You are on page 1of 3

CAIRAN TUBUH

i. Dasar Teori
Osmosa merupakan proses perpindahan pelarut melewati suatu membran. Membran
disini bisa bersifat permeable maupun semi permeable terhadap zat tertentu. Osmosa suatu
larutan dapat juga dinyatakan sebagai osmolaritas yang bergantung pada jumlah partikel
dalam larutan. Satuan osmolaritas adalah osmol.
Sedangkan tekanan yang diperhitungkann dari
osmolaritas larutan adalah tonus. Jadi osmolaritas
merupakan ukuran ketonusan.
Ada perbedaan yang signifikan antara
osmosis dan ketonusan, yaitu osmosis dinyatakan
terhadap semua konsentrasi larutan yang ada. Sedangkan ketonusan dihitung berdasarkan
konsentrasi partikel larutan yang tidak melewati membran.
Suatu larutan dapat dikatakan isotonik, hipotonik, atau hipertonik secara relatif
terhadap larutan lainnya.
Suatu larutan dikatakan isotonik apabila memiliki osmolaritas yang sama dengan
osmolaritas larutan lainnya. Selain itu suatu larutan dapat dikatakan hipotonik apabila
mempunyai osmolaritas kecil dari osmolaritas larutan lainnya. Demikian sebaliknya, suatu
larutan dikatakan hipertonik bila mempunyai osmolaritas lebih besar dari larutan lainnya.
Konsentrasi normal dari garam-garam dalam plasma darah diperkirakan sama
dengan konsentrasi 0,9% NaCl. Biasanya, NaCl dengan konsentrasi 0,9% ini disebut
sebagai garam physiologis. Isi sel dengan larutan NaCl 0,9% mempunyai konsentrasi yang
isotonik.
Sel eritrosit merupakan sel yang mempunyai dinding semi permeable. Membran sel
ini bersifat impermeable terhadap larutan NaCl. Disamping itu, ia juga bersifat elastis.
Sehingga volumenya berubah-ubah akibat tekanan.
Bila sel eritrosit kita masukkan ke dalam larutan NaCl 0,9% (garam physiologis)
maka tidak akan terjadi perubahan volume sel, karena tidak ada perbedaan konsentrasi
antara isi sel dan larutan garam di luar membran sel, sehingga tidak terjadi osmosis. Oleh
karena itu, garam physiologis digunakan sebagai infus untuk melarutkan berbagai cairan
atau obat ke intra vena pasien.

1
Namun, bila sel eritrosit dimasukkan ke dalam larutan yang hipotonik dari
konsentrasi isi selnya maka osmosis akan terjadi ke dalam isi sel eritrosit. Akibatnya sel
menggembung dan kemungkinan bisa pecah sehingga menimbulkan hemolisis.
Sebaliknya bila eritrosit dimasukkan ke dalam larutan yang hipertonik dari isi
selnya osmosis akan terjadi dari isi sel ke luar membran sel, sehingga sel mengkerut yang
menyebabkan timbulnya plasmolisis.
Eritrosit yang membentuk endapan (sedimen) pada bagian bawah tabung dan larutan
dibagian atas berwarna jernih (bening), maka tidak terjadi hemolisis.
Jika eritrosit membentuk sedikit endapan (sedimen) pada bagian bawah tabung dan
larutan garam diatasnya berwarna merah muda, maka yang terjadi adalah hemolisa
sebagian.
Hemolisa sempurna terjadi jika larutan garam berwarna merah muda tanpa adanya
endapan (sedimen) eritrosit pada bagian dasar tabung.

ii. Hasil Penelitian


No. Tabung Konsentrasi NaCl Hasil Hemolisa
1 Tabung 1 0,01 tidak terjadi  plasmolisis
2 Tabung 2 0,008
3 Tabung 3 0,007 hemolisis sebagian
4 Tabung 4 0,006 hemolisis sebagian
5 Tabung 5 0,0055 hemolisis sebagian
6 Tabung 6 0,005 hemolisis sebagian
7 Tabung 7 0,0045 hemolisis sebagian
8 Tabung 8 0,004 hemolisis sebagian
9 Tabung 9 0,0035
10 Tabung 10 0,003 hemolisis sempurna

iii. Analisis Data


Rumus Pengenceran :

V1.M1 = V2.M2

Dimana :
V1  Volume NaCl (solute)
M1  Molaritas NaCl (solute)
V2  Volume larutan  setelah pengenceran (NaCl+H2O)
M2  Molaritas larutan  setelah pengenceran (NaCl+H2O)

Tabung 1 : 40 tetes NaCl 3%  0,01 (konsentrasi)  plasmolisis


Tabung 2 : 0,01.(32/20) = M2.2  M2 = (0,01).(4)/5 = 0,008 
Tabung 3 : 0,01.(28/20) = M2.2  M2 = (0,01).(7)/10 = 0,007 hemolisis sebagian
Tabung 4 : 0,01.(24/20) = M2.2  M2 = (0,01).(3)/5 = 0,006  hemolisis sebagian

2
Tabung 5 : 0,01.(22/20) = M2.2  M2 = (0,01).(11)/20 = 0,0055  hemolisis sebagian
Tabung 6 : 0,01.(20/20) = M2.2  M2 = (0,01)/2 = 0,005  hemolisis sebagian
Tabung 7 : 0,01.(18/20) = M2.2  M2 = (0,01).(9)/20 = 0,0045  hemolisis sebagian
Tabung 8 : 0,01.(16/20) = M2.2  M2 = (0,01).(2)/5 = 0,004 hemolisis sebagian
Tabung 9 : 0,01.(14/20) = M2.2  M2 = (0,01).(7)/20 = 0,0035 
Tabung 10 : 0,01.(12/20) = M2.2  M2 = (0,01).(3)/10 = 0,003  hemolisis sempurna

iv. Kesimpulan
Perbedaan konsentrasi larutan NaCl dapat menyebabkan perubahan bentuk dari sel
darah merah (eritrosit). Semakin rendah konsentrasi NaCl semakin sempurna hemolisis
yang terjadi.

v. Daftar Pustaka
• Buku Penuntun Praktikum Mahasiswa Blok Keseimbangan Cairan dan
Elektrolit. 2009. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi.
• Ganong, WF. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Jakarta: EGC
• Sherwood. 2004. Human Physiology From Cells to Systems 5th ed.
• Gayton

You might also like