Professional Documents
Culture Documents
HIDROSEFALUS
OLEH:
SGD 6
Patofisiologi
Jika terdapat obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan subarachnoid, ventrikel
serebri melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengerut dan menyobek garis
ependimal. Substansia alaba di bawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita
yang tipis. Pada substansia grisea terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga
walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran, substansia grisea tidak mengalami
gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba-tiba(akut) dan dapat juga
selektif bergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus
kegawatan. Pada bayi dan anak kecil, sutura kranialnya melipat dan melebar untuk
mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika Fontanela anterior tidak tertutup, maka
fontanel ini tidak akan berkembang dan terasa tegang pada perabaan. Stenosis aquaduktus
menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel lateral dan tengah, pelebaran ini menyebabkan
kepala berbentuk khas, yaitu dahi tampak menonjol secara dominan (dominan frontal blow).
Sindrom dandy-Walker terjadi jika karena adanya obstruksi pada foraminal di luar pada
ventrikel IV. Ventrikel IV melebar dan fosa pascaerior menonjol memenuhi sebagian besar
ruang di bawah tentorium. Klien dengan tipe hydrochepalus di atas akan mengalamai
pembesaran cerebrum yang secara simetris dan wajahnya tampak kecil secara
disproporsional. Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi
ekspansi masa otak, akibatnya gejala peningkatan tekanan intracranial terjadi sebelum terjadi
ventrikel serebri menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorpsi dan sirkulasi CSS
adalah hydrocephalus tidak komplet. CSS melebihi kapasitas normal system ventriikel setiap
6-8 jam dan tidak adanya absorpsi total akan menyebabkan kematian. Ventrikular yang
melebar menyebabkan sobeknya garis ependimal normal, khusunya pada dinding rongga
sehingg mengakibatkan peningkatan absorpsi. Jika rute kolateral cukup untuk mencegah
dilatasi ventricular lebih lanjut maka akan terjadi keadaan kompensasi.
PATHWAY HIDROCEPHALUS
3. Gangguan absorpsi
Jumlah cairan
Hydrocephalus Peningkatan jumlah dalam ruang sub
nonkomunikans cairan serebrospinal araknoid
meningkat
Kesulitan Terpasang
Penekan
bergerak Hernisias shunt
an pada
i falks saraf Adanya Port
serebri cranial II
Penekan Kerusakan de Entrée
dan ke
an total mobilitas dan benda
foramen Papilede
fisik asing masuk
ma
ke otak
Gangguan Kompre
Disfungsi
integritas si Risiko
persepsi visual-
kulit batang infeksi
spasial dan
otak Respons
kehilangan
inflamasi
Depresi
saraf Gangguan
kardiovas persepsi
ku-lar dan sensori Hiperter
pernapas visual mi
an
Kom
Kemati Kom
Penuruna Otak Kerusakan
n semakin fungsi
kesadara tertekan ke motorik
bagian
Koping bawah pada Defisit
keluarga batang otak perawatan
tidak diri
efektif Hipotalamus
semakin
tertekan
Perfusi nutrisi :
jaringan kurang dari PK : Nyeri
serebral tidak kebutuhan Penurunan akut
efektif tubuh kesadaran
Manifestasi klinis
Tanda klinis hydrocephalus bervariasi dan tergantung pada banyak faktor, termasuk
usia munculnya, sifat lesi yang menyebabkan obstruksi, dan lama serta kecepatan munculnya
tekanan intrakranium. Iritabilitas, lesu, nafsu makan buruk, dan muntah adalah lazim pada
bayi dan anak yang menderita hidrosefalus.
Pada bayi, angka percepatan pembesaran kepala merupakan tanda yang paling
menonjol. Fontanela anterior terbuka lebar dan menonjol, dan vena kulit kepala dilatasi. Dahi
lebar dan mata dapat berdeviasi ke bawah karena pergeseran pelebaran ceruk suprapineal
pada tektum menimbulkan tanda mata “sunset phenomenom” atau matahari terbenam.
Pada anak, sutura cranialis sebagian tertutup sehingga tanda hidrosefalus menjadi
lebih tidak kentara. Nyeri kepala merupakan gejala yang menonjol. Perubahan secara
bertahap dalam kepribadian dan kemunduran dalam produktivitas akademik menunjukkan
adanya bentuk hidrosefalus progresif lambat. Perkusi tengkorak dapat menimbulkan tanda
“cracked-pot sign” atau tanda Macewen, yang menunjukkan adanya pelebaran sutura.
Klasifikasi
A. Berdasarkan letak obstruksi
- Hidrosefalus tipe obstruksi / non komunikans
Yaitu kondisi hidrosefalus dimana CSS masih bisa keluar dari
ventrikel namun alirannya tersumbat setelah itu. Terjadi bila CSS otak
terganggu (Gangguan di dalam atau pada sistem ventrikel yang
mengakibatkan penyumbatan aliran CSS dalam sistem ventrikel otak), yang
kebanyakan disebabkan oleh kongenital : stenosis akuaduktus Sylvius
(menyebabkan dilatasi ventrikel lateralis dan ventrikel III. Ventrikel IV
biasanya normal dalam ukuran dan lokasinya). Yang agak jarang ditemukan
sebagai penyebab hidrosefalus adalah sindrom Dandy-Walker, Atresia
foramen Monro, malformasi vaskuler atau tumor bawaan. Radang (Eksudat,
infeksi meningeal). Perdarahan/trauma (hematoma subdural). Tumor dalam
sistem ventrikel (tumor intraventrikuler, tumor parasellar, tumor fossa
posterior)
.
- Hidrosefalus tipe komunikans
Yaitu kondisi hidrosefalus dimana sumbatan aliran CSS yang terjadi di
salah satu atau lebih jalur sempit yang menghubungkan ventrikel – ventrikel
otak. Di sampan itu tipe ini jarang ditemukan. Terjadi karena proses
berlebihan atau gangguan penyerapan (Gangguan di luar system ventrikel).
perdarahan akibat trauma kelahiran menyebabkan perlekatan lalu
menimbulkan blokade villi arachnoid.
Radang meningeal
Kongenital :
- Perlekatan arachnoid/sisterna karena
- Gangguan pembentukan.
- Gangguan pembentukan villi arachnoid
- Papilloma plexus choroideus
B. Berdasarkan etiologi
a. Kongenital
- Stenosis akuaduktus serebri
Mempunyai berbagai penyebab. Kebanyakan disebabkan oleh infeksi atau
perdarahan selama kehidupan fetal; stenosis kongenital sejati adalah sangat
jarang. (Toxoplasma/T.gondii, Rubella/German measles, X-linked
hidrosefalus).
- Sindrom Dandy-Walker
Malformasi ini melibatkan 2-4% bayi baru lahir dengan hidrosefalus.
Etiologinya tidak diketahui. Malformasi ini berupa ekspansi kistik ventrikel IV
dan hipoplasia vermis serebelum. Hidrosefalus yang terjadi diakibatkan oleh
hubungan antara dilatasi ventrikel IV dan rongga subarachnoid yang tidak
adekuat; dan hal ini dapat tampil pada saat lahir, namun 80% kasusnya
biasanya tampak dalam 3 bulan pertama. Kasus semacam ini sering terjadi
bersamaan dengan anomali lainnya seperti agenesis korpus kalosum,
labiopalatoskhisis, anomali okuler,anomali jantung, dan sebagainya.
- Malformasi Arnold-Chiari
Anomali kongenital yang jarang dimana 2 bagian otak yaitu batang otak dan
cerebelum mengalami perpanjangan dari ukuran normal dan menonjol keluar
menuju canalis spinalis
- Aneurisma vena Galeni
Kerusakan vaskuler yang terjadi pada saat kelahiran tetapi secara normal tidak
dapat dideteksi sampai anak berusia beberapa bulan. Hal ini terjadi karena
vena Galen mengalir di atas akuaduktus Sylvii, menggembung dan
membentuk kantong aneurisma. Seringkali menyebabkan hidrosefalus.
- Hidrancephaly
Suatu kondisi dimana hemisfer otak tidak ada dan diganti dengan kantong
CSS.
b. Didapat (Acquired)
- Stenosis akuaduktus serebri (setelah infeksi atau perdarahan)
Infeksi oleh bakteri Meningitis , menyebabkan radang pada selaput
(meningen) di sekitar otak dan spinal cord. Hidrosefalus berkembang ketika
jaringan parut dari infeksi meningen menghambat aliran CSS dalam ruang
subarachnoid, yang melalui akuaduktus pada sistem ventrikel atau
mempengaruhi penyerapan CSS dalam villi arachnoid. Jika saat itu tidak
mendapat pengobatan, bakteri meningitis dapat menyebabkan kematian dalam
beberapa hari. Tanda-tanda dan gejala meningitis meliputi demam, sakit
kepala, panas tinggi, kehilangan nafsu makan, kaku kuduk. Pada kasus yang
ekstrim, gejala meningitis ditunjukkan dengan muntah dan kejang. Dapat
diobati dengan antibiotik dosis tinggi.
- Herniasi tentorial akibat tumor supratentorial
- Hematoma intraventrikuler
Jika cukup berat dapat mempengaruhi ventrikel, mengakibatkan darah
mengalir dalam jaringan otak sekitar dan mengakibatkan perubahan
neurologis.kemungkinan hidrosefalus berkembang sisebabkan oleh
penyumbatan atau penurunan kemampuan otakuntuk menyerap CSS.
- Tumor (ventrikel, regio vinialis, fosa posterior)
Sebagian besar tumor otak dialami oleh anak-anak pada usia 5-10 tahun. 70%
tumor ini terjadi dibagian belakang otak yang disebut fosa posterior. Jenis lain
dari tumor otakyang dapat menyebabkan hidrosefalus adalah tumor
intraventrikuler dan kasus yang sering terjadi adalah tumor plexus choroideus
(termasuk papiloma dan carsinoma). Tumor yang berada di
bagian belakang otak sebagian besar akan menyumbat aliran CSS yang keluar
dari ventrikel IV. Pada banyak kasus, cara terbaik untuk mengobati
hidrosefalus yang berhubungan dengan tumor adalah menghilangkan tumor
penyebab sumbatan.
- Abses/granuloma
- Kista arakhnoid
Kista adalah kantung lunak atau lubang tertutup yang berisi cairan. Jika
terdapat kista arachnoid maka kantung berisi CSS dan dilapisi dengan jaringan
pada membran arachnoid. Kista biasanya ditemukan pada anak-anak dan
berada pada ventrikel otak atau pada ruang subarachnoid. Kista subarachnoid
dapat menyebabkan hidrosefalus non komunikans dengan cara menyumbat
aliran CSS dalam ventrikel khususnya ventrikel III. Berdasarkan lokasi kista,
dokter bedah saraf dapat menghilangkan dinding kista dan mengeringkan
cairan kista. Jika kista terdapat pada tempat yang tidak dapat dioperasi (dekat
batang otak), dokter dapat memasang shunt untuk mengalirkan cairan agar
bisa diserap. Hal ini akan menghentikan pertumbuhan kista dan melindungi
batang otak.
C. Berdasarkan usia
• Hidrosefalus tipe kongenital / infantil ( bayi )
• Hidrosefalus tipe juvenile / adult ( anak-anak / dewasa )
3. Cari kurva lingkar kepala anak perempuan dan laki-laki menurut Nellhaus (buat
ukuran LK rata-rata pada usia baru lahir, 3, 6, 9, 12, 18 bulan)
Jawab :
Pengukuran lingkar kepala (head circumference) merupakan bagian dari pemeriksaan
klinis yang murah, mudah dan sangat penting pada bayi dan anak. Pertumbuhan kepala
sangat tergantung dari pertumbuhan isi kepala. Apabila otak tidak berkembang secara
maksimal maka kepala akan tetap kecil dan hal ini merupakan tanda akan terjadinya
perkembangan mental yang subnormal. Selain itu, apabila didapatkan hambatan terhadap
jalannya cairan serebrospinal (CSS) akan menyebabkan terjadinya peningkatan volume
kepala sehingga kepala akan membesar. Penambahan lingkar kepala yang cepat
merupakan tanda pertama adanya kemungkinan hydrocephalus.
Walaupun demikian, harus dipertimbangkan pula kecepatan pertumbuhan dari berat
badan dan lingkar dada, karena pada beberapa kasus dimana pengukuran lingkar kepala
menunjukkan pembesaran yang cepat tetapi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan
berat badan ternyata masih dalam batas normal. Oleh karena itu, selain pengukuran
lingkar kepala perlu diperhatikan pula bentuk kepala penderita dan orang tuanya, ubun-
ubun besar penderita.
Sampai dengan sekarang tabel yang dipergunakan sebagai referensi pengukuran lingkar
kepala pada bayi dan anak adala Tabel NELLHAUS, dimana lingkar kepala bertambah
12cm dalam 12 bulan pertama dengan distribusi yang tidak merata.
Keterangan :
Anak laki-laki
o Berumur 3 bulan : rentang : 37 cm – 42 cm
rata-rata : 40 cm
o Berumur 6 bulan : rentang : 40 cm – 46 cm
rata-rata : 43 cm
o Berumur 9 bulan : rentang : 42 cm – 48 cm
rata-rata : 45 cm
o Berumur 12 bulan : rentang : 44 cm – 49 cm
rata-rata : 46 cm
o Berumur 18 bulan : rentang : 45 cm – 50 cm
rata-rata : 48 cm
Keterangan :
Anak perempuan
o Berumur 3 bulan : rentang : 38 cm – 42 cm
rata-rata : 40 cm
o Berumur 6 bulan : rentang : 40 cm – 46 cm
rata-rata : 43 cm
o Berumur 9 bulan : rentang : 42 cm – 48 cm
rata-rata : 45 cm
o Berumur 12 bulan : rentang : 44 cm – 49 cm
rata-rata : 46 cm
o Berumur 18 bulan : rentang : 45 cm – 50 cm
rata-rata : 48 cm
Tahapan
Tanggung jawab perawat adalah membantu pasien mempertahankan posisi lateral
rekumben dengan lutut fleksi. Menjamin prinsip/ teknik aseptik secara ketat. Memberi
label specimen CSF. Menjaga posisi pasien dengan posisi flat beberapa jam tergantung
pada permintaan dokter. Memonitor status cairan, neurologis dan tanda-tanda vital.
Memberikan obat analgetik sesuai kebutuhan. (Lewis,Heitkemper and Dirksen, 2000.
p1603).
Prosedur dilakukan oleh perawat :
1. Menentukan apakah pasien benar-benar telah direncanakan.
2. Menjelaskan prosedur kepada pasien dan menggambarkan sensasi selama prosedur
berlangsung (misalnya sensasi dingin pada area yang dibersihkan dengan larutan, saat
jarum disuntikan yang berisi anestesi loka.)
3. Menentukan apakah pasien memiliki pertanyaan atau merasa belum jelas tentang
prosedur, kaji ulang pasien bahwa jarum tidak masuk medulla spinalis atau
menyebabkan
4. paralysis.
5. Mengajukan paisen untuk mengosongkan kandung kemihnya sebelum dilakukan
prosedur.
Prosedur dilakukan oleh dokter :
1. Pasien diposisikan di ujung saping tempat tidur atau meja pemeriksaan dengan
bokong menghadap ke dokter; paha dan tungkai difleksikan semaksimalmungkin
untuk meningkatkan rongga antara prosesus spina vertebra, untuk mempercepat
masuknya jarum ke ruang subarakhnoid.
2. Bantal kecil ditempatkan di bawah kepala pasien untuk mempertahankan spina dalam
posisi lurus; mungkin juga bantal kecil ditempatkan diantara tungkai untuk mencegah
tungkai atas berputar ke depan.
3. Perawat membantu pasien mempertahankan kepala pasien untuk menghindari
pergerakan yang tiba-tiba, karena akan menyebabkan trauma.
4. Pasien dianjurkan untuk relaks dan diinstruksikan bernafas secara normal; karena
hiperventilasi akan menurunkan meningginya tekanan.
5. Perawat menggambarkan prosedur step demi step kepada pasien selama proses
berlangsung.
6. Dokter membersihkan tempat penusukan dengan larutan antiseptic.
7. Anestesi local disuntikan ke tempat tempat penusukan dan jarum spinal dimasukan ke
ruang subarakhnoid melalui interspace lumbal ketiga dan keempat atau keempat dan
kelima.
8. Spesimen CSF dikeluarkan dan biasanya ditampung dalam tiga ples, diberi label.
Jarum dicabut.
9. Kassa ditempelkanpada tempat penusukan.
10. Ples-ples CSF dikirim ke laboratorium dengan segera.
KOMPLIKASI
1. Sakit kepala
2. Biasanya dirasakan segera sesudah lumbal punksi, ini timbul karena
3. pengurangan cairan serebrospinal
4. Backache, biasanya di lokasi bekas punksi disebabkan spasme otot
5. Infeksi
6. Herniasi
7. Untrakranial subdural hematom
8. Hematom dengan penekanan pada radiks
9. Tumor epidermoid intraspinal
Pembuluh darah
tertekan
Perfusi jaringan
serebral tidak
efektif
2. DS : ibu pasien mengatakan suhu Peningkatan jumlah Hipertermi
tubuh anaknya panas. cairan serebrospinal
DO : T : 390 C
Tingkatan
pembedahan
Terpasang shunt
Adanya Port de
Entrée dan benda
asing masuk ke otak
Hipertermi
3. DS : - Peningkatan jumlah Gangguan integritas
DO : lesi di area oksipital cairan serebrospinal kulit
Pembesaran relatif
kepala
Kesulitan bergerak
Penekanan total
Gangguan integritas
kulit
Papiledema
Disfungsi persepsi
visual-spasial dan
kehilangan sensorik
Gangguan persepsi
sensori visual
Bunyi Diagnosa :
1. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran darah ke
otak ditandai dengan vena-vena di area cerebral melebar, sutura melebar.
2. Hipertermi berhubungan dengan adanya respon inflamasi karena masuknya bakteri
ditandai dengan suhu tubuh pasien 390 C.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi fisik ditandai dengan lesi
di area oksipital.
4. Gangguan sensori persepsi visual berhubungan dengan perubahan sensori persepsi
(penekanan cranial 2) ditandai dengan sunset phenomenon.
7. Susunlah tujuan, criteria hasil, intervensi terhadap masalah keperawatan yang dialami
By.C !
Jawab :
Diagnosa 1
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi fisik ditandai dengan lesi di
area oksipital.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ….x24 jam, diharapkan klien
mampu mempertahankan keutuhan kulit dengan kriteria hasil :
• Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka
No. Intervensi Rasional
1 Ubah posisi setiap 2 jam Menghindari tekanan dan
meningkatkan aliran darah
2 Observasi terhadap eritema, kepucatan, Hangat dan pelunakan adalah tanda
dan palpasi area sekitar terhadap perusakan jaringan
kehangatan dan pelunakan jaringan
tiap mengubah posisi
3 Jaga kebersihan kulit seminimal Mempertahankan keutuhan kulit
mungkin hindari trauma terhadap
panas terhadap kulit
4 Instruksikan pengunjung untuk Mencegah resiko infeksi
mencuci tangan saat memasuki dan nosokomial
meninggalkan ruangan klien
5 Cuci tangan sebelum dan sesudah Mencegah resiko infeksi
setelah melakukan perawatan kepada nosokomial
klien.
Diagnosa 2
Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran darah ke
otak ditandai dengan vena-vena di area cerebral melebar, sutura melebar.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ….x24 jam, diharapkan perfusi
jaringan serebral kembali efektif dengan kriteria hasil :
• Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial
No. Intervensi Rasional
1 Observasi pupil atau perubahan tanda- Memberikan deteksi awal dan
tanda vital, penurunan tingkat intervensi untuk meminimalkan
kesadaran dan/atau fungsi motor penekanan intrakranial
2 Baringkan klien (tirah baring) total Perubahan pada tekanan
dengan posisi tidur terlentang tanpa intrakranial akan dapat
bantal. menyebabkan risiko terjadinya
herniasi otak.
Diagnosa 3
Hipertermi berhubungan dengan adanya respon inflamsi karena masuknya bakteri ditandai
dengan suhu tubuh pasien 390 C.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 jam, diharapkan
hipertermi teratasi dengan kriteris hasil :
• Suhu klien dalam batas normal (360-37,50)
Diagnosa 4
Gangguan sensori persepsi visual berhubungan dengan perubahan sensori persepsi
(penekanan cranial 2) ditandai dengan sunset phenomenon.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ….x24 jam, diharapkan
gangguan sensori persepsi visual klien berkurang dengan kriteria hasil :
• Kemampuan penglihatan klien meningkat
• Sunset phenomenon berkurang
No. Intervensi Rasional
1. Gunakan siaran TV sebagai bagian Meningkatkan kemampuan sensorik
dari rencana program stimulasi klien
sensorik
2. Monitor adanya tanda kemerahan Kemerahan pada mata menunjukkan
pada mata klien iritasi ringan
3. Bantu klien untuk tidak menyentuh Menyentuh mata bagian dalam dapat
mata bagian dalam meningkatkan resiko infeksi dan
iritasi
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Richard.E., Robert M. Kliegman & Ann M. Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak
Nelson Vol. 3 Edisi 15. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Mansjoer, Arief., dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta: Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Mutaqin, Arif. 2008. Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Price. S.A, Wilson L.M. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 2
Edisi 4. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.