You are on page 1of 3

NAME : WENNY PINTALITNA

CLASS : BIOLOGY BILINGUAL CLASS 08


ID NUMBER: 408 141 120

MANUSIA DAN GERBONG HITAM

Sungguh liris hati ini melihat problematika kehidupan yang terjadi di negara tercinta ini.
Peperangan, prostitusi, perebutan wilayah, kekuasaan, kemunafikan, kerakusan adalah senjata
pembunuh bagi kehidupan manusia. Dizaman teknologi ini, banyak pejabat yang
menyalahgunakan jabatannya untuk menyelewengkan anggaran dana negara, menginstankan
segala masalah denga penyelesaian yang tidak dikehendaki oleh Tuhan, bertambahnya erosi
moral para kaum remaja dan pemuda, merosotnya kesopanan dalam bersikap, masyarakat haus
dan lapar akan makanan yang layak bagi kesehatan, pelayanan kesehatan yang kurang memadai.
Alam pun turut bersedih melihat problematika ini. Lahar panas yang keluar dari perut gunung ,
debu racun yang dihembuskannnya, menunjukka pada kita wahai manusia akan tanggung jawab
yang telah diberikan yang Maha Kuasa terdahulu.

Begitu pula dengan carut marut pola kepemimpinan yang duduk sebagai wakil rakyat
akan berdampak besar pada perikehidupan rakyat yang dipimpinnya. Keributan yang terdengar
dari dalam gerbong, mampu mengilustrasikan jeritan rakyat miskin yang tegopoh-gopoh
meminta diterapkannya keadilan. ”Gerbong Hitam” begitu gumamku. Suatu refleksi terhadap
masalah-masalah yang terjadi di saat-saat ini. Fajar yang tertutupi oleh lembah kegelapan
diselimuti oleh derasnya arus tekanan kehidupan, kebenaran hanya dianggap sebagai suatu pra
syarat saja, mengandalkan materi di atas segalanya dan pemimpin bertangan besi.

Andai alam mampu berbicara, bumi mampu bergumam, laut mampu berseru dan udara
mampu menggerutu niscaya mereka akan mengadu kepada Tuhan akan perlakuan kita.

Kaum wanita sudah melupakan kodrat dan kesuciannya. Dengan mudah menjajakan
dirinya pada pria hidung belang. Angin dan langit dalam diriku serasa bergetar dalam diriku tak
tentu hentinya. Terkadang daku terpana melihat seorang petani tua yang tetap setia bekerja dan
berjuang demi mempertahankan kehidupannya. Dilain sisi, sebagian besar masyrakat enggan

Essay | Wenny Pintalitna 1


untuk bekerja keras untuk mendapatkan kehidupan yang layak. Menggema beragam doa akan
kuasaMu ya Tuhan, memagariku akan kebenaran yang syah.

Jeritan, tangisan, ancaman, suara deru senjata yang bergaung dari arah sabang dan
merauke untuk merebutkan kekuasaan seakan mengejutkan diriku akan kematian yang kian
mendekat. Pertumpahan darah yang terjadi dimana-mana, kerangka kaku manusia berserakan di
sepanjang jalan raya, anak kecil menangis mencari semangnya yang entah berantah
keberadaannya. Carut marut sistem pertahanan negara mengindikasikankepala pemerintahan
yang kurang bijaksana. Sungguh, apakah semua ini merupakan malapetaka ataukah kutukan bagi
negaraku tercinta ini. Hati sanubari pun bertanya ”Dimanakah kebenaran itu?? Adakah
kedamaian yang nyata dan mutlak ?? Aku sendiri pun bingung untuk menemukan jawabannya.

Daku heran melihat kondisi negara ini. Negara yang merupakan pelindung bangsa, kini
memalingkan mukanya terhadap jeritan rakyat miskin yang tergopoh-gopoh memohon keadilan
sosial seperti yang tertuang dalam dasar negara. Para penyamun hidup liar dijalanan, menanti
kunjungan dan berdiri di pinggir jalan, gelandangan mengembara mencari sesuap nasi mengais
riski dari tumpukan sampah kotor, pengemis menundukkan kepala mengharapkan belas kasihan
terhadap orang yang lalu lalang di perkotaan, harga beras yang kian melonjak, pangamen anak
meneteskan air mata menghabiskan masa mudanya untuk bekerja yang seharusnya diisi dengan
pendidikan yang layak, kemerosotan terjadi disegala bidang kehidupan, himpitan ekonomi yang
mencekam bak halilintar yang mengahantam bumi. Dilain sisi para pejabat kita berlomba-lomba
untuk mencari kesempatan menyelewengkan anggaran dana negara. Mengapa,,,,,
mengapa.....negaraku tak berhenti dirundung malang ??...Seperti pepatah yang mengatakan,
sudah jatuh tertimpa tangga pula. Lingkaran hitam yang sulit untuk diselesaikan.

Di dalam kegelapan daku berdiri; aku berseru sekuat tenaga, Tuhan apakah salah dan
dosa kami, sehingga Engkau tega menghukum kami sekejam ini ???.... Dan seketika mendung
menutupi bintang-bintang dan angin menyapu dan menderu. ’Ku hela nafas pelan-pelan, mengisi
kekosongan di hatiku. Terlintas dibayanganku bintang jatuh dengan indahnya. Baru ku sadari
bahwa kuasa Tuhan sungguh dahsyat dan hebat. Ternyata aku khilaf telah menyalahkan Tuhan
atas semua masalah ini. Alam yang subur dan sumber daya alam yang berlimpah ruah
memberikan peluang besar untuk hijrah menuju kesuksesan yang gemilang. Lantas siapakah
yang dapat dikatakan biang dari semua masalah ini ?... Moral manusia dan kurangnya kreatifitas
Essay | Wenny Pintalitna 2
untuk menemukan sesuatu yang baru untuk mengolah semua sumber daya alam ini dengan benar
dan tepat guna.

Kereta api menembus malam, menembus ruang, menembus tahun. Gerbongnya yang
penuh pertahanan mampu menopang gerbong yang lainnya agar tetap kokoh pada posisinya di
saat terjadi guncangan yang dahsyat. Masinis sebagai batu penjuru arah kereta api dengan penuh
konsentrasi mengemudikan kereta api pada tujuan yang tepat. Suara Tut...tut...dari kejauhan
menandakan kedatangannya yang tergesa-gesa dan penuh perhatian yang dalam. Daku bangga
dengan filosofis kereta api ini. Hal ini membuat ’ku terinspirasi untuk menulis karangan essay
singkat dengan mengilustrasikan ”kereta api”sebagai efek problematika kehidupan yang
merupakan suatu urutan saling terkait satu sama lain dan sukar untuk diselesaikan.

Sekaranglah saatnya, mari kawan-kawan semua kita bersatu teguh, bahu membahu
menyelesaikan semua masalah ini. Kalau tidak dimulai dari sekarang, maka anak cucu kitalah
yang akan terkena imbasnya. Alangkah malangnya abapila kita meninggalkan harta beban untuk
dibenahi kembali.

-0000-
(original my creation)

Essay | Wenny Pintalitna 3

You might also like