwujud keluarga kecil bahagia
dan sejahtera, pelaksanaannya tidak saja melalui, program-program kesehatan
melainkan berhubungan erat dengan program keluarga berencana. Upaya
menggerakkan masyarakat dalam keterpaduan ini digunakan pendekatan
melalui pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD), yang
pelaksanaanya secara operasional dibentuklah pos pelayanan terpadu
(posyandu). Pos pelayanan terpadu ini merupakan wadah titik temu antara
pelayanan professional dari petugas kesehatan dan peran serta masyarakat
dalam menanggulangi masalah kesehatan masyarakat, terutama dalam upaya
penurunan angka kematian bayi dan angka kelahiran.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah dalam makalah ini,
yakni:
1. Bagaimana pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan pada bayi
dengan usia 0-2 tahun?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak sehat terkait dengan
program imunisasi?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak sehat terkait dengan
pemberian gizi atau status nutrisi?

1.3 TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini, yakni:
1. untuk mengetahui pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan pada
bayi dengan usia 0-2 tahun,

v
2. untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak sehat terkait dengan
program imunisasi, dan
3. untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak sehat yang terkait
dengan pemberian gizi atau status nutrisi.

1.4 MANFAAT
Manfaat dari penulisan makalah ini, yakni:
1. dapat mengetahui pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan pada
bayi dengan usia 0-12 tahun,
2. dapat mengetahui asuhan keperawatan pada anak sehat terkait dengan
program imunisasi, dan
3. dapat mengetahui asuhan keperawatan pada anak sehat yang terkait
dengan pemberian gizi atau status nutrisi.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Di dalam posyandu balita dilakukan tindakan preventif. Diantaranya


imunisasi dan pengukuran tumbuh kembang anak untuk mengetahui status nutrisi
anak. Berikut ini merupakan penjelasan dari kedua hal tersebut:

2.1 IMUNISASI PADA ANAK


Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu
penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan
terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang.
Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi
terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi

vi
pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain
diperlukan imunisasi lainnya.
Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena
sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa,
sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak
cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap
dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan
kesehatan dan hidup anak. Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari
imunisasi adalah untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang
sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian
pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan
imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk
rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan lain sebagainya.
Bayi dan anak yang mendapat imunisasi dasar lengkap akan
terlindung dari beberapa penyakit berbahaya dan akan mencegah
penularan ke adik, kakak dan teman-teman disekitarnya. Imunisasi akan
meningkatkan kekebalan tubuh bayi dan anak sehingga mampu melawan
penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin tersebut. Anak yang telah
diimunisasi bila terinfeksi oleh kuman tersebut maka tidak akan
menularkan ke adik, kakak, atau teman-teman disekitarnya. Jadi, imunisasi
selain bermanfaat untuk diri sendiri juga bermanfaat untuk mencegah
penyebaran ke adik, kakak dan anak-anak lain disekitarnya.
Kalau anak tidak diberikan imunisasi dasar lengkap, maka tubuhnya tidak
mempunyai kekebalan yang spesifik terhadap penyakit tersebut. Bila
kuman berbahaya yang masuk cukup banyak maka tubuhnya tidak mampu
melawan kuman tersebut sehingga bisa menyebabkan sakit berat, cacat
atau meninggal.
Anak yang tidak diimunisasi akan menyebarkan kuman-kuman
tersebut ke adik, kakak dan teman lain disekitarnya sehingga dapat
menimbulkan wabah yang menyebar kemana-mana menyebabkan cacat
atau kematian lebih banyak. Oleh karena itu, bila orangtua tidak mau

vii
anaknya diimunisasi berarti bisa membahayakan keselamatan anaknya dan
anak-anak lain disekitarnya, karena mudah tertular penyakit berbahaya
yang dapat menimbulkan sakit berat, cacat atau kematian.
Berdasarkan jenis, cara dan macam imunisasi, maka imunisasi
pada anak mempunyai karakteristik masing-masing, yakni:
1. Imunisasi BCG
Vaksin BCG merupakan vaksin hidup yang memberikan perlindungan
terhadap penyakit TB. Vaksin TB tidak mencegah infeksi TB, tetapi
mencegah infeksi TB berat (meningitis TB dan TB milier), yang
sangat mengancam nyawa. Vaksin BCG dapat memakan waktu 6-12
minggu untuk menghasilkan efek (perlindungan) kekebalannya.
Vaksinasi BCG memberikan proteksi yang bervariasi antara 50%-80%
terhadap tuberculosis.
Ketahanan terhadap penyakit TB (Tuberkulosis) berkaitan dengan
keberadaan virus tubercle bacii yang hidup didalam darah. Itulah
mengapa agar memiliki kekebalan aktif, dimasukkan jenis basil tak
berbahaya ini ke dalam tubuh, alias vaksinasi BCG (Bacillus Celmette-
Guerin). Di Indonesia, vaksin BCG merupakan vaksin yang
diwajibkan pemerintah. Vaksin ini diberikan pada bayi yang baru lahir
sebaiknya diberikan pada umur sebelum 2 bulan. Vaksin BCG juga
diberikan pada anak usia 1-15 tahun yang belum divaksinasi (tidak ada
catatan atau tidak skar), imigran, komunitas travelling, dan pekerja di
bidang kesehatan yang belum divaksinasi (tidak ada catatan atau skar).
Setelah vaksinasi, papul (bintik) merah yang kecil timbul dalam waktu
1-3 minggu. Papul ini akan semakin lunak, hancur, dan menimbulkan
parut. Luka ini mungkin memakan waktu sampai 3 bulan untuk
sembuh. Biarkan tempat vaksinasi sembuh sendiri dan pastikan agar
tetap bersih dan kering. Jangan menggunakan krim atau salep, plester
yang melekat, band aid, kapas atau kain langsung pada tempat
vaksinasi. Vaksin BCG tidak terlepas memberikan efek samping, maka
perlu diketahui bahwa vaksin ini dianjurkan pada seseorang yang

viii
mengalami penurunan status kekebalan tubuh dan uji tuberkulin
positif. Vaksin BCG dapat diberikan bersamaan dengan vaksin lain,
misalnya Dtap/IPV/Hib. Saat memberikan vaksin BCG, imunisasi
primer lain juga diberikan. Lengan yang digunakan untuk imunisasi
BCG jangan digunakan usntuk imunisasi lain selama minimal 3 bulan,
agar tidak terjadi lymphadenitis. Kontraindikasi pemberian vaksin
BCG antara lain adanya penyakit kulit yang berat/menahun seperti
eksim, furunkulosis dan sebagainya dan mereka yang sedang
menderita TBC.(Depkes RI, 2005). Efek samping imunisasi BCG tidak
menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti demam. 1-2 minggu
kemudian akan timbul indurasi dan kemerahan di tempat suntikan yang
berubah menjadi pustula, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak
perlu pengobatan, akan sembuh secara spontan dan meninggalkan
tanda parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di
ketiak dan atau leher, terasa padat, tidak sakit dan tidak menimbulkan
demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan pengobatan dan akan
menghilang dengan sendirinya ( Depkes RI, 2005).

ix
2. Imunisasi Hepatitis B
Di Indonesia vaksinasi hepatitis B merupakan vaksinasi wajib bagi
bayi dan anak karena pola penularannya bersifat vertikal. Imunisasi ini
merupakan langkah efektif untuk mencegah masuknya VHB, yaitu
virus penyebab penyakit hepatitis B. Hepatitis B dapat menyebabkan
sirosis atau pengerutan hati, bahkan lebih buruk lagi mengakibatkan
kanker hati .Imunisasi Hepatitis B untuk mencegah penyakit yang
disebabkan virus hepatitis B yang berakibat pada hati. Penyakit itu
menular melalui darah atau cairan tubuh yang lain dari orang yang
terinfeksi. Vaksin ini diberikan 3 kali hingga usia 3-6 bulan.
Kontraindikasi hipersensitifitas terhadap komponen vaksin. Sama
halnya seperti vaksin-vaksin lain, vaksin ini tidak boleh diberikan
kepada penderita infeksi berat yang disertai kejang (Depkes RI, 2005).
Efek samping yang muncul reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan
dan pembenkakan di sekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi
bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari (Depkes RI, 2005).
3. Imunisasi Polio
Imunisasi polio akan memberikan kekebalan terhadap serangan virus
polio. Penyakit akibat virus ini dapat menyebabkan kelumpuhan.
Vaksin oral polio hidup adalah vaksin polio trivalent yang terdiri dari
suspensi virus poliomyelitis tipe 1,2 dan 3 (Starin Sabin) yang sudah
dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan
dengan sukrosa. Imunisasi polio memberikan kekebalan terhadap
penyakit polio. Penyakit ini disebabkan virus, menyebar melalui
tinja/kotoran orang yang terinfeksi. Anak yang terkena polio dapat
menjadi lumpuh layuh. Vaksin polio ada dua jenis, yakni vaccine polio
inactivated (IPV) dan vaccine polio oral (OPV). Vaksin ini diberikan
pada bayi baru lahir, 2,4,6,18 bulan dan 5 tahun.
Kontraindikasi pada individu yang menderita “immune deficiency”.
Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian polio

x
pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada keraguan, misalnya
sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah
sembuh (Depkes RI, 2005). Efek samping, pada umumnya tidak
terdapat efek samping. Efek samping berupa paralisis yang disebabkan
oleh vaksin sangat jarang terjadi ( kurang dari 0,17 : 1000.000; Bull
WHO 66 : 1988) (Depkes RI, 2005).
4. Imunisasi DPT
Dengan pemberian imunisasi DPT, diharapkan penyakit difteri,
tetanus, dan pertusis, menyingkir jauh dari tubuh si kecil.
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap
difteri, pertusis dan tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang
menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang
serius atau fatal. Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada
saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta
bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung selama
beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat
sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis juga
dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan
kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan
kekakuan pada rahang serta kejang. Vaksin DPT adalah vaksin 3-in-1
yang bisa diberikan kepada anak yang berumur kurang dari 7 tahun.
Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikan, yang
disuntikkan pada otot lengan atau paha. Imunisasi DPT diberikan
sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2 bulan (DPT I), 3 bulan
(DPT II) dan 4 bulan (DPT III); selang waktu tidak kurang dari 4
minggu. Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun setelah DPT III dan
pada usia prasekolah (5-6 tahun). Jika anak mengalami reaksi alergi
terhadap vaksin pertusis, maka sebaiknya diberikan DT, bukan DPT
(Medicastore.com). Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi awal,
sebaiknya diberikan booster vaksin TD pada usia 14-16 tahun
kemudian setiap 10 tahun (karena vaksin hanya memberikan

xi
perlindungan selama 10 tahun, setelah 10 tahun perlu diberikan
booster). Hampir 85% anak yang mendapatkan minimal 3 kali suntikan
yang mengandung vaksin difteri, akan memperoleh perlindungan
terhadap difteri selama 10 tahun. Jika anak sedang menderita sakit
yang lebih serius dari pada flu ringan, imunisasi DPT bisa ditunda
sampai anak sehat. Jika anak pernah mengalami kejang, penyakit otak
atau perkembangannya abnormal, penyuntikan DPT sering ditunda
sampai kondisinya membaik atau kejangnya bisa dikendalikan.
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin yang melindungi terhadap difteri,
pertusis dan tetanus. Difteri disebabkan bakteri yang menyerang
tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau
fatal. Penyakit ini mudah menular melalui batuk atau bersin. Pertusis
(batuk rejan) adalah infeksi bakteri pada saluran udara yang ditandai
dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang
melengking. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius,
seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi
bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang.
Vaksin ini diberikan 5 kali pada usia 2,4,6,18 bulan dan 5 tahun . Efek
Samping yang muncul seperti gejala-gejala yang bersifat sementara
seperti lemas, demam, kemerahan pada tempat suntikan. Kadang-
kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi, iritabilitas, dan
meracau yang biasanya terjadi 24 jam setelah imunisasi.
5. Imunisasi Campak
Sebenarnya bayi sudah mendapatkan kekebalan campak dari ibunya.
Namun seiring bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin
menurun sehingga butuh antibodi tambahan lewat pemberian vaksin
campak. Penyakit ini disebabkan oleh virus Morbili.
Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
campak (tampek). Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada
saat anak berumur 9 bulan dan vaksin kedua 6 tahun. Reaksi imunisasi
Campak biasanya timbul seminggu kemudian berupa demam, diare,

xii
atau keluar bintik-bintik merah di kulit. Namun efek ini tergolong
ringan sekali sehingga tak perlu ada yang dikhawatirkan sebab
biasanya akan sembuh sendiri .
Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan.
Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000 infective
unit virus strain CAM 70 dan tidak lebih dari 100 mcg residu
kanamycin dan 30 mcg residu erytromicin.
6. Imunisasi HIB
Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh haemophilus
influenza tipe b yang disebabkan oleh bakteri. Organisme ini bisa
menyebabkan meningitis (radang selaput otak), pneumonia (radang
paru) dan infeksi tenggorokan. Vaksin ini diberikan 4 kali pada usia
2,4,6 dan 15-18 bulan.
7. Imunisasi MMR
MMR merupakan pengulangan vaksin campak, ditambah dengan
Gondongan dan Rubela (Campak Jerman). Diberikan saat anak usia 15
bulan dan diulang saat anak berusia 6 tahun. Reaksi dari vaksin ini
biasanya baru muncul tiga minggu setelah diberikan, berupa bengkak
di kelenjar belakang telinga. Untuk mengatasinya, berikan anak obat
penghilang nyeri. Patut diperhatikan, jangan langsung membawa
pulang anak setelah ia diimunisasi MMR. Tunggu hingga 15 menit,
sehingga jika timbul suatu reaksi bisa langsung ditangani.
8. Imunisasi Typhus
Imunisasi untuk mencegah Typus. Imunisasi ini dapat diulang setiap 3
tahun.
9. Imunisasi Varicella
Berfungsi memberikan perlindungan terhadap cacar air. Cacar air
ditandai dengan ruam kulit yang membentuk lepuhan, komplikasinya
infeksi kulit dan bisa infeksi di otak. Vaksin ini diberikan pada anak
usia 1-13 tahun 1 kali dan lebih dari 13 tahun 2 kali.
10. Imunisasi Hepatitis A

xiii
Imunisasi ini dapat diberikan pada anak usia di atas 2 tahun.
2.2 ANTROPOMETRI PADA ANAK
Antropometri dilakukan pada anak-anak untuk menilai tumbuh kembang
anak sehingga dapat ditentukan apakah tumbuh kembang anak berjalan normal
atau tidak. Ketepatan dan ketelitian pengukuran sangat penting dalam menilai
pertumbuhan secara benar. Kesalahan atau kelalaian dalam cara pengukuran
akan mempengaruhi hasil pengamatan. Adapun cara pengukurannya adalah
sebagai berikut:
1. Pengukuran berat badan
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat timbangan yang harus
ditera secara berkala. Jenis alat timbangan sesuai dengan umur anak.
2. Pengukuran tinggi badan atau panjang badan
Pada anak dibawah usia lima tahun dilakukan secara berbaring.
Pengukuran dilakukan dari telapak kaki sampai ujung puncak kepala. Jika
pengukuran dilakukan saat berdiri maka posisi anak harus berdiri tegak
lurus, sehingga tumit, bokong dan bagian atas punggung terletak pada
dalam 1 garis vertical, sedangkan liang telinga dan bagian bawah orbita
membentuk satu garis horizontal.
3. Pengukuran lingkar kepala
Pengukuran ini terutama dilakukan pada bayi sampai umur 3 tahun. Pada
anak lebih dari 3 tahun bukan merupakan pemeriksan yang rutin. Pita ukur
diletakkan pada oksiput melingkar ke arah supraorbita dan glabela.
4. Pengukuran lingkar dada
Dilakukan pada bayi/anak dalam keadaan bernafas biasa dengan titik ukur
pada areola mammae.
5. Pengukuran lingkar perut
Pengukuran dimulai dari umbilicus melingkar kearah punggung sehingga
membentuk bidang yang tegak lurus pada poros tubuh bayi/anak.

BAB III

xiv
PEMBAHASAN

3.1 ASKEP PADA ANAK SEHAT TERKAIT DENGAN PROGRAM


IMUNISASI DAN PEMENUHAN GIZI

A. PENGKAJIAN
Sebelum melakukan imunisasi pada anak, diperlukan adanya pengkajian
terhadap:
1. Keadaan umum anak
2. Pemeriksaan fisik pada anak
3. Usia anak
4. Jadwal imunisasi sebelumnya
5. Ada tidaknya penyakit imunosupresi pada anak
Hal-hal yang perlu dikaji dalam pemenuhan kebutuhan gizi pada anak,
yakni:
1. Keadaan umum anak
2. Pemeriksaan fisik pada anak
3. Intake dan output nutrisi pada anak
4. Kebutuhan kalori pada anak sesuai dengan umur

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa yang dapat diangkat dalam pemenuhan kebutuhan gizi pada
anak, yakni:
1. Perilaku mencari bantuan kesehatan berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan gizi sesuai dengan usia anak.
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
gizi pada anak.

Diagnosa yang dapat diangkat dalam pemberian imunisasi pada anak,


yakni:

xv
1. Perilaku mencari bantuan kesehatan berhubungan dengan
pencegahan penyakit ditandai dengan keluarga mengatakan “Sus,
hari ini jadwal pemberian imunisasi bagi anak saya.”
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan tindakan pencegahan
penyakit.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya tempat masuk
organisme akibat prosedur invasif.
4. Gangguan kenyamanan: nyeri akut berhubungan dengan adanya
trauma jaringan ditandai dengan anak menangis dan meringis
kesakitan.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi yang dapat diberikan terkait dengan diagnosa keperawatan
terkait dengan pemenuhan kebutuhan gizi, yakni:
1. Perilaku mencari bantuan kesehatan berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan gizi sesuai dengan usia anak.
Intervensi:
1) Hitung kebutuhan kalori anak sesuai dengan usia anak.
2) Berikan makanan seimbang sesuai dengan kebutuhan kalori
anak.
3) Berikan pendidikan kesehatan tentang jenis makanan yang sesuai
dengan usia anak.
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan gizi
pada anak.
Intervensi:
1) Kaji tingkat pengetahuan keluarga terkait dengan pemenuhan
kebutuhan gizi yang seimbang pada anak.
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang pemenuhan gizi seimbang
pada anak.
Intervensi yang dapat diberikan terkait dengan diagnosa keperawatan
yang telah diangkat pada pemberian imunisasi, yakni:

xvi
1. Perilaku mencari bantuan kesehatan berhubungan dengan
pencegahan penyakit
Intervensi:
1) Periksa jadwal pemberian imunisasi sebelumnya.
2) Lakukan tindakan imunisasi sesuai dengan jadwal pemberian
imunisasi pada anak.
3) Berikan pendidikan kesehatan terkait dengan efek samping
pemberian imunisasi.
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan tindakan pencegahan
penyakit.
Intervensi:
1) Kaji tingkat pengetahuan keluarga terkait dengan pencegahan
penyakit pada anak.
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya pemberian
imunisasi.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya tempat masuk organisme
akibat prosedur invasif.
Intervensi:
1) Kaji adanya manifestasi klinis infeksi pada anak akibat
pemberian imunisasi.
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang tanda-tanda infeksi dan
penanganannya.
4. Gangguan kenyamanan: nyeri akut berhubungan dengan trauma
jaringan akibat prosedur invasive.
Intervensi:
1) Kaji tingkat nyeri pada anak.
2) Berikan kompres hangat pada daerah yang diinjeksi.
3) Berikan pendidikan kesehatan bahwa nyeri merupakan hal yang
normal pada anak setelah pemberian imunisasi.

D. EVALUASI

xvii
Setelah dilakukan pemberian imunisasi pada anak, hal-hal yang perlu
diperhatikan, yakni:
1. Status kesehatan anak pasca imunisasi
2. Adanya tanda-tanda infeksi pada daerah yang diinjeksi.
3. Efek samping dari pemberian imunisasi, seperti demam, kejang,
nyeri, bengkak, kemerahan, dan reaksi alergi.
Sementara itu, dalam pemenuhan kebutuhan gizi pada anak, jika hasil
pengukuran pertumbuhan (BB, TB, lingkar lengan, dll) menunjukkan
adanya resiko atau ketidaknormalan hasil pengukuran, maka segera
lakukan penanganan lebih lanjut.

xviii
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Pada anak sehat kelompok posyandu, terdapat beberapa intervensi
yang dilakukan oleh petugas kesehatan, dalam hal ini perawat untuk
melakukan promosi kesehatan ataupun tindakan preventif dalam pencegahan
penyakit tertentu. Program pokok Posyandu yang terkait dengan bayi yakni
pemberian imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare. Cakupan intervensi
untuk bayi sehat sendiri yakni tindakan pemberian imunisasi dan hal yang
terkait dengan pemenuhan kebutuhan gizi pada bayi. Tentunya hal inilah yang
dijadikan pedoman dalam pembuatan asuhan keperawatan pada anak sehat
kelompok Posyandu.
Tahapan proses keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan
pada anak sehat kelompok Posyandu yang meliputi pengkajian, diagnosa,
intervensi, implementasi dan evaluasi semuanya berpedoman pada program
pokok Posyandu (dalam hal ini imunisasi dan gizi) serta bagaimana status
kesehatan bayi (pengukuran tumbuh kembangnya). Evaluasi yang diberikan
yakni tentang dampak atau efek samping pemberian imunisasi pada anak,
status kesehatan anak pasca imunisasi, serta adakah tanda-tanda infeksi.
Sementara itu, untuk evaluasi dalam pemenuhan kebutuhan gizi yakni tetap
melakukan pengukuran antropometri pada anak, jika diketahui ada suatu
ketidaknormalan hasil pengukuran, maka perlu ada penanganan lebih lanjut.

4.2 SARAN
1. Bagi mahasiswa keperawatan, perlu untuk mengetahui prinsip pemberian
imunisasi pada anak, baik itu waktu pemberian, cara, dosis, rute, dll yang
terkait.

xix
2. Bagi kader Posyandu, sebaiknya mengetahui bagaimana penerapan askep
pada anak sehat terkait dengan imunisasi maupun pemenuhan kebutuhan
gizi sehingga kesehatan anak pun dapat lebih ditingkatkan.

xx
DAFTAR PUSTAKA

Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
www.wartawarga.ac.id. [ Serial Online. Diakses pada tanggal 23 Nopember 2010
pukul 04.05 WIB].

xxi

You might also like