You are on page 1of 64

ANALISA STRES KERJA PADA KONDISI DAN BEBAN KERJA

PERAWAT DALAM KLASIFIKASI PASIEN DI RUANG RAWAT


INAP RUMKIT TK II PUTRI HIJAU
KESDAM I/BB MEDAN
TESIS
OLEH
SUPARDI
057010018 / KK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2007
ANALISA STRES KERJA PADA KONDISI DAN BEBAN KERJA
PERAWAT DALAM KLASIFIKASI PASIEN DI RUANG RAWAT
INAP RUMKIT TK II PUTRI HIJAU
KESDAM I/BB MEDAN
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan
Pada Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
Kekhususan Kesehatan Kerja, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara
OLEH
SUPARDI
057010018 / KK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2007
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Tesis : ANALISA STRES KERJA PADA KONDISI DAN BEBAN
KERJA PERAWAT DALAM KLASIFIKASI PASIEN DI
RUANG RAWAT INAP RUMKIT TK II PUTRI HIJAU
KESDAM I/BB MEDAN TAHUN 2007
Nama Mahasiswa : SUPARDI
Nomor Induk Mahasiswa : 057010018
Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat
Kekhususan Kesehatan Kerja
Menyetujui
Komisi Pembimbing :
Prof. Dr. Habibah Hanum Nst, Sp.Pd, K, Psi
Ketua
Ferry Novliadi, S.Psi, MSi Ir. Mbue Kata Bangun, MS
Anggota Anggota
Ketua Program Studi, Direktur SPs USU
Dr.Drs.R.Kintoko Rochadi, MKM Prof.Dr.Ir. T.Chairun Nisa B., Msc.
Tanggal Lulus : 1 Agustus 2007
Telah diseminarkan dan diuji di depan Komisi Pembimbing dan Tim Penguji Program
Pascasarjana USU untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan pada tanggal 1 Agustus
2007
PANITIA PENGUJI KARYA AKHIR PROFESIONAL
Ketua : Prof. Dr. Habibah Hanum Nst, Sp.Pd, K, Psi
Anggota : Ferry Novliadi, S.Psi, MSi
Ir. Mbue Kata Bangun, MS
Dr.Drs.R.Kintoko Rochadi, MKM
dr. Halinda Sari Lubis, MKKK
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan
dalam daftar pustaka.
Medan, 1 Agustus 2007
Supardi
KATA PENGANTAR
Bisnillahirrahmannirrahim.
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan izin dan rahmatNya lah
penulis dapat menyelesaikan Tesis yang merupakan salah satu syarat dalam
menyelesaikan studi pada program Magister Kesehatan Kerja Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Komisi pembimbing yaitu : Ibu Prof. Dr. Habibah Hanum Nst, Sp.Pd, K, Psi,
Bapak Ferry Novliadi, S.Psi, MSi, dan Bapak Ir. Mbue Kata Bangun, MS yang telah
mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan Tesis sehingga tesis
ini semakin sempurna.
2. Bapak Prof.Dr.Ir. T.Chairun Nisa B., Msc selaku Direktur Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara, Bapak Dr.Drs.R.Kintoko Rochadi, MKM selaku Ketua
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Ibu dr. Halindasari Lubis, MKKK
selaku sekretaris jurusan Program Magister Kesehatan Kerja Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara dan Bapak/Ibu staf pengajar yang telah banyak
memberikan ilmu dan bimbingan kepada penulis selama penulis menjalani
perkuliahan.
3. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak dr. Ahadin, MARS selaku
mantan Kakesdam I/BB dan Bapak dr. Tjahaya Indra Utama, SpAn,MARS selaku
Kakesdam I/BB yang telah memberikan izin kepada saya untuk melanjutkan studi
pada Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
4. Penulis juga mengucapkan terimah kasih kepada Ibu Kepala dan seluruh staf Rumah
Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan yang telah memberi izin kepada penulis
dalam melakukan penelitian khususnya kepada Mayor Ckm Yurizal, SKM selaku
Kepala Bangsal, Ibu Imelda Rosalina Sembiring, Amd selaku Ka Perawatan, dan
Bapak/Ibu kepala ruang rawat inap yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan
penelitian.
5. Rekan-rekan mahasiswa Magister Kesehatan Kerja Angkatan 2005 Ibu Ari P, Ibu
Nana, Ibu Eliyana, Ibu Firy, Ibu Sri K, Ibu Eva, Ibu Liza, Ibu Diba, Ibu Lilis, Bapak
Ali A, Bapak Arianto dan teman lainnya yang telah banyak memberikan dukungan
dan do'a kepada penulis dalam penelitian ini, berjuang demi keberhasilan dan
bersahabat dalam suka maupun duka, terima kasih sahabat.
6. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Almarhun Bapak Prof. dr. Harwinta
F.Eyanoer, MSc, MPH, Dr.PH,SpOk yang telah banyak memberi wawasan kepada
penulis, penulis do'akan semoga Allah memberikan tempat yang baik kepada Bapak.
7. Secara khusus penulis menyampaikan rasa sayang dan terima kasih yang tidak
terhingga kepada orang tua tercinta Ibunda Sijah (Alm) dan Ponijan (Alm) serta
Nenek Sumirah (Alm), segala apa yang telah diberikan Ibunda dan Nenek tidak akan
dapat terbalas oleh penulis dan hanya do'a dan ucapan syukur kepada Allah SWT
yang dapat penulis sampaikan atas anugerah ini, terima kasih semoga senantiasa
mendapat ridho disisiNya dan diampuni dosanya.
8. Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada isteri tercinta Srindari Rezeki, anak-anak
yang saya sayangi Indah Permata Wulandari, Muhammad Rizky, dan Muhammad
Ridho Fadly yang selalu mendampingi, memberi dukungan dan semangat kepada
penulis dalam menyelesaikan pendidikan.
Penulis menyadari Tesis ini tidak luput dari kekeliruan, akhirnya penulis berharap
semoga penulisan Tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca untuk
kemajuan Ilmu Pengetahuan khususnya bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Medan, 1 Agustus 2007
Penulis
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Supardi lahir di Kasindir Pematang Siantar, tanggal 10 Pebruari 1968, merupakan
anak ke 3 dari 4 orang bersaudara, dari keluarga Bapak Ponijan (Alm) dan Ibunda Sijah
(Alm).
RIWAYAT PENDIDIKAN
- SD Negeri Inpres Bagot Puloan Tanah Jawa, lulus tahun 1981
- SMP Alwashliyah Serbelawan, lulus tahun 1984
- SMA Negeri Serbelawan, lulus tahun 1987
- D III, lulus tahun 1996
- S1 Kesehatan Masyarakat USU, lulus tahun 2002
- Akta IV UMN Alwashliyah, lulus tahun 2003
- Masuk pendidikan Magistes Kesehatan Kerja USU, tahun 2005
RIWAYAT PEKERJAAN
- Tahun 1988-1989, sebagai tenaga administrasi di PT Deserco Medan, proyek
MUDP.
- Tahun 1989-1990, sebagai tenaga honorer di Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB
- Tahun 1990, diangkat menjadi PNS dengan penugasan di bagian rekam medis
Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB sampai dengan tahun 1996.
- Tahun 1996 sampai dengan sekarang bekerja di Makesdam I/BB.
ABSTRAK
ANALISA STRES KERJA PADA KONDISI DAN BEBAN KERJA
PERAWAT DALAM KLASIFIKASI PASIEN DI RUANG RAWAT
INAP RUMKIT TK II PUTRI HIJAU
KESDAM I/BB MEDAN
Klasifikasi pasien merupakan sistem pengelompokan pasien di ruang rawat inap
berdasarkan karakteristik dan tingkat kebutuhan pasien dalam memperoleh pelayanan
kesehatan. Klasifikasi pasien dibutuhkan dalam pengaturan kebutuhan tenaga kerja
keperawatan di ruang rawatan. Dalam pemberian pelayanan kesehatan pada tiap
klasifikasi pasien di ruangan yang banyak berperan adalah tenaga perawat, karena
mereka selalu ada dalam ruangan rawatan dan merupakan jumlah terbesar di sebuah
rumah sakit. Setiap kegiatan pekerjaan di ruangan dapat menjadi stressor bagi perawat.
Tujuan penelitian mengetahui hubungan tipe kepribadian, beban dan kondisi kerja
perawat terhadap stres kerja dan untuk mengetahui perbedaan tipe kepribadian, beban,
kondisi dan stres kerja di ruang rawat inap Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB.
Rancangan penelitian ini bersifat survei analitik yang memberikan gambaran
terhadap stres kerja pada tipe kepribadian, beban dan kondisi kerja. Populasi dalam
penelitian ini sebanyak 83 orang dan sampel adalah jumlah keseluruhan populasi.
Pengumpulan data dilakukan dengan observasi terhadap kondisi kerja dan dengan
koesioner tentang tipe kepribadian, beban, kondisi dan stres kerja.
Hasil uji Regresi pada taraf keyakinan α=0,05 menunjukkan : terdapat hubungan
yang bermakna tipe kepribadian terhadap stres kerja dengan koefisien regresi sebesar
0,106, terdapat hubungan yang bermakna beban kerja terhadap stres kerja dengan
koefisien regresi 0,041, terdapat hubungan yang bermakna kondisi kerja terhadap stres
kerja dengan koefisien regresi 0,114. Koefisien regresi kondisi kerja memperlihatkan
kontribusi paling besar terhadap terjadinya stres kerja kemudian tipe kepribadian dan
beban kerja.
Belum terdapat perbedaan yang bermakna pada tipe kepribadian, kondisi, beban
dan stres kerja dalam penerapan klasifikasi pasien. Terdapat perbedaan yang bermakna
pada tipe kepribadian, kondisi dan beban kerja terhadap terjadinya stres kerja.
Diperlukan pengendalian stres kerja dari pihak rumah sakit dan juga dari perawat
itu sendiri. Sebagai upaya pengendalian dan pencegahan terhadap terjadinya penyakit
akibat kerja.
Kata kunci : Stres kerja, tipe kepribadian, beban kerja, kondisi kerja, pengendalian stres
Daftar Kepustakaan 47 (1986-2006)
i
ABSTRACT
ANALYSIS OF WORK STRESS ON THE CONDITION AND WORKING
BURDEN OF NURSES IN CLASSIFIED PATIENT WARDS AT
PUTRI HIJAU KESDAM I/BB HOSPITAL MEDAN
Patient Classification is a system grouping patient in the hospitalized room based
on the characteristic and requirement rate of patient in having medical treatment in
service. Patient classification is required to arrange the need of personnel to handle in
treatment. In serving them with treatment on each patien classification in room major to
take role perhaps nurses there since they should be available in room and it is noted
mostly for a hospital. Each activity to handle in room sometimes potential to become
stressor for nurses. The objective of this study is to know the relationship of personality
type, burden an condition of working around nurses to their working stress and to know
the difference of personality type, working burden, condition and working stress in
hospitalized room of Rumkit Tk II Putri Hijau Hospital of Kesdam I/BB.
The design to this study adopted an analytical survey which by describing things
about working stress over personality type, burden and working condition. Population to
this research summed 83 respondents and the sample is all total of population.
Collecting data conducted by observation to the working condition and by questionnaire
about the personality type, burden, condition an working stress.
The result of regression test over convince rate α=0,05 showed : existing a
significant relationship personality type over the working stress with a regression
coefficient amount 0,106 found a significant relations of working burden to the working
stress with a regression coefficient 0,041, found a significant relations to the working
condition over working stress with a regression coefficient 0,114. The regression
coefficient of working condition show the greatest contribution to result working stress
later to personal type and working burden.
There is no found a significant difference on the personality type, condition,
working burden and stres while arranging the patient classification. It is found a
significant difference on personality type, condition and working burden over working
stress.
It is required institutional control over working stress by the management and also
to those nurses, this way is aimed to control and preserve it over resulting any illness on
working.
Keywords : Working stress, personality type, working burden, working condition, stress
controlling.
Bibliography : 47 (1986-2006)
ii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK .................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL.......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... x
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................... 6
1.3. Landasan Teoritis ......................................................................... 8
1.4. Tujuan Penelitian ......................................................................... 8
1.4.1. Tujuan Umum ................................................................... 8
1.4.2. Tujuan Khusus .................................................................. 8
1.5. Hipotesa ....................................................................................... 9
1.6. Manfaat Penelitian ....................................................................... 9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 11
2.1. Stres .............................................................................................. 11
2.1.1. Pengertian Stres.................................................................... 11
2.1.2. Pengertian Stres Kerja.......................................................... 12
2.1.3. Proses Stres ......................................................................... 13
2.1.4. Tingkatan Stres ................................................................... 14
2.1.5. Gejala Stres ......................................................................... 17
2.1.6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Stres Kerja ................. 19
2.1.7. Stres dan Daya Tahan Tubuh .............................................. 25
2.1.8. Akibat Stres.......................................................................... 26
2.2. Kondisi Kerja ............................................................................... 28
2.3. Beban Kerja ................................................................................ 29
2.4. Tenaga Perawat ............................................................................ 31
2.4.1. Hak-Hak Perawat ................................................................ 32
2.4.2. Kewajiban Perawat ............................................................. 33
2.4.3. Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit............................. 35
2.5. Klasifikasi Pasien ......................................................................... 36
2.5.1. Pengertian ............................................................................ 36
2.5.2. Tujuan Klasifikasi Pasien .................................................... 37
iii
Halaman
BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................ 39
3.1. Tempat dan Waktu ....................................................................... 39
3.1.1. Tempat ................................................................................ 39
3.1.2. Waktu .................................................................................. 39
3.2. Rancangan Jenis Penelitian .......................................................... 39
3.3. Populasi dan Sampel .................................................................... 40
3.3.1. Populasi ............................................................................... 40
3.3.2. Sampel ................................................................................. 40
3.4. Variabel Yang Diamati ................................................................ 40
3.4.1. Variabel Tergantung (Dependent Variable) ........................ 40
3.4.2. Variabel Bebas Independent Variable) ............................... 40
3.4.3. Variabel Pendukung (Moderating Variable) ...................... 41
3.5. Manajemen Data .......................................................................... 41
3.5.1. Sumber Data......................................................................... 41
3.5.2. Cara Pengumpulan Data....................................................... 41
3.5.3. Pengukuran Variabel ........................................................... 42
3.6. Teknik Pengolahan dan Analisa ................................................... 44
3.6.1. Pengolahan Data ................................................................. 44
3.6.2. Analisa Data ........................................................................ 44
3.7. Kerangka Konsep ......................................................................... 45
3.8. Definisi Operasional..................................................................... 46
3.9. Jadwal Pelaksanaan ...................................................................... 46
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................ 47
4.1. Hasil Penelitian ............................................................................ 47
4.1.1. Lokasi Penelitian dan Gambaran Umum ............................ 47
4.1.2. Tugas dan Kewajiban Rumkit ............................................. 49
4.1.3. Prosedur Kerja Ruang Rawat Inap....................................... 49
4.1.4. Karakteristik Subjek Penelitian............................................ 50
1) Karakteristik Berdasarkan Status Kepegawaian ............ 50
2) Karakteristik Berdasarkan Latarbelakang Pendidikan.... 51
3) Karakteristik Berdasarkan Usia ..................................... 51
4) Karakteristik Berdasarkan Masa kerja............................ 52
5) Karakteristik Berdasarkan Tipe Kepribadian.. .............. 52
6) Karakteristik Berdasarkan Beban Kerja ........................ 53
7) Karakteristik Berdasarkan Kondisi Kerja....................... 55
8) Karakteristik Berdasarkan Stres Kerja ........................... 56
4.2. Hasil Analisa................................................................................. 57
4.2.1. Karakteristik Tenaga Perawat di Ruang Rawat Inap ......... 57
4.2.2. Hubungan Tipe Kepribadian, Kondisi Kerja dan Beban
Kerja terhadap Stres Kerja Perawat.....................................
59
iv
Halaman
4.2.3. Perbedaan Tipe Kepribadian, Beban Kerja, Kondisi Kerja
dan Stres Kerja Perawat Pada Klasifikasi Pasien di Ruang
Rawat Inap ..........................................................................
61
4.2.4. Perbedaan Tipe Kepribadian, Beban Kerja dan Kondisi
Kerja Pada Stres Kerja Perawat ..........................................
63
4.3. Pembahasan................................................................................... 64
4.3.1. Karakteristik Perawat di Ruang Rawat Inap........................ 64
4.3.2. Hubungan Tipe Kepribadian, Beban dan Kondisi Kerja
terhadap Stres Kerja Perawat..
67
4.3.3. Perbedaan Tipe Kepribadian, Beban Kerja, Kondisi Kerja
dan Stres Kerja pada Klasifikasi Pasien di Ruang Rawat
Inap.......................................................................................
68
4.3.4. Perbedaan Tipe Kepribadian, Beban Kerja dan Kondisi
Kerja Pada Stres Kerja ........................................................
69
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 71
5.1. Kesimpulan...... ............................................................................ 71
5.2. Saran................ ............................................................................ 72
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 74
LAMPIRAN
Lampiran : 1 Intrumen A : Identifikasi responden.............................. 77
Lampiran : 2 Intrumen B : Koesioner Tipe Kepribadian.................... 78
Lampiran : 3 Intrumen C : Koesioner Beban Kerja............................. 80
Lampiran : 4 Intrumen D : Koesioner Kondisi Kerja.......................... 81
Lampiran : 5 Intrumen E : Koesioner Stres Kerja .............................. 82
Lampiran : 6 Master Data ................................................................... 84
Lampiran : 7 Summarize..................................................................... 86
Lampiran : 8 Tabel frequencies............................................................ 87
Lampiran : 9 Crosstabs........................................................................ 89
Lampiran : 10 Regression ................................................................... 93
Lampiran : 11 Table ANOVA ............................................................ 96
Surat Kakesdam I/BB tentang selesai melaksanakan penelitian di
Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Gejala stres berdasarkan gejala psikologis, fisik dan perilaku...... 17
Tabel 3.1. Pengukuran variabel ..................................................................... 42
Tabel 3.2. Pengkategorian tipe perilaku, kondisi, beban dan stres kerja ...... 43
Tabel 3.2. Jadwal pelaksanaan kegiatan penyusunan tesis ........................... 46
Tabel 4.1. Klasifikasi Ruang Rawat Inap ..................................................... 48
Tabel 4.2. Kuantitas Personel Rumkit........................................................... 48
Tabel 4.3. Kualitas Personil Rumkit.............................................................. 49
Tabel 4.4. Distribusi Perawat Berdasarkan Status Kepegawaian.................. 50
Tabel 4.5. Distribusi Perawat Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan....... 51
Tabel 4.6. Distribusi Perawat Berdasarkan Usia........................................... 51
Tabel 4.7. Distribusi Perawat Berdasarkan Masa Kerja................................ 52
Tabel 4.8. Distribusi Perawat Berdasarkan Tipe Kepribadian....................... 53
Tabel 4.9.Distribusi Perawat Berdasarkan Beban Kerja ............................. 54
Tabel 4.10.Distribusi Perawat Berdasarkan Kondisi Kerja .......................... 55
Tabel 4.11.Distribusi Perawat Berdasarkan Stres Kerja ............................... 56
Tabel 4.12.Karakteristik Tenaga Perawat di Ruang Rawat Inap................... 57
Tabel 4.13.Hasil Analisa Regresi dari Tipe Kepribadian, Beban dan
Kondisi Kerja terhadap Stres Kerja............................................
59
Tabel 4.14.Nilai Masing-masing Variabel pada Analisa Regresi dari Tipe
Kepribadian, Beban dan Kondisi Kerja terhadap Stres Kerja.....
60
Tabel 4.15.Perbedaan Tipe Kepribadian, Beban dan Kondisi Kerja dan
Stres Kerja Pada Klasifikasi Pasien di Ruang Rawat Inap
Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB TA 2007.......................
61
Tabel 4.16.Perbedaan Tipe Kepribadian, Beban dan Kondisi Kerja Pada
Stres Kerja di Ruang Rawat Inap Rumkit Tk II Putri Hijau
Kesdam I/BB TA 2007................................................................
63
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1. Landasan Teoritis .................................................................... 8
Gambar 3.1. Kurva distribusi normal batas skala interval kategori ringan,
sedang dan berat ...................................................................... 43
Gambar 3.2. Kerangka Konsep ..................................................................... 45
Gambar 4.1. Skala interval tipe kepribadian pada distribusi normal............ 53
Gambar 4.2. Skala interval beban kerja pada distribusi normal .................. 54
Gambar 4.3. Skala interval kondisi kerja pada distribusi normal ................ 55
Gambar 4.4. Skala interval stres kerja pada distribusi normal .................... 56
vii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rumah sakit adalah bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan
kesehatan yang dikembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan, sehingga
pengembangan rumah sakit tidak dapat dilepaskan dari kebijaksanaan pembangunan
kesehatan. Saling keterkaitan ini terlihat jelas dari visi pembangunan kesehatan yakni
Indonesia Sehat 2010 yang terwujud dalam Undang-Undang Bidang Kesehatan No
23/1992.
Sebagai salah satu jaringan pelayanan kesehatan yang penting, rumah sakit
merupakan salah satu industri jasa yang tidak cukup bekerja disiang hari saja tetapi
harus 24 jam, karena setiap saat orang sakit membutuhkan pelayanan. Bentuk
pelayanan ini bersifat sosio ekonomi yaitu suatu usaha yang walau bersifat sosial
namun diusahakan agar bisa mendapatkan surplus keuntungan dengan cara
pengelolaan yang profesional dengan memperhatikan prinsip ekonomi (Djododibroto,
1997).
Berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/SK/XII/1992
menyebutkan bahwa rumah sakit adalah tempat yang memberikan pelayanan
kesehatan yang bersifat dasar spesialistik dan subspesialistik, serta memberikan
pelayanan yang bermutu dan terjangkau masyarakat, dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
2
Untuk meningkatkan pelayanan yang optimal dan berkualitas rumah sakit
melaksanakan pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Dalam pelayanan rawat inap
pasien di kelompokkan berdasarkan kondisi, status dan golongan yang disebut dengan
klasifikasi pasien. Tiap klasifikasi pasien dirawat di ruang rawatan yang merupakan
central dari kegiatan pokok dalam proses penyembuhan pasien (Arwani dan Heru
Supriyatno, 2004)
Dalam pengelolaan ruangan sumber daya yang paling penting adalah perawat,
dimana perawat yang selalu ada di ruangan dan merupakan jumlah terbesar dari
seluruh petugas yang ada di sebuah rumah sakit. Keberadaan perawat sebagai ujung
tombak pelayanan harus benar-benar diperhatikan dan dikelola secara profesional
sehingga memberikan kontribusi yang positif bagi masyarakat dan juga untuk
kemajuan rumah sakit itu sendiri.
Sejak diakuinya keperawatan sebagai profesi dan ditingkatkannya pendidikan
tinggi keperawatan dari SPK ke D III dan S1, berlakunya undang-undang No. 23
tahun 1992, dan Permenkes No. 647/2000, proses registrasi dan legalitasi
keperawatan, sebagai bentuk pengakuan adanya kewenangan dalam melaksanakan
praktek keperawatan profesional. Langkah awal yang perlu ditempuh adalah penataan
pendidikan keperawatan dan memberikan kesempatan kepada perawat untuk
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi sehingga diharapkan pada akhirnya semua
tenaga perawat yang ada di rumah sakit sudah memenuhi kriteria untuk meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan (Nursalman, 2002).
3
Pelaksanaan klasifikasi pasien ruang rawat inap merupakan salah satu upaya
peningkatan kualitas pelayanan keperawatan yang diberlakukannya melalui SK
Menkes No. 436/Menkes/SK/VI/1993 tentang Standar pelayanan di rumah sakit dan
standar asuhan keperawatan yang diperlukan melalui SK Dirjen Yanmed No
00.03.2.6.7637 tahun 1993 yaitu pedoman studi dokumentasi asuhan keperawatan,
angket pelayanan yang diberikan oleh perawat dan pedoman observasi pelaksanaan
tindakan keperawatan (Depkes RI, 1997).
Kualitas pelayanan keperawatan tidak terlepas dari peran klasifikasi pasien di
ruang rawat inap, karena dengan klasifikasi tersebut pasien merasa lebih dihargai
sesuai haknya dan dapat diketahui bagaimana kondisi dan beban kerja perawat di
masing-masing ruang rawatan. Dengan diketahui kondisi dan beban kerja di ruang
rawat inap diharapkan dapat ditentukan kebutuhan kuantitas dan kualitas tenaga
perawat yang diperlukan dalam ruang rawat inap sehingga tidak terjadi beban kerja
yang tidak sesuai yang akhirnya menyebabkan stres kerja.
Penerapan sistem klasifikasi pasien Rumkit Tk II Putri Hijau Medan mengacu
pada Skep Kasad dan Juknis tata cara penerimaan pasien di Rumkit jajaran Kesad
(1989) dimana pasien dikelompokkan pada empat kategori yang terdiri dari pasien
militer dan keluarganya (Pamen, Pama, Bintara/tamtama), pasien PNS Hankam dan
keluarganya (Golongan IV, III, II/I), pasien Askes/purnawirawan sesuai
pangkat/golongan serta pasien umum (bebas/sesuai kemampuan).
Selain klasifikasi diatas pasien dibedakan berdasarkan kategori pasien dalam
mendapatkan pelayanan keperawatan berdasarkan jenis penyakit dan derajat
4
ketergantungan pasien dalam kebutuhan pelayanan kesehatan yang terdiri dari tiga
kategori yaitu perawatan minimal, perawatan intermediate dan perawatan maksimal
atau total, (Donglas, 1984).
Klasifikasi pasien akan berpengaruh terhadap kondisi dan beban kerja di tiap
ruang rawat inap. Untuk itu perawat harus berperan sebagai tenaga serba bisa,
memiliki inisiatif, berperilaku kreatif serta memiliki wawasan yang luas dengan
motivasi kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, kerja tuntas dan kerja berkualitas
sesuai dengan profesinya sebagai perawat (Arwani dan Heru, 2004).
Klasifikasi pasien ruang rawat inap di rumah sakit kalau dipandang sebagai
tuntutan terhadap pelayanan kesehatan, jika tidak dikelola dengan baik oleh pimpinan
rumah sakit terutama tentang penempatan tenaga perawat baik secara kuantitas dan
kualitas maka dapat berakibat terjadinya gangguan pada kondisi dan beban kerja (Ed
Boenisch & Michele Haney, 2004).
Kondisi kerja berupa situasi kerja yang mencakup fasilitas, peraturan yang
diterapkan, hubungan sosial kerjasama antar petugas yang dapat mengakibatkan
ketidak nyamanan bagi pekerja. Demikian juga dengan beban kerja baik secara
kuantitas dimana tugas-tugas yang harus dikerjakan terlalu banyak/sedikit maupun
secara kualitas dimana tugas yang harus dikerjakan membutuhkan keahliahan. Bila
banyaknya tugas tidak sebanding dengan kemampuan baik fisik maupun keahlian dan
waktu yang tersedia maka akan menjadi sumber stres (Davis & Newstron, 2001).
Setiap orang di manapun ia berada dalam suatu pekerjaan perawat di rumah
sakit, dapat berperan sebagai sumber stres bagi perawat yang lain, hal ini sangat
5
dipengaruhi oleh kepribadian orang tersebut dimana ada yang rentan atau
Kepribadian tipe A dan ada yang kebal atau Kepribadian tipe B, (Rosenmen & C,
1980). Mengelola stres pekerjaan perawat di tempat kerja, lebih bersifat pemahaman
akan penyebab stres perawat lain dan mengambil tindakan untuk menguranginya
dalam rangka pencapaian tujuan keperawatan. Kondisi dan beban kerja adalah
penting menjadi perhatian untuk mengidentifikasi penyebab stres yang potensial dan
pemecahannya, karena stres akan selalu menimpa perawat maupun rumah sakit. Stres
sebagai suatu ketidak seimbangan antara keinginan dan kemampuan memenuhinya
sehingga menimbulkan konsekuensi penting bagi perawat.
Hidayat T (1998) menjelaskan bahwa ada beberapa alasan mengapa stres dalam
lingkup pekerjaan perlu diangkat ke permukaan :
1. Masalah stres mempunyai posisi yang sangat penting dalam setiap kegiatan kerja.
2. Selain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersumber pada individu, stres juga
dipengaruhi oleh faktor dalam organisasi. Oleh karena itu perlu disadari dan
dipahami keberadaanya.
3. Pemahaman akan sumber-sumber stres yang disertai pemahaman terhadap upaya
penanggulangannya adalah penting sekali bagi para pimpinan dan tenaga
keperawatan yang terlibat dalam organisasi untuk kelangsungan organisasi yang
sehat dan efektif.
4. Setiap manusia tidak terkecuali perawat akan mengalami stres dalam berbagai
tingkatan.
5. Pada saat ini tenaga perawat masih dituntut untuk mampu menyesuaikan diri
terhadap berbagai perubahan, di satu pihak peralatan kerja semakin modern dan
6
efisien, dan di lain pihak beban kerja di satuan-satuan organisasi juga semakin
bertambah. Keadaan ini menuntut energi, waktu dan pikiran yang lebih banyak
bagi perawat sehingga pengalaman-pengalaman stres yang dialami akan menjadi
lebih terasa berat.
Bagi setiap perawat mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam
menahan stres, hal tersebut bergantung jenis, lama, dan frekuensi stres yang dialami
oleh perawat. Menurut Dantzer dan Kelley, (1989) makin kuat stresor, makin lama
dan sering terjadi, sangat berpotensi menurunkan daya tahan tubuh dan mudah
menimbulkan penyakit, (Widyastuti, 1999).
Berdasarkan hal tersebut di atas maka dilakukan penelitian untuk mengkaji
lebih jauh stres kerja pada kondisi dan beban kerja perawat dalam klasifikasi pasien
di ruang rawat inap Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB.
1.2. Rumusan Masalah
Pemberian pelayanan kesehatan di ruang rawat inap Rumkit Tk II Putri Hijau
menerapkan sistem klasifikasi yang terdiri dari empat kategori yaitu pasien militer
dan keluarganya (Pamen, Pama, Bintara/Tamtama), pasien PNS Hankam dan
keluarganya (Golongan IV, III, II/I), pasien Askes dan pasien Umum, selain
penerapan klasifikasi tersebut pasien juga dikategorikan berdasarkan kebutuhan
mendapatkan pelayanan kesehatan yaitu pelayanan minimal, intermediate, dan
maksimal.
7
Yang paling berperan dalam pelayanan di ruang rawat inap adalah tenaga kerja
perawat, karena mereka yang selalu berhadapan dengan kondisi dan beban kerja yang
ada selama 24 jam dan tentu saja dapat menimbulkan stres kerja. Hal tersebut yang
menjadi masalah peneliti ingin mengetahui tentang tipe perilaku, kondisi dan beban
kerja perawat di ruang rawat inap apakah ada hubungannya dengan stres kerja di
ruang rawat inap.
Stres kerja yang terjadi secara terus menerus akan berpotensi menurunkan daya
tahan tubuh dan mudah menimbulkan penyakit, tentu akan berpengaruh terhadap
kesehatan tenaga keperawatan dan pada akhirnya terhadap kualitas pelayanan di
Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB. Untuk itu peneliti membuat rumusan
masalah, antara lain :
1. Apakah ada hubungan tipe perilaku, kondisi kerja, beban kerja terhadap
terjadinya stres kerja pada perawat di ruang rawat inap ?
2. Apakah ada perbedaan tipe perilaku, beban kerja, kondisi kerja dan stres kerja
pada klasifikasi pasien di ruang rawat inap?
3. Apakah ada perbedaan tipe perilaku, kondisi dan beban kerja terhadap stres
kerja?
8
1.3. Landasan Teoritis.
Gambar 1.1. Landasan Teoritis
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penelitian ini untuk menganalisa stres kerja
perawat pada kondisi dan beban kerja dalam klasifikasi pasien di ruang rawat inap
Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB diharapkan dapat menjadi masukan bagi
pimpinan dalam upaya menanggulangi stres kerja bagi tenaga perawat.
1.4.2. Tujuan khusus
1.4.2.1. Untuk mengetahui kuatnya hubungan tipe perilaku terhadap stres kerja
perawat dalam klasifikasi pasien di ruang rawat inap.
1.4.2.2. Untuk mengetahui kuatnya hubungan beban kerja terhadap stres kerja
perawat pada klasifikasi pasien di ruang rawat inap.
- KONDISI KERJA
- BEBAN KERJA
KLASIFIKASI
PASIEN DI RUANG
RAWAT INAP
UPAYA
PENGENDALIAN
STRES KERJA
TIPE KEPRIBADIAN
PERAWAT
9
1.4.2.3. Untuk mengetahui kuatnya hubungan kondisi kerja perawat terhadap stres
kerja pada klasifikasi pasien di ruang rawat inap.
1.4.2.4. Untuk mengetahui perbedaan beban kerja, kondisi kerja dan stres kerja
perawat pada klasifikasi pasien di ruang rawat inap.
1.4.2.5. Untuk mengetahui perbedaan tipe kepribadian, beban kerja dan kondisi kerja
pada terjadinya stres kerja perawat.
1.5. Hipotesis
1.5.1. Terdapat hubungan yang signifikan antara tipe perilaku terhadap stres kerja
pada klasifikasi pasien di ruang rawat inap.
1.5.2. Terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja terhadap stres kerja pada
klasifikasi pasien di ruang rawat inap.
1.5.3. Terdapat hubungan yang signifikan antara kondisi kerja terhadap stres kerja
pada klasifikasi pasien di ruang rawat inap.
1.5.4. Terdapat perbedaan beban kerja, kondisi kerja dan stres kerja perawat pada
klasifikasi pasien di ruang rawat inap.
1.5.5. Terdapat perbedaan tipe kepribadian, beban kerja dan kondisi kerja pada
terjadinya stres kerja perawat.
1.6. Manfaat Penelitian
1.6.1. Dapat memberikan informasi tentang kondisi dan beban kerja tenaga perawat
pada masing-masing klasifikasi ruang rawat inap.
10
1.6.2. Dapat memberikan informasi tentang tipe kepribadian perawat pada tiap
klasifikasi pasien ruang rawat inap, sehingga dapat memberi masukan pada
pihak rumah sakit dalam penempatan tenaga perawat.
1.6.3. Dapat memberikan informasi tentang stres kerja perawat dalam kondisi dan
beban kerja dalam klasifikasi pasien ruang rawat inap, sehingga pihak rumah
sakit dapat melakukan upaya penagulangan stres kerja dengan baik terhadap
tenaga keperawatan.
1.6.4. Sebagai upaya bagi pihak rumah sakit dalam meningkatkan derajat kesehatan
tenaga keperawatan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
1.6.5. Bahan masukan bagi komando dalam hal ini Kesdam I/BB dan Ditkesad
tentang kondisi kerja tenaga perawat di Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB.
1.6.6. Sebagai bahan masukan/informasi bagi kelengkapan penelitian lainnya.
11
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Stres
2.1.1. Pengertian Stres.
Menurut Charles D. Spielberger menyebutkan bahwa stres adalah tuntutantuntutan
eksternal yang mengenai seseorang. Stres bisa biasa diartikan sebagai
tekanan, ketengangan atau gangguan yang tidak menyenagkan berasal dari luar diri
seseorang (Charles A,1992).
Menurut Hans Selye, stres adalah respon manusia yang bersifat nonspesifik
terhadap setiap tuntutankbhan yang ada dalam dirinya (Depkes RI, 1989).
Menurut Vincent Cornelli, sebagaimana dikutip oleh Grant Brecht (2000)
bahwa yang dimaksud Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang
disebabkan oleh perubahan dan untutan kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh
lingkungan maupun penampilan individu di dalam lingkunagn tersebut.
Menurut Soeharto Heerdjan, (1987), Stres adalah suatu kekuatan yang
mendesak atau mencekam, yang menimbulkan suatu ketegangan dalam diri seseorang
(Sonaryo, 2002).
Stres adalah masalah atau tuntutan penyesuaian diri dan karena itu, sesuatu
yang mengganggu keseimbangan kita (Maramis, 1999). Secara umum yang dimaksud
stres adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan,
ketengangan emosi, dan lain-lain (Sunaryo, 2002).
12
2.1.2. Pengertian Stres Kerja.
Stres kerja dikategorikan apabila seseorang mengalami stres melibatkan juga
pihak organisasi tempat orang yang bersangkutan bekerja (Rice, 1992), Setiap aspek
dari lingkungan kerja dapat dirasakan sebagai stres oleh tenaga kerja, tergantung dari
persepsi tenaga kerja terhadap lingkungannya, apabila ia merasakan adanya stres
ataukah tidak.
Gibeson mengemukakan bahwa stres kerja dikonseptualisasi dari beberapa
titik pandang, yaitu stres sebagai stimulus, stres sebagai respon dan stres sebagai
stimulus-respon. Stres sebagai stimulus merupakan pendekatan yang menitikberatkan
pada lingkungan. Definisi stimulus memandang stres sebagai suatu kekuatan yang
menekan individu untuk memberikan tanggapan terhadap stresor, (Widyastuti, 1999)
Luthans (2000), mendefinisikan stres sebagai suatu tanggapan dalam
menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses psikologis,
sebagai konsekuensi dari tindakan lingkungan, situasi atau peristiwa yang terlalu
banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik seseorang. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa stres kerja timbul karena tuntutan lingkungan dan tanggapan
setiap individu dalam menghadapinya dapat berbeda. Masalah stres kerja di dalam
organisasi perusahaan menjadi gajala yang penting diamati sejak mulai timbulnya
tuntutan untuk efisiensi di dalam pekerjaan. Akibat adanya stres kerja tersebut yaitu
orang menjadi nervous, merasakan kecemasan yang kronis, peningkatan ketegangan
pada emosi, proses berfikir dan kondisi fisik individu. Selain itu sebagai hasil dari
adanya stres kerja perawat mengalami beberapa gejala stres yang dapat mengancam
13
dan mengganggu pelaksanaan pekerjaan mereka, seperti mudah marah dan agresi,
tidak dapat relaks, emosi yang tidak stabil, sikap tidak mau bekerja sama, perasaan
tidak mampu terlibat, dan kesulitan dalam masalah tidur, (Widyastuti, 1999).
Robin, (2001), memberikan definisi stres sebagai suatu kondisi dinamis dimana
individu dihadapkan pada kesempatan, hambatan dan keinginan dan hasil yang
diperoleh sangatlah penting tetapi tidak dapat dipastikan (Sunaryo, 2002).
2.1.3. Proses Stres
Dalam peristiwa stres, ada tiga hal yang saling terkait satu dengan yang lainnya
(Nasution, 2000).
a. Hal, peristiwa, kedaan, orang yang menjadi sumber stres (stressor) jika dipandang
secara umum, hal-hal yang menjadi sumber stres dipahami sebagai rangsangan
(stimulus).
b. Orang yang mengalami stres (the stessed), kita dapat memusatkan perhatian pada
tanggapan (respons) orang tersebut terhadap hal-hal yang dinilai mendatangkan
stres. Tanggapan orang tersebut terhadap sumber stres dapat mempengaruhi pada
psikologis dan fisiologis. Tanggapan ini disebut strain, yaitu tekanan atau
tangangan yang dapat membuat pola pikir, emosi dan prilakunya kacau, dapat
membuat gugup dan gelisah. Secara fisiologis kegugupan dan kegelisahan itu
dapat berpengaruh pada denyut jantung yang cepat, perut mual, mulut kering,
banyak keringat dan lain-lain.
c. Hubungan antara orang yang stres dengan keadaan yang penuh stres merupakan
proses. Proses ini berpengaruh timbal balik dengan usaha penyesuaian dengan
lingkungan stres proses fisik dan perilaku.
14
Kemampuan individu menahan stres berbeda-beda, hal tersebut bergantung
pada :
a. Sifat dan hakikat stres, yaitu intensitas, lamanya, lokal, dan umum (general).
b. Sifat individu yang terkait dengan proses adaptasi.
2.1.4. Tingkatan Stres
Hans Selye (1936), dalam Nurmiati Amir (Jiwa, Indonesian Psychiatric
Quarterly : XXXII : 4) memperkenalkan suatu konsep tentang stres yang dikenal
dengan General Adaptation Syndrom. Ia menyatakan bahwa ada tiga fase yang dapat
diidentifikasi bila seseorang terpapar stres, yaitu :
1. Reaksi tanda waspada, dalam keadaan bahaya timbul ketegangan atau ketakutan
tubuh memobilisasi sumber-sumber yang ada untuk meningkatan aktivitas
mekanisme pertahanan. Terjadi peningkatan aktivitas sistem simpatis yang
mengakibatkan peninggian sekresi katekolamin. Tubuh dipersiapkan secara
psikofisiologis untuk bereaksi dengan stres tersebut. Muncul reaksi emergensi
yang dikenal dengan "melarikan diri atau menyerang".
2. Fase resistensi, terjadi resistensi terhadap stres. Tubuh berusaha beradaptasi
dengan stres. Mekanisme defensi bekerja secara maksimum untuk beradaptasi
dengan stres. Pada fase ini juga biasanya individu mencoba berbagai macam
mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur
strategi untuk mengatasi stresor ini. Tubuh berusaha menyeimbangkan proses
fisiologis yang telah dipengaruhi selama reaksi waspada untuk sedapat mungkin
kembali ke keadaan normal dan pada waktu yang sama pula tubuh mencoba
mengatasi faktor-faktor penyebab stres. Apabila proses fisiologis telah teratasi
maka gejala-gejala stres akan menurun, tubuh akan secepat mungkin berusaha
15
normal kembali karena ketahanan tubuh ada batasnya dalam beradaptasi. Jika
stresor berjalan terus dan tidak dapat diatasi/terkontrol maka ketahanan tubuh
untuk beradaptasi akan habis dan timbul berbagai keluhan pada individu.
3. Fase kelelahan/kepayahan, terjadi bila fungsi fisik dan psikologis seseorang
telah terganggu sebagai akibat selama fase resistensi. Bila reaksi ini berlanjut
tanpa adanya pemulihan akan memacu terjadinya penyakit atau kemunduran dan
orang tidak dapat mengatasi tuntutan lingkungan yang dirasakan. Fase ini terjadi
akibat reaksi tanda waspada datang terlalu kuat atau sering dan berlangsung
dalam waktu lama, kebutuhan energi untuk beradaptasi menjadi habis sehingga
timbul kelelahan. Akibat yang ditimbulkan pada fase ini adalah ketidakmampuan
menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan pencernaan berat,
meningkatnya rasa takut dan cemas, binggung, dan panik.
Menurut Robert J.Van Amberg (1979), sebagaimana dikemukakan oleh
Dadang Hawari (2001) bahwa tahapan stres sebagai berikut :
a. Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai perasaan nafsu
bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa
memperhitungkan tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam.
b. Stres tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak
segar atau letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan,
tidak dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort), jantung
berdebar dan otot kaku. Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak memadai.
16
c. Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti defekasi tidak
teratur (kadang-kadang diare), otot kaku, emosional, insomia, mudah terjaga dan
sulit tidur kembali (middle insomnia), bangun terlalu pagi dan sulit tidur kembali
(late insomia), koordinasi tubuh terganggu, dan mau jatuh pingsan.
d. Stres tahap keempat, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti tidak mampu
bekerja sepanjang hari (loyo), aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan,
respon tidak adekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering
menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan
kecemasan.
e. Stres tahap kelima, yaitu tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik dan
mental (physical and psyhological exhaustion), ketidakmampuan menyelesaikan
pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan pencernaan berat, meningkatnya
rasa takut dan cemas, binggung, dan panik.
f. Stres tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stres dengan tanda-tanda, seperti
jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin dan banyak keluar
keringat, loyo, seperti pinsan atau collaps.
17
2.1.5. Gejala Stres
Gejala stres menurut Beehr (1987) dibagi menjadi tiga gejala yakni : gejala
psikologis, gejala fisik dan perilaku.
Tabel 2.1. Gejala stres berdasarkan gejala psikologis, fisik dan perilaku.
Gejala Psikologis Gejala Fisik Gejala Perilaku
Kecemasan, ketegangan Meningkatnya nadi dan
tekanan darah
Menunda, menghindari
pekerjaan
Binggung, marah, sensitif Meningkatnya sekresi
adrenalin
Produktivitas menurun
Memendam perasaan Gangguan lambung Minuman keras
Komunikasi tidak efektif Mudah terluka Perilaku sabotase
Mengurung diri Mudah lelah fisik Absensi meningkat
Depresi Kematian Banyak/kurang makan
Merasa terasing Gangguan kardiovaskuler Nafsu makan hilang
Kebosanan Gangguan pernafasan Tindakan resiko tinggi
Ketidakpuasan kerja Sering berkeringat Kriminalitas
Lelah mental Gangguan kulit Interpersonal tidak baik
Menurunnya intelektual Kepala pusing Cenderung bunuh diri
Hilang daya konsentrasi Kanker
Hilang kreatifitas Ketegangan otot
Hilang semangat hidup Sulit tidur
Menurut Anoraga (2001) gejala stres ringan sampai berat meliputi :
a. Gejala badan :
Sakit kepala, sakit perut, mudah terkejut, banyak keringat, gangguan pola tidur,
lesu, kaku leher belakang sampai punggung, nafsu makan menurun dan lain-lain.
b. Gejala emosional :
Mudah lupa, sulit konsentrasi, cemas, was-was, mudah marah, mudah menangis,
gelisah, dan putus asa.
c. Gejala sosial :
18
Banyak merokok, minum alkohol, sering memeriksa pintu dan jendela, mudah
bertengkar, menarik diri dan bunuh diri.
Cary Cooper dan Alison Straw (1995), mengemukakan gejala stres dapat berupa
tanda-tanda berikut ini :
1. Fisik, yaitu nafas memburu, mulut dan kerongkongan kering, tangan lembab,
merasa panas, otot-otot tegang, pencernaan terganggu, sembilit, letih yang tidak
beralasan, sakit kepala, salah urat dan gelisah.
2. Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas dan sedih, jengkel, tidak berdaya, tidak
mampu berbuat apa-apa, gelisah, gagal, tidak tertarik, kehilangan semangat, sulit
konsentrasi, sulit berfikir jernih, sulit membuat keputusan, hilangnya kreatifitas,
hilangnya gairah dalam penampilan dan hilangnya minat terhadap orang lain.
3. Watak dan kepribadian, yaitu sikap hati-hati menjadi cermat yang berlebihan,
cemas menjadi lekas panik, kurang percaya diri menjadi rawan, pemarah.
Menurut Braham yang dikutip Charles (1997), gejala stres dapat berupa tanda-tanda :
1. Fisik, yaitu sulit tidur atau tidur tidak teratur, sakit kepala, sulit buang air besar,
adanya gangguan pencernaan, radang usus, kulit gatal-gatal, punggung terasa
sakit, urat-urat pada bahu dan leher terasa tegang, keringat berlebih, berubah
selera makan, tekanan darah tinggi atau serangan jantung, kehilangan energi.
2. Emosional, yaitu marah-marah, mudah tersinggung dan terlalu sensitif, gelisah
dan cemas, suasana hati mudah berubah-ubah, sedih, mudah menangis dan
depresi, dudup, agresif terhadap orang lain dan mudah bermusuhan serta mudah
menyerang, dan kelesuan mental.
19
3. Intelektual, yaitu mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun, sulit untuk
berkonsentrasi, suka melamun berlebihan, pikiran hanya dipenuhi satu pikiran
saja.
4. Interpersonal, yaitu acuh dan mendiamkan orang lain, kepercayaan pada orang
lain menurun, mudah mengingkari janji pada orang lain, senang mencari
kesalahan orang lain atau menyerang dengan kata-kata, menutup diri secara
berlebihan, dan mudah menyalahkan orang lain.
Dari beberapa uraian diatas, penulis menyimpulkan bahwa stres merupakan suatu
kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi seseorang
dimana ia terpaksa memberikan tanggapan melebihi kemampuan penyesuaian dirinya
terhadap suatu tuntutan eksternal (lingkungan). Stres yang terlalu besar dapat
mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya. Sebagai
hasilnya, pada diri para pekerja berkembang berbagai macam gejala stres yang dapat
mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
2.1.6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Stres Kerja
1) Tipe kepribadian.
Menurut Andrew Goliszek (2005), dalam buku manajemen stres terdapat tiga
tipe kepribadian yaitu kepribadian tipe A, tipe B dan tipe AB. Kepribadian tipe
AB merupakan kebanyakan orang yang memiliki sebagian tipe A dan sebagian
tipe B. Sebagian karena mengetahui cara berelaksasi serta tidak terlalu agresif
dan kompetitif.
20
Kepribadian tipe A rentan (vulnerable) yang disebut A Type Personality
dengan pola perilaku Type A Behavior Pattern. Individu dengan tipe ini
memiliki resiko tinggi mengalami stres, dengan ciri-ciri kepribadian sebagai
berikut :
a. Cita-citanya tinggi (ambisius).
b. Suka menyerang (agresif)
c. Suka bersaing (kompetitif) yang kurang sehat.
d. Banyak jabatan rangkap.
e. Emosional, yang ditandai dengan mudah marah, mudah tersinggung, mudah
mengalami ketegangan, dan kurang sabar.
f. Terlalu percaya diri (over confident)
g. Self control kuat.
h. Terlalu waspada.
i. Tindakan dan cara bicaranya cepat dan tidak dapat diam (hiperaktif).
j. Cakap dalam berorganesasi (organisatoris).
k. Cakap dalam memimpin (leader).
l. Tipe kepemimpinan otoriter.
m. Bekerja tidak mengenal waktu (workaholic).
n. Bila menghadapi tantangan senang bekerja sendiri.
o. Disiplin waktu yang ketat.
p. Kurang rileks dan serba terburu-buru.
q. Kurang atau tidak ramah.
r. Tidak mudah bergaul.
21
s. Mudah empati, tetapi mudah bersikap bermusuhan.
t. Sulit dipengaruhi.
u. Sifatnya kaku (tidak fleksibel).
v. Pikiran tercurah ke pekerjaan walaupun sedang libur.
w. Berusaha keras agar segala sesuatunya terkendali.
Kepribadian tipe B yang kebal (immune) yang di sebut B Type Personality
dengan pola perilaku type B Behavior Pattern. Individu dengan tipe ini kebal
terhadap stres, yang ciri-ciri kepribadiannya sebagai berikut :
a. Cita-cita atau ambisinya wajar.
b. Berkompetisi secara sehat.
c. Tidak agresif.
d. Tidak memaksakan diri.
e. Emosi terkendali, yang ditandai dengan tidak mudah marah, tidak mudah
tersinggung, penyabar, dan tenang.
f. Kewaspadaan wajar.
g. Self control wajar.
h. Self confident wajar.
i. Cara bicara tenang.
j. Cara bertindak tenang dan dilakukan pada saat yang tepat.
k. Ada keseimbangan waktu bekerja dan istirahat.
l. Sikap dalam memimpin maupun berorganisasi akomodatif dan manusiawi.
m. Mudah bekerja sama (kooperatif).
n. Tidak memaksakan diri dalam menghadapi tantangan.
22
o. Bersikap ramah.
p. Mudah bergaul.
q. Dapat menimbulkan empati untuk mencapai kebersamaan (mutual
benefit).
r. Bersikap fleksibel, akomodatif, dan tidak merasa dirinya paling benar.
s. Dapat melepaskan masalah pekerjaan ataupun kehidupan di saat libur.
t. Mampu menahan dan mengendalikan diri.
Kepribadian tipe AB seperti kebanyakan orang mempunyai sebagian
karakteristik tipe A dan sebagian lagi tipe B. Hal ini dipengaruhi oleh
pengetahuan dan pengalaman sehingga meningkatkan dirinya dalam upaya
berelaksasi. Kepribadian tipe AB mempunyai perilaku yang baik karena hal itu
memungkinkan seseorang untuk mencapai sasaran, termotivasi dan produktif.
Selain itu seseorang dapat melakukan apapun yang dilakukan orang dengan
tipe A tanpa harus merasa bermusuhan, agresif, tidak sabar atau merasa
terancam. (Andrew Goliszek, 2005). Kepribadian tipe AB dapat mencapai
setiap yang diinginkan sekaligus mempertahankan ketenangan diri dan bersikap
rileks adalah sesuatu hal yang dapat kita pelajari.
2) Kondisi kerja
1. Menurut Cooper (1983) sumber stres antara lain :
a. Lingkungan kerja : Kondisi kerja yang buruk berpotensi menyebabkan
pekerja mudah sakit, mengalami stres, dan menurunkan produktivitas
23
kerja. Lingkungan yang kurang nyaman, misalnya panas, berisik,
sirkulasi udara kurang, membuat peker muda menderita stres.
b. Overload : Overload dapat dibedakan menjadi kuantitatif dan kualitatif.
Dikatakan overload secara kuantitatif, bila target kerja melebihi
kemampuan pekerja yang bersangkutan, akibatnya mudah lelah dan
berada dalam keteganggan tinggi. Overload kualitatif, bila pekerja
memiliki tingkat kesulitan atau kerumitan yang tinggi.
c. Deprivational stres : Istilah deprivational stres diperkenalkan oleh
George Every dan Daniel Girdano (1980), yaitu pekerjaan yang tidak lagi
menantang atau menarik begi pekerja. Akibatnya timbul berbagai
keluhan seperti kebosanan, ketidakpuasan dan sebagainya.
d. Pekerjaan berisiko tinggi: Adalah pekerjaan yang beresiko tinggi dan
berbahaya bagi keselamatan.
2. Charles, A dan Shanley F. (1997), dalam buku psikologi untuk perawat,
menemukan lima sumber stres dalam keperawatan, antara lain :
a. Beban kerja berlebihan, misalnya merawat terlalu banyak pasien,
mengalami kesulitan dalam mempertahankan standar yang tinggi, merasa
tidak mampu memberi dukungan yang dibutuhkan teman sekerja, dan
menghadapi keterbatasan tenaga.
b. Kesulitan menjalin hubungan dengan staf lain, misalnya mengalami
konflik dengan teman sejawat, mengetahui orang lain tidak menghargai
sumbangsih yang dilakukan, dan gagal membentuk tim kerja dengan staf.
24
c. Kesulitan dalam merawat pasien kritis, misalnya kesulitan menjalankan
peralatan yang belum dikenal, mengelola prosedur atau tindakan baru,
dan bekerja dengan dokter yang menuntut jawaban dan tindakan cepat.
d. Berurusan dengan pengobatan/perawatan pasien, misalnya bekerja
dengan dokter yang tidam memahami kebutuhan sosial dan emosional
pasien, terlibat dalam ketidak sepakatan pada program tidakan, merasa
tidak pasti sejauh mana harus memberi informasi pada pasien atau
keluarga, dan merawat pasien sulit atau tidak bekerjasama.
e. Merawat pasien yang gagal untuk membaik, misalnya pasien lansia,
pasien yang nyeri kronis, dan pasien yang meninggal selama merawat.
3. Davis dan Newstrom dalam (Margiati, 1999), stres kerja disebabkan adanya
tugas yang terlalu banyak. Banyaknya tugas tidak selalu menjadi penyebab
stres, akan menjadi sumber stres bila banyaknya tugas tidak sebanding
dengan kemampuan baik fisik maupun keahlian dan waktu yang tersedia
bagi pekerja. Setiap pekerja mempunyai kemampuan normal menyelesaikan
tugas yang dibebankan kepadanya. Kemampuan berkaitan dengan keahlian,
pengalaman, dan waktu yang dimiliki. Dalam kondisi tertentu, terutama bagi
perawat seringkali berhadapan dengan pekerjaan dengan waktu yang
terbatas, akibatnya, perawat dikerja waktu untuk menyelesaikan tugas.
5. Lesley Towner (2002), menyatakan setiap orang dimanapun mereka berada
dalam suatu organisasi, adalah suatu sumber stres bagi orang lain. Karena
kita tidak bisa mengontrol sepenuhnya apa yang dilakukan orang lain, apa
25
yang mereka katakan, bagaimana mereka berperilaku, bagaimana mereka
bereaksi. Kita semua bersifat individual, masing-masing bersifat uniq. Dan
semua orang memiliki rentang kendali yang terbatas pada hidup kita.
6. Caron Grainger (1994), menyatakan bahwa menghadapi kematian dan pasien
yang sekarat, bersikap baik pada orang yang mungkin tidak anda suakai,
berbicara dengan kerabat yang menderita merupakan sumber stres kerja.
2.1.7. Stres dan Daya Tahan Tubuh.
Menurut penelitian Baker dan kawan-kawan (1987), stres yang dialami oleh
seseorang mengubah sistem kekebalan tubuh dengan cara fithting diesease cells.
Plaut dan Friedman (1981), membuktikan bahwa stres sangat berpotensi
mempertinggi peluang seseorang untuk menderita penyakit, terkena alergi serta
menurunkan sistem autoimmune-nya. Ditemukan bukti bahwa pada saat suasana hati
seseorang negatif terjadi penurunan respon antibodi, sedangkan pada saat suasana hati
positif respon antibodi meningkat pula.
Dantzer dan Kelley (1989), berpendapat tentang stres dalam hubungannya
dengan daya tahan tubuh. Pengaruh stres terhadap daya tahan tubuh ditentukan oleh
jenis, lama dan frekuensi stres yang dialami oleh seseorang. Makin kuat stresor
makin lama dan sering terjadi, sangat berpotensi menurunkan daya tahan tubuh dan
mudah menimbulkan penyakit.
26
2.1.8. Akibat Stres
Menurut Beehr dalam Freser (1992), stres akan mempunyai dampak terhadap
a. Dampak terhadap individu :
Dampak stres terhadap individu adalah munculnya masalah yang berhubungan
dengan kesehatan, psikologi dan interaksi interpersonal. Pada gangguan fisik
seseorang yang mengalami stres akan mudah teserang penyakit. Pada gangguan
mental stres berkepanjangan akan mengakibatkan ketegangan, hal ini cenderung
akan merusak tubuh dan gangguan kesehatan. Pada gangguan interpersonal stres
akan lebih sensitif terhadap hilangnya rasa percaya diri, menarik diri dan lain-lain.
Reaksi terhadap stres dapat berupa reaksi bersifat psikis maupun fisik. Biasanya
perawat yang stres akan menunjukkan perubahan perilaku. Perubahan perilaku
terjdi pada diri manusia sebagai usaha mengatasi stres. Usaha mengatasi stres dapat
berupa perilaku melawan stres (flight) atau berdiam diri (freeze). Dalam kehidupan
sehari-hari ketiga reaksi ini biasanya dilakukan secara bergantian, tergantung
situasi dan bentuk stres. Perubahan-perubahan ini di tempat kerja merupakan
gejala-gejala individu yang mengalami stres antara lain (margiati, 1999) :
1) Bekerja melewati batas kemampuan.
2) Keterlambatan masuk kerja yang sering.
3) Ketidakhadiran tenaga kerja.
4) Kesulitan membuat keputusan.
5) Kesalahan yang sembrono.
6) Kelalaian menyelesaikan pekerjaan.
27
7) Lupa akan janji yang telah dibuat dan kegagalan diri sendiri.
8) Kesulitan berhubungan dengan orang lain.
9) Kerisauan tentang kesalahan yang dibuat.
10) Menunjukkan gejalan fisik seperti pada alat pencernaan, tekanan darah tinggi,
radang kulit, radang pernafasan.
Munculnya stres, baik yang disebabkan oleh sesuatu yang menyenangkan atau
sesuatu yang tidak menyenangkan akan memberikan akibat tertentu pada
seseorang. Cox (dalam Handoyo, 2001) membagi empat jenis konsekuensi yang
dapat ditimbulkan stres, yaitu :
1) Pengaruh psikolois, yang berupa kegelisahan, agresi, kelesuan, kebosanan,
depresi, kelelahan, kekecewaan, kehilangan kesabaran, harga diri yang rendah.
2) Pengaruh perilaku, yang berupa peningkatan komsumsi alkohol, perubahan
nafsu makan, penyalagunaan obat-obatan, menurunnya semangat untuk
berolahraga yang berakibat timbulnya beberapa penyakit. Pada saat stres juga
terjadi peningkatan intensitas kecelakaan, baik di rumah, ditempat kerja atau di
jalan.
3) Pengaruh kognitif, yaitu ketidakmampuan mengambil keputusan, kurangnya
konsentrasi, dan peka terhadap ancaman.
4) Pengaruh fisiologis, yaitu menyebabkan gangguan pada kesehatan fisik yang
berupa penyakit yang sudah diterima sebelumnya, atau memicu timbulnya
penyakit tertentu.
28
b. Dampak terhadap organisasi :
Pekerja yang mengalami stres akan berpengaruh pada kualitas kerja dan kesehatan
pekerja terganggu berupa kekacauan manajeman dan operasional kerja.
Meningkatnya absensi dan banyak pekerjaan yang tidak terlaksana.
Redall Schuller (dalam Rini, 2002), mengidentifikasi beberapa perilaku negatif
tenaga kerja yang berpengaruh terhadap organisasi. Menurut peneliti ini, stres yang
dihadapi oleh tenaga kerja berkorelasi dengan penurunan prestasi kerja,
peningkatan ketidakhadiran kerja serta tendesi mengalami kecelakaan. Secara
singkat beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh stres kerja dapat berupa :
1) Terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam manajemen maupun operasional
kerja.
2) Mengganggu kenormalan aktivitas kerja.
3) Menurunkan tingkat produktivitas.
4) Menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan. Kerugian financial yang
dialami perusahaan karena tidak imbangnya antara produktivitas dengan biaya
yang dikeluarkan untuk membayar gaji, tunjangan, dan fasilitas lainnya.
2.2. Kondisi Kerja
Kondisi kerja meliputi variabel lingkungan fisik seperti distribusi jam kerja,
suhu, penerangan, suara dan ciri-ciri arsitektur tempat kerja. Sudah dapat dijelaskan
dengan baik bahwa variabel-variabel tadi mempengaruhi sikap dan perilaku kerja.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangan dalam penerapan penelitian yang sesuai
29
dengan situasi organisasi tertentu termasuk bagaimana biasanya pekerjaan dilakukan,
karakteristik tenaga kerja yang terlibat, dan aturan standar eksternal yang sesuai.
(Occupational Safety and Health Administration, 1970) dalam Psikologi Industri,
(1998). Kondisi kerja yang buruk berpotensi menyebabkan pekerja mudah sakit,
mengalami stres psikologis dan menurunkan produktivitas kerja.
Keamanan dan kesehatan pekerja hanyalah sebagian dari fungsi kondisi kerja,
tetapi kondisi ini tetap merupakan pusat perhatian bagi mereka yang memperhatikan
isu ini. Aspek-aspek kondisi kerja yang diatur oleh OSHA adalah bahan dan peralatan
kerja, metode kerja, dan praktek keperawtan yang umum.
Kondisi lingkungan kerja, dapat menyebabkan ketidaknyamanan seseorang
dalam menjalankan pekerjaanya misalnya suhu udara dan kebisingan, karena
beberapa orang sangat sensitif terhadap kondisi lingkungan (Muchins dalam Margiati,
1999).
Lazarus dan Folkman (1984), menyatakan timbulnya suatu rangsangan dari
lingkungan ekstrenal dan internal yang dirasakan oleh individu melalui sikap tertentu.
Hal yang menentukan apakah suatu hubungan dengan seseorang atau lingkungan
tertentu menimbulkan stres bergantung pada penilaian kognitif individu tentang
situasi.
2.3. Beban Kerja
Beban kerja adalah keadaan dimana pekerja dihadapkan pada tugas yang
harus diselesaiakan dalam batas waktu tertentu. Beban kerja berlebih dan beban kerja
terlalu sedikit merupakan pembangkit stres. Beban kerja secara kuantitatif timbul
30
akibat tugas-tugas terlalu banyak atau sedikit, sedangkan secara kualitatif jika pekerja
merasa tidak mampu untuk melakukan tugas, atau tugas tidak menggunakan
keterampilan atau potensi dari tenaga kerja. Beban kerja secara kuantitatif dan
kualitatif dapat menimbulkan kebutuhan untuk bekerja selama jumlah jam kerja yang
sangat banyak, hal ini merupakan sumber tambahan stres.
Everly & Girdano (dalam munandar, 2001), menambahkan kategori lain dari
beban kerja, yaitu kombinasi dari beban kerja berlebih kuantitatif dan kualitatif.
Beban berlebih secara fisikal ataupun mental, yaitu harus melakukan terlalu banyak
hal, merupakan kemungkinan sumber stres pekerjaan. Unsur yang menimbulkan
beban berlebih kuantitatif ialah kondisi kerja, yaitu setiap tugas diharapkan dapat
diselesaikan secepat mungkin secara tepat dan cermat. Pada saat tertentu hal ini
merupakan motivasi dan menghasilkan prestasi, namun bila desakan waktu
menyebabkan banyak kesalahan atau menyebabkan kondisi kesehatan seseorang
berkurang, maka ini merupakan cerminan adanya beban berlebih kuantitatif.
Beban kerja terlalu sedikit kuantitatif juga dapat mempengaruhi kesejahteraan
psikologis seseorang. Pada pekerjaan yang sederhana, dimana banyak terjadi
pengulangan akan timbul rasa bosan, rasa monoton. Kebosanan dalam kerja rutin
sehari-hari, sebagai hasil dari terlampau sedikitnya tugas yang harus dilakukan, dapat
menghasilkan berkurangnya perhatian. Hal ini secara potensial membahayakan jika
tenaga kerja gagal untuk bertindak tepat dalam keadaan darurat.
Beban berlebihan kualitatif merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh manusia
makin beralih titik beratnya pada pekerjaan otak. Pekerjaan makin menjadi majemuk.
31
Kemajemukan yang harus dilakukan seorang tenaga kerja dapat dengan mudah
berkembang menjadi beban berlebihan kualitatif jika kemajemukannya memerlukan
kemampuan teknikal dan intelektual yang lebih tinggi daripada yang dimiliki. Pada
titik tertentu kemajemukan pekerjaan tidak lagi produktif, tetapi menjadi destrutif.
Pada titik tersebut kita telah melewati kemampuan kita untuk memecahkan masalah
dan menalar dengan cara yang konstruktif. Timbullah kelelahan mental dan reaksireaksi
emosional dan fisik. Penelitian menunjukkan bahwa kelelahan mental, sakit
kepala, dan gangguan-gangguan pada perut merupakan hasil dari kondisi kronis dari
beban berlebih kualitatif.
Beban terlalu sedikit kualitatif merupakan keadaan dimana tenaga kerja tidak
diberi peluang untuk menggunakan keterampilan yang diperolehnya, atau untuk
mengembangkan kecakapan potensialnya. Beban terlalu sidikit disebabkan kurang
adanya rangsangan akan mengarah ke semangat dan motivasi yang rendah untuk
kerja. Tenaga kerja akan merasa bahwa ia "tidak maju-maju" dan merasa tidak
berdaya untuk memperlihatkan bakat dan keterampilannya (Sutherlan & Cooper
dalam Munandar, 2001).
2.4. Tenaga Perawat.
Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan
melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh
melalui pendidikan keperawatan (Undang-Undang Kesehatan No, 23, 1992).
Seorang perawat dikatakan profesional jika memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan
32
keperawatan profesional serta memiliki sikap profesional sesuai kode etik profesi.
Husein (1994), menegaskan bahwa yang dimaksud dengan keterampilan profesional
keperawatan bukan sekedar terampil dalam melakukan prosedur keperawatan, tetapi
mencakup keterampilan interpersonal, keterampilan intelektual dan keterampilan
teknikal.
Profil perawat profesional adalah gambaran dan penampilan menyeluruh
perawat dalam melakukan aktifitas keperawatan sesuai kode etik keperawatan.
Aktivitas keperawatan meliputi peran dan fungsi pemberian asuhan/pelayanan
keperawatan, mencakup peran sebagai pelaksanan, pengelolaan institusi keperawatan,
pendidik klien (individu, keluarga dan masyarakat) serta kegiatan penelitian dibidang
keperawatan.
2.4.1. Hak-hak Perawat.
Perawat mempunyai hak yang sama dengan yang umumnya diberikan
masyarakat pada semua orang. Tetapi di samping itu, umumnya disepakati bahwa
para perawat juga mempunyai hak profesional, hak-hak profesional perawat menurut
Claire Fagin (1975), sebagai berikut :
1. Hak memperoleh martabat dalam rangka mengekspresikan dan meningkatkan
dirinya melalui penggunaan kemampuan khsusnya dan sesuai dengan latar
belakang pendidikannya.
2. Hak memperoleh pengakuan sehubungan dengan kontribusinya melalui
ketetapan yang diberikan lingkungan untuk praktik yang dijalankan serta
imbalan ekonomi sehubungan dengan profesinya.
33
3. Hak mendapatkan lingkungan kerja dengan stres fisik dan emosional serta
resiko kerja yang seminimal mungkin.
4. Hak untuk melakukan prakteik-praktik profesi dalam batas-batas hukum yang
berlaku.
5. Hak menetapkan standar yang bermutu dalam perawatan yang dilakukan.
6. Hak berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan yang berpengaruh terhadap
perawatan.
7. Hak untuk berpartisipasi dalam organisasi sosial dan politik yang mewakili
perawat dalam meningkatkan asuhan kesehatan.
2.4.2. Kewajiban Perawat.
Iswani (2000) dalam Etika Keperwatan menyatakan kewajiban perawat sebagai
berikut :
1. Perawat wajib mematuhi semua peraturan institusi yang bersangkutan.
2. Perawat wajib memberikan pelayanan atau asuhan keperawaan sesuai dengan
standar profesi dan batas-batas kegunaanya.
3. Perawat wajib menghormati hak-hak pasien/klien.
4. Perawat wajib merujuk pasien/klien kepada perawat atau tenaga kesehatan lain
yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, bila yang
bersangkutan tidak dapat mengatasnya sendiri.
5. Perawat wajib memberikan kesempatan kepada pasien/klien untuk
berhubungan dengan keluarganya, sepanjang tidak bertentangan dengan
peraturan atau standar profesi yang ada.
34
6. Perawat wajib memberikan kesempatan kepada pasien/klien untuk menjalankan
ibadahnya sesuai dengan agama atau kepercayaan masing-masing sepanjang
tidak mengganggu pasien yang lain.
7. Perawat wajib berkolaborasi dengan tenaga medis atau tenaga kesehatan terkait
lainnya dalam memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada
pasien/klien.
8. Perawat wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan
keperawatan yang diberikan kepada pasien/klien dan atau keluarganya sesuai
dengan batas kemampunnya.
9. Perawat wajib meningkatkan mutu pelayanan keperawatannya sesuai dengan
standar profesi keperawatan demi kepuasan pasien/klien.
10. Perawat wajib membua dokumentasi asuhan keperawatan secara akurat dan
berkesinambungan.
11. Perawat wajib mengikuti perkembangan IPTEK keperawatan atau kesehatan
secara terus-menerus.
12. Perawat wajib melakukan pelayanan darurat sebagai tugas kemanusiaan sesuai
dengan batas-batas kewenangannya.
13. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang
pasien/klien, kecuali jika diminta keterangan oleh pihak yang berwenang.
14. Perawat wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau perjanjian yang
telah dibuat sebelumnya terhadap institusi tempat kerja.
35
2.4.3. Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit
Pelayanan keperawatan di Rumah Sakit merupakan kepedulian yang mendalam
dari seorang perawat terhadap pasien di Rumah Sakit. Pelayanan keperawatan
bertugas membantu individu, keluarga dan kelompok seoptimal mungkin dalam
ruang lingkup kehidupan dan pekerjaannya. Perawat harus mampu melakukan upaya
promosi dan pemeliharaan kesehatan serta mencegah terjadinya penyakit.
Gillies (1989), menyatakan bahwa manajeman keperawatan merupakan proses
pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staf keperawatan, untuk
memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman bagi pasien.
Griffith (1987), kegiatan pelayanan keperawatan di Rumah Sakit dapat dibagi
menjadi keperawatan klinik dan manajeman keperawatan, kegiatan keperawatan
klinik antara lain adalah pemberian motivasi dan dukungan emosi pasien, pemberian
obat, komunikasi, menjalin hubungan dan menjaga lingkungan tempat perawatan.
Sedangkan manajemen keperawatan adalah penanganan administratif, monitoring
mutu pelayanan, ketenagaan dan lain-lain.
Dengan demikian pelayanan keperawatan ternyata tidak hanya dibatasi oleh
pagar Rumah Sakit saja, keunikan disiplin ilmu keperawatan yang selalu memandang
sistem custumer tidak hanya sebagai individu tetapi juga merupakan bagian dari
keluarga dan masyarakatnya.
36
2.5. Klasifikasi Pasien
2.5.1. Pengertian.
Klasifikasi pasien adalah metode pengelompokan pasien menurut jumlah dan
kompleksitas persyaratan perawatan mereka untuk mendapatkan perawatan dalam
ruang rawat inap. Dalam banyak sistem klasifikasi pasien dikelompokan sesuai
dengan ketergantungan mereka pada pemberian perawatan atau sesuai dengan waktu
memberi perawatan dan kemampuan yang diperlukan untuk memberikan perawatan
(Arwani & Heru dalam Manajemen Keperawatan Bangsal, 2004).
Klasifikasi pasien sangat diperlukan sehubungan dengan kebutuhan perawatan
selama 24 jam sehingga dapat menentukan kebutuhan tenaga. Gillies (1994),
mengungkapkan bahwa dalam kegiatan manajemen keperawatan ada dua kegiatan
pokok yaitu bagaimana pelaksaan asuhan keperawatan dan bagaimana mengelola
manajemen ruangan secara keseluruhan.
Klasifikasi pasien adalah pengelompokkan pasien berdasarkan statusnya
pangkat dan golongan pasien dalam rangka memudahkan proses administrasi dan
pemberian pelayanan di ruang rawat inap. Dalam sistem klasifikasi di Rumkit Tk II
Putri Hijau Kesdam I/BB pasien dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu
pasien militer & keluarganya (Pamen, Pama, Ba/Ta), PNS Hankam (Gol. IV, III, II/I),
pasien Askes, dan pasien Umum (Skep Kasad dan Juklak tatacara penerimaan pasien
di Rumkit jajaran Kesad, 1989).
37
2.5.2. Tujuan Klasifikasi Pasien
Tujuan klasifikasi pasien adalah menghargai setiap pasien sesuai dengan status
dan kondisinya dalam memperoleh pelayanan kesehatan di ruang rawat inap sehingga
terciptanya pelayan kesehatan yang prima dan dukungan kesehatan yang handal
dalam setiap klasifikasi dengan demikian tugas pokok Rumkit dapat tercapai yaitu
memberikan dukungan kesehatan bagi prajurit dan keluarganya serta bagi PNS TNI
Hankam dan keluarganya, juga ikut serta dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dengan memberikan pelayanan yang bermutu, menyeluruh dan terjangkau
bagi masyarakat umum (Skep Kasad dan Juklak, Tata cara penerimaan pasien, 1989).
Klasifikasi pasien selain untuk menghargai setiap pasien sesuai dengan
klasifikasinya juga untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial di rumah sakit
serta mengukur kebutuhan tenaga perawat secara kuantitas dan kualitas di setiap unit
yang mencakup tiga kategori, Donglas (1984), terdiri dari :
1. Perawatan minimal yang memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam. Kriteria klien pada
klasifikasi ini adalah klien masih dapat melakukan sendiri kebersihan diri, mandi
dan ganti pakaian termasuk minum. Observasi tanda vital dilakukan setiap shift,
pengobatan minimal, status psikologis stabil dan persiapan prosedur memerlukan
pengobatan.
2. Perawatan itermediate yang memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam. Kreteria klien
pada klasifikasi ini adalah klien masih perlu bantuan dalam memenuhi kebersihan
diri, makan dan minum, ambulasi serta perlunya observasi dan tanda vital 4 jam.
38
Klien memerlukan pengobatan lebih dari sekali, klien dengan pemasangan infus
serta persiapan pengobatan memerlukan prosedur
3. Perawatan maksimal atau total yang memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam. Kreteria
klien pada klasifikasi ini adalah klien harus dibantu tentang segala sesuatunya,
posisi yang diatur, observasi tanda vital setiap 2 jam, makan memerlukan slang
nasogastrik (NG), menggunakan terapi intravena, pemakaian alat pengisap
(suction) dan kadang klien dalam kondisi gelisa/disorentasi.
Dalam petunjuk pelaksanaan penerimaan pasien di Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam
I/BB (1989) dinyatakaan bahwa tujuan pelaksanaan klasifikasi pasien adalah untuk
memberikan penghargaan tiap klasifikasi pasien dalam menerima pelayanan sehingga
tercipta kemudahan dalam tata administrasi
39
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu
3.1.1. Tempat
Penelitian dilakukan di Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB, Jalan Putri
Hijau, Nomor 17 Medan. Sebagai rumah sakit TNI AD yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada anggota TNI dan keluarganya, PNS Hankam dan keluarganya,
peserta Askes serta masyarakat umum.
3.1.2. Waktu
Penelitian di mulai dengan melakukan penelusuran pustaka, dilanjutkan dengan
survey awal dan mempersiapkan proposal penelitian, membuat materi instrumen
lapangan berupa angket dan kuesioner yang ditujukan untuk menilai beban dan
kondisi kerja serta menilai stres kerja perawat dalam memberikan pelayanan kepada
pasien. Pengumpulan, pengolahan data serta menganalisa data dan pembuatan
laporan penelitian. Perencanaan dan penyelesaian penelitian berlangsung selama 6
(enam) bulan dimulai bulan Januari 2007 sampai dengan bulan Juni 2007.
3.2. Rancangan Jenis Penelitian
Jenis penelitian termasuk rancangan penelitian survei analitik untuk
mengetahui fenomena stres kerja dari penerapan sistim klasifikasi pasien pada ruang
rawat inap dan mengetahui seberapa besar kontribusi faktor resiko sistim klasifikasi
pasien ruang rawat inap terhadap faktor efek kondisi dan beban kerja, serta
mengetahui seberapa besar kontribusi kondisi dan beban kerja terhadap stres kerja.
40
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di ruang rawat
inap Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan, berstatus sebagai TNI atau
pengawai negeri sipil. Populasi berjumlah 83 (delapan puluh tiga) orang perawat, tidak
termasuk perawat yang bekerja di ruang V (rawat jiwa), ruang ICU, ICCU dan Kamar
Operasi karena sifat perawatan yang berbeda.
3.3.2. Sampel
Sampel yang digunakan adalah keseluruhan populsi tenaga perawat yang bekerja
di ruang rawat inap Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB.
3.4. Variabel Yang Diamati
3.4.1. Variabel Tidak Bebas (Dependent Variabel)
Variabel tergantung adalah variabel yang menjadi fokus penelitian dan merupakan
akibat dari variabel lain. Termasuk variabel ini adalah stres kerja yang dialami
responden.
3.4.2. Variabel Bebas (Independent Variabel)
Variabel bebas adalah variabel yang sengaja dipelajari pengaruhnya terhadap
variabel tergantung yaitu Kondisi dan Beban kerja perawat dalam penerapan Klasifikasi
pasien di rumah sakit.
3.4.3. Variabel Moderator (Moderating variable)
Variabel moderator adalah variabel yang memperkuat atau memperlemah dan
mempengaruhi antara hubungan variabel bebas Klasifikasi pasien rawat inap dengan
variabel tidak bebas Stres kerja yaitu Tipe Kepribadian Perawat.
41
3.5. Manajemen Data
3.5.1. Sumber Data
Pengumpulan data diambil dari data primer dan data skunder :
a. Data primer
Data primer berupa data tentang tipe kepribadian, kondisi dan beban kerja yang
merupakan dampak dari sistem klasifikasi pasien ruang rawat inap. Data tersebut
diperoleh dari hasil wawancara face-to-face dengan kepala ruangan serta hasil proses
assesment perawat yang menjadi sampel atas kuesioner penelitian.
b. Data sekunder
Diperoleh dari studi dokumentasi dengan mempelajari data-data tentang karakteristik
dan riwayat pekerjaan responden pada masing-masing sampel penelitian.
3.5.2. Cara Pengumpulan Data
Pengambilan data penelitian dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
1. Pengamatan/Observasi.
Observasi dengan melakukan pengamatan pada kondisi dan beban kerja yang ada di
ruang rawat inap.
2. Wawancara.
Wawancara dengan kepala ruangan dan para perawat, untuk memperoleh informasi
mendalam tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kondisi dan beban kerja serta
stres kerja perawat.
3. Kuesioner.
Teknik ini dilakukan dengan cara memberikan daftar pertanyaan kepada responden
untuk dijawab/diconteng pada kuesioner yang diberikan kepada responden tentang
42
identitas (lampiran 1), Tipe Kepribadian (lampiran 2), Beban kerja (lampiran 3), dan
Kondisi kerja (lampiran 4), serta Stres kerja (lampiran 5).
3.5.3. Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel dilakukan dengan menggunakan Skala Likert, dimana
responden hanya memberikan tanda (􀀹) pada kolom angka pada masing-masing butir
pertanyaan yang dianggap sesuai dengan responden.
Tabel 3.1. Pengukuran Variabel.
Bobot Nilai Satu Indikator
No Variabel
Jumlah
pertanyaan
Tidak
pernah
Jarang Kadangkadang
Biasa
nya Selalu
Bobot
nilai
satu
variabel
1 Kondisi kerja 16 1 2 3 4 5 16-80
2 Beban kerja 13 1 2 3 4 5 13-65
3 Tipe
Kepribadian
30 1 2 3 4 5 30-150
4 Stres kerja 50 1 2 3 4 5 50-250
Selanjutnya skor-skor yang diperoleh dari setiap pertanyaan pada responden
dikonversikan kedalam tiga skala interval (ringan, sedang dan berat), dengan
menggunakan sebaran data pada kurva distribusi normal (Sudjana,2002), yaitu :
μ-σ μ μ+σ
Gambar 3.1. Kurve distribusi normal untuk interval kategori ringan, sedang dan berat
dimana : σ = standar deviasi dengan rumus :
1
()2
2


=
ΣΣ
n
n
x
x
σ
Sedang
Rendah Tinggi
43
μ = rata-rata, dengan rumus :
n
Σ xυ=
Dari sebaran distribusi normal tersebut dilakukan pengkategorian untuk masing-masing
variabel penelitian sebagai berikut :
Tabel 3.2. Pengkategorian tipe kepribadian, kondisi, beban dan stres kerja
Variabel Kategori Rentang Skor
1 = Tipe B < μ-σ
Tipe Kepribadian 2 = Tipe AB antara μ+σ
3 = Tipe A > μ+σ
1 = Tidak menyenangkan < μ-σ
Kondisi Kerja 2 = Kurang menyenangkan antara μ+σ
3 = Menyenangkan > μ+σ
1 = Ringan < μ-σ
Beban Kerja 2 = Sedang antara μ+σ
3 = Berat > μ+σ
1 = Reaksi tanda waspada/Ringan < μ-σ
Stres Kerja 2 = Fase Resistensi/Sedang antara μ+σ
3 = Fase Kelelahan/Berat > μ+σ
3.6. Teknik Pengolahan dan Analisa
3.6.1. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan komputer memakai metode statistik dan data
dianalisa menggunakan analisa regresi untuk mengetahui kuatnya hubungan antara
variabel tipe kepribadian, kondisi dan beban kerja pada penerapan klasifikasi pasien
ruang rawat inap serta melakukan uji anova terhadap variabel dengan menggunakan
software SPSS.
3.6.2. Analisa Data
Data primer dan skunder yang telah dikumpulkan dianalisa dengan proses
pengolahan data yang mencakup antara lain kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
44
1. Editing
Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan/meneliti satu persatu setiap jawaban yang
telah diisi oleh responden, guna mengoreksi kekeliruhan.
2. Tabulating
Kegiatan diawali dengan memberikan skor terhadap jawaban responden,
kemudian menyajikan data tersebut ke dalam tabel.
3. Analisis data
Analisa data dilakukan dengan menggunakan analysis regresi untuk mengetahui
kuatnya hubungan tipe kepribadian, beban dan kondisi kerja terhadap stres kerja
dan anaysis Anova untuk mengetahui perbedaan tipe kepribadian, beban, kondisi
dan stres kerja pada penerapan klasifikasi pasien.
3.7. Kerangka Konsep.
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
KLASIFIKASI
PASIEN
Kondisi Kerja
Beban Kerja
STRES
KERJA
UAPAYA
PENGENDALIAN
Ru.I Ba/Ta (Pr)
Ru.II Ba/Ta (Lk)
Ru.III Anak-anak
Ru.IV Obsgyn
R.VI Pama
R.VII Bedah
R.VIII Bedah
R.X Pamen
R.XI Pemen
R.XII (Askes)
Tipe
Kepribadian
PERAWAT
45
Dari gambar kerangka konsep diatas, dapat dijelaskan bahwa peneliti ingin
mengetahui terjadinya Stres Kerja dari variabel kondisi, beban dan tipe kepribadian
perawat dengan adanya penerapan klasifikasi pasien di ruang rawat inap. Dari ketiga
variabel tersebut diharapkan diketahui faktor mana yang paling dominan menimbulkan
stres sehingga memberi masukan terhadap upaya penanggulangan stres.
3.8. Definisi Operasional.
1. Klasifikasi pasien adalah sistem yang diterapkan Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam
I/BB dalam mengelompokan pasien untuk memperoleh pelayanan kesehatan.
2. Kondisi kerja meliputi variabel lingkungan kerja, situasi kerja, kondisi yang ada baik
fisik berupa kebisingan, penataan peralatan dan ruangan, maupun psikis berupa
peraturan, keluhan dan tuntutan, serta hubungan sosial.
3. Beban kerja adalah keadaan dimana perawat dihadapkan pada tugas dan pekerjaan
yang harus dilakukan perawat baik secara kuantitatif yaitu banyaknya pekerjaan
yang harus dilakukan maupun secara kualitatif yaitu tingkat kesulitan atau kerumitan
kerja.
4. Tipe Kepribadian merupakan pola perilaku perawat dalam menghadapi dan
menerima kondisi dan beban kerja yang ada. Dimana tipe kepribadian ada 3 jenis
yaitu tipe A, tipe AB, dan tipe B.
5. Stres Kerja adalah pengaruh yang ditimbulkan dari efek penerapan klasifikasi pasien
berupa keluhan dan perasaan yang dialami tenaga keperawatan dari beban dan
kondisi kerja dalam penerapan klasifikasi pasien.
46
3.9. Jadwal Pelaksanaan
Jadwal pelaksanaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.3. Jadwal pelaksanaan kegiatan penyusunan tesis
No Kegiatan Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun
1. Penelusuran pustaka
2. Studi Pendahuluan
3. Konsultasi Judul dengan Ketua Program
4. Konsultasi Pembimbing
5. Pengurusan Administrasi Penelitian
6. Persiapan Bahan Kolokium
7. Kolokium
8. Persiapan alat dan bahan
9. Pengumpulan data
10. Pengolahan dan analisa data
11. Penyusunan laporan Tesis
12. Seminar hasil
47
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Lokasi Penelitian dan Gambaran Umum
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Medan Kesdam
I/BB. Rumah Sakit (Rumkit) Tk II Putri Hijau Medan Kesdam I/BB, merupakan
rumah sakit dibawah naungan Kesehatan TNI Angkatan Dasat (Kesad) yang
berada di wilayah Kodam I/BB.
Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB dengan segenap fasilitas dan
kemampuannya menyelenggarakan fungsi kuratif dan rehabilitasi medik, preventif
terbatas, dukungan kesehatan terbatas, secara terus menerus diwilayah Kodam
I/BB meliputi pelayanan Bedah, Penyakit Dalam, Jantung, Kulit dan kelamin,
Obsgyn, Kesehatan Anak, Penyakit Mata, THT, Syaraf dan Jiwa, Gigi serta
Ragiologi.
Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Rumkit
menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada Militer TNI AD dan keluarganya,
PNS Hankam dan keluarganya Peserta Askes dan masyarakat umum. Untuk
memudahkan sistem administrasi Rumkit merapkan sistem klasifikasi pasien
kedalam ruang rawat inap yang terdiri dari 10 ruang tidak termasuk ruang V
(Kesehatan jiwa) dan ICU. Terdapat 83 tenaga perawat, dengan rincian
sebagaimana tersebut dalam tabel 4.1.
48
Tabel 4.1. Klasifikasi ruangan rawat inap
N
o Ruang Klasifikasi ruangan Jumlah
perawat
1 I Ba/Ta (Gol II/I) & Keluarga, kasus P.Dalam, wanita 9
2 II Ba/Ta (Gol II/I) & Keluarga, kasus P. Dalam, pria 8
3 III Perawatan anak 7
4 IV Obsgyn 9
5 VI Pa & Keluarganya, kasus Penyakit dalam 6
6 VII Ba/Ta & Keluarganya, kasus Bedah + Dokmil 10
7 VIII Ba/Ta & Keluarganya, kasus Bedah + Dokmil 9
8 X Pamen/Pejabat & Keluarganya 8
9 XI Pamen & keluarganya 9
10 XII Askes/Purnawirawan & keluarganya 8
Jumlah 83
Waktu kerja perawat rawat inap terdiri dari 3 (tiga) shift kerja yaitu pagi
pukul 7.30-15.00, shift kerja sore 15.00-21.00 dan shift kerja malam 21.00-7.30.
Jumlah tenaga kerja di Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB, terdiri dari :
a. Kuantitas berdasarkan Daftar Susunan Personel (DSP)
Tabel 4.2. Kuantitas personel Rumkit
No. Status DSP Nyata %
1 Militer 70 104 149
Pamen 40 19 47
Pama 10 6 60
Bintara 13 70 538
Tamtama 7 29 414
2 PNS 391 266 68
Gol IV 9 - 0
Gol III 46 65 157
Gol II 336 189 56
Gol I - 12 120
Jumlah 461 470 102
49
b. Kualitas Personel
Tabel 4.3. Kualitas personel Rumkit
No Kualifikasi Militer Aktif Purn PNS Dep
kes
Kon
sultan Jumlah
1 Dokter umum 4 - 9 7 - 20
2 Dokter gigi 2 3 2 1 - 5
3 Dokter spesialis 9 12 1 5 5 33
4 Ahli Gizi - - - - 1 1
5 Apoteker 2 - - - 1 2
6 Paramedis 74 - 209 17 - 300
7 Non paramedis 13 - 36 3 - 52
Jumlah 104 12 257 33 6 412
4.1.2. Tugas dan kewajiban Rumkit
Rumkit Tk II Putri Hijau Medan dipimpin oleh Karumkit yaitu seorang
Pamen Angkatan Darat (AD) berpangkat Kolonel Ckm, merupakan unsur
pelaksana Kakesdam dalam menyelenggarakan fungsi perumahsakitan ditingkat
Kodam dengan tugas kewajiban sebagai berikut:
1) Menyelenggarakan dan membina serta mengendalikan fungsi
perumahsakitan, organisasi, sistem, metode dan prosedur kerja
dilingkungan Rumkit.
2) Meningkatkan kesejahteraan, daya guna, hasil guna kemampuan kerja dan
pengembangan dalam rangka kesiapan satuan serta keserasian kerja di
Rumkit.
4.1.3. Prosedur Kerja Perawat Ruang Rawat Inap.
Dalam upaya mendukung tugas Rumkit, perawat ruang rawat inap tidak
terlepas dengan kegiatan umum yang berlaku di lingkungan TNI Angkatan Darat
yaitu memulai dan mengakhiri pekerjaan dengan apel bersama, melaksanakan
senam pagi, serta melakukan kebersihan lingkungan bersama. Secara khusus
prosedur kerja perawat ruang rawat inap yang meliputi :
50
1) Melayani seluruh pasien organik militer maupun sipil beserta keluarganya,
pasien pensiunan/Askes dan pasien umum termasuk Askeskin.
2) Membaca buku rawatan dan melihat status, rencana tindakan yang ada pada
papan rencana kegiatan sebelum dokter melaksanakan visite di ruangan.
3) Mendapingi dokter visite terhadap pasien untuk pemeriksaan selanjutnya
atau pemeriksaan penunjang seperti ; laboratorium, rontgen, EKG dan
sebagainya.
4) Perawat melakukan pengecekan segala persiapan operasi yang berhubungan
dengan jenis dan indikasi tindakan operasi dan post operasi, perawat
kembali menjemput pasien dari kamar operasi dan membaca instruksi yang
diberika oleh dokter yang melakukan tindakan operasi.
5) Memberikan obat-obatan terhadap pasien atas anjuran dokter.
6) Melakukan tindakan personal higiene, pengendalian infeksi nosokomial,
penerapan asuhan keperawatan sampai pasien dapat disembuhkan atau tidak
tertolong.
7) Menyelesaikan administrasi bagi pasien yang akan pulang.
4.1.4. Karakteristik Subjek Penelitian
Subyek dalam penelitian adalah tenaga perawat yang bekerja di ruang rawat
inap sebanyak 83 orang perawat. Jumlah tersebut tidak termasuk kepala ruangan
dan tenaga kerja sukarela yang bekerja di ruang rawat inap. Dengan karakteristik
sebagai berikut :
1) Karakteristik berdasarkan Status Kepegawaian
Tabel 4.4. Distribusi Perawat Berdasarkan Status Kepegawaian.
Status Kepegawaian Pria Wanita Jumlah %
Militer 6 3 9 10,8
PNS 10 64 74 89,2
Jumlah 16 67 83 100,0
51
Dari tabel 4.4. di atas dapat diketahui tenaga perawat paling banyak adalah
berstatus PNS yaitu sebanyak 74 orang (89,2%) terdiri dari 64 perawat
wanita dan 10 perawat pria, sedang militer hanya 9 orang (10,8%) terdiri
dari 6 pria dan 3 wanita.
2) Karakteristik berdasarkan Latarbelakang Pendidikan.
Karakteristik berdasarkan latarbelakang pendidikan dengan distribusi
sebagai mana tersebut pada tabel 4.5.
Tabel 4.5. Distribusi Perawat berdasarkan Latarbelakang Pendidikan
Pendidikan Jumlah (orang) Jumlah (%)
SPK 32 38,6
D III (Akper/Akbid) 48 57,8
S1 Keperawatan 3 3,6
Jumlah 83 100,0
Dari tabel 4.5. di atas dapat diketahui tenaga perawat paling banyak adalah
berpendidikan D III Kesehatan (Akper & Akbid) yaitu sebanyak 48 orang
(57,8%) dan berpendidikan SPK 32 orang (38,6%) serta jumlah perawat
berpendidikan S1 Keperawatan sebanyak 3 orang (3,6%).
3) Karakteristik berdasarkan Usia.
Karakteristik berdasarkan usia, menurut Fieldman (1996), orang dewasa
dibagi menjadi 3 fase yaitu Early Adulthood (fase dewasa awal) usia 20-
<40 tahun, Middle age (fase setengah baya) usia 40-45 tahun, dan old age
(dewasa lanjut) usia >45 tahun (Murbin & Ani Cahyadi, 2006).
Tabel 4.6. Distribusi Perawat berdasarkan Usia
Usia perawat Jumlah (orang) Jumlah (%)
20-40 tahun 49 59,0
40-45 tahun 22 26,5
>45 tahun 12 14,5
Jumlah 83 100,0
52
Dari tabel 4.6. di atas dapat diketahui tenaga perawat paling banyak pada
usia 20-40 tahun sebanyak 49 orang (59,0%) dan usia 40-45 tahun sebanyak
22 orang (26,5%) serta jumlah yang terkecil adalah perawat berusia 45-60
tahun sebanyak 12 orang (14,5%).
4) Karakteristik berdasarkan Masa Kerja.
Karakteristik berdasarkan masa kerja di ruang rawat inap tempat perawat
bekerja saat ini dibagi menjadi tiga dengan distribusi sebagai mana tersebut
pada tabel 4.7. Masa kerja yang terlalu lama dapat menimbulkan kebosanan
(As'ad, 2000).
Tabel 4.7. Distribusi Perawat Berdasarkan Masa Kerja
Masa kerja Jumlah (orang) Jumlah (%)
< 5 tahun 21 25,3
5 - 10 tahun 38 45,8
> 10 tahun 24 28,9
Jumlah 83 100,0
Dari tabel 4.7. di atas diketahui tenaga perawat di ruang rawat inap yang
memiliki masa kerja 5-10 tahun sebanyak 38 orang (45,8%) dan masa kerja
> 10 tahun sebanyak 24 orang (28,9%) serta masa kerja < 5 tahun sebanyak
21 orang (25,3%).
5) Karakteristik berdasarkan Tipe Kepribadian.
Karakteristik berdasarkan tipe kepribadian perawat di setiap ruang rawat
inap, dibagi menjadi tiga tipe kepribadian yaitu tipe A, tipe AB dan tipe B
(Andrew Goliszek, 2005), untuk menentukan kategori tipe kepribadian
digunakan skala interval dengan pengukuran data pada sebaran distribusi
normal.
53
Hasil perhitungan skor tipe kepribadian diperoleh Σx =6717, mean (μ) =
80,93 dan standart deviasi (σ) = 13,550. Dengan persamaan x = μ + σ,
maka diperoleh skala interval distribusi normal untuk tipe kepribadian
sebagai berikut :
67,38 80,93 94,48
Gambar 4.1. Skala interval tipe kepribadian pada distribusi normal
Dari perhitungan diatas diperoleh distribusi tipe kepribadian di ruang rawat
inap Rumkit Tk II Putri Hijau Medan sebagaimana tersebut pada tabel 4.8.
Tabel 4.8. Distribusi Perawat Berdasarkan Tipe Kepribadian
Kepribadian Jumlah (orang) Jumlah (%)
Tipe B 7 8,4
Tipe AB 59 71,1
Tipe A 17 20,5
Jumlah 83 100,0
Dari tabel 4.8. di atas dapat diketahui tenaga perawat paling banyak dengan
kepribadian Tipe AB sebanyak 59 orang (71,1%), dan perawat dengan
kepribadian Tipe A sebanyak 17 orang (20,5%) serta perawat dengan
kepribadian Tipe B sebanyak 7 orang (8,4%).
6) Karakteristik berdasarkan Beban Kerja.
Karakteristik beban kerja perawat di setiap ruang rawat inap dibagi menjadi
tiga kategori yaitu ringan, sedang dan berat untuk menentukan kategori
tipe AB
tipe B tipe A
54
beban kerja digunakan skala interval dengan pengukuran data pada sebaran
didistribusi normal.
Hasil perhitungan skor beban kerja diperoleh Σx =2149, μ = 25,89 dan σ =
7,441. Dengan persamaan x = μ + σ, maka diperoleh skala interval
distribusi normal untuk beban kerja sebagai berikut :
18,449 25,89 33,331
Gambar 4.2. Skala interval beban kerja pada distribusi normal
Dari perhitungan diatas diperoleh distribusi beban kerja di ruang rawat inap
Rumkit Tk II Putri Hijau Medan sebagaimana tersebut pada tabel 4.9.
Tabel 4.9. Distribusi Perawat Berdasarkan Beban Kerja
Beban Kerja Jumlah (orang) Jumlah (%)
Ringan 15 18,1
Sedang 53 63,9
Berat 15 18,1
Jumlah 83 100,0
Dari tabel 4.9. di atas dapat diketahui bahwa beban kerja yang paling
banyak terdapat pada kategori sedang yaitu 53 orang (63,9%) dan kategori
ringan dan berat masing-masing 15 orang (18,1%).
.
Sedang
Ringan Berat
55
7) Karakteristik berdasarkan Kondisi Kerja.
Kondisi kerja perawat di setiap ruang rawat inap dibagi menjadi tiga
kategori yaitu tidak menyenangkan, kurang menyenangkan dan
menyenangkan, untuk menentukan kategori kondisi kerja digunakan skala
interval dengan pengukuran data pada sebaran didistribusi normal.
Hasil perhitungan skor kondisi kerja diperoleh Σx =2875, μ = 34,64 dan σ
= 9,181. Dengan persamaan x = μ + σ, maka diperoleh skala interval
distribusi normal untuk kondisi kerja sebagai berikut :
25,459 34,64 43,821
Gambar 4.3. Skala interval kondisi kerja pada distribusi normal
Dari perhitungan diatas diperoleh distribusi kondisi kerja di ruang rawat
inap Rumkit Tk II Putri Hijau Medan sebagaimana tersebut pada tabel 4.10.
Tabel 4.10. Distribusi Perawat Berdasarkan Kondisi Kerja
Kondisi Kerja Jumlah (orang) Jumlah (%)
Menyenangkan 21 25,3
Kurang Menyenangkan 55 66,3
Tidak Menyenangkan 7 8,4
Jumlah 83 100,0
Dari tabel 4.10. di atas dapat diketahui bahwa kondisi kerja paling banyak
pada kategori kurang menyenangkan 55 orang (66,3%) dan kategori
menyenangkan 21 orang (25,3%) serta kategori tidak menyenangkan 7
orang (8,4%).
Kurang
Tidak menyenangkan Menyenangkan Menyenangkan
56
8) Karakteristik berdasarkan Stres Kerja.
Karakteristik berdasarkan stres kerja perawat di ruang rawat inap dibagi
menjadi tiga fase yaitu reaksi tanda waspada, fase resistensi dan fase
kelelahan (Hans Selye, 1974), untuk menentukan kategori stres kerja
digunakan skala interval dengan pengukuran data pada sebaran didistribusi
normal. Hasil perhitungan skor stres kerja diperoleh Σx =8573, μ = 103,29
dan σ = 21,061. Dengan persamaan x = μ + σ, maka diperoleh skala
interval distribusi normal untuk stres kerja sebagai berikut :
82,229 103,29 124,351
Gambar 4.4. Skala interval stres kerja pada distribusi normal
Dari perhitungan diatas diperoleh distribusi stres kerja di ruang rawat inap
Rumkit Tk II Putri Hijau Medan sebagaimana tersebut pada tabel 4.11.
Tabel 4.11. Distribusi Perawat Berdasarkan Stres Kerja
Stres Kerja Jumlah (orang) Jumlah (%)
Reaksi Tanda Waspada 18 21,7
Fase Resistensi 52 62,7
Fase Kelelahan 13 15,7
Jumlah 83 100,0
Dari tabel 4.11. di atas dapat diketahui bahwa stres kerja paling banyak
terdapat pada fase resistensi 52 orang (62,7%), dan reaksi tanda waspada 18
orang (21,7%) serta fase kelelahan 13 orang (15,7%).
Fase resistensi
Reaksi tanda waspada Fase kelelahan
57
4.2. Hasil Analisa
Dalam penelitian ini dilakukan analisa dengan menggunakan Regresi untuk
mengetahui kuatnya hubungan Tipe kepribadian, Beban kerja dan Kondisi Kerja
terhadap Stres kerja (hipotesis 1,2,3). Untuk mengetahui perbedaan Kondisi
kerja, Beban Kerja dan Stres kerja pada klasifikasi ruangan dilakukan dengan
analisa Anova satu jalur (hipotesis 4). Dan untuk mengetahui perbedaan tipe
kepribadian, beban kerja dan kondisi kerja terhadap terjadinya stres kerja perawat
dengan analisa Anova satu jalur (hipotesis 5).
4.2.1. Karakteristik Tenaga Perawat di Ruang Rawat Inap.
Karakteristik tenaga perawat di ruang rawat inap dapat dilihat pada tabel
4.12 yang menggambarkan tentang karakteristik tipe kepribadian, beban, kondisi
dan stres kerja perawat di ruang rawat inap Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam
I/BB.
Tabel 4.12. Karakteristik Tenaga Perawat di Ruang Rawat Inap.
Tipe
Kepribadian
Beban Kerja Kondisi
Kerja
Stres Kerja
Ruang Jum
lah B AB A R S B T K M W R K
I9162243171180
II 8 1 4 3 0 7 1 3 4 1 0 7 1
III 7 0 7 0 0 6 1 0 7 0 1 4 2
IV 9 0 7 2 2 5 2 0 9 0 2 4 3
VI 6 0 5 1 0 5 1 3 3 0 2 4 0
VII 10 0 7 3 2 5 3 2 4 4 0 7 3
VIII 9 1 6 2 3 3 3 3 6 0 1 6 2
X8062170431332
XI 9 3 4 2 5 4 0 3 6 0 4 5 0
XII 8 1 7 0 0 7 1 2 6 0 4 4 0
Total 83 7 59 17 15 53 15 21 55 7 18 52 13
Dari tabel 4.12. di atas dapat diketahui karakteristik tenaga perawat dalam ruang
rawat inap menggambarkan sebagai berikut :
58
1) Tipe kepribadian terlihat bahwa tidak terdapat perawat dengan tipe
kepribadian B pada ruang III, IV, VI , VII dan X, dan tidak terdapat perawat
tipe kepribadian A pada ruang III dan XII, serta jumlah yang paling banyak
adalah tipe kepribadian AB yaitu 59 orang dan pada ruang III 100%
perawatnya dengan kepribadian tipe AB.
2) Beban kerja terlihat bahwa tidak terdapat perawat yang mengalami beban
kerja ringan (R) pada ruang II, III, VI dan XII, dan tidak terdapat perawat
yang mengalami beban kerja berat (B) pada ruang X dan XI, serta jumlah
yang paling banyak perawat dengan beban kerja sedang (S) yaitu 53 orang,
dan pada ruang II, X dan XII 87,5% perawatnya dengan beban kerja sedang.
3) Kondisi kerja terlihat bahwa tidak terdapat perawat yang mengalami tidak
menyenangkan (T) pada ruang III, dan IV, dan tidak terdapat perawat pada
kondisi kerja menyenangkan (M) pada ruang III, IV, VI, VIII, X dan XII, serta
jumlah yang paling banyak perawat dengan kondisi kerja kurang
menyenangkan (K) yaitu 55 orang, dan pada ruang III dan IV 100%
perawatnya mengalami kondisi kerja kurang menyenangkan.
4) Stres kerja terlihat bahwa tidak terdapat perawat yang stres kerja pada reaksi
tanda waspada (W) pada ruang II, dan VII, dan tidak terdapat perawat pada
stres kerja fase kelelahan (K) pada ruang I, VI, XI dan XII, serta jumlah yang
paling banyak perawat mengalami stres kerja pada fase resistensi (R) yaitu 52
orang, dan pada ruang I 88,9% perawatnya mengalami stres kerja fase
resistensi.
59
4.2.2. Hubungan Tipe Kepribadian, Kondisi Kerja dan Beban Kerja
terhadap Stres Kerja Perawat.
Untuk melihat hipotesis 1, 2 dan 3 yaitu hubungan variabel stres kerja (Y)
dengan tipe kepribadian (X1), kondisi (X2), dan beban kerja (X3) dilakukan
dengan uji Regresi pada _ =0,05 untuk 3 prediktor dengan persamaan sebagai
berikut : Y=a+b1X1+b2X2+b3X3. Dimana Y=variabel dependent (stres kerja)
sedangkan X1,X2 dan X3 adalah variabel independent, a=konstanta perpotongan
garis pada sumbu X1 dan b1, b2 dan b3 adalah koefisein regresi. Hasil analisa
regresi pada tabel ANOVA dibawah ini memberikan gambaran hasil sebagai
berikut :
Tabel 4.13. Hasil Analisa Regresi dari Tipe Kepribadian, Beban dan Kondisi
Kerja terhadap Stres Kerja
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Y=a+b1X1 3,246 1 3,246 9,579 ,003(a)
Residu 27,452 81 ,339
Total 30,699 82
Y=a+b1X1+b2X2 4,510 2 2,255 6,889 ,002(b)
Residu 26,188 80 ,327
Total 30,699 82
: Y=a+b1X1+b2X2+b3X3 8,012 3 2,671 9,299 ,000(c)
Residu 22,687 79 ,287
Total 30,699 82
Untuk menguji signifikansi koefisien regresi pada tabel ANOVA diatas maka
dilakukan perhitungan untuk mencari nilai b2 dan nilai b3 dimana diketahui nilai
sum of squares pada persamaan regresi adalah 8,012 dengan nilai b1 = 3,246
maka untuk nilai b3 diperoleh 8,012-4,510 =3,502 dan untuk nilai b2 diperoleh
4,510-3,246 =1,264, sebagaimana terlihat pada tabel 4.14.
60
Tabel 4.14. Nilai Masing-masing Variabel pada Analisa Regresi dari Tipe
Kepribadian, Beban dan Kondisi Kerja terhadap Stres Kerja
Source df Sum of
Squares
Mean
Square
F F.05
b1 1 3,246 3,246 11,31 3,96
b2 1 1,264 1,264 4,20 3,96
b3 1 3,502 3,502 12,20 3,96
Residu 79 22,687 0,287
Total 82 30,699
Dari tabel 4.14. diatas diketahui bahwa :
1. Model hipotesa 1 dimana H0 = Tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara tipe kepribadian dengan stres kerja, menunjukkan hasil F hitung
(11,31)>F tabel adalah 3,96, sehingga H0 ditolak dengan signifikansi p<0,05
2. Model hipotesa 2 dimana H0 = Tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara beban kerja dengan stres kerja, menunjukkan hasil F hitung (4,20) > F
tabel adalah 3,96, sehingga H0 ditolak dengan signifikansi p < 0,05.
3. Model hipotesa 3 dimana H0 = Tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara kondisi kerja dengan stres kerja, menunjukkan hasil F hitung (12,20) >
F tabel adalah 3,96 sehingga H0 ditolak dengan signifikansi p < 0,05.
Untuk mengetahui besarnya pengaruh/korelasi variabel indevendent (X) pada
persamaan Y=0,391+0,241.X1+0,174.X2+0,376.X3 dilakukan perhitungan untuk
mencari nilai sumbangan dari masing-masing variabel X yaitu rx1y, rx2y dan rx3y
sebagai berikut :
R2 untuk tipe kepribadian (X1) atau (rx1y ) adalah 0,106
30,699
R2 = 3,246 =
R2 untuk beban kerja (X2) atau (rx2y) adalah 0,041
30,699
R2 = 1,264 =
R2 untuk kondisi kerja (X3) atau (rx3y) adalah 0,114
30,699
R2 = 3,502 =
61
Dari perhitungan diatas diketahui sumbangn tebesar di dalam hubungan variabel
diatas diperoleh dari variabel kondisi kerja (X3) yaitu 0,114, selanjutnya variabel
tipe kepribadian (X1) yaitu 0,106 dan terakhir oleh variabel beban kerja (X2) yaitu
0,041.
4.2.3. Perbedaan Tipe Perilaku, Beban Kerja, Kondisi Kerja dan Stres Kerja
Perawat Pada Klasifikasi Pasien di Ruang Rawat Inap.
Hasil ANOVA satu jalur terhadap variabel tipe kepribadian, kondisi, beban
kerja dan stres kerja pada klasifikasi pasien (hipotesis 4) belum menunjukkan
perbedaan yang signifikan. Rataan (Mean) masing-masing variabel tersebut dapat
dilihat pada tabel 4.15.
Tabel 4.15. Perbedaan Tipe Kepribadian, Beban Kerja, Kondisi Kerja dan
Stres Kerja Pada Klasifikasi Pasien di Ruang Rawat Inap
Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB TA 2007
Tipe Kepribadian Beban Kerja Kondisi Kerja Stres Kerja
Ru N
Mean F p Mean F p Mean F p Mean F p
I 9 82,44 0,691 0,715 28,44 1,130 0,353 39,11 1,011 0,439 101,78 1,531 0,153
II 8 85,13 24,38 33,88 114,63
III 7 75,29 28,14 32,57 103,00
IV 9 83,22 28,33 34,89 109,67
VI 6 77,50 25,17 28,83 92,67
VII 10 85,40 27,40 39,90 112,20
VIII 9 81,67 28,11 33,67 108,00
X 8 83,88 22,63 34,63 104,88
XI 9 76,33 20,89 33,44 91,22
XII 8 75,75 24,88 32,13 90,25
Total 83
Dari tabel 4.15 di atas dapat dilihat bahwa dari hasil uji ANOVA satu jalur
terhadap penerapan klasifikasi pasien pada :
1. Pada tipe kepribadian menunjukkan F hitung (0,691) < F tabel (9;73,0,05) (2,67)
dengan signifikansi p>0,05 maka H0 diterima. Artinya belum terdapat
perbedaan yang bermakna tipe kepribadian perawat pada penerapan klasifikasi
62
pasien pada nilai rata-rata 80,93 dan standar deviasi 13,55 dengan rentangan
yang bervariasi memiliki nilai terbesar rentangan 5,64.
2. Pada beban kerja menunjukkan F hitung (1,130) < F tabel (2,67) dengan
signifikansi p>0,05 maka H0 diterima. Artinya belum terdapat perbedaan
yang bermakna beban kerja perawat pada penerapan klasifikasi pasien pada
nilai rata-rata 25,89 dan standar deviasi 7,44 dengan rentangan yang bervariasi
memiliki nilai terbesar rentangan 7,55 nilai ini lebih besar dari standar deviasi
yaitu pada ruang XI memiliki nilai rata-rata paling kecil (20,89) artinya pada
ruang ini perbandingan rata-rata perawat lebih banyak dengan beban kerja
ringan.
3. Kondisi kerja menunjukkan F hitung (1,011) < F tabel (2,67) dengan
signifikansi p>0,05 maka H0 diterima. Artinya belum terdapat perbedaan yang
bermakna kondisi kerja perawat pada penerapan klasifikasi pasien pada nilai
rata-rata 34,64 dan standar deviasi 9,18 dengan rentangan yang bervariasi
memiliki nilai terbesar rentangan 11,07 nilai ini lebih besar dari standar
deviasi yaitu pada ruang VI memiliki nilai rata-rata paling kecil (28,83)
artinya pada ruang ini perbandingan nilai rata-rata perawat banyak dengan
kondisi tidak menyenangkan.
4. Stres kerja menunjukkan F hitung (1,531) < F tabel (2,67) dengan signifikansi
p>0,05 maka H0 diterima. Dengan demikian tidak terdapat perbedaan yang
bermakna kondisi kerja perawat pada penerapan klasifikasi pasien pada nilai
rata-rata 103,29 dan standar deviasi 21,061 dengan rentangan yang bervariasi
memiliki nilai terbesar rentangan 21,95 nilai ini lebih besar dari standar
deviasi yaitu pada ruang XII memiliki nilai rata-rata paling kecil (90,25)
artinya pada ruang ini perbandingan nilai rata-rata perawat banyak dengan
tingkat stres pada reaksi waspada.
63
4.2.4. Perbedaan Tipe Kepribadian, Beban Kerja dan Kondisi Kerja Pada
Stres Kerja Perawat.
Untuk melihat adanya perbedaan tipe kepribadian, kondisi dan beban kerja
pada stres kerja perawat (hipotesis 5) dilakukan dengan menggunakan uji
ANOVA satu jalur. Hasil uji sebagaimana tersebut pada tabel 4.16
Tabel 4.16. Perbedaan Tipe Kepribadian, Beban Kerja dan Kondisi Kerja
Pada Stres Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumkit Tk II
Putri Hijau Kesdam I/BB TA 2007
STRES Tipe Kepribadian Beban Kerja Kondisi Kerja
KERJA N
Mean F p Mean F p Mean F p
Reaksi tanda
Waspada 18 72,50 5,957 ,004 20,28 10,553 ,000 29,44 8,707 ,000
Fase
Resistensi 52 82,15 26,52 34,54
Fase
Resistensi 13 87,69 31,15 42,23
Total 83
Dari tabel 4.16 di atas dapat dilihat bahwa hasil uji ANOVA satu jalur
terhadap stres kerja pada :
1. Tipe kepribadian menunjukkan F hitung (5,957) > F tabel (1;81,0,05) (3,99)
dengan signifikansi p<0,05 maka H0 ditolak. Artinya terdapat hubungan yang
bermakna antara tipe kepribadian dengan stres kerja.
2. Beban kerja menunjukkan F hitung (10,553) > F tabel (3,99) dengan
signifikansi p<0,05, maka H0 ditolak.. Artinya terdapat hubungan yang
bermakna antara beban kerja dengan stres kerja.
3. Kondisi kerja menunjukkan F hitung (8,707) > F tabel (3,99) dengan
signifikansi p<0,05 maka H0 ditolak. Artinya terdapat hubungan yang
bermakna antara tipe kepribadian dengan stres kerja.
64
4.3. Pembahasan
Berbagai situasi dan kondisi kerja dapat menjadi sumber potensial
munculnya stres karena setiap aspek dalam lingkungan kerja dapat dirasakan
sebagai stres oleh pekerja. Cara pandang perawat dalam melihat situasi kerja akan
menentukan besarnya stres yang dialami perawat.
Stres ditempat kerja adakalanya berguna untuk menimbulkan persaingan
yang dinamis dalam rangka meningkatkan kinerja, tetapi juga merupakan
penghalang bagi kreatifitas dan prestasi kerja jika stres kerja tidak dikelola dengan
baik. Jika tidak ada stres, tantangan kerja juga tidak ada, prestasi kerja cenderung
rendah, sejalan dengan meningkatnya stres, prestasi kerja juga naik, karena stres
membantu perawat untuk mengerahkan segala sumber daya dalam memenuhi
berbagai persyaratan atau kebutuhan pekerjaan. Stres pada tingkat tertentu
bertindak sebagai stimulus atau dorongan untuk bertindak, namun ketika stres
meningkat sampai pada fase kelelahan maka prestasi kerja dapat menurun secara
dratis. (Rasmun, 2004). Kondisi ini terjadi karena perawat akan lebih banyak
menggunakan waktunya untuk melawan stres dari pada untuk melaksanakan
tugasnya.
4.3.1. Karakteristik Perawat di Ruang Rawat Inap.
Karakteristis berdasarkan status kepegawaian yang terbanyak adalah PNS
(89,2%). Dengan status PNS perawat akan lebih terbuka dalam berkomunikasi
karena sistem yang berlaku dilingkungan PNS tidak seperti yang berlaku di
lingkungan militer yang selalu tunduk dan patuh kepada perintah atasan (butir
dalam Sapta Marga). Hal ini bermanfaat dalam kebebasan berkomunikasi untuk
dengan tujuan tercapainya pelayanan kesehatan yang baik.
65
Karakteristik latar belakang pendidikan terbanyak adalah Diploma dan S1
(61,4%). Tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap kualitas dalam bekerja.
Kualitas yang rendah dapat mengakibatkan beban kerja menjadi bertambah, dan
menimbulkan stres (Cooper, 1983).
Karakteristik usia perawat yang terbanyak pada usia dewasa awal (59%)
dalam usia ini perubahan bersifat fisik baik efisiensi, kesehatan dan kekuatan
tenaga fisik mencapai puncaknya, secara psikis muncul keinginan dan usaha
pemantapan, sering mengalami keteganggan emosi karena kompleksitas
persoalan, kemampuan mental seperti penalaran, mengingat dan kreatif pada
posisi puncak. (Murbin, 2006)
Karakteristik masa kerja yang terbanyak pada 5-10 tahun (45,8%), hal ini
memberikan pengaruh terhadap kematangan pengalaman perawat di ruangan,
tetapi bila terlalu lama dapat menimbulkan kebosanan, terutama bila lingkungan
kerja kurang menyenangkan maka kondisi ini akan menimbulkan stres (Andew
Goliszek 2005).
Karakteristik tipe keperibadian perawat yang paling banyak pada
kepribadian tipe AB (71,1%), tipe ini merupakan orang yang berperilaku
sebagian tipe A dan sebagian tipe B dimana tipe ini adalah baik bagi perawat
karena itu memungkinkan perawat untuk mencapai sasaran, termotivasi dan
produktif. Pada tipe ini perawat dapat mengetahui cara berelaksasi serta tidak
terlalu agresif dan kompetitif. Meski demikian tidak berarti perawat tidak serius
dalam bekerja, melainkan dalam situasi tertentu perawat cenderung aktif,
kompetitif dan produktif. Selain itu, perawat dapat melakukan apapun yang
66
dilakukan orang dengan tipe A, tanpa harus bermusuhan, agresif, tidak sabar atau
merasa terancam.
Karakteristik beban kerja perawat yang terbanyak adalah pada beban kerja
sedang yaitu 63,9%. Beban kerja ini tidak terlepas dari masing-masing individu
perawat karena setiap individu memiliki daerah kerja dimana beban kerja yang
tidak sesuai dapat menimbulkan stres kerja, bila terlalu berat akan menimbulkan
kelelahan dan bila beban kerja terlalu ringan dapat menimbulkan kebosanan, tidak
tertarik dan kelelahan kerja (Martha Davis, Elizabet RE, Mathew Mc. Kay,1995).
Karakteristik kondisi kerja perawat yang terbanyak adalah kondisi kerja
kurang menyenangkan yaitu 66,3%. Kondisi kerja akan mempengaruhi
lingkungan kerja yang dapat menimbulkan stres karena perubahan lingkungan
akan merangsang sikap pekerja untuk dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan kerja (Susilawati, dkk, 2004).
Karakteristik stres kerja perawat yang paling banyak pada fase resistensi
(stres sedang) yaitu (62,7%). Pada fase resistensi perawat mencoba berbagai
macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta
mengatur strategi untuk mengatasi stresor. Tubuh berusaha mengimbangi proses
fisiologis yang telah dipengaruhi selama reaksi waspada untuk sedapat mungkin
kembali kekeadaan normal dan pada waktu yang sama tubuh mengatasi faktorfaktor
penyebab stres. Bila teratasi gejala stres akan menurun tepati bila tidak
stressor akan berjalan terus dan ketahanan tubuh untuk beradaptasi akan habis
karena ketahanan tubuh ada batasnya dalam beradaptasi. Bila ketahanan tubuh
habis maka akan berpengaruh terhadap kognitif dan emosi ini memacu terjadinya
67
perubahan perilaku terutama bila stres terjadi berkepanjangan. Perubahan ini
meliputi penurunan minat dan aktivitas penurunan energi, tidak masuk/terlambat,
cenderung mengepreksikan pandangan sinis pada pasien atau teman kerja
cenderung melemahkan tanggung jawab terhadap kekurangan pada orang lain,
serta mengalami gangguan tidur (Charles Abraham & Eamon Shanly, 1996).
4.3.2. Hubungan Tipe Kepribadian Beban kerja dan Kondisi kerja terhadap
Stres Kerja Perawat.
Hasil Analisa Regresi pada _=0,05 untuk 3 prediktor (tipe kepribadian,
beban dan kondisi keja) menunjukkan regresi sebgai berikut :
Y= 0,391 + 0,241.X1 + 0,174. X2 + 0,376.X3
Dari persamaan ini berarti stres kerja akan naik bila variabel prediktor ada yang
naik dan sebaliknya. Setelah dicari harga R2 diketahui besarnya sumbangsih
variabel X terhadap persamaan regresi diatas yaitu variabel X3 (kondisi kerja)
sebesar 0,114 , variabel X1 (tipe kepribadian) sebesar 0,106 dan variabel X2
(beban kerja) sebesar 0,041.
Hubungan tipe kepribadian dengan stres kerja menggambarkan bawah 10,6% dari
tipe kepribadian memberikan pengaruh terhadap terjadinya stres kerja terutama
pada tipe kepribadian A, karena tipe ini memiliki perilaku dan sikap mental
dengan ciri-ciri yang rentan terhadap stres (Dadang Hawari, 2001).
Hubungan beban kerja dengan stres kerja menggambarkan bawah 4,10%
dari beban kerja memberikan pengaruh terhadap terjadinya stres kerja. Beban
kerja yang tidak sesuai baik dari kuantitas atau kualitas perawat dapat
menimbulkan stres. Karena bila beban terlalu banyak akan terjadi kelelahan dan
68
bila beban terlalu sedikit akan timbul kebosanan, ketidak puasan. Antara
kelelahan dan kebosanan keduanya merupakan sumber pencetus stres (Cooper
1983).
Hubungan kondisi kerja dengan stres kerja menggambarkan bawah 11,4%
dari kondisi kerja memberikan pengaruh terhadap terjadinya stres kerja. Bila
kondisi kerja semakin kurang nyaman maka akan menimbulkan semakin tinggi
pula stres, demikian pula sebaliknya semakin baik kondisi maka semakin ideal
tingkat stres yang dialami.
Kondisi kerja yang kurang baik dapat menimbulkan gangguan dan
ancaman, dalam kondisi kerja seperti ini akan menyebabkan perawat menjadi
pelupa, lebih banyak kesalahan dalam aktivitas dan penurunana kemampuan
dalam membuat rencana (Fortana, 1984 yang dikutif oleh Charles Abraham 1996)
Perubahan kondisi kerja akan menimbulkan reaksi pekerja untuk dapat
menyesuaikan diri dalam kondisi yang ada. Apabila pekeja kurang mampu
beradaptasi dengen kondisi kerja yang ada maka akan cenderung mengalami stres
kerja (Anoraga, 2001).
4.3.3. Perbedaan Tipe Kepribadian, Beban Kerja, Kondisi Kerja dan Stres
Kerja Perwat Pada Klasifikasi Pasien di Ruang Rawat Inap.
Dari hasil uji ANOVA satu jalur terhadap tipe kepribadian, beban kerja,
kondisi kerja dan stres kerja pada klasifikasi pasien di ruang rawat inap
memberikan hasil H0 diterima, yang berarti belum terdapat perbedaan yang
bermakna antara tipe kepribadian, beban kerja, kondisi kerja dan stres kerja pada
klasifikasi ruang rawat inap.
69
Ha ini menggambarkan bahwa penerapan klasifikasi pasien diruang rawat
inap sudah cukup baik terhadap beban kerja, kondisi dan stres kerja, walaupun
dalam kenyataan ada perbedaan namun secara statistik belum menunjukkan
tingkat kebermaknaan.
4.3.4. Perbedaan Tipe kepribadian, Beban Kerja dan Kondisi Kerja Pada
Stres Kerja Perawat.
Dari hasil uji ANOVA satu jalur pada tipe kepribadian, beban kerja dan
kondisi kerja terhadap stres kerja menunjukkan H0 ditolak, yang berarti terdapat
perbedaan yang bermakna antara tipe kepribadian, beban kerja dan kondisi kerja
terhadap terjadinya stres kerja.
Perbedaan tipe kepribadian, beban kerja dan kondisi kerja ditunjukkan pada
nilai F hitung > F tabel dan perbedaan besarnya nilai rata-rata untuk masingmasing
variabel yang berbeda.
Pada tipe kepribadian yang sangat mempengaruhi terjadinya stres adalah
kepribadian tipe A karena memiliki perilaku lebih mudah stres, sedangkan
kepribadian tipe B lebih tahan terhadap stres dan kepribadian tipe AB merupakan
orang yang memiliki perilaku sebagian tipe A dan sebagian tipe B sehingga lebih
mudah dalam beradaptasi tergantung mana yang lebih dominan (Andrew
Goliszek, 2005).
Perbedaan beban kerja memberikan gambaran terhadap terjadinya stres
kerja yang berbeda dimana setiap kita memiliki batasan ukuran kemampuan
dalam bekerja, bila beban terlalu ringan maka timbul kebosanan dan bila terlalu
70
berat akan menimbulkan kelelahan yang berpengaruh terhadap stres kerja
(Cooper, 1983).
Perbedaan kondisi kerja memberi gambaran terhadap terjadinya stres kerja
yang berbeda kondisi kerja yang kurang nyaman akan berpotensi terhadap
terjadinya stres kerja. Perubahan kondisi kerja akan menimbulkan reaksi pekerja
untuk dapat menyesuaikan diri dalam kondisi yang ada. Apabila pekerja kurang
mampu beradaptasi dengan kondisi kerja yangada maka akan cenderung
mengalami stres kerja (Anoraga, 2001).
71
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, penulis menarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan yang bermakna antara tipe kepribadian dengan stres kerja
di ruang rawat inap Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB tahun 2007, pada
taraf keyakinan α=0,05 dengan koefisien regresi sebesar 0,106.
2. Terdapat hubungan yang bermakna antara beban kerja dengan stres kerja di
ruang rawat inap Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB tahun 2007, pada
taraf keyakinan α=0,05 dengan koefisien regresi 0,041.
3. Terdapat hubungan yang bermakna antara kondisi kerja dengan stres kerja di
ruang rawat inap Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB tahun 2007, pada
taraf keyakinan α=0,05 dengan koefisien regresi 0,114.
4. Belum terdapat perbedaan yang bermakna antara tipe kepribadian, beban
kerja, kondisi kerja dan stres kerja pada tiap ruangan rawat inap Rumkit
Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB tahun 2007 pada taraf keyakinan α=0,05.
5. Terdapat perbedaan yang bermakna antara tipe kepribadian terhadap stres
kerja, kondisi kerja terhadap stres kerja dan beban kerja terhadap terjadinya
stres kerja di Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB tahun 2007, pada taraf
keyakinan α=0,05.
72
. 5.2. Saran
Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan dan untuk dapat menanggulangi stres
kerja disarankan :
1. Kepada pihak Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB
a. Menerapkan rotasi kerja secara periodik agar tidak timbul kebosanan bila berada
di ruang rawat inap dengan kondisi yang kurang menyenangkan dan beban kerja
yang berat selain itu rotasi kerja dapat memberi motivasi kerja bagi perawat.
b. Memberikan kesempatan kepada perawat untuk meningkatkan pendidikan dan
pengetahuan terutama yang masih berpendidikan SPK guna meningkatkan
kemampuan dalam menghadapi kondisi dan beban kerja yang semakin komplek.
c. Memberikan pembinaan kepada perawat yang terindikasi mengalami stres pada
fase kelelahan.
d. Menciptakan kondisi kerja yang menyenangkan dengan berbagai hal seperti
memperhatikan hak perawat, mengadakan kegiatan olah raga, pembinaan terhadap
perawat dan adanya petunjuk kerja yang jelas.
e. Membuat kotak saran untuk mengumpul informasi tentang kondisi dan beban
kerja perawat serta permasalahan yang ada di ruang rawat inap sebagai bahan
masukan bagi rumah sakit.
73
2. Kepada perawat di ruang rawat inap Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB
disarankan :
a. Bekerja sesuai prosedur dan skala prioritas serta tidak bekerja secara berlebihan
yang tidak ada hubungannya dengan tugas dan tanggung jawab sebagai perawat.
b. Selalu berupaya meningkatkan pengetahuan yang berhubungan dengan tindakan
keperawatan di ruangan.
c. Menciptakan kerjasama sesama tenaga kesehatan di rumah sakit untuk mengatasi
beban kerja yang berlebih dan menciptakan kondisi kerja yang menyenangkan.
d. Melakukan relaksasi dengan berolah raga, memanfaatkan waktu istirahat dengan
benar.
74
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, Tjandra Yoga. Manajemen Administrasi Rumah Sakit Universitas
Indonesia, 2000.
Adi Wardana, A.S. Pencegahan Kecelakanan, Cetakan Pertama, PT. Pustaka
Binama Pressindo, Jakarta, 1989.
Andrew, G. Manajemen Stres, Cara Tercepat Untuk Rileks dan Menghilangkan
Rasa Cemas, PT. Bhuana Ilmu Populer, 1992
Anies, Penyakit Akibat Kerja, Berbagai Penyakit Akibat Lingkungan Kerja dan
Upaya penanggulangannya, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta,
2005.
Anoraga Pandji, Psikologi Kerja, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 2004.
Arwani & Heru Supriyatno, Manajemen Bangsal Keperawatan, Kedokteran EGC,
2004.
As'ad, Setyawati dkk, Psikologi Industri, Yogyakarta, 2000.
Arikunto, Suharsimi, Dr. Prof. Manajemen Penelitian, Cetakan kelima PT.
Rineka Cipta, Jakarta, 2000
Arwani & Heru Supriyanto, Manajemen Bangsal Keperawatan, Buku Kedokteran
EGC, Jakarta, 2004
Bakeer, dkk Penelitian Stres Kerja, E-Psikologi Com, Team E - Psikologi,
Informasi, Pskologi Online, Jakarta, 1987.
Bartlett & Jones , Stress Manajement, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2004.
Beehr TA, dan Newman JE, Penelitian Stres Kerja, E-PSikologi.Com, Team EPsikologi,
Informasi Online, Jakarta, 1987.
Brecht, Grant, Mengenal dan Menanggulangi Stres, PT. Prenhallindo, Jakarta,
2000.
Brown Montange, Manajemen Keperawatan Kesehatan; Stategi, Struktur dan
Proses, ECG, Jakarta, 1997.
Charles Abraham and Eamon Shanley, Social Psychology For Nurses, First
Pusblished in Great Britain, 1992.
75
Cooper CL, Managerial Occupational and Organizational Stres Research. Available at;
http://www.ashgate.com.
Dadang Hawari, Manajemen Stres, Cemas dan Depresi, Gaya Baru, Jakarta, 2006.
Davis & Newstron, http://www.Google.com/Archives/Article5-987.html, 2001.
Depkes RI, Pedoman Teknis Upaya Kesehatan Kerja di Rumah Sakit, Pusdiknakes,
1996.
Depkes RI, Undang-Undang Kesehatan , Depkes RI, Jakarta 1992.
Dirkesad, Tata Cara Penerimaan Pasien di Rumkit Jajaran Kesehatan Angkatan Darat,
Jakarta, 1989
Donglas, L.M., The Effective Nurse: Leader and Manager, St. Louis, 1992.
Ed Boenisch & Michele Haney, The Stres Owner's Manual, Meaning, Balance & Health
In Your Life, Menggapai Keseimbangan Hidup, Gramedia, Jakarta, 2004.
Fraser, Stres dan Kepuasan Kerja, PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakara, 1992.
Gullies DA, Nursing Management a System Approach, Philadelphia, WB Sounder Co,
1989.
Hidayat, T, Stres Dalam Lingkungan Pekerjaan, Jiwa, Majalah Psikiatri, Tahun XXXI,
No. 3, Yayasan Kesehatan Jiwa "Dharmawangsa", Jakarta, 1989.
Jacobalis, Menjaga Mutu Pelayanan Rumah Sakit, PT. Citra Wisnu Satria, Jakarta, 1989.
Johanes, Kebosanan Kerja, E-Psikologi. Com, Team E-Psikologi, Informasi Psikologi
Online, Jakarta, 2002
Lesley Towner, Managing Employee Stress, PT Elex Media Komputindo, Kelompok
Gramedia, Jakarta 2002.
Martha Davis, dkk, The Relaxation & Stres Reduction Workbook, edisi III, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1995.
Maramis, W.F, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press, Surabaya,
1998.
Murbir & Ani Cahyadi, Psikologi perkembangan, PT. Ciputa, Press Group, Jakarta,
2006
76
Notoamodjo, S, Metodologi Penelitian Kesehatan, Cetakan pertama, PT.Rineka Cipta,
Jakarta, 1993.
Nursalam, Proses & Dokumentasi Keperawatan Konsep & Praktek, Penerbit Salemba
Medika, Jakarta, 2001.
Nurmiati, A, Stres dan Hubungannya dengan Gangguan Kardiovasculer, Jiwa, Majalah
Psikiatri, Tahu XXXII, No 4, Yayasan Kesehatan Jiwa "Dharma Wangsa",
Jakarta, 1999.
Pratomo H dan Sudarti, Pedoman Usaha Penelitian Bidang Kesehatan Masyarakat,
Depdikbud, 1986.
Rasmun, Stres, Koping dan Adaptasi, Teori dan Pohon Masalah Keperawatan, CV.
Sugeng Seto, Jakarta, 2004.
Riduwan, Dasar-dasar Statistik, Bandung, Alpabeta, 2003.
Rice PL, Stres and Health, 2nd ed. Pacific Grove, California, Brooks/Cole, 1992.
Scholler, Penelitian Dampak Stres, E-Psikologi. Com, Team E-Psikologi, Informasi,
Psikologi Online, Jakarta, 2002.
Sunaryo, Psikologi Untuk Perawat, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2002.
Surat Keputusan Mentri Kesehatan RI, No. 983/Menkes/SK/IX/1992, Tentang Pedoman
Organisai Rumah Sakit Umum, 1992.
Suroto, Stres Cara Mengendalikan, Pengalaman pribadi sebagai pasien PT. Ortindo,
Gajah Mada University Press, 2001.
Susilawati, dkk, Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Buku Kedokteran ECG,
Jakarta, 2004.
Sudjana, Metode Statistika, Tarsito, Bandung, 2002.
Trihendradi Cornelius, Step by Step SPSS 13 Analisis Data Statistik, Andi, Yogyakarta,
2005.
Widyastuti, P, Manajemen Stres, National Safety Councli, Buku Kedokteran EGC,
Jakarta, 1999.
77
Lampiran :1
Instrumen A
IDENTIFIKASI RESPONDEN
1. Identitas responden
Ruang : ....................................................................
Lama Kerja : ....................................................................
Umur : ....................................................................
Pendidikan : 1. SPK
2. D III Kesehatan
3. S1 Kesehatan
78
Lampiran : 2
Instrumen B
Koesioner Tipe Kepribadian
(Andrew G, 1992)
Berilah tanda (􀀹) pada kolom angka yang ada di sebelah kanan pada masing-masing
butir pertanyaan dengan pilihan sesuai dengan yang anda alami :
Skore :
1 = Tidak pernah
2 = Jarang
3 = Kadang-kadang
4 = Biasanya
5 = Selalu terjadi
No PERTANYAAN SKOR 1 2 3 4 5
1 Saya menjadi marah atau terganggu ketika harus
menunggu lebih dari 15 menit
2 Saya menagani lebih dari satu masalah pada waktu
yang bersamaan
3 Saya mengalami kesulitan menemukan waktu untuk
rileks pada siang hari
4 Saya menjadi tersinggung atau jengkel jika ada orang
yang berbicara terlalu lambat
5 Bila dalam pertandingan atau permainan saya berusaha
keras memenangkan
6 Ketika saya kalah dalam pertandingan atau permainan,
saya merasa marah pada diri saya atau orang lain
7 Saya sulit melakukan hal-hal untuk kesenangan diri
sendiri
8 Saya dapat bekerja lebih baik di bawah tekanan atau
tantanggan
9 Saya sering melihat jam pada saat saya sedang dudukduduk
atau tidak mengerjakan sesuatu secara aktif
10 Saya membawa pekerjaan ke rumah
11 Saya merasa bersemangat dan senang setelah berada
dalam situasi di bawah tekanan atau tantanggan
12 Saya merasa perlu mengambil kendali tindakan agar
semuanya dapat berjalan
13 Saya merasa bahwa saya makan dengan cepat agar
saya dapat segera kembali ke tempat kerja
14 Saya melakukan berbagai hal secara cepat,entah ketika
saya punya banyak waktu atau tidak
79
No PERTANYAAN SKOR 1 2 3 4 5
15 Saya memotong pembicaraan seseorang ketika saya
pikir orang itu salah
16 Saya tidak fleksibel dan kaku ketika berhubungan
dengan perubahan di tempat kerja atau rumah
17 Saya menjadi tidak tenang atau gelisa dan harus
bergerak ke sana-sini jika saya berusaha untuk rileks
18 Saya makan lebih cepat daripada orang-orang yang
makan bersama saya
19 Di tempat kerja, saya perlu melakukan lebih dari satu
tugas sekaligus atau bersamaan agar saya merasa
produktif
20 Saya mengambil waktu istirahat/liburan lebih sedikit
dari pada yang menjadi hak saya
21 Saya sangat selektif dan memerhatikan berbagai hal
secara rinci
22 Saya merasa jengkel terhadap siapa pun yang tidak
bekerja keras
23 Saya merasa tidak ada hal-hal yang perlu dikerjakan
pada siang hari
24 Saya banyak menghabiskan waktu untuk berfikir
mengenai pekerjaan saya
25 Saya mudah bosan
26 Saya aktif di akhir minggu, baik bekerja ataupun
mengerjakan pekerjaan tertentu
27 Saya terlibat dalam adu pendapat dengan orang-orang
yang tidak sepaham dengan saya
28 Saya berusaha keras beradaptasi kapan pun masalah
muncul
29 Saya memotong pembicaraan orang untuk
mempercepat segalanya
30 Saya bersikap serius terhadap apa pun yang saya
kerjakan
80
Lampiran : 3
Instrumen C
Kuesioner
Pengukuran Beban Kerja
(Nursalam, 2003)
Petunjuk : Berilah tanda (􀀹) pada kolom angka yang ada di sebelah kanan pada masingmasing
butir pernyataan dengan pilihan sebagai berikut :
Skore
1 = Tidak penah ada keluhan dalam melakukan tugas
2 = Jarang timbul keluhan dalam melaksanakan tugas
3 = Kadang-kadang timbul keluhan dalam melaksanakan tugas
4 = Biasanya timbul keluhan dalam melaksanakan tugas
5 = Selalu timbul keluhan dalam melaksanakan tugas
No PERTANYAAN SKOR 1 2 3 4 5
1 Beban kerja terhadap observasi pasien selama jam kerja
2 Beban kerja terhadap banyak pekerjaan yang harus
dilakukan
3 Beragamnya jenis pekerjaan yang harus dilakukan
4 Beban kerja terhadap kontak langsung perawat dengan
klien di ruang rawat
5 Beban kerja terhadap kurangnya tenaga perawatan di
ruang rawat dibandingkan dengan jumlah pasien
6 Beban kerja karena pengetahuan dan keterampilan yang
saya miliki tidak mampu mengimbangi sulitnya pekerjaan
7 Beban kerja terhadap harapan pimpinan rumah sakit
terhadap pelayanan yang berkualitas.
8 Beban kerja terhadap tuntutan keluarga untuk keselamatan
pasien.
9 Beban kerja terhadap setiap saat dihadapkan pada
keputusan yang harus tepat
10 Beban kerja terhadap tanggung jawab dalam
melaksanakan perawatan pasien terlalu banyak
11 Beban kerja terhadap setiap saat menghadapi pasien
dengan karakteristik dalam kondisi lemah
12 Beban kerja terhadap tugas pemberian obat-obatan
13 Beban kerja terhadap tindakan penyelamatan pasien
81
Lampiran : 4
Instrumen D
Kuesioner
Pengukuran Kondisi Kerja
(Nursalam, 2003)
Petunjuk : Berilah tanda (􀀹) pada kolom angka yang ada di sebelah kanan pada masingmasing
butir pernyataan dengan pilihan sebagai berikut :
Skore :
1 = Sangat tidak menyenangkan
2 = Tidak menyenangkan
3 = Kurang menyenangkan
4 = Menyenangkan
5 = Sangat menyenangkan
No PERTANYAAN SKOR 1 2 3 4 5
1 Kondisi terhadap bunyi peralatan yang ada di ruang
rawat inap
2 Kondisi terhadap lingkungan ruang
3 Kondisi terhadap dering telepon yang berbunyi tiba-tiba
4 Kondisi terhadap bunyi AC/kipas angin
5 Kondisi terhadap peralatan yang tidak tertata di ruangan
6 Kondisi terhadap suara rintihan/jeritan pasien
7 Kondisi terhadap adanya ekskresi saluran cerna,
genetalia, darah, mukosa, bekas muntahan, urine dan
fecces di ruangan
8 Kondisi terhadap pasien
9 Kondisi terhadap ketatnya aturan kerja
10 Kondisi terhadap aturan penggunaan pakaian dinas
11 Kondisi terhadap berkomunkasi dengan sesama petugas
12 Kondisi terhadap kerjasama antar petugas
13 Kondisi terhadap kerjasama antar perawat dengan tim
kesehatan yang lain
14 Kondisi keluarga yang tidak koopratif (selalu menuntut
perawat untuk berbuat lebih terhadap pasien)
15 Kondisi menghadapi keluarga dengan kecemasan yang
meningkat
16 Memburuknya kondisi pasien secara tiba-tiba
82
Lampiran : 5
Instrumen E
Kuesioner
Pengukuran Stres Kerja
(Nursalam, 2003)
Berilah tanda (􀀹) pada kolom angka yang ada di sebelah kanan pada masing-masing
butir pertanyaan dengan pilihan sesuai dengan yang anda alami :
Skore :
1 = Tidak pernah terjadi
2 = Jarang terjadi
3 = Kadang-kadang terjadi
4 = Biasanya terjadi
5 = Selalu terjadi
No PERTANYAAN SKOR 1 2 3 4 5
1 Saya merasa sakit kepala
2 Saya bekerja berkeringat dingin
3 Saya merasa jantung berdebar saat bekerja
4 Merasa mual saat bekerja
5 Merasa sakit perut/nyeri ulu hati saat bekerja
6 Merasa sesak napas saat bekerja
7 Merasa otot kaku saat/setelah bekerja (kaku leher)
8 Mulut saya terasa kering
9 Saya merasa ada gangguan penglihatan saat bekerja
10 Saya merasa ada gangguan tidur
11 Merasa nyeri yang tidak spesifik
12 Merasa gatal yang tidak spesifik
13 Diare saat/setelah kerja
14 Merasa telapak tangan berkeringat
15 Merasa telapak tangan dingin
16 Merasa frekuensi pernapasan meningkat
17 Merasa denyut nadi meningkat
18 Merasa cemas/takut
19 Merasa tertekan karena pekerjaan
20 Menyalahkan diri sendiri
21 Hilang harapan
22 Meresa bodoh
23 Merasa tidak cocok dengan pekerjaan
24 Curiga dengan orang lain membicarakan diri saya
83
25 Merasa kehilangan konsentrasi
26 Mudah lupa
27 Merasa tidak cukup waktu untuk menyelesaikan
pekerjaan
No PERTANYAAN SKOR 1 2 3 4 5
28 Menghindar dari masalah
29 Berganti-ganti rencana
30 Berfikir hal-hal kecil terlalu detil
31 Ketegangan dalam berinteraksi dengan teman sejawat
32 Ketegangan dalam berinteraksi dengan tim kesehatan
lain
33 Mudah tersinggung
34 Mudah marah tanpa sebab yang berarti
35 Menarik diri (menolak berinteraksi dengan sejawat)
36 Menarik diri (Menolak berinteraksi dengan tim
kesehatan)
37 Merasa tidak suka dengan pekerjaan
38 Kecewa terhadap hasil pekerjaan
39 Merasa jenuh dalam pekerjaan
40 Merasa tergantung pada orang lain
41 Merasa tidak tertarik terhadap minat yang disukai
42 Merasa lambat terhadap situasi yang membahayakan
43 Makan secara berlebihan
44 Kehilangan nafsu makan
45 Perubahan kesukaan merokok/minuman keras
46 Bingung dalam menghadapi pekerjaan
47 Putus asa pada pekerjaan
48 Penurunan kemampuan kerja
49 Kepuasan terhadap pekerjaan
50 Meninggalkan kerja
84
Lampiran : 6
Master Data
Ru
ang
ms
kerja
kat
ms
kerja Dik Usia
kat
usia
Tp
peri
laku
kattp
peri
laku
bb
kerja
kat
bb
kerja
kd
kerja
katk
dkerja stres
1 5 2 2 40 2 66 1 14 1 39 2 70
1 6 2 2 39 1 78 2 28 2 24 1 109
1 4 1 2 26 1 77 2 36 3 35 2 102
1 3 1 2 42 2 75 2 24 2 42 2 110
1 13 3 1 35 1 113 3 37 3 42 2 108
1 4 1 2 33 1 75 2 25 2 42 2 89
1 9 2 2 30 1 104 3 45 3 59 3 110
1 11 3 1 40 2 80 2 32 2 38 2 120
1 4 1 1 50 3 74 2 15 1 31 2 98
2 6 2 1 29 1 79 2 31 2 42 2 124
2 5 2 2 34 1 78 2 26 2 38 2 119
2 4 1 2 33 1 107 3 21 2 21 1 123
2 8 2 2 43 2 111 3 19 2 20 1 113
2 11 3 1 42 2 71 2 20 2 37 2 96
2 13 3 1 41 2 62 1 24 2 38 2 106
2 11 3 2 50 3 103 3 34 3 50 3 148
2 8 2 1 49 3 70 2 20 2 25 1 88
3 4 1 2 35 1 69 2 29 2 36 2 83
3 4 1 2 29 1 72 2 30 2 30 2 96
3 7 2 1 27 1 77 2 31 2 35 2 123
3 6 2 2 44 2 70 2 21 2 35 2 79
3 6 2 1 44 2 74 2 22 2 31 2 87
3 13 3 2 34 1 82 2 29 2 35 2 126
3 12 3 1 48 3 83 2 35 3 26 2 127
4 3 1 2 24 1 70 2 14 1 31 2 81
4 6 2 1 33 1 102 3 36 3 42 2 122
4 4 1 1 35 1 88 2 32 2 40 2 117
4 11 3 2 42 2 72 2 14 1 27 2 79
4 5 2 2 31 1 102 3 40 3 38 2 125
4 9 2 1 47 3 80 2 24 2 29 2 94
4 8 2 1 45 2 77 2 33 2 36 2 106
4 7 2 1 48 3 79 2 31 2 35 2 133
4 14 3 2 34 1 79 2 31 2 36 2 130
6 11 3 2 36 1 74 2 36 3 20 1 99
6 3 1 2 25 1 75 2 20 2 25 1 84
6 6 2 2 38 1 77 2 23 2 38 2 110
6 4 1 2 39 1 96 3 28 2 39 2 117
6 11 3 1 41 2 70 2 22 2 20 1 72
6 13 3 1 35 1 73 2 22 2 31 2 74
7 5 2 2 29 1 70 2 23 2 25 1 88
7 5 2 1 28 1 105 3 35 3 41 2 132
85
Ru
ang
ms
kerja
kat
ms
kerja Dik Usia
kat
usia
Tp
peri
laku
kattp
peri
laku
bb
kerja
kat
bb
kerja
kd
kerja
katk
dkerja stres
7 3 1 2 34 1 78 2 28 2 45 3 110
7 5 2 2 32 1 81 2 27 2 42 2 105
7 11 3 1 35 1 109 3 17 1 39 2 120
7 11 3 2 43 2 72 2 18 1 21 1 83
7 12 3 2 34 1 87 2 34 3 46 3 123
7 2 1 1 44 2 71 2 24 2 28 2 83
7 3 1 2 29 1 85 2 33 2 57 3 140
7 11 3 1 31 1 96 3 35 3 55 3 138
8 4 1 2 33 1 103 3 34 3 41 2 123
8 12 3 2 36 1 80 2 29 2 38 2 112
8 5 2 3 32 1 106 3 34 3 18 1 77
8 6 2 3 35 1 81 2 18 1 39 2 134
8 4 1 2 42 2 46 1 17 1 22 1 86
8 7 2 1 9 1 79 2 28 2 39 2 121
8 7 2 2 42 2 79 2 33 2 42 2 128
8 6 2 1 41 2 81 2 17 1 41 2 86
8 1 1 1 48 3 80 2 43 3 23 1 105
10 6 2 2 30 1 80 2 15 1 24 1 79
10 6 2 2 39 1 77 2 20 2 25 1 78
10 9 2 2 40 2 95 3 19 2 43 2 105
10 7 2 2 34 1 78 2 20 2 43 2 106
10 14 3 2 42 2 78 2 21 2 56 3 134
10 13 3 1 43 2 96 3 32 2 22 1 120
10 3 1 1 44 2 88 2 30 2 39 2 140
10 10 2 1 48 3 79 2 24 2 25 1 77
11 12 3 2 47 3 50 1 17 1 25 1 73
11 6 2 2 33 1 96 3 29 2 41 2 120
11 6 2 2 36 1 78 2 33 2 22 1 90
11 8 2 3 31 1 110 3 22 2 40 2 122
11 7 2 2 38 1 80 2 18 1 40 2 108
11 3 1 2 34 1 67 1 25 2 42 2 74
11 6 2 2 41 2 69 2 16 1 31 2 89
11 13 3 2 49 3 59 1 13 1 36 2 75
11 8 2 1 43 2 78 2 15 1 24 1 70
12 11 3 1 32 1 88 2 36 3 22 1 120
12 2 1 2 35 1 74 2 25 2 31 2 77
12 7 2 2 29 1 81 2 21 2 25 1 81
12 10 2 2 26 1 79 2 19 2 37 2 98
12 12 3 2 28 1 74 2 23 2 31 2 80
12 13 3 1 47 3 72 2 30 2 31 2 83
12 9 2 1 46 3 59 1 26 2 41 2 65
12 4 1 1 32 1 79 2 19 2 39 2 118
86
Lampiran : 7
Summarize
Case Summaries(a)
tipe
kepribadian
beban
kerja
kondisi
kerja
stres
kerja
tipe
kepribadian
beban
kerja
kondisi
kerja
stres
kerja
1 66 14 39 70 43 81 27 42 105
2 78 28 24 109 44 109 17 39 120
3 77 36 35 102 45 72 18 21 83
4 75 24 42 110 46 87 34 46 123
5 113 37 42 108 47 71 24 28 83
6 75 25 42 89 48 85 33 57 140
7 104 45 59 110 49 96 35 55 138
8 80 32 38 120 50 103 34 41 123
9 74 15 31 98 51 80 29 38 112
10 79 31 42 124 52 106 34 18 77
11 78 26 38 119 53 81 18 39 134
12 107 21 21 123 54 46 17 22 86
13 111 19 20 113 55 79 28 39 121
14 71 20 37 96 56 79 33 42 128
15 62 24 38 106 57 81 17 41 86
16 103 34 50 148 58 80 43 23 105
17 70 20 25 88 59 80 15 24 79
18 69 29 36 83 60 77 20 25 78
19 72 30 30 96 61 95 19 43 105
20 77 31 35 123 62 78 20 43 106
21 70 21 35 79 63 78 21 56 134
22 74 22 31 87 64 96 32 22 120
23 82 29 35 126 65 88 30 39 140
24 83 35 26 127 66 79 24 25 77
25 70 14 31 81 67 50 17 25 73
26 102 36 42 122 68 96 29 41 120
27 88 32 40 117 69 78 33 22 90
28 72 14 27 79 70 110 22 40 122
29 102 40 38 125 71 80 18 40 108
30 80 24 29 94 72 67 25 42 74
31 77 33 36 106 73 69 16 31 89
32 79 31 35 133 74 59 13 36 75
33 79 31 36 130 75 78 15 24 70
34 74 36 20 99 76 88 36 22 120
35 75 20 25 84 77 74 25 31 77
36 77 23 38 110 78 81 21 25 81
37 96 28 39 117 79 79 19 37 98
38 70 22 20 72 80 74 23 31 80
39 73 22 31 74 81 72 30 31 83
40 70 23 25 88 82 59 26 41 65
41 105 35 41 132 83 79 19 39 118
42 78 28 45 110
Total N 83 83 83 83
Σx 6717767211749 22184759 28857735 8573
Mean 80,93 25,89 34,64 103,29
Std.
Deviation 13,550 7,441 9,181 21,061
a Limited to first 100 cases.
Max 94,48 33,331 43,821 124,351
Min 67,38 18,449 25,459 82,229
87
Lampiran : 8
Frequencies
Statistics
Ruang
Masa
kerja Pendidikan usia
tipe
kepribadian
beban
kerja
kondisi
kerja
stres
kerja
N Valid 83 83 83 83 83 83 83 83
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0
Frequency Table
Ruang
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ruang I 9 10,8 10,8 10,8
Ruang II 8 9,6 9,6 20,5
Ruang III 7 8,4 8,4 28,9
Ruang IV 9 10,8 10,8 39,8
Ruang VI 6 7,2 7,2 47,0
Ruang VII 10 12,0 12,0 59,0
Ruang VIII 9 10,8 10,8 69,9
Ruang X 8 9,6 9,6 79,5
Ruang XI 9 10,8 10,8 90,4
Ruang XII 8 9,6 9,6 100,0
Total 83 100,0 100,0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
SPK 32 38,6 38,6 38,6
D III
Kes 48 57,8 57,8 96,4
S1Kes 3 3,6 3,6 100,0
Valid
Total 83 100,0 100,0
usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
20 - <40
Tahun 49 59,0 59,0 59,0
40 - 45
Tahun 22 26,5 26,5 85,5
> 45 - 60
Tahun 12 14,5 14,5 100,0
Valid
Total 83 100,0 100,0
88
Masa kerja
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
< 5 Tahun 21 25,3 25,3 25,3
5 - 10
Tahun 38 45,8 45,8 71,1
> 10
Tahun 24 28,9 28,9 100,0
Valid
Total 83 100,0 100,0
tipe kepribadian
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Kepribadian
B 7 8,4 8,4 8,4
Kepribadian
AB 59 71,1 71,1 79,5
Kepribadian
A 17 20,5 20,5 100,0
Valid
Total 83 100,0 100,0
beban kerja
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Ringan 15 18,1 18,1 18,1
Sedang 53 63,9 63,9 81,9
Berat 15 18,1 18,1 100,0
Valid
Total 83 100,0 100,0
kondisi kerja
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Menyenangkan 21 25,3 25,3 25,3
Kurang Menyenangkan 55 66,3 66,3 91,6
Menyenangkan 7 8,4 8,4 100,0
Total 83 100,0 100,0
stres kerja
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Reaksi Tanda Waspada 18 21,7 21,7 21,7
Fase Resistensi 52 62,7 62,7 84,3
Fase Kelelahan/Kepayahan
13 15,7 15,7 100,0
Total 83 100,0 100,0
89
Lampiran : 9
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Ruang * tipe kepribadian 83 100,0% 0 ,0% 83 100,0%
Ruang * beban kerja 83 100,0% 0 ,0% 83 100,0%
Ruang * kondisi kerja 83 100,0% 0 ,0% 83 100,0%
Ruang * stres kerja 83 100,0% 0 ,0% 83 100,0%
Ruang * tipe kepribadian Crosstabulation
tipe kepribadian Total
Kepribadian
B
Kepribadian
AB
Kepribadian
A
Ruang I Count 1 6 2 9
% within Ruang 11,1% 66,7% 22,2% 100,0%
% within tipe kepribadian 14,3% 10,2% 11,8% 10,8%
Ruang II Count 1 4 3 8
% within Ruang 12,5% 50,0% 37,5% 100,0%
% within tipe kepribadian 14,3% 6,8% 17,6% 9,6%
Ruang III Count 0 7 0 7
% within Ruang ,0% 100,0% ,0% 100,0%
% within tipe kepribadian ,0% 11,9% ,0% 8,4%
Ruang IV Count 0 7 2 9
% within Ruang ,0% 77,8% 22,2% 100,0%
% within tipe kepribadian ,0% 11,9% 11,8% 10,8%
Ruang VI Count 0 5 1 6
% within Ruang ,0% 83,3% 16,7% 100,0%
% within tipe kepribadian ,0% 8,5% 5,9% 7,2%
Ruang VII Count 0 7 3 10
% within Ruang ,0% 70,0% 30,0% 100,0%
% within tipe kepribadian ,0% 11,9% 17,6% 12,0%
Ruang VIII Count 1 6 2 9
% within Ruang 11,1% 66,7% 22,2% 100,0%
% within tipe kepribadian 14,3% 10,2% 11,8% 10,8%
Ruang X Count 0 6 2 8
% within Ruang ,0% 75,0% 25,0% 100,0%
% within tipe kepribadian ,0% 10,2% 11,8% 9,6%
Ruang XI Count 3 4 2 9
% within Ruang 33,3% 44,4% 22,2% 100,0%
% within tipe kepribadian 42,9% 6,8% 11,8% 10,8%
Ruang XII Count 1 7 0 8
% within Ruang 12,5% 87,5% ,0% 100,0%
% within tipe kepribadian 14,3% 11,9% ,0% 9,6%
Total Count 7 59 17 83
% within Ruang 8,4% 71,1% 20,5% 100,0%
% within tipe kepribadian 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
90
Ruang * beban kerja Crosstabulation
beban kerja Total
Ringan Sedang Berat
Ruang I Count 2 4 3 9
% within Ruang 22,2% 44,4% 33,3% 100,0%
% within beban kerja 13,3% 7,5% 20,0% 10,8%
Ruang II Count 0 7 1 8
% within Ruang ,0% 87,5% 12,5% 100,0%
% within beban kerja ,0% 13,2% 6,7% 9,6%
Ruang III Count 0 6 1 7
% within Ruang ,0% 85,7% 14,3% 100,0%
% within beban kerja ,0% 11,3% 6,7% 8,4%
Ruang IV Count 2 5 2 9
% within Ruang 22,2% 55,6% 22,2% 100,0%
% within beban kerja 13,3% 9,4% 13,3% 10,8%
Ruang VI Count 0 5 1 6
% within Ruang ,0% 83,3% 16,7% 100,0%
% within beban kerja ,0% 9,4% 6,7% 7,2%
Ruang VII Count 2 5 3 10
% within Ruang 20,0% 50,0% 30,0% 100,0%
% within beban kerja 13,3% 9,4% 20,0% 12,0%
Ruang VIII Count 3 3 3 9
% within Ruang 33,3% 33,3% 33,3% 100,0%
% within beban kerja 20,0% 5,7% 20,0% 10,8%
Ruang X Count 1 7 0 8
% within Ruang 12,5% 87,5% ,0% 100,0%
% within beban kerja 6,7% 13,2% ,0% 9,6%
Ruang XI Count 5 4 0 9
% within Ruang 55,6% 44,4% ,0% 100,0%
% within beban kerja 33,3% 7,5% ,0% 10,8%
Ruang XII Count 0 7 1 8
% within Ruang ,0% 87,5% 12,5% 100,0%
% within beban kerja ,0% 13,2% 6,7% 9,6%
Total Count 15 53 15 83
% within Ruang 18,1% 63,9% 18,1% 100,0%
% within beban kerja 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
91
Ruang * kondisi kerja Crosstabulation
kondisi kerja Total
Tidak
Menyenan
gkan
Kurang
Menyenan
gkan
Menyenan
gkan
Ruang I Count 1 7 1 9
% within Ruang 11,1% 77,8% 11,1% 100,0%
% within kondisi kerja 4,8% 12,7% 14,3% 10,8%
Ruang II Count 3 4 1 8
% within Ruang 37,5% 50,0% 12,5% 100,0%
% within kondisi kerja 14,3% 7,3% 14,3% 9,6%
Ruang III Count 0 7 0 7
% within Ruang ,0% 100,0% ,0% 100,0%
% within kondisi kerja ,0% 12,7% ,0% 8,4%
Ruang IV Count 0 9 0 9
% within Ruang ,0% 100,0% ,0% 100,0%
% within kondisi kerja ,0% 16,4% ,0% 10,8%
Ruang VI Count 3 3 0 6
% within Ruang 50,0% 50,0% ,0% 100,0%
% within kondisi kerja 14,3% 5,5% ,0% 7,2%
Ruang VII Count 2 4 4 10
% within Ruang 20,0% 40,0% 40,0% 100,0%
% within kondisi kerja 9,5% 7,3% 57,1% 12,0%
Ruang VIII Count 3 6 0 9
% within Ruang 33,3% 66,7% ,0% 100,0%
% within kondisi kerja 14,3% 10,9% ,0% 10,8%
Ruang X Count 4 3 1 8
% within Ruang 50,0% 37,5% 12,5% 100,0%
% within kondisi kerja 19,0% 5,5% 14,3% 9,6%
Ruang XI Count 3 6 0 9
% within Ruang 33,3% 66,7% ,0% 100,0%
% within kondisi kerja 14,3% 10,9% ,0% 10,8%
Ruang XII Count 2 6 0 8
% within Ruang 25,0% 75,0% ,0% 100,0%
% within kondisi kerja 9,5% 10,9% ,0% 9,6%
Total Count 21 55 7 83
% within Ruang 25,3% 66,3% 8,4% 100,0%
% within kondisi kerja 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
92
Ruang * stres kerja Crosstabulation
stres kerja Total
Reaksi Tanda
Waspada
Fase
Resistensi
Fase
Kelelahan/Kep
ayahan
Ruang I Count 1 8 0 9
% within Ruang 11,1% 88,9% ,0% 100,0
%
% within stres kerja 5,6% 15,4% ,0% 10,8%
Ruang II Count 0 7 1 8
% within Ruang ,0% 87,5% 12,5% 100,0
%
% within stres kerja ,0% 13,5% 7,7% 9,6%
Ruang III Count 1 4 2 7
% within Ruang 14,3% 57,1% 28,6% 100,0
%
% within stres kerja 5,6% 7,7% 15,4% 8,4%
Ruang IV Count 2 4 3 9
% within Ruang 22,2% 44,4% 33,3% 100,0
%
% within stres kerja 11,1% 7,7% 23,1% 10,8%
Ruang VI Count 2 4 0 6
% within Ruang 33,3% 66,7% ,0% 100,0
%
% within stres kerja 11,1% 7,7% ,0% 7,2%
Ruang VII Count 0 7 3 10
% within Ruang ,0% 70,0% 30,0% 100,0
%
% within stres kerja ,0% 13,5% 23,1% 12,0%
Ruang VIII Count 1 6 2 9
% within Ruang 11,1% 66,7% 22,2% 100,0
%
% within stres kerja 5,6% 11,5% 15,4% 10,8%
Ruang X Count 3 3 2 8
% within Ruang 37,5% 37,5% 25,0% 100,0
%
% within stres kerja 16,7% 5,8% 15,4% 9,6%
Ruang XI Count 4 5 0 9
% within Ruang 44,4% 55,6% ,0% 100,0
%
% within stres kerja 22,2% 9,6% ,0% 10,8%
Ruang XII Count 4 4 0 8
% within Ruang 50,0% 50,0% ,0% 100,0
%
% within stres kerja 22,2% 7,7% ,0% 9,6%
Total Count 18 52 13 83
% within Ruang 21,7% 62,7% 15,7% 100,0
%
% within stres kerja 100,0% 100,0% 100,0% 100,0
%
93
Lampiran : 10
Regression
Variables Entered/Removed(b)
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 tipe
kepribadian(
a)
. Enter
2 beban
kerja(a) . Enter
3 kondisi
kerja(a) . Enter
a All requested variables entered.
b Dependent Variable: stres kerja
Model Summary(d)
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,325(a) ,106 ,095 ,582
2 ,383(b) ,147 ,126 ,572
3 ,511(c) ,261 ,233 ,536
a Predictors: (Constant), tipe kepribadian
b Predictors: (Constant), tipe kepribadian, beban kerja
c Predictors: (Constant), tipe kepribadian, beban kerja, kondisi kerja
d Dependent Variable: stres kerja
ANOVA(d)
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Regressio
n 3,246 1 3,246 9,579 ,003(a)
Residual 27,452 81 ,339
1
Total 30,699 82
Regressio
n 4,510 2 2,255 6,889 ,002(b)
Residual 26,188 80 ,327
2
Total 30,699 82
Regressio
n 8,012 3 2,671 9,299 ,000(c)
Residual 22,687 79 ,287
3
Total 30,699 82
a Predictors: (Constant), tipe kepribadian
b Predictors: (Constant), tipe kepribadian, beban kerja
c Predictors: (Constant), tipe kepribadian, beban kerja, kondisi kerja
d Dependent Variable: stres kerja
94
Coefficients(a)
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1,140 ,266 4,279 ,000
tipe
kepribadian ,377 ,122 ,325 3,095 ,003
2 (Constant) ,935 ,282 3,321 ,001
tipe
kepribadian ,256 ,135 ,220 1,896 ,062
beban kerja ,231 ,118 ,228 1,965 ,053
3 (Constant) ,391 ,306 1,277 ,205
tipe
kepribadian ,241 ,126 ,208 1,910 ,060
beban kerja ,174 ,111 ,172 1,564 ,122
kondisi kerja ,376 ,108 ,344 3,492 ,001
a Dependent Variable: stres kerja
Excluded Variables(c)
Collinearity
Statistics
Model Beta In t Sig.
Partial
Correlation Tolerance
beban
kerja ,228(a) 1,965 ,053 ,215 ,789 1
kondisi
kerja ,366(a) 3,728 ,000 ,385 ,988
2 kondisi
kerja ,344(b) 3,492 ,001 ,366 ,966
a Predictors in the Model: (Constant), tipe kepribadian
b Predictors in the Model: (Constant), tipe kepribadian, beban kerja
c Dependent Variable: stres kerja
Residuals Statistics(a)
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 1,18 2,77 1,94 ,313 83
Residual -1,014 1,200 ,000 ,526 83
Std. Predicted Value -2,422 2,642 ,000 1,000 83
Std. Residual -1,892 2,239 ,000 ,982 83
a Dependent Variable: stres kerja
95
Charts
-2 -1 0 1 2 3
Regression Standardized Residual
0
5
10
15
20
25
Frequency
Mean = 2.45E-17
Std. Dev. = 0.982
N = 83
Dependent Variable: stres kerja
Histogram
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0

Expected Cum Prob


Dependent Variable: stres kerja
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
96
Lampiran : 11
Oneway
Descriptives
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for
Mean
Minimu
m
Maximu
m
Lower
Bound Upper Bound
tipe kepribadian Ruang I 9 82,44 15,436 5,145 70,58 94,31 66 113
Ruang II 8 85,13 18,969 6,707 69,27 100,98 62 111
Ruang III 7 75,29 5,589 2,112 70,12 80,45 69 83
Ruang IV 9 83,22 11,798 3,933 74,15 92,29 70 102
Ruang VI 6 77,50 9,354 3,819 67,68 87,32 70 96
Ruang VII 10 85,40 13,962 4,415 75,41 95,39 70 109
Ruang VIII 9 81,67 17,103 5,701 68,52 94,81 46 106
Ruang X 8 83,88 7,954 2,812 77,23 90,52 77 96
Ruang XI 9 76,33 18,283 6,094 62,28 90,39 50 110
Ruang XII 8 75,75 8,447 2,987 68,69 82,81 59 88
Total 83 80,93 13,550 1,487 77,97 83,89 46 113
beban kerja Ruang I 9 28,44 10,236 3,412 20,58 36,31 14 45
Ruang II 8 24,38 5,579 1,972 19,71 29,04 19 34
Ruang III 7 28,14 4,981 1,883 23,54 32,75 21 35
Ruang IV 9 28,33 9,179 3,060 21,28 35,39 14 40
Ruang VI 6 25,17 5,947 2,428 18,93 31,41 20 36
Ruang VII 10 27,40 6,818 2,156 22,52 32,28 17 35
Ruang VIII 9 28,11 9,117 3,039 21,10 35,12 17 43
Ruang X 8 22,63 5,755 2,035 17,81 27,44 15 32
Ruang XI 9 20,89 6,846 2,282 15,63 26,15 13 33
Ruang XII 8 24,88 5,842 2,065 19,99 29,76 19 36
Total 83 25,89 7,441 ,817 24,27 27,52 13 45
kondisi kerja Ruang I 9 39,11 9,571 3,190 31,75 46,47 24 59
Ruang II 8 33,88 10,736 3,796 24,90 42,85 20 50
Ruang III 7 32,57 3,690 1,395 29,16 35,98 26 36
Ruang IV 9 34,89 5,011 1,670 31,04 38,74 27 42
Ruang VI 6 28,83 8,519 3,478 19,89 37,77 20 39
Ruang VII 10 39,90 12,069 3,816 31,27 48,53 21 57
Ruang VIII 9 33,67 9,670 3,223 26,23 41,10 18 42
Ruang X 8 34,63 12,386 4,379 24,27 44,98 22 56
Ruang XI 9 33,44 8,064 2,688 27,25 39,64 22 42
Ruang XII 8 32,13 6,621 2,341 26,59 37,66 22 41
Total 83 34,64 9,181 1,008 32,63 36,64 18 59
stres kerja Ruang I 9 101,78 14,771 4,924 90,42 113,13 70 120
Ruang II 8 114,63 18,608 6,579 99,07 130,18 88 148
Ruang III 7 103,00 21,548 8,145 83,07 122,93 79 127
Ruang IV 9 109,67 20,676 6,892 93,77 125,56 79 133
Ruang VI 6 92,67 18,886 7,710 72,85 112,49 72 117
Ruang VII 10 112,20 21,999 6,957 96,46 127,94 83 140
Ruang VIII 9 108,00 20,688 6,896 92,10 123,90 77 134
Ruang X 8 104,88 25,301 8,945 83,72 126,03 77 140
Ruang XI 9 91,22 20,632 6,877 75,36 107,08 70 122
Ruang XII 8 90,25 19,898 7,035 73,61 106,89 65 120
Total 83 103,29 21,061 2,312 98,69 107,89 65 148

97
ANOVA
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
tipe kepribadian Between Groups 1181,210 9 131,246 ,691 ,715
Within Groups 13874,356 73 190,060
Total 15055,566 82
beban kerja Between Groups 555,309 9 61,701 1,130 ,353
Within Groups 3984,715 73 54,585
Total 4540,024 82
kondisi kerja Between Groups 766,084 9 85,120 1,011 ,439
Within Groups 6145,073 73 84,179
Total 6911,157 82
stres kerja Between Groups 5776,766 9 641,863 1,531 ,153
Within Groups 30596,294 73 419,127
Total 36373,060 82
Oneway
Descriptives
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence
Interval for Mean
Lower
Bound
Upper
Bound
tipe kepribadian Reaksi Tanda
Waspada 18 72,50 11,658 2,748 66,70 78,30
Fase Resistensi 52 82,15 13,690 1,899 78,34 85,97
Fase
Kelelahan/Kepayahan 13 87,69 10,144 2,813 81,56 93,82
Total 83 80,93 13,550 1,487 77,97 83,89
beban kerja Reaksi Tanda
Waspada 18 20,28 5,592 1,318 17,50 23,06
Fase Resistensi 52 26,52 7,196 ,998 24,52 28,52
Fase
Kelelahan/Kepayahan 13 31,15 5,914 1,640 27,58 34,73
Total 83 25,89 7,441 ,817 24,27 27,52
kondisi kerja Reaksi Tanda
Waspada 18 29,44 6,989 1,647 25,97 32,92
Fase Resistensi 52 34,54 8,594 1,192 32,15 36,93
Fase
Kelelahan/Kepayahan 13 42,23 9,479 2,629 36,50 47,96
Total 83 34,64 9,181 1,008 32,63 36,64
Test of Homogeneity of Variances
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
tipe kepribadian ,887 2 80 ,416
beban kerja 2,130 2 80 ,126
kondisi kerja ,820 2 80 ,444
98
ANOVA
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
tipe kepribadian Between Groups 1951,528 2 975,764 5,957 ,004
Within Groups 13104,038 80 163,800
Total 15055,566 82
beban kerja Between Groups 947,740 2 473,870 10,55
3 ,000
Within Groups 3592,284 80 44,904
Total 4540,024 82
kondisi kerja Between Groups 1235,481 2 617,741 8,707 ,000
Within Groups 5675,675 80 70,946
Total 6911,157 82

You might also like