You are on page 1of 25

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya setiap lingkungan baru akan menghadirkan suasana yang tidak
nyaman bagi sebagian orang. Hal ini dikarenakan seseorang yang memasuki
lingkungan baru dituntut untuk mempunyai kemampuan beradaptasi (menyesuaikan
diri) baik secara fisik maupun psikologis. Lingkungan baru disini adalah seggala
sesuatu atau situasi yang ada ditempat dimana mahasiswa melaksanakan studi yang
langsung maupun tidak langsung dalam mempengaruhi proses belajar, baik fisik
maupun non fisik (Gunarsa, 1987 : 57). Begitu pula halnya dengan Perguruan tinggi
sebagai lingkungan baru yang akan dituju oleh sebagian besar remaja yang telah lulus
SMU.
Perguruan tinggi senantiasa menghadirkan suasana kompetitif yang relatif
lebih ketat dibandingkan dengan sekolah umum. Disamping itu pada umumnya tugas-
tugas yang harus dikerjakan oleh seorang mahasiswa di perguruan tinggi relatif lebih
memiliki variasi dan berat, mahasiswa dituntut untuk belajar mandiri dan memiliki
penyesuaian diri yang baik serta kemampuan menganalisa dan berpikir secara
integratif.
Kondisi-kondisi tersebut akan menjadi sebuah culture chock atau guncangan
budaya bagi sebagian mahasiswa baru apabila mahasiswa baru tidak mempunyai
kemampuan untuk menghadapi lingkungan baru tersebut atau merasa tidak
mempunyai kemampuan. Salah catu contoh terjadinya culture shock adalah adanya
seorang mahasiswa yang sewaktu masih di SMU mempunyai prestasi yang cukup
tinggi, namun setelah masuk perguruan tinggi, prestasi belajarnya menurun. Hal ini
disebabkan sewaktu di SMU ia memiliki banyak teman yang dapat membantu dirinya
ketika dalam kesulitan, tetapi ketika berada di perguruan tinggi ia menjumpai banyak
perbedaan, khususnya teman baru yang berasal dari budaya yang berbeda.
Salah satu cara untuk mengurangi tingkat kecemasan dalam menghadapi
lingkungan yang baru ini adalah dengan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh
individu yaitu penilaian yang positif terhadap kemampuan diri. Seseorang yang
mempunyai persepsi yang positif terhadap kemampuannya dalam menghadapi tugas-
tugas atau lingkungan baru akan dapat mengurangi tingkat kecemasannya
dibandingkan dengan individu yang mempunyai persepsi negatif. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian Afandi (1999) yang menemukan bahwa remaja yang memiliki
persepsi positif terhadap kemampuan berbahasa Inggris mempunyai kecemasan yang
cenderung rendah dalam menghadapi persaingan kerja.
Penilaian seseorang terhadap kemampuan diri yang dimiliki (self efficacy)
mempunyai peran yang sangat penting dalam proses perkembangan individu,
khususnya terkait dengan kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Penelitian membuktikan bahwa self efficacy ini berhubungan dengan prestasi kerja
(Sofia, 2002). Seseorang yang mempunyai self efficacy yang tinggi artinya ia
mempunyai kepercayaan diri dalam menghadapi situasi yang tidak menentu yang
mengandung kekaburan, tidak dapat diramalkan dan penuh tekanan, keyakinan akan
kemampuan dalam mengatasi masalah atau tantangan yang muncul, keyakinan
mencapai target yang telah ditetapkan, keyakinan akan kemampuan menumbuhkan
motivasi, kemampuan kognitif dan melakukan tindakan yang diperlukan untuk
mencapai suatu hasil cenderung mempunyai prestasi ang baik.
Disamping itu self efficacy juga berhubungan secara negatif dengan tingkat
burn out. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Reza (2004) yang mengatakan bahwa
semakin tinggi self efficacy yang dimiliki oleh seseorang semakin rendah tingkat burn
out yang dimiliki dengan kata lain self efficacy dapat menurunkan tingkat burn out.
Senada dengan hasil penelitian diatas, Zidny (2004) menemukan hasil bahwa ada
pengaruh self efficacy tehadap stress kerja karyawan. Semakin tinggi self efficacy
semakin rendah tingkat stress yang dimiliki, begitu pula sebaliknya.
Melihat uraian tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul Hubungan Antara Self Efficacy Dengan Kecemasan Dalam
Menghadapi Lingkungan Baru Pada Mahasiswa Baru Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana tingkat self efficacy mahasiswa baru Fakultas Psikologi


Universitas Muhammadiyah Malang
2. Bagaimana tingkat kecemasan mahasiswa baru Fakultas Psikologi dalam
menghadapi lingkungan baru
3. Apakah ada hubungan antara self efficacy dengan kecemasan dalam
menghadapi lingkungan baru pada mahasiswa baru Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui bagaimana tingkat self efficacy mahasiswa baru


Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
b. Untuk mengetahui bagaimana tingkat kecemasan mahasiswa baru
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang dalam menghadapi
lingkungan baru
c. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara self efficacy dengan
kecemasan dalam menghadapi lingkungan baru pada mahasiswa baru Fakultas
Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

2. Manfaat
a. Diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi Fakultas
Psikologi untuk mengembangkan mental psikologis dan meningkatkan potensi
mahasiswa baru
b. Diharapkan dapat menyediakan informasi ilmiah sebagai bahan
penelitian lanjutan
c. Diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi
mahasiswa baru untuk meningkatkan self efficacy dalam mengurangi tingkat
kecemasan dalam menghadapi lingkungan baru
II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Self Efficacy
1.1. Pengertian Self Efficacy
Bandura (1986 : 391) mendefinisikan self efficacy sebagai penilaian seseorang
terhadap kemampuannya untuk mengorganisasikan dan melaksanakan sejumlah
tingkah laku yang sesuai dengan unjuk kerja (performance) yang dirancangnya.
Dengan perkataan lain self efficacy menurut Bandura adalah suatu pendapat atau
keyakinan yang dimiliki oleh seseorang mengenai kemampuannya dalam
menampilkan suatu bentuk perilaku dan hal ini berhubungan dengan situasi yang
dihadapi oleh seseorang tersebut. Sementara Schunk (2990 : 3) mengatakan bahwa
self efficacy adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk
mengendalikan kejadian-kejadian dalam kehidupannya. Baron dan Grennberg (dalam
Rahayu, 1997 : 38) menjelaskan bahwa pengertian self efficacy merupakan
kemampuan individu dalam menampilkan suatu perilaku untuk mengatasi masalah
atau situasi yang dihadapi.

Self efficacy bukanlah sekedar estimasi yang kaku mengenai tindakan


seseorang di waktu yang akan datang. Keyakinan seseorang mengenai
kemampuannya berperan sebagai seperangkat faktor penentu dan bagaimana
seseorang berperialku, bagaimana cara berpikirnya serta bagaimana reaksi-reaksi
emosionalnya dalam mengatasi suatu masalah tertentu. Jadi self efficacy timbul dari
penilaian kognitif mengenai kemampuan yang dimiliki oleh seseorang.
Keputusan seseorang untuk menentukan aktifitas hidupnya dan pemilihan
untuk memasuki lingkungan sosial tertentu, sebagian ditentukan oleh pertimbangan
dari personal efficacy-nya. Orang cenderung menghindari tugas-tugas dan situasi
yang mereka yakini di luar jangkauan kemampuan mereka dan sebailknya mereka
melakukannya jika mereka yakin mampu melakukan. Jadi self efficacy
mempengaruhi pilihan terhadap aktifitasnya dalam lingkungan tertentu.
Konsep tersebut diatas juga berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam
menghadapi tekanan. Jika seseorang dihadapkan pada situasi yang secara potensial
menekan, maka self efficacy yang dimiliki akan mempengaruhi reaksinya terhadap
situasi tersebut. Seseorang akan memilih pola adaptasi tertentu dalam menghadapi
tekanan dan mengembangkan usaha untuk tetap bertahan dalam menghadapi kesulitan
dan tekanan.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa self efficacy adalah
penilaian seseorang terhadap kemampuannya dalam menghadapi tekanan, situasi dan
masalah dengan pola adaptasi tertentu yang ditunjukkan dalam bentuk perilaku.

1.2. Proses Self Efficacy


Menurut Bandura (1996:122-161) self efficacy berakibat pada suatu tindakan
manusia melalui proses motivasional, kognitif dan afektif adalah :
a. Proses motivasional dimana individu memiliki self efficacy yang tinggi
akan meningkatkan usaha untuk mengatasi tantangan
b. Proses kognitif dimana self efficacy akan berpengaruh terhadap pola
berpikir yang dapat bersifat membantu atau menghambat perilaku tertentu.
c. Proses afektif yaitu seberapa banyak tekanan yang dialami dalam
situasi-situasi yang mengancam. Orang yang percaya bahwa dirinya dapat
mengatasi situasi-situasi yang mengancam akan merasa tidak cemas dan merasa
tidak terganggu dengan ancaman tersebut, sebaliknya individu yang tidak yakin
akan kemampuannya dalam mengatasi situasi yang mengancam akan menghadapi
kecemasan yang tinggi.

1.3.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Self Efficacy


Ada beberapa factor yang mempengaruhi proses pembentukan self efficacy,
antara lain :
1. Pengalaman langsung (Performance Atainment)
Keberhasilan seseorang dalam menjalankan suatu tugas atau ketrampilan
tertentu akan meningkatkan self efficacy seseorang, begitu pula sebaliknya.
Keberhasilan atau kegagalan seseorang ini merupakan pengalaman langsung yang
sangat berpengaruh dalam proses pembentukan self efficacy seseorang.
2. Pengalaman tidak langsung (Vicarious Attainment)
Melihat keberhasilan orang lain yang memiliki kesamaan dengan dirinya akan
dapat meningkatkan harapan self efficacy seseorang, sehingga ia akan melakukan
usaha-usaha untuk memperoleh atau meningkatkan ketrampilannya.
3. Persuasi verbal (Verbal persuasion)
Persuasi verbal sering digunakan untuk meyakinkan seseorang tentang
kemampuannya, sehingga akan meningkatkan dan menguatkan self efficacynya dan
memungkinkan seseorang dapat meningkatkan usahanya dalam mencapai tujuan.
Persuasi verbal ini akan berlangsung efektif jika berdasarkan realita dan memiliki
alasan yang kuat.
4. Keadaan fisiologis (Physiological state)
Kondisi fisiologis seseorang akan dapat memberikan informasi dalam menilai
kemampuan dirinya. Jika kondisi fisiologisnya baik atau sehat tanpa adanya
ketegangan atau gangguan somatis lainnya, seseorang akan cenderung memiliki
harapan kesuksesan yang lebih tinggi dibanding dengan adanya kondisi penuh
ketegangan karena tidak adanya hambatan dalam berunjuk kerja yang baik.

1.4. Aspek-aspek dalam Self Efficacy


Menurut Bandura (1986 : 396) ada 4 aspek dalam mempelajari self efficacy
seseorang, yaitu :
1. Kepercayaan diri dalam menghadapi situasi yang tidak menentu yang
mengandung kekaburan, tidak dapat diramalkan dan penuh tekanan
Self efficacy menekankan pada komponen kepercayaan diri yang dimiliki oleh
seseorang dalam menghadapi situasi-situasi yang akan datang yang
mengandung kekaburan, tidak dapat diramalkan dan sering kali penuh dengan
tekanan.
2. Keyakinan akan kemampuan dalam mengatasi masalah atau tantangan yang
muncul
Self efficacy juga terkait dengan kemampuan individu dalam mengatasi
masalah atau tantangan yang muncul. Jika keyakinannya tinggi dalam
menghadapi masalah maka seseorang akan mengusahakan dengan sebaik-
baiknya untuk mengatasi masalah tersebut.
3. Keyakinan mencapai target yang telah ditetapkan
Seseorang yang mempunyai self efficacy yang tinggi akan menetapkan target
yang tinggi dan selalu konsekuen terhadap target tersebut. Individu akan
berupaya menetapkan target yang lebih tinggi bila target yang sesungguhnya
telah mampu dicapai
4. Keyakinan akan kemampuan menumbuhkan motivasi, kemampuan kognitif
dan melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai suatu hasil.
Motivasi, kemampuan kognitif dan ketepatan dalam bertindak sangat
diperlukan sebagai dasar untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Jika
berhadapan dengan tugas yang sulit maka dibutuhkan motivasi dan
kemampuan kognitif serta tindakan yang tepat untuk mencapai hasil yang
baik.

2. Kecemasan
2.1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan menurut Chaplin (1989 : 32) merupakan suatu perasaan yang
berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab
khusus untuk ketakutan tersebut. Senada dengan hal tersebut, menurut Kartono
(1998:16) kecemasan adalah semacam kegelisahan atau kekhawatiran dan ketakutan
terhadap sesuatu yang tidak jelas sebabnya.

Sementara Lazarus (1989 : 184) mengatakan bahwa kecemasan adalah respon


dari pengalaman yang dirasakan tidak menyenangkan yang diikuti oleh suasana
gelisah, khawatir dan takut. Kecemasan sifatnya subyektif, artinya bahwa keadaan
tertentu dapat mencemaskan seseorang sementara orang lain tidak demikian dan
merupakan aspek dari emosi seseorang yang melibatkan faktor perasaan seseorang.
Atkinson (1991:212) mendefinisikan kecemasan sebagai sebuah emosi yang
tidak menyenangkan yang ditandai dengan adanya kekhawatiran, keprihatinan dan
rasa takut yang kadang-kadang dialami dalam tingkat yang berbeda-beda oleh
individu. Sedangkan Hurlock (1996:224) memberikan pengertian kecemasan adalah
suatu pikiran tentang keadaan yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan adanya
kekhawatiran, rasa tidak tenang dan perasaan yang tidak enak dan tidak dapat
dihindari oleh seseorang yang biasanya disertai perasaan tidak berdaya karena merasa
tidak menemui pemecahan terhadap masalah yang sedang dihadapi.
Kecemasan diidentifikasikan sebagai emosi yang tidak menyenangkan yang
ditandai dengan kekhawatiran, keprihatinan dan rasa takut, gelisah, tidak berdaya
dalam menghadapi situasi yang tidak menyenangkan yang kadang-kadang dialami
dalam tingkat yang berbeda.

2.2. Macam-macam Kecemasan


Kecemasan pada dasarnya sesuatu yang mengancam kehidupan manusia
meskipun sesuatu tersebut tidak jelas sifatnya. Freud (dalam Langgulung, 1983:97)
membagi kecemasan menjadi 3 (tiga), yaitu :
a. Kecemasan Obyektif
Pengalaman emosional yang menyakitkan dimana hal ini timbul karena
mengetahui sumber bahaya dalam lingkungan dimana seseorang itu hidup.
Kesadaran seseorang terhadap wujudnya bahaya inilah yang menimbulkan
kecemasan.
b. Kecemasan Psikotis
Kecemasan yang timbul ketika seseorang mengetahui bahwa nalurinya
mendapat jalan keluar. Kecemasan ini muncul karena insting Id mengancam untuk
mengalahkan pertahanan ego dan memuaskan dorongan-dorongan naluriah yang
pemuasannya tidak disetujui oleh masyarakat dan ego berusaha untuk
menekannya.
c. Kecemasan Moral
Kecemasan yang dikarenakan oleh ego mengerjakan sesuatu atau brefikir
sesaat yang bertentangan dengan norma dan moral sehingga individu merasa
berdosa dan malu.
Adapun analisis fungsional yang menggambarkan kecemasan digambarkan
oleh Davidson and Blackburn (1997:67) sebagai berikut :

Tabel 1
Analisis Fungsional Kecemasan

No. Komponen Simptom


1. Suasana hati Diikuti oleh symptom psikologis berupa
perasaan tegang, dan mudah marah
2. Pikiran Diikuti oleh symptom berupa rasa kuatir, sukar
berkonsentrasi, pikiran kosong, membesar-
besarkan ancaman, memandang diri sangat
sensifit dan merasa tidak berdaya
3. Motivasi Diikuti oleh symptom berupa menghindari
situasi ketergantungan yang tinggi dan ingin
melarikan diri dari masalah
4. Perilaku Diikuti oleh symptom berupa gugup,
kewaspadaan yang berlebihan, gelisah
5. Gejala biologis Berkeringat, gemetar, pusing, berdebar-debar,
mual dan sering buang air

2.3. Faktor-Faktor Yang Menimbulkan Kecemasan


Kagan (1989 : 430) mengemukakan bahwa factor yang melatarbelakangi
munculnya kecemasan adalah situasi yang mengancam keberadaan individu antara
lain konflik dan berbagai frustasi, ancaman terhadap keselamatan, ancaman
terhadap self esteem dan tekanan-tekanan untuk bertindak diluar kemampuannya.
Lebih lanjut Ia mengatakan ada beberapa situasi yang dapat menyebabkan
terjadinya kecemasan, antara lain :

a. Adanya motif-motif yang saling bertentangan


b. Mengalami konflik antara perilaku dan nilai
c. Memasuki situasi yang tidak biasa, dimana individu tidak dapat
memahami dan menyesuaikan diri dengan cepat terhadap situasi tersebut
d. Memasuki situasi yang tidak menentu yang tidak dapat diramalkan
Collins (dalam Surabda, 1983:48) menyebutkan bahwa kecemasan timbul
karena adanya beberapa factor, antara lain :

a. Threat (ancaman)
b. Conflict (pertentangan)
c. Fear (ketakutan)
d. Unmet Needs (kebutuhan yang tidak terpenuhi)

3. Pengaruh Self Efficacy Terhadap Kecemasan Dalam Menghadapi


Lingkungan Baru
Kehadiran seseorang di dalam lingkungan baru akan memberikan konsekuensi
adanya penyesuaian diri, sehingga setiap individu dituntut untuk mengembangkan
kemampuan penyesuaian diri yang baik agar dapat melakukan tugas-tugas
perkembangan yang baik pula. Seseorang yang tidak mampu menyesuaikan diri
cenderung akan lebih banyak mengalami ketegangan, kekhawatiran dan kecemasan.
Sebaliknya individu yang mempunyai kemampuan penyesuaian diri yang baik maka
permasalahan yang dihadapi di lingkungan baru tidak terlalu sulit untuk diatasi. Hal
ini dapat kita pahami karena seseorang yang mampu melakukan penyusuaian diri akan
dapat berinteraksi dengan baik dan berkomunikasi dengan diri dan lingkungannya
untuk memperoleh informasi yang tepat dalam rangka menyelesaikan tugas-tugas atau
tuntutan lingkungan sekitar.

Self efficacy menunjuk pada penilaian seseorang terhadap kemampuannya


sendiri, baik kemampuan dalam mengatasi masalah, mencapaian target,
menumbuhkan motivasi dan dalam menghadapi lingkungan yang tidak menentu.
Apabila seseorang mempunyai self efficacy yang tinggi, maka ia akan mengarahkan
semua potensi dan sumber daya yang dimiliki baik fisik maupun psikologis untuk
mencapai hasil yang optimal atau sesuai dengan harapan mereka.

Self efficacy juga menunjuk pada seberapa besar usaha yang akan diberikan
untuk mencapai hasil kerja yang optimal, khususnya dalam menghadapi tugas-tugas
dari lingkungannya. Lingkungan baru akan direspon oleh orang yang mempunyai self
efficacy yang tinggi dengan sikap dan perilaku yang positif, sehingga ketegangan dan
kecemasan yang dialami akan dapat di hindari atau diminimalkan.

Kecemasan yang dimiliki oleh seseorang dalam lingkungan yang baru


biasanya lebih disebabkan karena ketidakpercayaan diri dalam menghadapi masalah
atau kesulitan serta ketidakmampuan dalam menumbuhkan motivasi dan kognitifnya
untuk mencari solusi dari problem yang dihadapi. Dengan demikian seseorang yang
memiliki self efficacy akan berpengaruh terhadap kecemasan dalam menghadapi
lingkungan baru.
4. Kerangka Pemikiran

Self Efficacy

1. Kepercayaan diri dalam


menghadapi situasi yang tidak
menentu
2. Keyakinan akan kemampuan
mengatasi masalah yang muncul
3. Keyakinan mencapai target
4. Keyakinan akan kemampuan
menumbuhkan motivasi, kognisi
dan tindakan

1. Percaya diri
2. Kreatif dan inovatif
3. Kemampuan problem
solving
4. Semangat dan memiliki
motivasi yang kuat

Kecemasan menghadapi
lingkungan baru

5. Hipotesa Penelitian
Hipotesa akan diuji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : ada
pengaruh self efficacy terhadap kecemasan dalam menghadapi lingkungan baru.
III. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah explanatory research yaitu penelitian yang akan
menjelaskan pengaruh antara variabel penelitian dengan menguji hipotesa yang telah
diajukan melalui analisis statistik. Pendekatan dalam penelitian ini termasuk dalam
penelitian kuantitatif. Sedangkan rancangan penelitian ini adalah non eksperimen
dimana peneliti tidak memberikan perlakuan khusus (treatment) kepada sample
penelitian mengenai variable yang akan diteliti.

2. Identifikasi Variabel Penelitian


Dalam penelitian ini ada 2 variabel, yaitu :
a. Variabel bebas (X) : Self Efficacy
b. Variabel terikat (Y) : Kecemasan dalam menghadapi
lingkungan baru

3. Definisi Operasional
Adapun definisi operasional variable dalam penelitian ini adalah :

a. Self Efficacy adalah penilaian diri seseorang terhadap kemampuan yang


dimiliki dalam menghadapi situasi atau masalah yang ditandai dengan adanya
kepercayaan diri dalam menghadapi situasi yang tidak menentu, keyakinan
mencapai target, menumbuhkan motivasi dan mengatasi tantangan yang
muncul.
b. Kecemasan dalam menghadapi lingkungan baru adalah kondisi emosi yang
tidak menyenangkan akibat lingkungan baru yang harus dihadapi yang
gejalanya dapat dilihat pada suasana hati, pikiran, motivasi, perilaku dan
gejala biologis.

4. Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa baru Fakultas
Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang tahun akademik 2005-2006 yang
berjumlah 262 mahasiswa.
Adapun teknik pengambilan sample yang digunakan adalah purposive sampling
dimana sample yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sample yang telah
memenuhi criteria atau persyaratan yang ditetapkan oleh peneliti sesuai dengan tujuan
penelitian. Syarat sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mahasiswa
yang kost (tidak tinggal dengan keluarga).
Jumlah sample yang memenuhi syarat dalam populasi penelitian sebanyak 131
mahasiswa yang tersebar dalam 5 kelas di mahasiswa baru angkatan 2005-2006,
sedangkan sisanya yang tidak memenuhi syarat tidak dijadikan sebagai sample
penelitian.

5. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan menyebarkan angket
yang berbentuk skala psikologi. Ada 2 skala yang akan diberikan pada sampel
penelitian yaitu skala self efficacy dan skala kecemasan dalam menghadapi
lingkungan baru. Skala ini terdiri dari pernyataan-pernyataan atau item-item yang
terbagi dalam dua kelompok yaitu favorable dan unfavorable yang angka penilaiannya
bergerak dari angka 1 – 4.
Adapun blue print skala yang akan digunakan adalah sebagai berikut :

Tabel 2
Blue Print Skala Self Efficacy

No. Indikator Item Favorable Item Unfavorable ∑


1. Kepercayaan diri dalam 5,14,20,32 8,13,16,25 8
menghadapi situasi yang tidak
menentu, mengandung
kekaburan, tidak dapat
diramalkan dan penuh
tantangan
2. Keyakinan akan kemampuan 1,3,21,28 2,6,10,19 8
mengatasi masalah atau
tantangan yang muncul
3. Keyainan mencapai target 9,12,24,30 11,18,27,31 8
yang telah ditetapkan
4. Keyakinan kemampuan 7,17,26,29 4,15,22,23 8
menumbuhkan motivasi,
kognitif dan melakukan
tindakan yang diperlukan
untuk mencapai suatu hasil
Total 16 16 32

Tabel 3
Blue Print Skala Kecemasan Menghadapi Lingkungan Baru

No. Indikator Item Favorable Item Unfavorable ∑


1. Suasana hati 1,2,12,30 3,17,28 7
2. Pikiran 4,6,11 5,27,29 6
3. Motivasi 7,16,18,25 21,26 6
4. Perilaku 8,9,23,24 10,15,19 7
5. Gejala biologis 13,14,20,22 - 4
Total 19 11 30

6. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur


Validitas adalah sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
mengukur fungsi ukurnya. Suatu alat ukur dikatakan mempunyai validitas yang tinggi
apabila instrument penelitian dapat menjalankan fungsi ukurnya dengan memberikan
hasil ukur yag sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (azwar,
2001:174).
Sedangkan konsep reliabilitas menunjukkan sejauhmana alat ukur tersebut
dapat memberikan hasil yang relative tidan berbeda bila dilaksanakan pengukuran
kembali terhadap subyek yang sama. Reliabilitas dapat dilihat dari kemantapan,
ketepatan dan homogenitas dari alat ukur. Adapun perhitungan nilai validitas dan
reliabilitas dengan menggunakan program aplikasi SPSS versi 10.0 for windows.

Tabel 4
Rangkuman Butir Sahih Skala Self Efficacy
No. Indikator Butir Sahih Butir Gugur
1. Kepercayaan diri dalam 5,13,25,32 8,14,16,20,
menghadapi situasi yang tidak
menentu, mengandung
kekaburan, tidak dapat
diramalkan dan penuh
tantangan
2. Keyakinan akan kemampuan 1,2,3,19,21,28 6,10
mengatasi masalah atau
tantangan yang muncul
3. Keyainan mencapai target 9,11,12,18, 24,31 27,30
yang telah ditetapkan
4. Keyakinan kemampuan 22,23,26,29 4,7,15,17
menumbuhkan motivasi,
kognitif dan melakukan
tindakan yang diperlukan
untuk mencapai suatu hasil
Total 20 12

Tabel 5
Rangkuman Butir Sahih
Skala Kecemasan Menghadapi Lingkungan Baru

No. Indikator Butir Sahih Butir Gugur


1. Suasana hati 1,2, 3,12, 28,30 17
2. Pikiran 4,6,11,5,27,29 -
3. Motivasi 7,18,21,26 16,25
4. Perilaku 8, 10,15,19,23,24 9
5. Gejala biologis 13,22 14,20
Total 24 6

7. Teknik Analisa Data


Teknik analisa data digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variable
bebas berupa self efficacy terhadap variable terikat yaitu kecemasan menghadapi
lingkungan baru. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis regresi yaitu
metode untuk meramalkan pengaruh dan besarnya pengaruh dari suatu variable bebas
terhadap variable terikat dengan menggunakan konsep korelasi dan regresi. Analisa
data dengan menggunakan bantuan SPSS versi 10 for Windows.
Adapun rancangan analisa data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Subyek (N) X Y

Keterangan :
Subyek (N) = Nama-nama subyek penelitian
X = Nilai (skor) subyek untuk variable self efficacy
Y = Nilai (skor) subyek untuk variable kecemasan dalam menghadapi
lingkungan baru
IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

1. Deskripsi Data
Deskripsi data merupakan penjabaran dari data yang diteliti untuk mengetahui
gambaran atau deskripsi tentang data dari subyek yang sedang diteliti. Untuk
mempermudah dalam mendeskripsikan data penelitian ini, peneliti menggunakan
perbandingan antara mean hipotetik (Mh) dengan mean empiric (Me) dengan
ketentuan jika Mh < Me, maka kecenderungan nilai variable tersebut tinggi.
Sebaliknya jiak Mh > Me maka kecenderungannya rendah.
Adapun hasil perhitungan dari Mh dan Me dari skala self efficacy dan
kecemasan menghadapi lingkungan baru dapat dilihat dalam table dibawah ini :

Tabel 6
Hasil perhitungan Mh dan Me

Variabel Mh Me Keterangan
Self Efficacy (X) 50 54,4 Tinggi
Kecemasan Dalam Menghadapi 60 50,6 Rendah
Lingkungan Baru (Y)

Dari table diatas dapat diketahui bahwa untuk skala self efficacy diperoleh Mh
= 50 < Me = 54,4, maka dapat disimpulkan bahwa self efficacy mahasiswa baru
cenderung tinggi. Sedangkan untuk skala kecemasan terhadap lingkungan baru
diperoleh Mh = 60 < Me = 50,6, dimana hal ini berarti bahwa kecemasan mahasiswa
baru terhadap lingkungan baru juga cenderung tinggi.

Tabel 7
Deskripsi Self Efficacy

Kategori Skor Jumlah Persen (%)


Tinggi 55 – 73 71 54,2 %
Rendah 50 – 54 60 45,8 %
131 100 %

Dari table 6 tersebut diatas dapat dilihat bahwa sample penelitian yang
berjumlah 131 memiliki penyebaran yang hamper merata antara tingkat tinggi dan
rendah, dimana terdapat 71 mahasiswa yang mempunyai self efficacy yang cenderung
tinggi dan 60 mahasiswa yang mempunyai self efficacy cenderung rendah.

Tabel 8
Deskripsi Kecemasan Dalam Menghadapi Lingkungan Baru

Kategori Skor Jumlah Persen (%)


Tinggi 60 – 67 14 10,7 %
Rendah 51 – 59 117 89,3 %
131 100 %

Dari table 7 tersebut diatas dapat dilihat bahwa sample penelitian yang
berjumlah 131 terdapat 117 mahasiswa yang memiliki kecemasan cenderung tinggi
dan terdapat 14 mahasiswa yang mempunyai kecemasan yang rendah.

B. Hasil Analisa Data


Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisa regresi untuk
melihat pengaruh dan sumbangan efektifnya antara variable self efficacy dan
kecemasan terhadap lingkungan baru. Adapun hasil analisa regresinya dapat dilihat
pada table dibawah ini :
Tabel 9
Rangkuman Analisa Korelasi

Variabel N R r2 P Keterangan
Self Efficacy 131 0,926 0,858 0,000 Signifikan
Kecemasan terhadap
lingkugan baru

Tabel 10
Rangkuman Analisa Regresi

Model JK Db RK F P
Regresi 150.360 1 150.360 781.228 0,000
Residu 24.828 129 192,467
Total 175.188 130

Berdasarkan hasil analisa data tersebut dapat disimpulkan bahwa :


1. Ada hubungan yang sangat signifikan (R=0,926; P=0,000) antara Self
efficacy dengan kecemasan menghadapi lingkungan baru
2. Ada pengaruh yang sangat signifikan (F=781.228; P=0,000) antara self
efficacy terhadap kecemasan pada taraf signifikansi 5 %. Adapun sumbangan
efektif sebesar 85,8 % (r2= 0,858 x 100%). Ini berarti masih ada 14,2% variable
lain yang mempengaruhi kecemasan menghadapi lingkungan baru

C. Pembahasan
Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa ada pengaruh
yang sangat signifikan (F=781.228; P=000) antara self efficacy terhadap kecemasan
dalam menghadapi lingkungan baru pada mahasiswa angkatan 2005-2006 Fakultas
Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Dengan demikian hipotesa yang
diajukan oleh peneliti yang mengatakan ada pengaruh self efficacy terhadap
kecemasan menghadapi lingkungan baru diterima.
Seseorang yang sedang memasuki lingkungan baru yang biasanya
mengandung kekaburan peran dan memerlukan penyesuaian diri yang baru akan
mengalami kecemasan, ketegangan dan kekhawatiran terhadap rasa aman yang
selama ini telah dimilikinya. Keadaan yang serba baru ini tentunya memerlukan
kondisi kejiwaan yang stabil (positif) untuk dapat mengatasinya dengan baik,
sehingga ketegangan yang diakibatkan lingkungan yang baru tersebut dapat
diminimalkan atau dihilangkan.
Hal ini seperti yang diungkapkan oleh gunarsa (1988:53) bahwa hidup
manusia sejak lahir sampai mati tidak lain adalah perjuangan untuk menyesuaikan
diri. Seseorang akan dapat beraktifitas dengan baik jika memiliki kemampuan
penyesuaian diri yang baik, begitu pula sebaliknya jika individu tidak mempunyai
kemampuan penyesuaian diri yang baik maka ia akan mengalami banyak hambatan
dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.
Self efficacy bukan sekedar estimasi yang kaku mengenai tindakan seseorang
menghadapi lingkungan dan mempersiapkan tentang apa yang terjadi di masa
mendatang, tetapi juga berperan sebagai seperangkat factor penentu dari bagaimana
seseorang tersebut harus berperilaku, bagaimana cara berpikirnya dan bagaimana
reaksi emosional yang ditunjukkan dalam mengatasi situasi tertentu. Konsep ini
berkaitan erat dengan kemampuan seseorang dalam menghadapi tekanan. Jika
seseorang dihadapkan pada keadaan yang potensial menekan maka self efficacy yang
dimilikinya akan mempengaruhi reaksinya terhadap situasi tersebut, tergantung
sejauhmana tingkatan self efficacy yang dimiliki.
Mahasiswa yang memiliki self efficacy yang tinggi akan mempunyai
kepercayaan diri yang kuat, sehingga ketika menghadapi tuntutan atau tekanan dari
lingkungan sekitar yang berbeda dan baru akan mampu menumbuhkan motivasi dan
mengelola kognitifnya untuk mengatasi masalah tersebut. Bahkan individu akan
mampu menetapkan target yang tepat dalam menghadapi masalah, sehingga akan
mempunyai hasil kinerja yang optimal. Keadaan ini tentunya akan dapat mengurangi
tingkat kecemasan seseorang terhadap lingkungan barunya karena dengan
kepercayaan diri yang dimiliki, ia dapat berinteraksi dengan baik terhadap
lingkungan. Ia akan mengerahkan segala upaya agar dapat diterima oleh
lingkungannya dan menjalankan tugas-tugas yang dituntut oleh lingkungannya
dengan baik.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tingkat self efficacy mahasiswa
baru Fakultas Psikologi cenderung tinggi, meskipun penyebarannya hamper rata.
Mahasiswa yang mempunyai self efficacy tinggi sebanyak 71 orang (54,2%)
sedangkan mahasiswa yang mempunyai self efficacy rendah sebanyak 60 orang
(45,8%). Angka 45,8 % yang dimiliki oleh mahasiswa baru Fakultas Psikologi masih
tergolong tinggi untuk kategori self efficacy rendah. Hal ini menunjukkan bahwa
masih terdapat banyak mahasiswa yang dalam dirinya belum mempunyai keyakinan
diri yang baik dalam menghadapi tugas-tugas baru, lingkungan baru dan belum
mampu menumbuhkan motivasi dan kognitif yang baik dalam menghadapi tantangan
dalam dunia perguruan tinggi, sehingga masih membutuhkan dukungan dan
bimbingan yang cukup besar agar mahasiswa dapat mempunyai keyakinan dan
kepercayaan diri yang baik dalam melihat kemampuan diri sendiri.
Sementara itu kecemasan dalam menghadapi lingkungan baru cenderung
rendah, hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian diatas bahwa mahasiswa yang
mempunyai kecemasan tinggi hanya 14 orang (10,7 %) sedangkan mahasiswa yang
mempunyai kecemasan rendah 117 orang (89,3 %). Ini menunjukkan bahwa
mahasiswa Fakultas Psikologi dalam menghadapi lingkungan baru mempunyai cara-
cara atau metode yang cukup baik sehingga kecemasannya tergolong rendah. Dengan
kata lain mereka mempunyai kemampuan berinteraksi dengan baik, menyesuaikan
diri dengan baik dan tingkat sosialisasinya dalam kehidupan perguruan tinggi cukup
baik sehingga semuanya ini dapat mendukung tingkat kecemasan yang rendah.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa sumbangan efektif variable self
efficacy terhadap tingkat kecemasan sebesar 85,8%, sehingga masih terdapat 14,2%
dipengaruhi factor lain. Sumbangan efektif yang sangat besar ini menunjukkan betapa
pentingnya peran self efficacy dalam menurunkan tingkat kecemasan seseorang
khususnya dalam menghadapi lingkungan baru. Namun demikian self efficacy bukan
merupakan satu-satunya factor yang dapat mempengaruhi kecemasan, masih ada
factor lain seperti dukungan social, kematangan emosi maupun persepsi seseorang
terhadap situasi yang menekan dan kemampuan material yang dimiliki.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Self efficacy mahasiswa Fakultas Psikologi UMM angkatan 2005-2006
cenderung tinggi
2. Kecemasan menghadapi lingkungan baru mahasiswa Fakultas Psikologi UMM
angkatan 2005-2006 cenderung rendah
3. Ada pengaruh yang sangat signifikan (F=781.228; P=0,000) antara self
efficacy terhadap kecemasan pada taraf signifikansi 5 %. Adapun sumbangan
efektif sebesar 85,8 % (r2= 0,858 x 100%). Ini berarti masih ada 14,2%
variable lain yang mempengaruhi kecemasan menghadapi lingkungan baru

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Berdasarkan hasil penelitian ini, tingkat self efficacy mahasiswa cenderung
tinggi, sehingga hal ini perlu ditingkatkan dengan tetap melakukan penafsiran
yang tepat terhadap masalah atau tuntutan lingkungan yang dihadapi dengan baik
atau tepat dan memperhatikan sumber daya yang dimiliki agar tidak terjadi
kontraproduktif antara harapan dan realitas.
2. Bagi Fakultas Psikologi UMM
Memperhatikan hasil penelitian ini diharapkan pihak Fakultas Psikologi dapat
mempertahankan kondisi positif mahasiswanya berkaitan dengan kecenderungan
self efficacy yang tinggi dengan cara menggali dan mengembangkan potensi
dimiliki mahasiswa melalui kegiatan-kegiatan yang diminati serta memberikan
pembinaan dan bimbingan tentang pola penyesuaian diri di lingkungan kampus
dan kemampuan problem solving yang efektif untuk mengurangi tingkat
kecemasan mahasiswa serta mengembangkan melalui pendidikan dan pelatihan
yang berkelanjutan.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya diharapkan memperhatikan factor-faktor lain yang
mempengaruhi kedua variable penelitian, karakteristik sample yang digunakan
dalam penelitian serta instrument penelitian yang digunakan melalui indicator lain
dalam variable penelitian tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Atkinsons, R.L (1987). Pengantar Psikologi. Jakarta. PT. Erlangga

Bandura, A (1986). The Relative Efficacy of Desensitization and Modelling


Approaches for Inducing Behavior. Affective and Attitudinal Changes.
Journal of Personality and Social Psychology. Vol.121

------------- (1986). Social Foundation of Thought and Action. Englewood Cliffs, New
Jersey : Prentice Hall Inc

Chaplin, C.P (1993). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta. Raja Grawendo Persada

Hurlock, E.B (1994). Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan). Surabaya. Erlangga

Islamiyah, Siti N (2005). Hubungan Antara Kematangan emosi Dengan Self Efficacy
Pada Remaja. Fakultas Psikologi UMM. Skripsi. Tidak Diterbitkan

Kartono, K (1989). Hygine Mental dan Kesehatan Mental Dalam Islam. Bandung.
Mandar Maju

Kerlinger, F.N (2000). Asas-asas Penelitian Behavior. Yogyakarta. Gajah Mada


University Press.

Koeswara, E (1987). Psikologi Eksistensial. Jakarta. PT. Eresco

Langgulung, H (1986). Teori-Teori Kesehatan Mental. Jakarta. Pustaka Alam

Lucas, M and Kim, W (1989) Memelihara Gairah Kerja. Jakarta. Arcan

Maramis, W.F. (1992). Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya. Erlangga University Perss

Poerwanti, E (1998). Dimensi-Dimensi Riset Ilmiah. Malang. Pusat Penerbitan UMM

Schunk, D.H (1989). Introduction to The Section on Motivations and Efficacy. Journal
of Educational psychology. Vol. 82 no. 1-6

Siagian, S (1995). Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi. Jakarta. PT.


Gunung Agung

Soleman B.T (1984). Sturktur dan Proses Sosial. Jakarta. Rajawali

Zidny Deny I (2004). Pengaruh Self Efficacy Terhadap Stress Kerja Karyawan Di
Bagian Produksi PT. Jaya Serbaguna Bululawang Malang. Fakultas
Psikologi UMM. Sskripsi. Tidak Diterbitkan
INTISARI

Shohib, Muhammad, S.Psi, M.Si (2005). Pengaruh Self Efficacy Terhadap


Kecemasan Dalam Menghadapi Lingkungan Baru pada Mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2005-2006. Penelitian Bidang Ilmu.
Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiyah Malang.

Kata kunci : Self Efficacy, Kecemasan

Lingkungan baru merupakan sebuah stimulus bagi seseorang yang terkadang


mampu menjadi penyebab terjadinya kecemasan. Begitu pula halnya dengan
mahasiswa yang baru mengenal lingkungan perguruan tinggi, dimana lingkungan ini
memiliki karakteristik yang berbeda dengan SMA. Untuk menghadapi lingkungan
baru ini mahasiswa membutuhkan kepercayaan dan keyakinan tentang kemampuan
diri sendiri (self efficacy), sehingga dengan modal tersebut seseorang dapat
beraktifitas dalam menjalankan tugas-tugas di perguruan tinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran self efficacy dan
kecemasan dalam menghadapi lingkungan baru serta pengaruh antara self efficacy
terhadap kecemasan dalam menghadapi lingkungan baru mahasiswa Fakultas
Psikologi UMM angkatan 2005 – 2006. Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan
terhitung sejak disetujuinya judul penelitian ini sampai pelaksanaan analisa dan
pembuatan laporan dalam rangka mengembangkan keilmuan psikologi dan
pengembangan dunia kemahasiswaan Fakultas Psikologi UMM
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan
instrument skala self efficacy dan kecemasan dalam menghadapi lingkungan baru.
Sampel penelitian sebanyak 131 orang dengan menggunakan teknik purposive
sampling dengan karakteristik mahasiswa angkatan 2005-2006 yang tinggal indekost
di kota Malang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 71 orang (54,2 %) mahasiswa
yang mempunyai self efficacy tinggi dan sisanya 60 orang (45,8 %) mempunyai self
efficacu rendah. Sedangkan kecemasan menghadapi lingkungan baru mahasiswa
Fakultas Psikologi UMM tergolong rendah yaitu 14 orang (10,7 %) dan sisanya 117
orang (89,3 %) mempunyai kecenderungan tinggi. Hasil analisa regresi menunjukkan
ada pengaruh yang signifikan self efficacy terhadap kecemasan menghadapi
lingkungan baru ( F = 781,228; P = 0,000) dengan taraf signifikan 5 %. Adapun
sumbangan efekti variable self efficacy terhadap kecemasan menghadapi lingkungan
baru sebesar 85,8 %. Ini berarti masih ada 14,2 % kecemasan menghadapi lingkungan
baru dipengaruhi oleh variable lain, seperti adanya dukungan social dan kematangan
emosi.
Melihat hasil penelitian ini maka diharapkan pihak Fakultas Psikologi dapat
mengembangkan program-program yang dapat menunjang semakin meningkatnya
self efficacy mahasiswa melalui program kemahasiswaan dan pembimbingan
akademis serta pengalian potensi yang dapat menumbuhkembangkan kepercayaan
diri.

You might also like