You are on page 1of 20

EFFECT OF CREAM, GEL AND

OINTMENT DOSAGE FORMS ON


IN- VITRO SKIN PENETRATION OF
CAFFEINE AS AN ANTI
CELLULITE USING FRANZ
DIFFUSION CELL

JOSHITA DJAJADISASTRA, Sutriyo, Haniefah


Department of Pharmacy,
Faculty of Mathematics and Sciences,
University of Indonesia, Depok 16424,
Penang, June 1-3, 2008
Back Ground
Cellulite, Decreasing microcirculation
superficial pockets of blood flow
of trapped fats Increasing lymphatic on dermis
cause uneven dimpling cause accumulation of fat on
or “orange peel” skin subcutane layer
found at the thighs, •Lifestyle (sport,diet,alcohol,
buttocks Cellulite smoking,hormone-stress)
and abdomen •Age
of post-adolescent women *Xanthines*
rarely seen in men, (caffeine, aminophylline)

Effect of topical dosage forms:


cream, gel, ointment
Important role of
delivering active substance
by diffusion process
(a) (b)

Figure 1. Skin condition (a)with cellulitet (b)without cellulite


Figure 2. Cellulit(a) at rest muscles, (b) after gluteal contraction
Cellulite
(oedemato-fibrosclerotic panniculopathy)

• Patogenesis
– Pembuluh darah berdilatasi dan mengalami kebocoran
• Pengaruh terhadap permukaan kecil
• pengobatan untuk memperbaiki integritas pembuluh dan mengurangi
kelebihan cairan dapat menjadi lebih efektif.
– Metabolisme sel-sel lemak diganggu dengan adanya peningkatan
besar-besaran pada jumlah dan ukuran sel-sel lemak.
• Globul-globul = sel-sel lemak yang bergabung.
• Integritas pembuluh terganggu, gangguan pada dermis dan epidermis
semakin terlihat. Awal ”kulit jeruk”
– Pemecahan pembuluh darah mikro terlihat, disertai
• akumulasi cairan
• peningkatan sintesa lemak
• penurunan laju metabolisme lemak.
Cellulite
• Saat sistem pembuangan tidak berjalan dengan
lancar, maka produk buangan tertimbun. Produk
buangan dan cairan akhirnya akan membentuk
kantung-kantung yang tidak merata seperti
parutan pada permukaan kulit.
• Pada tahap ini, hasil proses tersebut di atas
tertahan di dalam sirkulasi darah, menyebabkan
hambatan pada sistem pembuangan hasil
metabolisme lalu mengeras diantara jaringan
ikat yang sudah tidak elastis bahkan menjadi
fibrosis.
EFFECT OF CREAM,
Therapy GEL AND OiINTMENt

re am ON IN- VITRO
c
SKIN PENETRATION
Topical
OF CAFFEINE AS AN
Dosage form gel
ANTI CELLULITE
USING
oin FRANZ DIFFUSION
tme
nt CELL

In-vitro
Active ingredient : percutan penetration
Caffeine Franz Diffusion Cell

Sprague Dewley
Healing the cellulite by
Rat skin
PhysicalEvaluation As epidermis and
inhibitor phosphodiesterase of
mechanism dermis membrane
Crem, gel, ointment
caused
lipolysis
Caffeine
(in vitro percutan absorption of caffeine 9,0% )

Phosphodiesterase Inhibitor

Lipolysis induction

Topical dosage form penetration

transepidermal transfolicular paracellular


Krim, Gel, dan Salep
• Krim : sediaan setengah padat, berupa emulsi
mengandung air tidak kurang dari 60% dan
dimaksudkan untuk pemakaian luar (FI III). Ada dua tipe
krim, yaitu tipe w/o dan o/w.
• Gel : suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu
dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang
kecil atau molekul organik yang besar dan saling
diresapi cairan.
• Salep : sediaan setengah padat yang ditujukan untuk
pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Dasar
salep dibagi dalam 4 kelompok, yaitu dasar salep
hidrokarbon, salep serap, salep yang dapat dicuci
dengan air, salep larut dalam air
Cara pembuatan krim
Metil paraben
dilarutkan dalam
Fase Minyak propilen glikol
isopropil miristat Fase Air
setil alkohol steareth-21
BHT steareth-2 campurkan
Propil paraben

dipanaskan di cawan
porselen di penangas air
pada suhu 700C

campur homogenkan

dikembangkan dengan air Sediaan krim


xanthan gum Basis Krim
campur dan homogenkan Kafein/Aminofilin

Zat aktif Larutkan dalam air panas/air suhu normal


Kafein/Aminofilin
campur dan homogenkan
Cara Pembuatan Gel

metil paraben
dan
HPMC 4000
propil paraben
dilarutkan dalam
propilen glikol
dikembangkan pengadukan
dalam air
campur dan homogenkan

Basis gel
masukkan

homogenkan larutkan dalam air

Sediaan gel Kafein/Aminofilin


Kafein/Aminofilin
Cara Pembuatan Salep
Adepslanae
setil alkohol
propil paraben
BHT
dipanaskan di
cawan porselen
di atas penangas
gerus Metil paraben
air hingga
melebur
sempurna larutkan dalam
homogenkan air panas
Basis salep

larutkan dalam air


homogenkan
Aminofilin

Sediaan salep
aminofilin
Evaluasi
a. Pengamatan organoleptis
b. Pemeriksaan homogenitas
c. Pengukuran pH
d. Pengukuran viskositas
e. Pemeriksaan konsistensi
a. Pengukuran diameter globul rata-rata
b. Uji kestabilan fisik :
• Metode freeze and thaw (6 siklus)
• Uji mekanik (sentrifugasi) 5 jam
• Uji stabilitas : suhu kamar
suhu tinggi(40±2ºC) 12 minggu
suhu rendah(4-8ºC)
Uji difusi secara in vitro
• Pembuatan spektrum serapan & kurva kalibrasi
kafein/aminofilin dalam dapar fosfat pH 7,4
Kafein/aminofilin ±100,0mg + dapar fosfat pH 7,4 ad 100,0 ml
(1000 ppm)

Dipipet 10,0 ml + dapar fosfat pH 7,4 ad 100,0 ml (100 ppm)

5 ppm 7 ppm 10 ppm 12 ppm 15 ppm


Ukur serapannya pada λ max
• Uji difusi kafein/aminofilin
bulu tikus Sprague Dewley dicukur & kulit tikus disayat pada bagian perut

Kompartemen reseptor diisi 15 ml dapar fosfat pH 7,4

Kulit tikus diletakkan di antara kompartemen donor&reseptor

Kulit dihidrasi dalam dapar fosfat pH 7,4

Cairan reseptor diaduk menggunakan stirer magnetik kecepatan 300 rpm.


Temperatur dijaga suhunya 37±0,5ºC dengan thermostatic waterbath

Sediaan uji 1g diaplikasikan pada permukaan kulit


Sampling 0,5ml diambil pada menit ke-10, 30, 60, 90, 120,
180, 240, 300, 360, dan 480 dari kompartemen reseptor
menggunakan syringe dan sejumlah volume yang
terambil harus segera digantikan dengan dapar fosfat pH
7,4 sejumlah volume yang sama.

sampel 0,5 ml dimasukkan ke labu ukur 5,0 ml, di adkan


dengan dapar fosfat pH 7,4.

Ukur serapannya pada λ max dengan


Spektrofotometer UV-Vis.
Uji Penetrasi Secara In Vitro Menggunakan sel
difusi Franz

A = kompartemen donor
B = kompartemen
reseptor
C = membran
D = O-ring
E = water jacket
F = pengaduk magnetik
G = tempat pengambilan
sampel
Kecepatan penetrasi zat aktif pada steady
state ( fluks, J, µg cm-2jam-1) dapat dihitung
dengan menggunakan rumus:
J=Q/A·t
J = D A K / h (C2 – C1)
J = kecepatan penetrasi zat aktif (µg cm-2jam-1)
Q = jumlah zat aktif yang terpenetrasi (µg)
A = luas membran (cm2)
t = waktu (jam)
D = koefisien difusi
K = koefisien partisi
h = tebal membran
(C2 – C1) = gradien konsentrasi
RESULTS
Pengamatan organoleptis
b. Pemeriksaan homogenitas
c. Pengukuran pH
d. Pengukuran viskositas
e. Pemeriksaan konsistensi
a. Pengukuran diameter globul rata-rata
b. Uji kestabilan fisik :
• Metode freeze and thaw (6 siklus)
• Uji mekanik (sentrifugasi) 5 jam
• Uji stabilitas : suhu kamar
suhu tinggi(40±2ºC) 12 minggu
suhu rendah(4-8ºC)
Tabel 7
Hasil uji difusi sediaan krim, gel, salep kafein dalam
larutan penerima dapar fosfat pH 7,4

You might also like