You are on page 1of 8

DEVIASI SEPTUM

Oleh Taufik Abidin


Fakultas Kedokteran Universitas Mataram

Pendahuluan
Trauma hidung banyak terjadi akibat kecelakaan yang bersifat tumpul, sehingga
beresiko mengakibatkan berbagai macam komplikasi misalnya infeksi, obstruksi hidung,
jaringan parut dan fibrosis, deformitas sekunder, sinekia, hidung pelana, obstruksi duktus
nasoolakrimalis, dan perforasi hidung. Berdasarkan waktu, trauma hidung terbagi atas
trauma baru, dimana kalus belum terbentuk sempurna; dan trauma lama, bila kalus sudah
mengeras. Berdasarkan hubungan dengan telinga luar, ada yang disebut trauma terbuka
dan trauma tertutup. Arah trauma menentukan kerusakan yang terjadi, misalnya bila
trauma datang dari lateral, akan terjadi fraktur tulang hidung ipsilateral jika ringan,
sedangkan trauma yang berat akan menyebabkan deviasi septum nasi dan fraktur tulang
hidung kontralateral.
Septum hidung merupakan bagian dari hidung yang membatasi rongga hidung
kanan dan kiri. Septum nasi berfungsi sebagai penopang batang hidung (dorsum nasi).
Septum nasi dibagi atas dua daerah anatomi antara lain bagian anterior, yang tersusun
dari tulang rawan quadrangularis; dan bagian posterior, yang tersusun dari lamina
perpendikularis os ethmoidalis dan vomer.
Dalam keadaan normal, septum nasi berada lurus di tengah tetapi pada orang
dewasa biasanya septum nasi tidak lurus sempurna di garis tengah. Deviasi septum dapat
menyebabkan obstruksi hidung jika deviasi yang terjadi berat. Kecelakaan pada wajah
merupakan faktor penyebab deviasi septum terbesar pada orang dewasa.
Gejala yang paling sering timbul dari deviasi septum ialah kesulitan bernapas
melalui hidung. Kesulitan bernapas biasanya pada satu hidung, kadang juga pada hidung
yang berlawanan. Pada beberapa kasus, deviasi septum juga dapat mengakibatkan
drainase sekret sinus terhambat sehingga dapat menyebabkan sinusitis.
Pada kasus di bawah ini, deviasi septum yang terjadi akibat trauma tumpul dan
gejala yang dialami pasien masih ringan sehingga pengobatan yang diberikan hanya
berupa simptomatik.

1
LAPORAN KASUS

Identitas pasien
Nama : Tn “S”
Umur : 22 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Gunung Sari
MRS : 19 Agustus 2008
No. RM : 89 77 31
Anamnesis
 Keluhan utama : Pasien mengeluh hidungnya terkena siku
temannya ketika bermain bola pada hari minggu (17/08/08).
 Riwayat penyakit sekarang : hidung pasien terasa nyeri tekan, tidak ada pilek,
gangguan penciuman juga tidak ada. Perdarahan dari hidung juga disangkal oleh
pasien. Kemudian pasien dibawa ke RSU Mataram pada sore harinya (17/08/08)
karena pasien merasa sakit dan hidungnya bengkok.
 Riwayat penyakit dahulu : tidak ada.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum pasien : baik
Status lokalis
Telinga
Telinga kanan Telinga kiri

Aurikula Edema (-), hiperemi (-), Edema (-), hiperemi (-),


massa (-). massa (-).
Preaurikula Edema (-), hiperemi (-), Edema (-), hiperemi (-),
massa (-), fistula (-), abses massa (-), fistula (-), abses
(-). (-).

2
Retroaurikula Edema (-), hiperemi (-), Edema (-), hiperemi (-),
massa (-), fistula (-), abses massa (-), fistula (-), abses
(-). (-).

Palpasi Nyeri pergerakan aurikula Nyeri pergerakan aurikula


(-), nyeri tekan tragus (-). (-), nyeri tekan tragus (-).
MAE Edema (-), hiperemi (-), Edema (-), hiperemi (-),
serumen (+), furunkel (-). serumen (+), furunkel (-).

Membran timpani Intak, berwarna putih, Intak, berwarna putih,


reflek cahaya (+). reflek cahaya (+).

Hidung
Rinoskopi anterior Cavum nasi kanan Cavum nasi kiri
Mukosa hidung Hiperemi (+), sekret (+) Hiperemi (+), sekret (+)
mukus purulen, massa (-). mukus purulen, massa (-).
Septum Deviasi (+) ke arah sinistra, Deviasi (+), dislokasi (-).
dislokasi (-).
Konka inferior dan Edema (+), hiperemi (+). Edema (+), hiperemi (+).
media
Meatus inferior dan Sekret (+), polip (-) Sekret (+), polip (-).
media

Tenggorokan
Keterangan

Mukosa Hiperemi (+), edema (-).


Tonsil T1-T1.

Pembesaran Kelenjar Limfe: (-).


Pemeriksaan penunjang:
Radiologi : tampak septum nasal berdeviasi ke arah sinistra pada bagian kartilago.

3
Deviasi
septum

Diagnosis
Deviasi septum nasal et causa trauma tumpul.

Penatalaksanaan
1. Dekongestan.
2. Kortikosteroid.
3. Analgesik.
4. Jika perlu, dilakukan septoplasti.

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Deviasi septum ialah suatu keadaan dimana terjadi peralihan posisi dari septum
nasi dari letaknya yang berada di garis medial tubuh.
Deviasi septum dibagi atas beberapa klasifikasi berdasarkan letak deviasi, yaitu:
1. Tipe I; benjolan unilateral yang belum mengganggu aliran udara.
2. Tipe II; benjolan unilateral yang sudah mengganggu aliran udara, namun masih
belum menunjukkan gejala klinis yang bermakna.
3. Tipe III; deviasi pada konka media (area osteomeatal dan turbinasi tengah).
4. Tipe IV, “S” septum (posterior ke sisi lain, dan anterior ke sisi lainnya).
5. Tipe V; tonjolan besar unilateral pada dasar septum, sementara di sisi lain masih
normal.

4
6. Tipe VI; tipe V ditambah sulkus unilateral dari kaudal-ventral, sehingga
menunjukkan rongga yang asimetri.
7. Tipe VII; kombinasi lebih dari satu tipe, yaitu tipe I-tipe VI.

Bentuk-bentuk dari deformitas


hidung ialah deviasi, biasanya
berbentuk C atau S; dislokasi,
bagian bawah kartilago septum ke
luar dari krista maksila dan masuk
ke dalam rongga hidung;
penonjolan tulang atau tulang
rawan septum, bila memanjang
dari depan ke belakang disebut
krista, dan bila sangat runcing dan
pipih disebut spina; sinekia, bila
deviasi atau krista septum bertemu
dan melekat dengan konka
dihadapannya.

Etiologi
Penyebab deviasi septum nasi antara lain trauma langsung, Birth Moulding
Theory (posisi yang abnormal ketika dalam rahim), kelainan kongenital, trauma sesudah
lahir, trauma waktu lahir, dan perbedaan pertumbuhan antara septum dan palatum.
Faktor resiko deviasi septum lebih besar ketika persalinan. Setelah lahir, resiko
terbesar ialah dari olahraga, misalnya olahraga kontak langsung (tinju, karate, judo) dan
tidak menggunakan helm atau sabuk pengaman ketika berkendara.

Diagnosis
Deviasi septum biasanya sudah dapat dilihat melalui inspeksi langsung pada
batang hidungnya. Namun, diperlukan juga pemeriksaan radiologi untuk memastikan
diagnosisnya. Dari pemeriksaan rinoskopi anterior, dapat dilihat penonjolan septum ke

5
arah deviasi jika terdapat deviasi berat, tapi pada deviasi ringan, hasil pemeriksaan bisa
normal.
Deviasi septum yang ringan tidak akan mengganggu, akan tetapi bila deviasi itu
cukup berat, menyebabkan penyempitan pada satu sisi hidung. Dengan demikian, dapat
mengganggu fungsi hidung dan menyebabkan komplikasi.

Gejala yang sering timbul biasanya adalah sumbatan hidung yang unilateral atau
juga bilateral. Keluhan lain ialah rasa nyeri di kepala dan di sekitar mata. Selain itu,
penciuman juga bisa terganggu apabila terdapat deviasi pada bagian atas septum.

Penatalaksanaan
• Analgesik. Digunakan untuk mengurangi rasa sakit.
• Dekongestan, digunakan untuk mengurangi sekresi cairan hidung.
• Pembedahan.
o Septoplasti.
o SMR (Sub-Mucous Resection).

Komplikasi
Deviasi septum dapat menyumbat ostium sinus, sehingga merupakan faktor
predisposisi terjadinya sinusitis. Selain itu, deviasi septum juga menyebabkan ruang
hidung sempit, yang dapat membentuk polip.

6
Diskusi
Diperkirakan 80% dari septum terletak menyimpang dari garis tengah, dan hal ini
seringkali tidak diperhatikan. Penyebab terbanyak ialah akibat trauma tumpul. Deviasi
septum bisa menyebabkan beberapa gejala misalnya penyumbatan pada salah satu atau
kedua lubang hidung, perdarahan hidung berulang, infeksi sinus berulang, nyeri wajah,
sakit kepala, post-nasal drip, dan mendengkur ketika tidur pada anak.
Kasus di atas merupakan salah satu bentuk deviasi septum yang diakibatkan
trauma tumpul. Dari anamnesis pasien mengaku hidungnya terkena benturan siku
temennya ketika bermain bola, lalu pasien merasa sangat kesakitan. Kemudian pasien
dibawa ke RSU Mataram, dilakukan pemeriksaan radiologi, didapatkan adanya bentuk
deviasi septum ke arah sinistra. Dari pemeriksaan rinoskopi anterior didapatkan septum
nasal hiperemi, ditemukan penonjolan ke kavum nasal sinistra, konka inferior dextra
edema, dan konka inferior sinistra atrofi. Pemeriksaan radiologi yang dilakukan dapat
dipastikan bahwa telah terjadi pergeseran bagian tulang hidung pasien yang menunjukkan
adanya deviasi ringan.
Pada pasien, gejala yang timbul akibat trauma tumpul tidak berat. Pasien hanya
merasa pilek dan nyeri tekan. Kemungkinan deviasi yang terjadi termasuk deviasi ringan.
Pengobatan yang diberikan pada pasien di atas berupa simptomatik, antara lain analgesik,
dekongestan, dan antibiotik. Jika gejala yang ditimbulkan semakin berat dan mengganggu
kegiatan sehari-hari pasien, dianjurkan untuk dilakukan septoplasti.

DAFTAR PUSTAKA

Balasubramanian, T. 2006. Deviated Nasal Septum. Accessed:


http://drtbalu.com/dns.html.
Anonim. 2006. http://www.obstructednose.com/nasal_treatment_deviated_septum.html.
Novak, V .J. 1995. Pathogenesis and surgical treatment of neurovascular primary
headaches. The italian journal of Neurological Sciens. Accessed: http://www.vj-
novak.ch/images/novak1-1.jpg.

7
Mangunkusumo, Endang. Nizar, N.W. 2006. Kelainan Septum. Dalam: Buku Ajar Ilmu
Telinga-Hidung-Tenggorokan, hal.99. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Kartika, Henny.2007. Anatomi Hidung dan Sinus Paranasal. Accessed:
http://hennykartika.wordpress.com/2007/12/29/anatomi-hidung-dan-sinus-
paranasal.
Chmielik, Lechosław P. 2006. Nasal septum deviation and conductivity hearing loss in
children. Borgis - New Medicine 3/2006, p. 82-86. accessed:
http://www.newmedicine.pl/show.php?ktory=22.

You might also like