You are on page 1of 9

KIAT MENGHITUNG MODAL USAHA

Oleh: Safir Senduk

Beberapa minggu lalu, ketika diwawancara di sebuah radio di Jakarta, saya ditanya oleh si pembawa
acara:

"Pak Safir, apa, sih, yang sebaiknya disiapkan untuk anak? Tabungan atau asuransi?"
Keputusan untuk menyiapkan tabungan atau asuransi untuk anak seringkali membuat orang tua
bingung. Tabungan dan asuransi memiliki fungsi yang berbeda. Tabungan adalah rekening yang kita
buka di bank, tapi bisa kita ambil kapan pun. Sedangkan asuransi adalah proteksi yang diberikan oleh
perusahaan asuransi kepada kita kalau kita mengalami risiko.

Sering kan kita bertanya kepada orang yang sudah membuka usaha: "Berapa sih modal yang Anda
butuhkan dulu itu ketika membuka usaha Anda yang sekarang ini?". Jawaban yang seringkali muncul
adalah: "...sekian juta rupiah, atau sekian belas juta rupiah...." betul kan? Prinsipnya, ada angka yang
keluar. Tapi, kalau Anda yang ditanya seperti itu, belum tentu Anda bisa menjawab. Karena
umumnya ketika kita ingin menjalankan bisnis, banyak diantara kita yang tidak tahu bagaimana cara
menghitungnya.

Nah, kali ini saya akan membagi rahasia kepada Anda tentang cara menghitung jumlah modal yang
Anda butuhkan bila ingin memulai sebuah usaha.
Pada prinsipnya, dalam menjalankan usaha, hanya ada 3 jenis modal yang akan Anda keluarkan:

Modal Investasi Awal


Modal Kerja
Modal Operasional
Mari kita membahasnya satu per satu.

1.MODAL INVESTASI AWAL

Apa sih yang dimaksud modal investasi awal? Ini adalah jenis modal yang harus Anda keluarkan di
awal, dan biasanya dipakai untuk jangka panjang. Contoh-contoh modal ini adalah bangunan,
peralatan seperti komputer, kendaraan, perabotan kantor dan barang-barang lain yang dipakai untuk
jangka panjang.

Kalau usaha Anda usaha bengkel motor, maka modal investasi awal Anda adalah bangunan, alat-alat
perbengkelan, dan perabot lain yang dibutuhkan di bengkel tersebut. Kalau usaha Anda toko, maka
modal investasi awal Anda adalah rak, meja, bahkan mungkin juga mesin kasir.

Biasanya, modal ini nilainya cukup besar karena dipakai untuk jangka panjang. Tetapi nilai dari
Modal Investasi Awal ini akan menyusut dari tahun ke tahun bahkan bisa dari bulan ke bulan.

2.MODAL KERJA

Ini adalah modal yang harus Anda keluarkan untuk membeli atau membuat barang dagangan Anda.
Modal kerja ini bisa dikeluarkan setiap bulan, atau setiap datang order.
Sebagai contoh, kalau usaha Anda usaha tempat makan, maka modal kerja yang Anda butuhkan
adalah modal untuk membeli bahan makanan. Kalau usaha Anda usaha pem buatan barang kerajinan,
maka modal kerja Anda adalah uang yang Anda keluarkan untuk membeli bahan baku. Kalau usaha
Anda adalah jasa fotokopi, ya modal kerja Anda uang yang Anda keluarkan untuk membeli kertas,
tinta, dan lain sebagainya.

Prinsipnya, tanpa modal kerja, Anda tidak akan bisa menyelesaikan order Anda atau tidak memiliki
barang dagangan. Nanti, bisa-bisa Anda malah tidak akan dapat pembeli karena barangnya saja tidak
ada. Itulah pentingnya modal kerja.

3.MODAL OPERASIONAL
Modal yang terakhir adalah modal operasional. Modal operasional adalah modal yang harus Anda
keluarkan untuk membayar biaya operasi bulanan dari bisnis Anda. Contohnya pembayaran gaji
pegawai, pulsa telepon bulanan, PLN, air, bahkan retribusi.

Pos-pos dalam modal operasional ini pada setiap bisnis umumnya hampir sama. Ini karena pada
prinsipnya, yang dimaksud dengan modal operasional adalah uang yang harus Anda keluarkan untuk
membayar pos-pos biaya di luar bisnis Anda secara langsung. Jadi, Modal Operasional ini biasanya
dibayar secara bulanan.

Nah, bagaimana Bapak Ibu? Gampang, kan? Sekarang, Anda bisa menghitung sendiri, kan, modal
yang harus Anda keluarkan untuk memulai usaha. Mudah-mudahan bermanfaat ya.

SIMPANAN BAGI HASIL DI BANK


Oleh: Mike Rini

Apakah Anda termasuk orang yang percaya bahwa uang bisa didapat dengan sekejap mata tanpa
usaha yang berarti ? Saya tidak. Saya orang yang tidak pernah percaya bahwa uang bisa didapat
dengan sekejap mata. Tapi keyakinan saya tersebut ternyata bisa dipatahkan, tepatnya tahun 1998
jamannya masih krisis moneter. Saya tidak akan pernah lupa hari-hari dimana saya bisa mendapatkan
uang dengan begitu mudahnya, bahkan tanpa usaha yang berarti sama sekali. Yang saya lakukan saat
itu hanya mendepositokan uang saya di sebuah bank. Bayangkan dari uang sebesar Rp 100 juta yang
saya depositokan, sim salabim ! satu bulan kemudian berubah menjadi Rp 140 juta !

Jadi timbul pertanyaan, apa yang dilakukan bank tersebut sehingga bisa sebegitu hebatnya membayar
bunga deposito sebesar itu. Saya tidak penah tahu kemana uang yang saya simpan dibank tersebut
diinvestasikan, namun tidak lama setelahnya jawabannya datang dengan berita likuidasi bank-bank.
Termasuk bank saya, hanya saja depositonya sudah saya cairkan dahulu, dan untuk kedua kalinya
saya lagi-lagi beruntung. Beberapa teman-temannya yang dananya nyangkut di bank tersebut, harus
menunggu berhari-hari dan mengantri dalam antrian yang sangat panjang untuk bisa mengambil dana
mereka kembali. Bank-lah pihak yang paling merugi, bukan saja merugi tapi bangkrut total sampai
harus ditutup. Kewajiban pembayaran bunga yang luar biasa ekstrim saat itu telah menamatkan
riwayat bank tempat saya menabung bertahun-tahun.

Bayangkan jika Anda yang berada di posisi penghutang seperti kasus bank tadi (dan seringnya
memang begitu bukan ?). Kewajiban cicilan kredit rumah, kredit mobil atau kartu kredit yang tiba-
tiba membengkak karena bunganya meroket dan semakin parah jika Anda terlambat membayar, bisa
membuat Anda bangkrut. Begitulah keajaiban dari sistem bunga berbunga, bisa sangat
menguntungkan di satu pihak namun merugikan pihak lain.

Kenyataan ini telah membuktikan bahwa kelangsungan hidup bank konvensional selalu terganggu
oleh gejolak suku bunga. Dari sinilah muncul kebutuhan akan adanya suatu sistem perbankan yang
tidak berbasis bunga. Menjawab kebutuhan itu sistem perbankan syariah yang berbasis bagi hasil,
konon lebih tangguh dari sistem perbankan konvensional. Namun jika dilihat dari kacamata kita
sebagai nasabah, apakah menguntungkan jika kita menyimpan uang di bank syariah ? Setelah sekian
lama terbiasa dengan sistem bunga bank konvensional, bisakah sistem bank syariah memberikan
keuntungan yang lebih besar kepada nasabahnya ? “Tak kenal maka tak sayang”, bagi kita yang
sudah terbiasa dengan sistem bunga pada bank konvensional, mungkin merasa ragu-ragu dengan
sistem bagi hasil bank syariah. Namun terlepas dari berbagai keraguan tadi, alangkah baiknya kita
menuntaskan rasa penasaran kita dengan mempelajari produk-produk simpanan di bank syariah.

Perbedaan Bank Konvensional Dengan Bank Syariah

Bank syariah adalah bank yang beroperasi berdasarkan syariah atau prinsip agama Islam. Sesuai
dengan prinsip Islam yang melarang sistem bunga atau riba yang memberatkan, maka bank syariah
beroperasi berdasarkan kemitraan pada semua aktivitas bisnis atas dasar kesetaraan dan keadilan.
Perbedaan yang mendasar antara bank syariah dengan bank konvensional, antara lain :

1. Perbedaan Falsafah
Perbedaan pokok antara bank konvensional dengan bank syariah terletak pada landasan falsafah
yang dianutnya. Bank syariah tidak melaksanakan sistem bunga dalam seluruh aktivitasnya
sedangkan bank kovensional justru kebalikannya. Hal inilah yang menjadi perbedaan yang sangat
mendalam terhadap produk-produk yang dikembangkan oleh bank syariah, dimana untuk
menghindari sistem bunga maka sistem yang dikembangkan adalah jual beli serta kemitraan yang
dilaksanakan dalam bentuk bagi hasil. Dengan demikian sebenarnya semua jenis transaksi
perniagaan melalu bank syariah diperbolehkan asalkan tidak mengandung unsur bunga (riba).
Riba secara sederhana berarti sistem bunga berbunga atau compound interest dalam semua
prosesnya bisa mengakibatkan membengkaknya kewajiban salah satu pihak seperti efek bola salju
pada cerita di awal artikel ini. Sangat menguntungkan saya tapi berakibat fatal untuk banknya.
Riba, sangat berpotensi untuk mengakibatkan keuntungan besar disuatu pihak namun kerugian
besar dipihak lain, atau malah ke dua-duanya.

2. Konsep Pengelolaan Dana Nasabah


Dalam sistem bank syariah dana nasabah dikelola dalam bentuk titipan maupun investasi. Cara
titipan dan investasi jelas berbeda dengan deposito pada bank konvensional dimana deposito
merupakan upaya mem-bungakan uang. Konsep dana titipan berarti kapan saja si nasabah
membutuhkan, maka bank syariah harus dapat memenuhinya, akibatnya dana titipan menjadi
sangat likuid. Likuiditas yang tinggi inilah membuat dana titipan kurang memenuhi syarat suatu
investasi yang membutuhkan pengendapan dana. Karena pengendapan dananya tidak lama alias
cuma titipan maka bank boleh saja tidak memberikan imbal hasil. Sedangkan jika dana nasabah
tersebut diinvestasikan, maka karena konsep investasi adalah usaha yang menanggung risiko,
artinya setiap kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari usaha yang dilaksanakan,
didalamnya terdapat pula risiko untuk menerima kerugian, maka antara nasabah dan banknya
sama-sama saling berbagi baik keuntungan maupun risiko.

Sesuai dengan fungsi bank sebagai intermediary yaitu lembaga keuangan penyalur dana nasabah
penyimpan kepada nasabah peminjam, dana nasabah yang terkumpul dengan cara titipan atau
investasi tadi kemudian, dimanfaatkan atau disalurkan ke dalam traksaksi perniagaan yang
diperbolehkan pada sistem syariah. Hasil keuntungan dari pemanfaatan dana nasabah yang
disalurkan ke dalam berbagai usaha itulah yang akan dibagikan kepada nasabah. Hasil usaha
semakin tingi maka semakin besar pula keuntungan yang dibagikan bank kepada dan nasabahnya.
Namun jika keuntungannya kecil otomatis semakin kecil pula keuntungan yang dibagikan bank
kepada nasabahnya. Jadi konsep bagi hasil hanya bisa berjalan jika dana nasabah di bank di
investasikan terlebih dahulu kedalam usaha, barulah keuntungan usahanya dibagikan. Berbeda
dengan simpanan nasabah di bank konvensional, tidak peduli apakah simpanan tersebut di
salurkan ke dalam usaha atau tidak, bank tetap wajib membayar bunganya.

Dengan demikian sistem bagi hasil membuat besar kecilnya keuntungan yang diterima nasabah
mengikuti besar kecilnya keuntungan bank syariah. Semakin besar keuntungan bank syariah
semakin besar pula keuntungan nasabahnya. Berbeda dengan bank konvensional, keuntungan
banknya tidak dibagikan kepada nasabahnya. Tidak peduli berapapun jumlah keuntungan bank
konvesional, nasabah hanya dibayar sejumlah prosentase dari dana yang disimpannya saja.

3. Kewajiban Mengelola Zakat


Bank syariah diwajibkan menjadi pengelola zakat yaitu dalam arti wajib membayar zakat,
menghimpun, mengadministrasikannya dan mendistribusikannya. Hal ini merupakan fungsi dan
peran yang melekat pada bank syariah untuk memobilisasi dana-dana sosial (zakat. Infak,
sedekah)

4. Struktur Organisasi
Di dalam struktur organisasi suatu bank syariah diharuskan adanya Dewan Pengawas Syariah
(DPS). DPS bertugas mengawasi segala aktifitas bank agar selalu sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah. DPS ini dibawahi oleh Dewan Syariah Nasional (DSN). Berdasarkan laporan dari DPS
pada masing-masing lembaga keuangan syariah, DSN dapat memberikan teguran jika lembaga
yang bersangkutan menyimpang. DSN juga dapat mengajukan rekomendasi kepada lembaga yang
memiliki otoritas seperti Bank Indonesia dan Departemen Keuangan untuk memberikan sangsi.

Bagaimana Kita Menyimpan Uang Di Bank Syariah


Sebelumnya kita sudah sangat mengenal tabungan, giro dan deposito dari bank konvensional. Pada ke
tiga produk bank ini maka setiap bulanya bank berjanji akan membayar sejumlah bunga. Di bank
syariah juga mempunyai produk simpanan berupa tabungan, giro dan deposito hanya sebagai nasabah
kita tidak menerima pembayaran bunga. Di bank syarah ada 2 cara yang bisa dipilih orang untuk
menyimpan uangnya,yaitu :

1. Titipan / Wadiah
Menitip adalah memberikan kekuasaan kepada orang lain untuk menjaga hartanya/ barangnya.
Dengan demikian cara titipan melibatkan adanya orang yang menitipkan (nasabah), pihak yang
dititipi (bank syariah), barang yang dititipkan (dana nasabah). Menitipkan sebenarnya bukan
usaha perniagaan yang lazim, kecuali penerima titipan menetapkan keharusan membayar biaya
penitipan atau administrasi bagi penitip. Maka Titipan bisa memenuhi syarat perniagaan yang
lazim. Artinya bank harus menjaga dan bertanggung jawab terhadap barang yang dititipkan
karena sudah dibayar biaya administrasinya. Rekening giro di bank syariah dikelola dengan
sistem titipan sehingga biasa dikenal dengan Giro Wadiah, karena pada dasarnya rekening giro
adalah dana masyarakat di bank untuk tujuan pembayaran dan penarikannya dapat dilakukan
setiap saat. Artinya giro hanyalah merupakan dana titipan nasabah, bukan dana yang
diinvestasikan. Namun dana nasabah pada giro bisa dimanfaatkan oleh bank selama masih
mengendap, tetapi kapanpun nasabah ingin menariknya bank wajib membayarnya. Sebagai
imbalan dari titipan yang dimanfaatkan oleh bank syariah, nasabah dapat menerima imbal jasa
berupa bonus. Namun bonus ini tidak diperjanjikan di depan melainkan tergantung dari kebijakan
bank yang dikaitkan dengan pendapatn bank. Rekening tabungan harian yang memberlakukan
ketentuan dapat ditarik setiap saat juga dikelola dengan cara titipan, karena sifatnya mirip dengan
giro hanya berbeda mekanisme penarikannya.

2. Investasi / Mudharabah
adalah suatu bentuk perniagaan dimana pemilik modal (nasabah) menyetorkan modalnya kepada
pengelola (bank) untuk diusahakan dengan keuntungan akan dibagi bersama sesuai dengan
kesepakatan dari kedua belah pihak. Sedangkan kerugian, jika ada akan ditanggung oleh si
pemilik modal. Dengan demikian cara investasi melibatkan pemilik modal (nasabah), pengelola
modal (bank), modal (dana) harus jelas berapa jumlahnya, jangka waktu pengelolaan modal, jenis
pekerjaan atau proyek yang di biayai, porsi bagi hasil keuntungan. Deposito di bank syariah
dikelola dengan cara investasi atau mudarobah, sehingga biasa dikenal dengan Deposito
Mudharabah. Bank Syariah tidak membayar bunga deposito kepada deposan tetapi membayar
bagi hasil keuntungan yang ditetapkan dengan nisbah. Beberapa jenis tabungan berjangka juga
dikelola dengan cara mudharobah misalnya tabungan pendidikan dan tabungan hari tua, tabungan
haji, tabungan berjangka ini biasa dikenal istilah Tabungan Pendidikan Mudharabah, Tabungan
Haji. Tabungan-tabungan tersebut tidak dapat ditarik oleh pemilik dana sebelum jatuh tempo
sehingga memenuhi syarat untuk diinvestasikan

Bagaimana Nasabah Mendapat Keuntungan

Jika bank konvensional membayar bunga kepada nasabahnya, maka bank syariah membayar bagi
hasil keuntungan sesuai dengan kesepakatan. Kesepakatan bagi hasil ini ditetapkan dengan suatu
angka ratio bagi hasil atau nisbah. Nisbah antara bank dengan nasabahnya ditentukan di awal,
misalnya ditentukan porsi masing-masing pihak 60:40, yang berarti atas hasil usaha yang diperolah
akan didisitribusikan sebesar 60% bagi nasabah dan 40% bagi bank. Angka nisbah ini dengan mudah
Anda dapatkan informasinya dengan bertanya ke customer service atau datang langsung dan melihat
papan display “ Perhitugan dan Distribusi Bagi Hasil” yang ada di cabang bank syariah.

Apakah Simpanan Nasabah di Bank Syariah Dijamin Pemerintah

Dalam hal jaminan pemerintak terhadap dana pihak ke tiga di bank, maka bank syariah mempunyai
kedudukan yang sama sama dengan bank konvensional. Dana nasabah di bank syariah tetap dijamin
pemerintah sesuai dengan ketentuan jaminan pemerintah bagi dana nasabah di bank.

MARI BERINVESTASI
Oleh: Safir Senduk
Bila Anda melakukan investasi, ada dua pilihan: melakukan investasi secara periodik, atau investasi
sekali saja. Keduanya memberikan nilai investasi yang sama berarti. Tinggal Anda pilih mana yang
sesuai dengan kekuatan dana yang Anda miliki.

Periodik
Bila berinvestasi secara periodik, maka ini berarti Anda melakukan investasi secara rutin. Anda bisa
melakukan investasi setahun sekali, enam bulan sekali, atau bahkan sebulan sekali. Beberapa orang
ada yang berinvestasi setiap satu atau dua minggu sekali. Tapi yang penting di sini adalah bahwa
yang dimaksud dengan periodik adalah melakukan investasi secara rutin.

Biasanya, berinvestasi secara periodik adalah cara yang paling ampuh untuk mengejar target dana
yang besar kelak. Anda tak perlu memiliki jumlah dana yang besar pada saat ini, tapi Anda cukup
hanya menyisihkan sebagian kecil penghasilan Anda untuk lalu diinvestasikan ke dalam sebuah
produk investasi. Lama kelamaan, Anda akan memiliki saldo investasi yang begitu besar, karena
Anda juga mendapatkan bunga.

Berinvestasi secara periodik sama seperti seorang tukang bangunan yang sedang membuat dinding.
Apa yang ia lakukan adalah mengambil sebuah bata, mengoleskannya dengan semen, lalu
menempelkannya. Ambil lagi sebuah bata, memberikan semen, dan menempelkannya di sebelah kiri
atau kanan bata yang tadi. Begitu seterusnya sampai ia bisa menyelesaikan satu lapis. Setelah itu, ia
akan melanjutkannya dengan lapis kedua. Lapis kedua selesai, dilanjutkan dengan lapis ketiga.
Begitu seterusnya.

Lama kelamaan, Anda akan melihat sebuah dinding. Persis seperti itulah gambarannya bila Anda
berinvestasi secara periodik. Hanya bedanya, dengan berinvestasi, Anda juga mendapatkan bunga.
Sementara tukang bangunan tadi, tidak mendapatkan 'bunga'. Yang ia lakukan hanyalah seperti
menabung ke dalam celengan saja secara rutin. Tetapi prinsipnya sama saja: sedikit-sedikit, akan
menjadi bukit.

Sekali Saja
Anda juga bisa berinvestasi sekali saja (lump sum). Artinya, Anda cukup memasukkan uang sekali
saja ke dalam sebuah produk investasi. Deposito, umpamanya, Anda endapkan selama -katakanlah-
sepuluh tahun. Setiap tahun, Anda akan mendapatkan bunga yang bisa ditambahkan ke uang pokok.
Kemudian didepositokan lagi sehingga bunganya makin lama makin besar. Tapi, selama Anda tidak
pernah menyentuhnya, sampai selama sepuluh tahun. Setelah sepuluh tahun, Anda akan memiliki
jumlah dana yang sangat besar.

Berinvestasi secara lump sum persis seperti kalau Anda naik ke sebuah gunung bersalju. Dari atas,
Anda ambil sekumpulan salju dengan tangan Anda, lalu membentuknya menjadi sebuah bola. Setelah
itu, Anda lepaskan bola salju itu dari atas, untuk digelindingkan ke bawah. Apa yang terjadi? Dalam
perjalanannya dari atas sampai bawah, bola salju itu makin lama akan makin besar. Dan pertumbuhan
bola salju itu persis seperti deret ukur:

1, 2, 4, 8, 16, 32, 64, 128, 256, 512, 1024, 2048, 4096, dan seterusnya.
Nah, seperti itulah gambarannya bila Anda berinvestasi secara lump sum.

Gunakan Hukum 72
Kapan investasi Anda berlipat menjadi dua? Kalau Anda melakukan investasi sekali saja, maka ada
saatnya jumlah investasi Anda akan berlipat dua. Sebagai contoh, bila Anda menginvestasikan Rp 1
juta pada deposito yang memberikan suku bunga 12% per tahun (di-roll over setiap tahun), maka
uang Rp 1 juta Anda akan berlipat dua dalam waktu enam tahun.
Cara menghitungnya adalah dengan menggunakan "Hukum 72". Bagi angka 72 dengan suku bunga
(misalnya 12%) dari produk investasi Anda. Sebagai contoh: (72/12) x 1 tahun = 6 tahun.
Itulah jangka waktu yang dibutuhkan agar investasi Anda bisa berlipat dua.

MENGHITUNG PERKEMBANGAN DANA INVESTASI (1)


Oleh: Safir Senduk
Pada nomor yang lalu, Anda telah belajar tentang bagaimana mengetahui posisi keuangan Anda pada
saat ini. Bahkan sebelum- nya Anda juga sudah belajar tentang bagaimana menyusun sebuah
Anggaran Keluarga.

Sekarang, Anda mungkin memutuskan untuk melakukan investasi untuk memperbesar nilai harta
Anda. Dari jumlah harta yang Anda miliki, Anda mungkin memiliki sejumlah uang menganggur yang
bisa Anda investasikan. Dari anggaran keuangan, Anda mungkin juga memiliki sekitar Rp 300 ribu
per bulan yang bisa diinvestasikan.

Masalahnya, Anda mungkin tahu bagaimana cara menghitung keuntungan dalam melakukan
investasi. Banyak orang yang melakukan investasi, tapi tidak tahu bagaimana cara menghitung
keuntungan yang sudah dia dapatkan.

Untuk mengetahuinya, Anda perlu belajar tentang konsep bunga (interest). Konsep bunga, sering
disebut juga dengan konsep hasil investasi (return). Keduanya memiliki prinsip yang sama.

Mari kita ambil contoh, misalkan saja pada saat ini Anda memiliki dana sejumlah Rp 1 juta. Anda
pergi ke bank, menemui customer servicenya, dan mengutarakan maksud Anda. Dia mengatakan
bahwa bank akan memberlakukan suku bunga sebesar 12 persen per tahun bila Anda membuka
deposito di situ.

Sekarang, kita akan menghitung, berapa bunga yang akan Anda dapatkan pada akhir tahun, dan
berapa saldo investasi Anda bila Anda membiarkan saja investasi berputar selama sepuluh tahun.
Untuk itu, ada beberapa pilihan sistem bunga:

1. Bunga Sederhana (simple interest)


2. Bunga Berbunga (compound interest)

Bunga berbunga bisa dibagi lagi. Yakni:


* Bunga Berbunga Tahunan (yearly compound interest)
* Bunga Berbunga Bulanan (monthly compound interest)
* Bunga Berbunga Harian (daily compound interest)

Saya akan menunjukkan bagaimana cara menghitung untuk masing-masing sistem bunga tersebut.
Suka atau tidak suka, saya rasa akan sangat penting apabila Anda mengetahuinya.

BUNGA SEDERHANA
Bila bank itu menggunakan sistem Bunga Sederhana, maka pada akhir tahun pertama, Anda akan
mendapatkan bunga sebesar:
Rp 1 juta x 12 persen = Rp 120.000.

Pada akhir tahun kedua, Anda akan mendapatkan bunga sebesar:


Rp 1 juta x 12 persen = Rp 120.000.

Pada akhir tahun ketiga, Anda akan mendapatkan bunga sebesar


Rp 1 juta x 12 = Rp 120.000.

Begitu seterusnya, hingga setelah sepuluh tahun, Anda akan mendapatkan total bunga sebesar: Rp
20.000 x 10 = Rp 1.200.000.

Dengan demikian saldo investasi Anda akan menjadi: Rp 1.000.000 (dana awal) + Rp 1.200.000
(jumlah total bunga) = Rp 2.200.000.

Sederhana, bukan? Karena itu pula, sistem penghitungan bunga ini disebut Bunga Sederhana.

BUNGA BERBUNGA
Konsep bunga berbunga adalah suatu konsep di mana bunga yang Anda dapatkan akan ditambahkan
ke uang pokok Anda, sehingga bunga yang dihasilkan pada tahun berikutnya akan lebih besar lagi.
Persis seperti bola salju yang menggelinding dari atas bukit salju. Makin ke bawah makin besar.
Sekarang kita kembali gunakan contoh uang Rp 1 juta tadi. Bila Anda membuka deposito senilai Rp
1 juta dengan bunga 12 persen per tahun, maka saldo investasi Anda pada setiap akhir tahun adalah
sebagai berikut:

Pada akhir tahun pertama, saldo Anda adalah:


Rp 1.000.000 + (Rp 1.000.000 x 12 persen) = Rp 1.000.000 + Rp 120.000 = Rp 1.120.000

Pada akhir tahun kedua, saldo Anda menjadi:


Rp 1.120.000 + (Rp 1.120.000 x 12 persen) = Rp 1.120.000 + Rp 134.400 = Rp 1.254.400.

Pada akhir tahun ketiga, saldo Anda menjadi:


Rp 1.254.400 + (Rp 1.254.400 x 12 persen) = Rp 1.254.400 + Rp 150.528 = Rp 1.404.928.

Begitu seterusnya tiap tahun, hingga akhirnya pada akhir tahun ke-10 saldo saldo investasi Anda akan
menjadi Rp 3.105.848. Jauh lebih banyak dibanding apabila Anda memakai metode bunga sederhana
tadi (yang hanya Rp 2.200.000).

BUNGA BERBUNGA BULANAN


Apa yang Anda lihat di atas tadi adalah konsep bunga berbunga, yang bunganya dibayarkan setiap
tahun (yearly compound interest). Namun demikian, ada juga bunga berbunga yang bunganya
dibayarkan setiap bulan (monthly compound interest).

Sebagai contoh, kita akan menggunakan angka yang sama dengan contoh di atas, di mana Anda
memasukkan uang Rp 1 juta. Hanya bedanya, Anda tidak membukanya dalam bentuk rekening
deposito, tapi tabungan.

Untuk mudahnya, anggap saja tabungan ini juga memberi bunga 12 persen per tahun, dibayarkan
secara bulanan. Ini berarti, pada setiap akhir bulan, bunga yang Anda dapatkan bukan 12 persen,
melainkan 12 persen dibagi 12, atau 1 persen. Ini karena ada 12 bulan dalam setahun.

Dengan demikian, perhitungan saldo investasi Anda pada akhir bulan pertama adalah:
Rp 1.000.000 + (Rp 1.000.000 x 1 persen) = Rp 1.000.000 + Rp 10.000 = Rp 1.010.000.

Pada akhir bulan kedua, saldo Anda menjadi:


Rp 1.010.000 + (Rp 1.010.000 x 1 persen) = Rp 1.010.000 + Rp 10.100 = Rp 1.020.100

Begitu seterusnya tiap bulan hingga pada akhir bulan ke-12 saldo Anda menjadi:
Rp 1.115.668 + (Rp 1.115.668 x 1 persen) = Rp 1.115.668 + Rp 11.157 = Rp 1.126.825.

Bila ini terus berlanjut hingga akhir tahun ke-10 (atau bulan ke-120), saldo investasi Anda menjadi
Rp 3.300.387. Lebih banyak dibandingkan apabila Anda memakai sistem bunga berbunga tahunan.

BUNGA BERBUNGA HARIAN


Bagaimana dengan sistem bunga berbunga yang dibayarkan secara harian (daily compound interest)?
Banyak iklan bank menawarkan produk tabungan yang memberikan bunga secara harian seperti ini.
Konsepnya hampir sama dengan bunga berbunga bulanan. Bedanya, bunganya tidak dibagi 12, tetapi
365 (sesuai jumlah hari per tahun), hingga besarnya adalah 0.03 persen per hari.

Kini kita akan menghitung, berapa jumlah yang akan Anda dapatkan. Sekali lagi, kita gunakan
contoh seperti di atas.

Saldo Anda pada akhir hari pertama adalah:


Rp 1.000.000 + (Rp 1.000.000 x 0,03 persen) = Rp 1.000.000 + Rp 329 = Rp 1.000.329.

Begitu seterusnya hingga setelah setahun (atau akhir hari ke 365) saldo Anda menjadi:
Rp 1.127.104 + (Rp 1.127.104 x 0,03 persen) = Rp 1.127.104 + Rp 371 = Rp 1.127.475.
Bila diteruskan sampai 10 tahun, maka pada akhir hari ke 3.650, saldo Anda akan menjadi
Rp 3.319.462. Lebih banyak daripada kalau bank Anda memakai sistem bunga berbunga bulanan.

MENGHITUNG PERKEMBANGAN DANA INVESTASI (2)


Oleh: Safir Senduk

Pekan lalu Anda telah melihat bahwa perbedaan penggunaan sistem bunga dapat mempengaruhi
saldo investasi Anda pada akhir tahun, walaupun semuanya sama-sama menjanjikan bunga 12 persen
per tahun. Sebabnya sederhana: karena jumlah bunga yang Anda terima juga berbeda.

Berbedanya bunga yang Anda dapat itulah yang lalu memunculkan istilah "suku bunga efektif"
(effective rate). Yaitu perbandingan jumlah bunga yang Anda dapatkan pada akhir tahun, dengan
jumlah uang yang Anda masukkan. Cara menghitung bunga efektif sangat mudah: bunga yang Anda
terima pada akhir tahun dibagi dengan nilai nominal uang Anda pada awal tahun.

Jadi, kalau ada sebuah produk investasi yang menjanjikan suku bunga 12 persen per tahun, maka
mungkin saja suku bunga efektifnya tidak 12 persen. Apa yang Anda terima pada akhir tahun
mungkin lebih dari 12 persen. Dengan mengetahui suku bunga efektif, maka perbedaan yang Anda
dapatkan jadi betul-betul terlihat. Selain itu, suku bunga efektif juga memungkinkan Anda untuk
mempercepat perhitungan Anda. Artinya, kalau tadi kita menggunakan contoh Rp 1.000.000 sebagai
dana awal investasi Anda, maka untuk selanjutnya, kita bisa saja mengubahnya menjadi Rp
5.000.000.

Anda pun tidak perlu menghitung-hitung lagi berapa jumlah bunga yang Anda dapatkan bila
menggunakan sistem bunga berbunga harian, misalnya. Anda tidak perlu menghitung bunga secara
berulang-ulang sampai 365 kali. Cukup mengalikannya dengan 12,74 persen, atau kalikan Rp 5 juta
tadi dengan 12,74 persen.

MAKIN DINI MAKIN BAIK


Pernah ada orang yang mengatakan bahwa konsep bunga berbunga adalah suatu penemuan terbesar
dalam abad ini. Ini tidak berlebihan. Sebagai contoh kalau Anda memasukkan Rp 1.000.000 pada
saat ini ke dalam deposito yang memberikan 12 persen per tahun (dengan sistem bunga berbunga
tahunan), pada akhir tahun pertama saldo Anda akan menjadi Rp 1.120.000.

Pada akhir tahun kesepuluh, saldo Anda akan menjadi Rp 3.105.848. Pada akhir tahun ke-20, saldo
Anda akan menjadi Rp 9.646.293. Lalu pada akhir tahun ke-100, saldo Anda akan menjadi Rp
289.002.190.

Apa yang menyebabkan saldo investasi Anda bisa menjadi begitu besar? Waktu. Semakin lama uang
Anda berputar dalam sistem bunga berbunga, makin besar bunga yang Anda dapatkan. Kalau
menggunakan contoh bola salju tadi, maka semakin tinggi puncak gunung salju, maka semakin besar
pula bola salju itu nantinya ketika sampai di dasar gunung. Ini karena semakin tinggi gunung salju
itu, semakin banyak pula perputaran bola salju itu sebelum ia sampai di dasar gunung. Artinya,
semakin panjang jangka waktu investasi Anda, maka semakin besar pula saldo investasi Anda kelak.

Kebanyakan investasi meng-gunakan sistem perhitungan bunga berbunga. Sebagai contoh, kalau
Anda membeli rumah yang saat ini baru bernilai Rp 100 juta, maka pada akhir tahun, katakan saja
rumah itu sudah menjadi senilai Rp 120 juta (ada penambahan nilai 20 persen). Pada akhir tahun
kedua, nilai rumah Anda mungkin sudah menjadi Rp 120 juta dikali 20 persen. Begitu seterusnya,
walaupun sampai 100 tahun sekalipun. Konsep ini sama untuk hampir semua produk investasi.
Apa hubungan ini semua dengan Anda? Bila Anda menabung untuk tujuan tertentu kelak, maka
semakin dini Anda mulai, maka semakin panjang pula jangka waktu investasi Anda, sehingga ini
akan makin baik untuk Anda.

BEDA KECIL BERARTI BESAR


Perlu pula disadari perbedaan suku bunga (antar-bank) yang kecil sekalipun bisa berbeda jauh
pengaruhnya terhadap saldo investasi Anda. Sebagai contoh, misalkan saja pada saat ini Anda punya
Rp 2 juta. Anda lantas membuka deposito 12 bulan pada dua bank, Bank A dan Bank B. Masing-
masing Rp 1 juta.
Katakan saja, suku bunga di Bank A adalah 9 persen per tahun, sedangkan di Bank B adalah 10
persen per tahun (bedanya 1 persen saja). Artinya, pada akhir tahun pertama, Bank A akan
memberikan bunga Rp 100 ribu, dan Bank B hanya Rp 90 ribu. Bedanya Rp 10 ribu. Kecil? Memang.

Tapi bila dilihat secara jangka panjang, perbedaan saldo investasi pada kedua deposito itu akan
sangat besar. Makin lama waktunya, makin besar perbedaan itu. Pada akhir tahun ke-20, misalnya,
saldo Anda di Bank A sudah Rp 5.604.411 dan Bank B Rp 6.727.500. Berarti ada perbedaan Rp
1.123.089. Pada akhir tahun-50, saldo di Bank A adalah Rp 74.357.520, sedangkan di Bank B
mencapai Rp 117.390.853. Jadi perbedaan saldo di kedua bank adalah Rp 43.033.333. Besar sekali!

PADUKAN WAKTU DAN FREKUENSI


Contoh-contoh di atas mengandaikan Anda melakukan investasi sekali saja (lump sum), di mana
Anda memasukkan uang sekali saja, dan mendiamkannya selama bertahun-tahun, sampai 50 atau 100
tahun.

Tapi bagaimana kalau Anda tidak melakukan investasi sekali saja, tapi rutin setiap tahun? Misalkan
saja setiap awal tahun Anda menyetorkan Rp 1 juta. Setelah 50 tahun, jumlah yang Anda setorkan
menjadi Rp 50 juta. Tapi karena Anda memasukkannya dalam investasi bunga berbunga, maka saldo
investasi Anda setelah 50 tahun menjadi Rp 2.688.020.438!

Besar sekali! Padahal, jumlah total yang Anda setorkan selama 50 tahun itu hanya Rp 50 juta. Coba
Anda bandingkan dengan investasi sekali saja (Rp 1 juta), dan hasil yang Anda dapatkan setelah 50
tahun adalah Rp 289 juta. Karena itu perpaduan antara frekuensi investasi yang rutin dengan
panjangnya jangka waktu investasi yang Anda miliki, akan menghasilkan saldo investasi yang betul-
betul dahsyat besarnya. Jadi, bagaimana? Masih mau menunda berinvestasi?

BISA PERIODIK ATAU SEKALI SAJA


Bila Anda melakukan investasi, maka ada dua pilihan, bisa melakukan secara periodik, atau sekali
saja. Untuk investasi secara periodik, Anda bisa melakukan investasi setahun sekali, enam bulan
sekali, atau bahkan sebulan sekali. Beberapa orang ada yang berinvestasi setiap satu atau dua minggu
sekali. Tapi yang penting di sini adalah bahwa yang dimaksud dengan periodik adalah melakukan
investasi secara rutin.

Biasanya, berinvestasi secara periodik merupakan cara yang paling ampuh untuk mengejar target
dana yang besar kelak. Anda tak perlu memiliki jumlah dana yang besar pada saat ini, tapi cukup
menyisihkan sebagian kecil penghasilan Anda untuk diinvestasikan ke dalam sebuah produk
investasi. Lama kelamaan, Anda akan memiliki saldo investasi yang begitu besar, karena Anda juga
mendapatkan bunga.

Berinvestasi secara periodik sama seperti seorang tukang bangunan yang sedang membuat dinding.
Apa yang ia lakukan adalah mengambil sebuah bata, mengoleskannya dengan semen, lalu
menempelkannya. Ambil lagi sebuah bata, memberikan semen, dan menempelkannya disebelah kiri
atau kanan bata yang tadi. Begitu seterusnya sampai ia bisa menyelesaikan satu lapis. Setelah itu, ia
akan melanjutkannya dengan lapis kedua. Lapis kedua selesai, dilanjutkan dengan lapis ketiga.
Begitu seterusnya.

Lama kelamaan, Anda akan melihat sebuah dinding. Persis seperti itulah gambarannya bila Anda
berinvestasi secara periodik. Hanya bedanya, dengan berinvestasi, Anda juga mendapatkan bunga.
Sementara tukang bangunan tadi, tidak mendapatkan 'bunga'. Yang ia lakukan hanyalah seperti
menabung ke dalam celengan saja secara rutin. Tetapi prinsipnya sama saja: sedikit-sedikit, akan
menjadi bukit.

Anda juga bisa berinvestasi sekali saja (lump sum). Artinya, Anda cukup memasukkan uang sekali
saja ke dalam sebuah produk investasi, deposito misalnya, lalu Anda diamkan selama katakanlah
sepuluh tahun. Setiap tahun, Anda akan mendapatkan bunga, yang bisa Anda tambahkan ke uang
pokok Anda. Kemudian, didepositokan lagi, sehingga bunganya makin lama makin besar. Tapi,
selama itu Anda tidak pernah menyentuhnya, sampai selama sepuluh tahun. Setelah sepuluh tahun,
Anda akan memiliki jumlah dana yang sangat besar.

You might also like