You are on page 1of 1

Awasi Upaya Pemakzulan Presiden Dengan Fitnah

Perkembangan terbaru terkait dengan Presiden SBY adalah terkait dengan peluncuran buku
kontroversial George Aditjondro yang mengkritisi yayasan- yayasan di sekitar SBY. Buku berjudul
‘Membongkar Gurita Cikeas: Di Balik Skandal Bank Century’ itu jelas-jelas mempermalukan institusi
negara (Kepresidenan).

Oleh karena itu, Presiden SBY dirasa perlu mengklarifikasi isi buku tersebut. Bukan hanya membantah
lewat Juru Bicara Kepresidenan saja. Jelas tidak cukup! Adalah hak Presiden SBY untuk membantah isi
buku Aditjondro yang isinya lebih banyak memuat kutipan berita-berita di media massa dalam dan luar
negeri.

Sekalipun gurita yang digambaran Aditjondro, tokoh LSM yang paling dicari-cari pada masa Orde Baru itu
tidak sedahsyat buku yang mengulitikroninya Soeharto terlibat KKN, namun hemat kita SBY tidak cukup
hanya menyatakan prihatin atas buku karya George Aditjondro itu sebagaimana dikatakan Julian Aldrin
Pasha kemarin.

Sikap diam bisa diartikan bahwa isi buku itu benar dan jelas dapat merusak citra dan kredibilitas
pemerintahan SBY. Namun begitu, untuk menarik buku atau melarang peredaran buku itu juga dapat
menimbulkan asumsi negatif.

Justru itu, Presiden SBY harus menjelaskan sikapnya, apakah akan menuntut si pembuat buku ke jalur
hukum, sebagaimana dilakukannya terhadap sejumlah tokoh yang menghujat dirinya beberapa waktu
lalu, seperti kasusnya dengan Zainal Maa’rif lalu.

Yang pasti, buku ‘Membongkar Gurita Cikeas’ sangat laris di pasaran dan tidak mudah menghentikan
peredarannya, karena orang dapat dengan mudah mengaksesnya lewat internet jika pemerintah pada
akhirnya nanti menarik peredaran dan menyatakan buku itu terlarang.

Pada masa Orde Baru memang Soeharto memanfaatkan sejumlah besar yayasan untuk mengeruk uang
negara dari berbagai pihak, termasuk BUMN. Sebagian uang itu dimanfaatkan untuk kegiatan sosial
namun tidak terhitung yang dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi dan keluarga.

Sayangnya, saat Presiden Soeharto tumbang dilanda reformasi (power people’s) tahun 1998 rezim baru
tidak kunjung mampu menyelesaikan kasus korupsinya Soeharto. Tidak berhasil diselesaikan Habibie
maupun presiden-presiden selanjutnya hingga saat ini.

Upaya pemakzulan atau ‘’impeachment’’ terhadap Presiden SBY jelas tidak mudah, mengapa? Tak lain
karena SBY dipilih oleh 60 persen pemilihnya dalam Pilpres lalu. Hal itu yang membuat DPR/MPR tidak
akan bisa semena-mena menjatuhkan Presiden SBY.

Walau begitu, kemungkinan terjadi ‘’impeach’’ tetap terbuka, apalagi koalisi dengan Partai Demokrat tidak
solid. Terbukti, upaya Pansus Bank Centuty dapat terwujud. Itu berarti, koalisi partai-partai pemerintah
berjalan dinamis, alias tidak kaku kalau tak mau disebut rapuh. Jelas hal ini membuat Partai Demokrat
kepanasan.

Terkesan kalau Parpol koalisi masih menginginkan kursi lagi dengan target Sri Mulyani dan Boediono.
Jadi, bukan SBY yang menjadi sasaran. Harapan kita pada tahun depan (2010) dunia politik bisa lebih
kondusif. Artinya, upaya yang dilakukan Parpol dan Pansus Bank Century dan pihak-pihak LSM berjalan
sesuai prosedural.

Kita perlu mengantisipasi upaya pemakzulan terhadap Presiden SBY. Manuver yang dilakukan beberapa
pihak seperti terkait dengan aksi mengatasnamakan Hari Korupsi atau upaya makar sebagaimana
disebut-sebut Ruhut Sitompul, kini menyusul munculnya buku ‘Gurita Cikeas’ dan lain-lain harus
ditempatkan pada posisi yang benar di mata hukum sehingga tidak membuat suasana politik, ekonomi,
hukum menjadi rusak, di mana pada akhirnya rakyatlah yang paling merasakan dampaknya.

Vino Siregar
Pemerhati Masalah Politik dan Sosial
Jl.Raya Pasar Minggu, Jakarta Selatan
Email: vino_siregar@plasa.com

You might also like