You are on page 1of 3

Dakwah Rasulullah Periode Makkah

Sebelum risalah Nabi Muhammad saw., kondisi kehidupan masyarakat Arab secara umum dikenal
sebagai masyarakat Jahiliyah, zaman kebodohan, atau dalam istilah Al-Qur`an diisyaratkan
sebagai kehidupan adz-dzulumat. Dekandesi moral masyarakat tampak dalam aktifias tercelanya
seperti minum-minuman keras, berjudi, berzina, riba dan mengubur anak perempuan hidup.
Disebut demikian, karena kondisi sosial, politik, dan kehidupan spiritualnya, yang dalam waktu
cukup lama, tidak memiliki nabi, kitab suci, ideology agama, dan tokoh besar yang
membimbingnya. Mereka tidak memiliki sistim pemerintahan dan hukum yang ideal, dan tidak
mengindahkan nilai-nilai moral. Tingkat keberagamannya hampir kembali pada masyarakat
primitif yang jauh dari nur Ilahi. Mereka terpecah belah menjadi berbagai suku yang saling
bermusuhan sehingga secara politis tidak mengenal sistim pemerintahan pusat yang dapat
mengendalikan perpecahan dan permusuhan. Sebagian mereka belum mengenal sistim hukum.
Hukum yang berlaku bagaikan hukum rimba, yang kuat menindas yang lemah.

Secara geografis dan demografis, wilayah Arab merupakan daerah gersang dan mata pencaharian
sebagai besar penduduknya adalah beternak. Kelompok bangsawan menguasai hubungan
perdagangan domestik dan luar negeri. Sistim perekonomian didominasi oleh kaum aristokrat
yang konglomerat. Masyarakat pada umumnya miskin dan menderita, sebagai akibat dari
kesenjangan sosial ekonomi yang melahirkan ketidakadilan dan penindasan.

Dari segi kebudayaan, masyarakat Arab terkenal mahir dalam bidang bahasa dan syair (sastra).
Bahasanya sangat kaya sebanding dengan bahasa bangsa Eropa dewasa ini. Hal tersebut
merupakan kontribusi yang cukup penting dalam pengembangan dan penyebaran Islam. Menurut
Pilihip K. Hitti, keberhasilan penyebaran Islam di antaranya didukung oleh keleluasaan bahasa
Arab, khususnya bahasa Al-Qur`an. Namun, kemajuan kebudayaan mereka dalam bidang sya`ir
khususnya, diwarnai semangat kesukuan.
Adapun dari sisi keagamaan, mayoritas masyarakat bangsa Arab merupakan penyembahan
berhala, kecuali sebagian kecil menganut agama Yahudi dan Nasrani. Selain penyembah berhala,
ada juga yang menyembah matahari, bintang, dan angin. Di antara mereka ada yang atheis, tidak
mempercayai Tuhan YME., adanya hari pembalasan, dan tidak mempercayai keabadian jiwa
manusia. Setiap daerah dan suku mempunyai dewa dewi (berhala). 

Di antara berhala yang paling dipuja merka adalah Al-Uzza, Al-Latta, Manah, dan Hubbal. Tidak
kurang dari 360 berhala yang ditata disekeliling kabah untuk disembah. Setiap tahun masyarakat
Arab datang ke kabah untuk melakukan penyembahan massal terhadap berhala tersebut,
bersamaan dengan diselenggarakannya pekan raya yang dikenal dengan Pekan Raya Ukaz. Dalam
kondisi sosial dan moral, khususnya yang berkaitan dengan martabat kaum wanita, masyarakat
Arab pra-Islam memandang bahwa wanita ibarat barang mainan, binatang piaraan, atau lebih
hina. Wanita sama sekali tidak mendapatkan penghormatan sosial dan tidak memiliki hak apa pun.
Derajat wanita pada waktu itu menempati kedudukan yang terendah sepanjang sejarah umat
manusia.
Adapun faktor positif dari sifat dan karakter masyarakat Arab, antara lain adalah: mempunyai
ketahanan fisik yang perima; pemberani, daya ingat yang kuat, kesadaran akan harga diri dan
martabat, cinta kebebasan, setia terhadap suku dan pemimpinnya, pola kehidupannya sederhana,
ramah tamah, dan mahir dalam bersyair. Namun, sifat-sifat dan karakter yang baik tersebut
seakan tidak ada artinya karena diselimuti kondisi ketidak adilan, kekejaman, dan keyakinan
terhadap khurafat.

B. Substansi Dakwah Rasulullah Periode Makkah

Dalam proses penantian Jibril, turun wahyu yang membawa perintah kepada Rasulullah. Wahyu itu
itu berbunyi sebagai berikut: Hai orang yang berselimut bangun, dan beri ingatlah. Hendaklah
engkau besarkan Tuhanmu dan bersihkanlah pakaianmu, tinggalkan perbuatan dosa dan
janganlah engkau memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak dan untuk
(untuk memenuhi perintah) Tuhanmu bersabarlah. (Al- Muddatsir 1-7) 

Dengan turunnya perintah itu mulailah Rasulullah berdakwah. Pertama-tama, beliau


melakukannya secar diam-diam di lingkungannya sendiri, keluarga, dan sahabat-sahabat beliau
yang paling karib. Mereka di seru kepada pokok-pokok agama islam yang disebut dalam ayat-ayat
diatas yaitu, bertauhid kepada allah dan meninggalkan ilah dan berhala-berhala yang mereka
sembah. 

Mula-mula istrinya sendiri, Khadijah, kemudian saudara sepupunya Ali bin Abi Thalib yang beru
berumur 10 tahun. Kemudian Abu Bakar sahabat karibnya sejak masa kanak-kanak. Lalu Zaid,
bekas budak yang telah menjadi anak angkatnya. Ummu Aiman, pengasuh Nabi sejak ibunya
Aminah masih hidup. Banyak orang-orang yang menerima seruan Nabi melalui perantara Abu
Bakar. Mereka dikenal dengan sebutan Assabiqunal Awwalun . Mereka ialah Usman bin Affan,
Zubair ibnu Awwan, Sa'ad ibnu Abu Waqqas, Abdurrahman ibnu Auf, Talhah bin Ubaidillah, Abu
Ubaidah ibnul Jarrah, dan Arqam ibnu Abu Arqam. Rumah Arqam pada saat itu dijadikan tempat
pertemuan untuk menyampaikan dakwah islam. Tidak berapa lama turunlah ayat kepada Nabi
Muhammad SAW “ Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang musrik. Sesungguhnya kami
memelihara kamu dari kejahatan orang-orang yang memperolok-olokan kamu. 

Sesudah ayat ini , mulailah Rasulullah SAW menyeru segenap lapisan manusia kepada agama
Islam menyeru segenap lapisan manusia secara terang-terangan baik golongan bangsawan
maupun hamba sahaya, begitupun anggota kerabat mereka sendiri atau orang-orang yang jauh.
Mula-mulanya beliau menyeru penduduk mekkah lalu kemudiah penduduk negeri yang lain.
Disamping itu beliau juga orang-orang yang berdatangan ke mekkah untuk melakukan ibadah
haji. Dengan usahanya yang gigih. Hasil yang diharapkan mulai terlihat. Jumlah pengikut nabi
yang tadinya hanya 12 orang makin hari makin bertambah. Mereka terutama terdiri dari kaum
wanita, budak, pekerja dan orang-orang yang tak punya. 

Quraisy Mulai Menentang 


Setelah dakwah terang-terangan itu pemimpin quraisy mulai berusaha menghalangi dakwah rasul.
Semakin bertambanya jumlah pengikut Nabi, semakin keras tantangan yang dilancarkan kaum
Quraisy. Faktor-faktor yang mendorong Quraisy menentang seruan islam. Sebab-sebab yang
mendorong kaum quraisy menentang agama islam yaitu sebagai berikut : 
a. Persaingan merebut kekuasaan 
b. Penyamaan antara hak antara kasta bangsawan dan kasta hamba sahaya
c. Takut dibangkitkan dari alam kubur 
d. Taklid kepada nenek moyang 
e. Memperniagakan patung 

Meskipun Umat islam telah banyak mengalami penyiksaan dan gangguan dari kaum Quraisy,
namun nabi Muhammad tetap bersikeras untuk melakukan dakwahnya di makkah. Substansi
dakwah rasulullah pada periode makkah, antara lain:
1. Memurnikan Akidah → Nabi Muhammadd s.a.w berusaha memurnikan akidah masyarakat arab
khususnya penduduk makkah. Nabi Muhammad memurnikan ajaran Nabi Ibrahim yang telah
diselewengkan.
2. Menanamkan kemuliaan Akhlak → Rasulullah menyatakan bahwa dirinya diutus untuk
menyempurnakan akhlak.
3. Membebaskan tirani terhadap kaum lemah → Rasulullah diutus juga untuk membebaskan
penindasan terhadap kaum lemah, khususnya yang dilakukan para penguasa.
4. Menbangun kebudayaan yang lebih beradab → Rasulullah juda diutus untuk membangun
manusia yang berbudaya dan beradab.

C. Strategi Dakwah Rasulullah Periode Makkah


a. Da’wah Secara Rahasia (Sirriyatud Da’wah)

Nabi mulai menyambut perintah Allah dengan mengajak manusia untuk menyembah Allah semata
dan meninggalkan berhala. Tetapi da’wah Nabi ini dilakukannya secara rahasia untuk menghindari
tindakan buruk orang-orang Quraisy yang fanatik terhadap kemusyrikan dan paganismenya. Nabi
saw tidak menampakan da’wah di majelis-majelis umum orang-orang Quraisy, dan tidak
melakukan da’wah kecuali kepada orang-orang yang memiliki hubungan kerabat atau kenal baik
sebelumnya. Orang-orang pertama kali masuk Islam ialah Khadijah binti Khuwailid ra, Ali bin Abi
Thalib, Zaid bin Haritsah mantan budak Rasulullah saw dan anak angkatnya, Abu bakar bin Abi
Quhafah, Utsaman bin Affan, Zubair bin Awwan, Abdur-Rahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash
dan lainnya. Mereka ini bertemu dengan Nabi secara rahasia. Apabila diantara mereka ingin
melaksanakan salah satu ibadah, ia pergi ke lorong-lorong Mekah seraya bersembunyi dari
pandangan orang Quraisy. Ketika orang-orang yang menganut Islam lebih dari tiga puluh lelaki
dan wanita, Rasulullah memilih rumah salah seseorang dari mereka, yaitu rumah al-Arqam bin Abil
Arqam, sebagai tempat pertama untuk mengadakan pembinaan dan pengajaran. Da’wah pada
tahap ini menghasilkan sekitar empat puluh lelaki dan wanita telah menganut Islam. Kebanyakan
mereka adalah orang-orang fakir, kaum budak dan orang-orang Quraisy yang tidak memiliki
kedudukan. Dakwah Islam dimulai di Mekah dengan cara sembunyi-sembunyi. Dan Ibnu Ishaq
menyebutkan, dakwah dengan cara ini berjalan selama tiga tahun. Demikian pula dengan Abu
Naim: ia mengatakan dakwah tertutup ini berjalan selama tiga tahun.

b. Da’wah Secara Terang-terangan (Jahriyatud Da’wah)

Da’wah Nabi saw secara terang-terangan ini ditentang dan ditolak oleh bangsa Quarisy, dengan
alasan bahwa mereka tidak dapat meninggalkan agama yang telah mereka warisi dari nenek
moyang mereka, dan sudah menjadi bagian dari tradisi kehidupan mereka. Pada saat itulah
Rasullulah mengingatkan mereka akan perlunya membebaskan pikiran dan akal mereka dari
belenggu taqlid. Selanjutnya di jelaskan oleh Nabi saw bahwa tuhan-tuhan yang mereka sembah
itu tidak dapat memberi faidah atau bahaya sama sekali. Dan, bahwa turun-temurunya nenek
moyang mereka dalam menyembah tuhan-tuhan itu tidak dapat dijadikan alasan untuk mengikuti
mereka secara taqlid buta. Firman Allah menggambarkan mereka: 
Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,”mereka
menjawab,”(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan)
nenek moyang kami.” (Apakah mereka akan mengikuti juga,) walaupun nenek moyang mereka itu
tidak mengetahui suatu pun, dan tidak mendapat petunjuk? (al-Baqarah: 170). Ketika Nabi saw
mencela tuhan mereka, membodohkan mimpi mereka, dan mengecam tindakan taqlid buta
kepada nenek moyang mereka dalam menyembah berhala, mereka menentang dan sepakat untuk
memusuhinya, kecuali pamannya, Abu Thalib, yang membelanya.

You might also like