You are on page 1of 24

Bab I

Pendahuluan
A.latar belakang
Investasi fisiologi yang terjadi pada wanita, termasuk semua organisme
betina dalam mencapai kehamilan, merupakan kejadian yang luar biasa
menakjubkan. Kehamilan terjadi bersamaan dengan ovulasi pada masa remaja
dini; dan setelah kelahiran, anovulasi dan amenorrhoe menetap selama laktasi,
dan menyusui dilanjutkan sampai dengan 2-3 tahun. Kemudian kehamilan
terjadi lagi dan begitu seterusnya. Ketika sudah 10 atau 11 episode
kehamilan-laktasi tersebut selesai, fungsi ovarium dan ovulasi berhenti yaitu
menopause. Sebuah analisis yang merangsang pemikiran tentang ”evolution of
human reproduction”telah disajikan oleh Roger Short (1976).
Menstruasi dipandang dalam arti fisiologi, sebagai hasil akhir dari
kegagalan fertilitas. Tidak diragukan lagi bahwa animus fisiologi siklus
ovarium, dan akomodasi-akomodasi saluran reproduktif morfologis yang
menyertainya adalah ovulasi, fertilisasi, dan implantasi. Ada sistem gagalaman
yang bekerja kalau ada kegagalan fertilisasi ovum atau kegagalan
implantasi blastokista, dan peristiwa ini berpuncak pada menstruasi.
Fertilisasi merupakan suatu proses awal terbentuknya suatu kehamilan.
Proses ini berlanjut dengan pembelahan sampai terjadinya implantasi.
Sesorang dapat dinyatakan hamil apabila hasil konsepsi tertanam di dalam
rahim ibu, yang biasa disebut dengan kehamilan intra uterin. Jika hasil
konsepsi tertanam di luar rahim, hal itu disebut kehamilan ekstra uterin.
Apabila fertilisasi, proses pembelahan dan implantasi tidak berlangsung baik,
hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya abortus ataupun kelainan pada
bayi. Sehingga fertilisasi merupakan tonggak awal penciptaan seorang
manusia.

1
B.tujuan
1.mahasiswa menyelesaikan tugas dari dosen
2.mahasiswa memahami konsepsi ovum , sperma, fertilisasi dan implantasi

2
Bab II
Pembahasan

I.Ovum
Ovum dikembangkan dari sel germinal primitif yang tertanam di substansi ovarium.
Masing-masing sel primitif menimbulkan kuman, oleh ulang divisi, ke sejumlah
oogonium disebut sel-sel yang lebih kecil, dari mana telur atau oosit primer
dikembangkan.

Ovum manusia sangat menit, dengan ukuran sekitar 0,2 mm. diameter, dan tertutup
dalam folikel telur dari indung telur; sebagai aturan masing-masing folikel
mengandung satu sel telur, tetapi kadang-kadang dua atau lebih yang hadir. 3 dan
pembesaran dan kemudian pecah dari folikel pada permukaan ovarium, ovum
dibebaskan dan disampaikan oleh rahim tabung ke rongga rahim. Kecuali itu dibuahi
tidak mengalami perkembangan lebih lanjut dan dibuang dari rahim, tetapi jika terjadi
pembuahan itu dipertahankan di dalam uterus dan berkembang menjadi yang baru.
Dalam penampilan dan struktur ovum sedikit berbeda dari sel biasa, tetapi nama-
nama khusus telah diterapkan ke dalam beberapa bagian; demikian, substansi sel
dikenal sebagai kuning telur atau oöplasm, inti sebagai germinal vesikel, dan yang
Nukleolus sebagai tempat germinal. Ovum ditutupi dalam tebal, transparan amplop,
zona striata atau zona pelusida, melekat pada permukaan luar yang beberapa lapis sel,
yang berasal dari orang-orang dari folikel dan kolektif yang membentuk korona
radiata.

3
Memeriksa sel telur manusia segar di folliculi minuman keras. (Waldeyer.) The zona
pelusida dipandang sebagai korset jelas tebal dikelilingi oleh sel-sel korona radiata.
Telur itu sendiri menunjukkan deutoplasmic rinci pusat dan daerah perifer lapisan
jelas, dan membungkus germinal vesikel, di mana terlihat germinal spot.

Yolk.
Kuning telur terdiri dari (1) sitoplasma sel hewan biasa dengan spongioplasm dan
hyaloplasm; ini sering disebut formatif kuning telur; (2) gizi telur atau deutoplasm,
yang terdiri dari berbagai bulat butiran lemak dan zat albuminoid tertanam di
sitoplasma. Dalam sel telur mamalia kuning gizi sangat kecil dalam jumlah, dan
pelayanan dalam bergizi embrio pada tahap awal perkembangannya saja, sedangkan
pada telur dari burung yang ada cukup untuk memasok ayam dengan makanan bergizi
sepanjang periode dari inkubasi. Kuning telur yang bergizi tidak hanya bervariasi
dalam jumlah, tetapi dalam modus distribusi dalam telur; demikian, dalam beberapa
binatang itu hampir merata di seluruh sitoplasma; di beberapa pusat itu ditempatkan
dan dikelilingi oleh sitoplasma; dalam diri orang lain itu adalah terakumulasi di
bagian bawah tiang ovum, sementara menempati sitoplasma atas tiang. Sebuah
sentrosom dan sentriol hadir dan berbaring di lingkungan langsung dari inti.
Germinal Vesicle.-The germinal vesikel atau inti bulat besar pada awalnya tubuh
yang hampir menempati posisi sentral, tetapi menjadi eksentrik sebagai pertumbuhan
hasil ovum. Strukturnya adalah bahwa dari sel-nukleus biasa, yakni., Itu terdiri dari

4
retikulum atau karyomitome, dengan jala-jala yang penuh dengan karyoplasm,
sementara terhubung dengan, atau tertanam di dalam, retikulum sejumlah massa
kromatin atau kromosom, yang dapat menyajikan penampilan gulungan atau dapat
mengasumsikan bentuk batang atau loop. Inti yang dilingkupi oleh membran nuklir
halus, dan mengandung dalam interior yang terdefinisi dengan baik Nukleolus atau
germinal spot.

Penutup dari Ovum.


The zona striata atau zona pelusida adalah selaput tebal, yang, di bawah kekuasaan
yang lebih tinggi dari mikroskop, dipandang radial lurik. Itu berlangsung selama
beberapa saat setelah pembuahan terjadi, dan bisa bertindak untuk perlindungan
selama tahap-tahap awal segmentasi. Hal ini belum ditentukan apakah zona striata
adalah produk dari sitoplasma ovum atau sel-sel korona radiata, atau keduanya.
Korona radiata terdiri atau dua atau tiga lapisan sel, mereka berasal dari sel-sel
folikel, dan mematuhi permukaan luar zona striata ketika ovum dibebaskan dari
folikel; sel radial diatur di sekitar zona, orang-orang dari lapisan yang paling dalam
kolumnar dalam bentuk. Sel-sel korona radiata segera hilang; dalam beberapa
binatang yang mereka mengeluarkan, atau akan diganti dengan, lapisan perekat
protein, yang dapat membantu dalam melindungi dan bergizi ovum.
Fenomena menghadiri pelepasan dari ovum dari folikel milik lebih ke fungsi biasa
ovarium daripada topik umum embriologi, dan karena itu digambarkan dengan
anatomi ovarium.

Pematangan Ovum.
Sebelum ovum dapat dibuahi itu harus menjalani proses pematangan atau
pematangan. Hal ini terjadi sebelumnya atau segera setelah keluar dari kantong, dan
pada dasarnya terdiri dari pembagian yang tidak setara ovum terlebih dahulu menjadi
dua dan kemudian menjadi empat sel. Tiga dari empat sel kecil, tidak mampu
pengembangan lebih lanjut, dan ini disebut badan kutub atau polocytes, sementara

5
keempat besar, dan merupakan sel telur matang. Proses pematangan belum diamati
dalam sel telur manusia, tetapi telah dengan hati-hati belajar di ovum dari beberapa
hewan yang lebih rendah, yang deskripsi berikut berlaku.
Hal ini ditunjukkan bahwa jumlah kromosom yang ditemukan dalam inti adalah
konstan untuk semua sel-sel hewan dari spesies tertentu, dan bahwa dalam manusia
jumlahnya mungkin dua puluh empat. Ini tidak hanya berlaku pada sel somatik tetapi
ovum primitif dan keturunan mereka. Untuk tujuan ilustrasi proses pematangan suatu
spesies dapat diambil di mana jumlah kromosom nuklir adalah empat. Jika ovum dari
diamati seperti pada awal proses pematangan akan terlihat bahwa jumlah dari
kromosom ternyata berkurang menjadi dua. Namun dalam kenyataannya, jumlahnya
dua kali lipat, karena masing-masing kromosom terdiri dari empat butir
dikelompokkan untuk membentuk suatu tetrad. Selama metafase setiap tetrad dyads
terbagi menjadi dua, yang sama-sama didistribusikan antara dua inti sel yang
dibentuk oleh pembagian pertama ovum. Salah satu sel yang hampir sama besar
dengan telur asli, dan disebut oosit sekunder, yang lain kecil, dan disebut badan polar
pertama. Oosit sekunder sekarang mengalami subdivisi, dimana setiap angka dua dan
berkontribusi membagi satu kromosom ke inti masing-masing dari dua sel yang
dihasilkan.

6
Pembentukan badan kutub di Asterias glacialis. (Sedikit dimodifikasi dari Hertwig.)
Dalam Aku kutub gelendong (sp) telah maju ke permukaan telur. Dalam II elevasi
kecil (PB1) dibentuk yang menerima setengah dari gelendong. Dalam III Tingginya
terbatas off, membentuk badan kutub pertama (PB1), dan kedua gelendong
terbentuk. Dalam IV melihat ketinggian yang kedua dalam terbatas V telah turun
sebagai badan kutub kedua (pb2). Dari sisa gelendong (f.pn di VI) pronukleus wanita
dikembangkan.

Diagram yang menunjukkan pengurangan jumlah kromosom dalam proses


pematangan sel telur.

Divisi kedua ini juga tidak sama, menghasilkan sel besar yang merupakan sel telur
matang, dan sel kecil, badan kutub kedua. Badan kutub pertama sering membagi
sementara yang kedua sedang dibentuk, dan sebagai hasil akhir empat sel yang
diproduksi, yaitu., Sel telur yang matang dan tiga badan kutub, yang masing-masing
berisi dua kromosom, yaitu, satu-setengah jumlah hadir dalam inti sel somatik dari
anggota spesies yang sama. Inti sel telur matang disebut pronukleus perempuan.

7
II.Sperma
Sperma juga disebut juga spermatozoa adalah sel gamet dari laki-laki. Sel ini
mempunyai ukuran panjang keseluruhan 50 - 60 mikrometer, dimana terdiri dua
bagian yaitu bagian kepala dan ekor. Dimensi kepala dengan panjang 4 - 5
mikrometer, lebar 2.5 - 3.5 mikrometer, dengan rasio antara panjang dan lebar yaitu
1.50 - 1.75. Bagian kepala sperma ini mengandung inti sel, dimana didalamnya
terkandung materi genetik dari jantan/laki-laki dalam bentuk DNA, selain itu terdapat
pula berbagai macam protein yang mendukung fungsi atau kerja sel. Dibagian kepala
juga terdapat secama kantong yang disebut tudung akrosome, yang isinya enzim yang
digunakan untuk menembus sel telur /oosit agar terjadi fertilisasi

Sedangkan bagian ekor sperma, panjangnya kurang lebih 10 kali panjang kepala
sperma. Ekor sperma terdiri dari bagian-bagian yang menyerupai bentuk filamen,
dimana didalamnya banyak terdapat mitokondria sebagai penghasil energi. Energi
yang dihasilkan digunakan sperma untuk begerak maju kedepan. Diumpamakan ekor
sperma ini semacam baling-baling pada kapal motor, yang bergerak berputar dan
mendorong sperma bisa maju kedepan.

Dengan adanya pergerakan sperma ini, maka sperma akan masuk ke dalam sistem
saluran reproduksi untuk menghampiri /mencari sel telur untuk dibuahi. Sebagai
tambahan, sel telur sifatnya diam, tidak bergerak karena tidak mempunyai alat gerak

8
seperti sperma. Apabila sel telur dapat berpindah itu lebih disebabkan adanya
kontraksi dan dorongan silia dari sel-sel yang ada di saluran reproduksi betina.

air mani yang keluar mengandung :

Mungkin Anda juga sering mendengar mitos-mitos tentang khasiat sperma. Sperma
memang dalam penelitian mengandung komposisi kimia yang sangat berguna bagi
tubuh. Bahkan mitos di kalangan wanita bahwa dengan menelan sperma dapat
menghaluskan kulit dan bikin awet muda. Untuk menguji kebenaran mitos tersebut,
marilah kita lihat komposisi kimia yang terdapat dalam sperma. Para ahli di bidang
ini tidak pernah membenarkan tapi juga tidak pernah menyalahkan mitos tersebut
secara ilmiah. Mereka hanya mengatakan tidak apa tertelan asal dari sperma yang
sehat dan tidak tertular penyakit.
Komposisi kimia sperma adalah sebagai berikut:
Komposisi kimia …………..( Dalam mg/100 ml )
Ammonia ……………………………2
Ascoric Acid ……………………..12,8

9
Ash …………………………………..9,9 %
Calcium ……………………………25
Carbon Dioxide …………..54 ml/100 ml
Chloride …………………………155
Cholesterol ………………………80
Citric Acid ……………………….376
Creatine …………………………..20
Ergothioneine ………………..Trace
Fructose ………………………..224
Glutathione ………………………30
Glycerylphorylcholine ………54-90
Inositol ……………………………..50,57
Lactic Acid ………………………..35
Magnesium ……………………….14
Nitrogen, nonprotein(total) …913
Phosphorus,acid-soluble …….57
Inorganic ………………………….11
Lipid ………………………………….6
Total (lipid) ………………………112
Phosphorylcholine ………….250-380
Potassium …………………………89
Pyruvic Acid ………………………29
Sodium ……………………………281
Sorbitol ……………………………..10
Vitamin B 12 ……………….300-600 ppg
Sulfur …………………………3 % (of ash)
Urea …………………………………72
Uric Acid ……………………………..6

10
Zinc ………………………………….14
Copper ………………………0,006-0,024

III.Fertilisasi

Pembuahan adalah proses peleburan antara satu sel sperma dan satu sel ovum yang
sudah matang. Proses pembuahan ini terjadi di bagian saluran Fallopii yang paling
lebar. Sebelum terjadi poses pembuahan, terjadi beberapa proses sebagai berikut.
Ovum yang telah masuk akan keluar dari ovarium. Proses tersebut dinamakan
ovulasi. Ovum yang telah masak tersebutakan masuk ke saluran Fallopii. Jutaan
sperma harus berjalan dari vagina menuju uterus dan masuk ke saluran Fallopii.
Dalam perjalanan itu, kebanyakan sperma dihancurkan oleh mukus (lendir) asa di
dalam uterus dan saluran Fallopii. Di antara beberapa sel sperma yang bertahan
hidup, hanya satu yang masuk menembus membran ovum. Setelah terjadi
pembuahan, membran ovum segera mengeras untuk mencegah sel sperma lain
masuk.
Hasil pembuahan adalah zigot. Kemudian mengalami pertumbuhan dan
perkembangan sebagai berikut:
1. Zigot membelah menjadi 2 sel, 4 sel, dan seterusnya.
2. Dalam waktu bersamaan lapisan dinding dalam uterus menjadi tebal seperti
spons, penuh dengan pembuluh darah, dan siap menerima zigot.
3. Karena kontraksi oto dan gerak silia diding saluran Fallopii, zigot menuju ke
uterus dan menempel di dinding uterus untuk tumbuh dan berkembang.
4. Terbentuk plsenta dan tali pusat yang merupakan penghubung antara embrio
dan jaringan ibunya. Fungsi plasenta dan tali pusat adalah mengalirkan
oksigen dan zat-zat makanan dari ibu ke embrio, serta menglirkan sisa-sisa
metabolisme dari embrio ke peredana darah ibunya.

11
5. Embrio dikelilingi cairan amnion yang berfungsi melindungi embrio dari
bahaya benturan yang mungkin terjadi.
6. Embrio berusaha empat minggu sudah menunjukkan adanya pertumbuhan
mata, tangan, dan kaki.
7. Setelah berusia enam minggu, embrio sudah berukuran 1,5 cm. Otak, mata,
telinga, dan jantung sudah berkembang. Tangan dan kaki, serta jari-jarinya
mulai terbentuk.
8. Setelah berusia delapan minggu, embrio sudah tampak sebagai manusia
dengan organ-organ tubuh lengkap. Kaki, tangan, serta jari-jariny telah
berkembang. Mulai tahap ini sampai lhir, embrio disebut fetus (janin).
9. Setelah mencapai usia kehamilan kira-kira sembilan bulan sepuluh hari, bayi
siap dilahirkan.
Jika ovum yang sudah masak tidak dibuahi oleh sperma, jaringan penyusun dinding
rahim yang telah menebal dan mengandung banyak pembuluh darah akan rusak dan
luruh/runtuh. Bersama-sama dengan ovum yang tidak dibuahi, jaringan tersebut
dikeluarkan dari tubuh lewat vagina dalam proses yang disebut menstruasi (haid).

IV.Implantasi
Reproduksi manusia merupakan sebuah proses yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup spesies. Akan tetapi, proses ini relatif tidak efisien. Kesuburan
maksimal (kebolehjadian konsepsi selama satu bulan siklus menstruasi) hanya
mendekati 30 persen. Hanya 50 sampai 60 persen dari semua konsepsi yang berlanjut
sampai 20 pekan kehamilan. Dari jumlah kehamilan yang gugur, 75 persen
disebabkan oleh kegagalan implantasi sehingga tidak dikenali sebagai kehamilan
secara klinis. Implantasi yang gagal juga merupakan faktor kendala utama dalam
reproduksi terbantu. Pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme-mekanisme
molekuler yang mendasari implantasi dan plasentasi (pembentukan plasenta) bisa

12
meningkatkan kemampuan dokter untuk mengobati penyakit-penyakit yang terkait
dengan proses-proses ini, termasuk ketidaksuburan dan keguguran dini.

IMPLANTASI NORMAL
Awal Perkembangan Embrio
Sangat sedikit spesimen yang bisa menunjukkan pekan-pekan pertama perkembangan
embrio pada manusia. Pada beberapa kasus, informasi tentang sebuah tahapan
perkembangan tertentu diperoleh dari sebuah spesimen tunggal. Kejadian-kejadian
penting lainnya, seperti perlekatan awal blastosist ke epitelium uterin, belum pernah
diamati. Dengan demikian, banyak pemahaman kita tentang perkembangan awal
manusia yang disimpulkan dari penelitian-penelitian pada hewan. Karena interaksi-
interaksi seluler yang mencapai puncak implantasi dan plasentasi sangat bervariasi
diantara spesies hewan, maka relevansi informasi ini masih belum jelas. Meski
demikian, tahapan-tahapan tertentu yang telah diidentifikasi dalam implantasi dan
plasentasi pada hewan kemungkinan berlaku pada manusia. Review kali ini
menekankan tahapan-tahapan tersebut yang data-data tentang itu telah tersedia.

Pembuahan (fertilisasi) terjadi dalam tabung fallopian dalam waktu 24 hingga 48 jam
setela ovulasi. Tahapan awal perkembangan, mulai dari ovum yang terbuahi (zigot)
sampai menjadi massa yang terdiri dari 12 hingga 16 sel (morula), terjadi pada saat
embrio (yang tertutup dalam sebuah lapisan protektif non-adhesif yang disebut zona
pellucida) masuk ke dalam tabung fallopian. Morula memasuki kavitas uterin sekitar
dua sampai tiga hari setelah pembuahan (fertilisasi). Kenampakan sebuah kavitas
internal terisi-cairan dalam massa sel menandakan keadaan transisi dari morula ke
blastosit dan disertai oleh diferensiasi seluler: sel-sel permukaan menjadi trofoblast
(dan melahirkan struktur-struktur ekstraembrionik, termasuk plasenta), dan massa sel
internal menghasilkan embrio. Dalam 72 jam setelah memasuki kavitas uterin,

13
embrio menetas dari zona pellucida, sehingga lapisan terluarnya terbuka, yang terdiri
dari trofoblast syncytial (multinukleat).

Implantasi terjadi sekitar enam atau tujuh hari setelah konsepsi (fertilisasi). Sejauh
analog dengan kejadian-kejadian yang terjadi pada beberapa spesies hewan,
implantasi pada manusia kemungkinan mencakup tiga tahapan. Perlekatan awal
blastosist ke dinding uterin, yang disebut aposisi, tidak stabil. Mikrovili pada
permukaan apikal interdigitat syncytiotrofoblas dengan mikroprotrusi dari permukaan
apikal epitelium uterin, yang dikenal sebagai pinopoda (Gbr. 1). Aposisi, dan
selanjutnya implantasi, terjadi paling umum dalam dinding posterior atas (fundal) dari
uterus. Tahapan selanjutnya, adhesi stabil, ditandai dengan interaksi fisik yang
meningkat antara blastosist dan epitelium uterin. Beberapa saat kemudian, invasi
dimulai, dan syncytiotrofoblas menembus epitelium uterin. Selanjutnya, blastosist
terorientasikan dengan kutub embrioniknya menuju ke epitelium uterin.

Pada hari ke-10 setelah konsepsi, blastosit tertanam seluruhnya dalam jaringan
stromal uterus, epitelium uterin telah tumbuh kembali untuk menutupi tempat
implantasi, dan sitotrofoblas mononuklear mengalir keluar dari lapisan trofoblast.
Pada akhirnya, cytotrofoblast menduduki semua endometrium dan sepertiga bagian
dalam myometrium (sebuah proses yang dikenal sebagai invasi interstitial), serta
pembuluh darah uterin (invasi endovaskular). Proses selanjutnya, yang membentuk
sirkulasi uteroplasenta, menempatkan trofoblast sehingga bersentuhan langsung
dengan darah ibu.

Daya terima uterin dan aktivasi blastosist


Implantasi yang berhasil merupakan hasil akhir dari interaksi molekuler yang
kompleks antara uterus berdasar-hormon dan sebuah blastosist dewasa (Gbr. 1, 2, 3).
Kegagalan untuk memadukan proses-proses yang terlibat dalam interaksi ini
menyebabkan kegagalan implantasi.

14
Daya terima uterin didefinisikan sebagai keadaan dimana terjadinya periode
pematangan endometrial ketika blastosist bisa menjadi terimplantasi (tertanam).
Wanita yang terlibat dalam pemakaian teknik-teknik reproduksi terbantu untuk
mentransfer embrio ke dalam kavitas uterin memiliki 20 hingga 24 hari dari siklus
menstruasi 28 hari sebagai periode optimal untuk implantasi. Karakteristik
penerimaan uterin mencakup perubahan-perubahan histologis (endometrium memiliki
lebih banyak pembuluh dan edematous, kelenjar endometrial menunjukkan aktivitas
sekresi yang meningkat, dan pinopoda terbentuk pada permukaan luminal epitelium).
Walaupun perubahan-perubahan ini merupakan indikator yang baik untuk hasil akhir
kehamilan, namun mekanisme-mekanisme molekuler yang mendasarinya masih
sebagian besar belum diketahui.

Banyak sinyal yang memadukan perkembangan blastosist dan persiapan uterus (Tabel
1). Dari banyak aspek proses perpaduan, peranan hormon-hormon steroid telah
dipahami dengan baik. Implantasi memerlukan peningkatan sekresi estradiol-17β pra-
ovulasi, yang menstimulasi proliferasi dan diferensiasi sel-sel epitelium uterin.
Produksi progesteron yang terus menerus oleh corpus luteum menstimulasi
perkembangan dan diferensiasi sel-sel stroma. Efektor-efektor pada aksi steroid-
hormon mencakup hormon peptida, faktor-faktor pertumbuhan, dan sitokin-sitokin.
Beberapa faktor telah diidentifikasi sebagai penanda potensial untuk daya terima
endometrial. Kadar faktor penghambat leukemia pada epitelium luminal dan
glandular uterus meningkat dramatis pada fase midsekretory siklus menstruasi, dan
sekresi yang berkurang dari faktor ini terkait dengan kehilangan kehamilan rekuren.
Molekul-molekul lain yang kemungkinan terlibat dalam daya-terima endometrial
mencakup molekul-molekul adhesi dan protein-protein yang disebut mucin yang
memiliki kandungan gula tinggi dan menyebabkan peningkatan ekspresi reseptor-
reseptor oligosakarida pada permukaan sel-sel epitelium endometrial.

15
Blastosist secara aktif berpartisipasi dalam proses implantasi. Mekanisme-mekanisme
yang memungkinkan blastosist untuk memulai implantasi (sebuah proses yang
disebut aktivasi) mencakup katekolesterogen, sebuah kelas metabolit estrogen.
Medium dimana embrio pada tahapan pra-implantasi telah dibiakkan secara in vitro
mengandung banyak zat-zat yang aktif secara biologis, termasuk faktor penghambat
leukemia, TGF-α, faktor pertumbuhan asal trombosit, faktor pertumbuhan mirip
insulin II, faktor penstimulasi koloni I, interleukin-I, interlelukin-6, prostaglandin E2,
dan faktor pengaktivasi trombosit. Bukti pensinyalan antara blastosist dan uterus
didapatkan dari penelitian-penelitian pada mencit dimana implantasi tertunda akibat
manipulasi hormon-hormon ini. Selama penundaan tersebut, ekspresi gen-gen faktor
pertumbuhan epidermal yang terikat heparin endometrial tidak meningkat, bahkan
jika blastosist terletak setelah dinding uterin. Ketika estrogen diinjeksikan, proses
implantasi berlanjut, dengan aktivasi blastosist dan peningkatan ekspresi gen faktor
pertumbuhan epidermal pengikat heparin endometrial secara cepat pada tempat
aposisi blastosist.

Setelah siklus selesai, embrio pada atau di dekat tahapan implantasi mengekspresikan
reseptor-reseptor faktor pertumbuhan epidermal dan heparin sulfat proteoglikan,
keduanya berinteraksi dengan ligan-ligan yang mirip faktor pertumbuhan epidermal.
Penambahan faktor pertumbuhan epidermal pengikat-heparin ke dalam embrio yang
dibiakkan menstimulasi proliferasi dan kematangannya. Temuan-temuan ini
kemungkinan bisa diterapkan pada implantasi manusia, karena faktor pertumbuhan
epidermal pengikat heparin memiliki efek yang serupa terhadap embrio manusia (in
vitro).

Implantasi
Interaksi antara sebuah blastosist teraktivasi dan uterus yang reseptif (mampu
menerima) merupakan bagian dari sebuah proses kompleks yang mengarah pada
implantasi dan tahapan-tahapan awal perkembangan plasenta. Banyak dari

16
mekanisme regulatory yang telah diidentifikasi mengatur berbagai keadaan transisi
penting yang terlibat dalam proses ini. Sehingga, mengaitkan fungsi-fungsi
mekanisme ini dengan satu peristiwa tunggal dapat menimbulkan perbedaan yang
sebenarnya tidak ada pada kondisi sebenarnya. Faktor-faktor penghambat-leukemia,
misalnya, tampaknya penting untuk desidualisasi dan implantasi. Ini dihasilkan bukan
hanya sebelum implantasi sebagai respons terhadap estrogen pada kelenjar-kelenjar
uterin berdasar progesteron, tetapi juga pada saat implantasi oleh sel-sel stroma di
sekeliling blastosist aktif.

Implantasi memerlukan biosintesis prostaglandin. Siklooksigenase (COX), yang


merupakan enzim penghambat laju dalam konversi asam arachidonat menjadi
prostaglandin H2, terdapat dalam dua bentuk, yaitu: bentuk konstitusi (COX-1) dan
bentuk terinduksikan (COX-2). Dalam endometrium, produksi COX-1 berkurang
sebagai respon terhadap progesteron dan estradiol-17β, dan kandungan COX-1
endometrium berkurang perlahan dalam fase midluteal dari siklus menstruasi untuk
mengantisipasi implantasi. Berbeda dengan itu, produksi COX-2, yang tidak
dipengaruhi oleh hormon-hormon steroid, terbatas pada tempat implantasi dan
tergantung pada keberadaan blastosist yang siap berimplantasi. Lebih daripada itu,
interleukin-1, yang dideteksi dalam medium dimana embrio manusia telah
dikulturkan, menginduksi ekspresi gen-gen COX-2 dalam sel-sel stroma
endometrium yang dikulturkan. Prostaglandin I2 yang dihasilkan oleh aksi COX-2
merupakan sebuah ligan untuk reseptor δ teraktivasi-proliferator-peroksisom
(PPARδ). Interaksi ini kemungkinan sangat penting, karena janin mencit yang
kekurangan reseptor terkait (PPARγ) mati pada pertengahan periode kehamilan
karena plasentasi yang terganggu.

Ketika implantasi telah dimulai, sebuah interval adhesi stabil yang singkat diikuti
oleh periode yang jauh lebih lama selama mana trofoblas menduduki uterus (Gbr. 2).
Seperti sistem-sistem biologis lainnya dimana adhesi stabil diikuti dengan invasi,

17
ekstravasasi leukosit dan sel-sel tumor, perubahan produksi molekul adhesi dan
proteinase, juga terlibat. Invasi sitotrofoblast mengarah pada penurunan ekspresi
reseptor-reseptor adhesi yang merupakan karateristik dari sel-sel batang sitotrofoblast
dan peningkatan ekspresi adhesi yang merupakan karakteristik dari sel-sel vaskular.
Disamping membiarkan sitotrofoblast yang menempati pembuluh maternal untuk
menyamar sebagai sel-sel vaskular, reseptor-reseptor ini juga meningkatkan
kemampuan sel untuk menginvasi uterus.

Sitotrofoblast yang menginvasi juga meningkatkan produksi proteinasenya. Sebagai


contoh, mereka meningkatkan produksinya dan aktivasi matriks metaloproteinase-9,
yang berkontribusi bagi daya invasif sitotrofoblast in vitro. Peningkatan produksi
inhibitor jaringan metaloproteinase-3 yang simultan menjadi sebuah mekanisme
untuk membatasi invasi yang berperantara matriks metaloproteinase. Matriks
metaloproteinase dan inhibtor jaringan dari metaloproteinase pada desidual maternal
tampaknya memiliki peranan yang serupa dalam meregulasi invasi trofoblast.
Proteinase trofoblast lainnya yang bisa penting dalam invasi mencakup cathepsin B
dan L.

Mekanisme-mekanisme molekuler yang meregulasi diferensiasi dan invasi trofoblast


belum dipahami dengan baik. Ekspresi temporal dan spasial beberapa faktor
pertumbuhan dan sitokin dalam uterus (seperti faktor penghambat leukemia,
interleukin-1 dan reseptor-reseptornya, faktor pertumbuhan mirip insulin I dan II dan
protein-protein pengikatnya, faktor penstimulasi koloni 1, dan TGF-α dan -β (Tabel
1)) menunjukkan bahwa mereka memiliki peranan fungsional yang penting. Sebagai
contoh, interleukin-1 meningkatkan produksi matriks metaloproteinase-9 melalui
sitotrofoblast, dan konsentrasi interleukin-1 pada medium kultur berkorelasi dengan
keberhasilan reproduksi setelah fertilisasi in vitro. Faktor pertumbuhan endotelium
vaskular desidual kemungkinan mempromosikan angiogenesis dan permeabilitas
vaskular terlokalisasi, unsur-unsur lain dalam implantasi. Regulator psikologis juga

18
bisa penting. Sebagai contoh, tensi oksigen mempromosikan beberapa aspek
diferensiasi trofoblast, termasuk produksi integrin α1β1.

Bab III
Penutup

Kesimpulan
Investasi fisiologi yang terjadi pada wanita, termasuk semua organisme
betina dalam mencapai kehamilan, merupakan kejadian yang luar biasa
menakjubkan. Kehamilan terjadi bersamaan dengan ovulasi pada masa remaja
dini; dan setelah kelahiran, anovulasi dan amenorrhoe menetap selama laktasi,
dan menyusui dilanjutkan sampai dengan 2-3 tahun. Kemudian kehamilan

Ovum manusia sangat menit, dengan ukuran sekitar 0,2 mm. diameter, dan tertutup
dalam folikel telur dari indung telur; sebagai aturan masing-masing folikel
mengandung satu sel telur, tetapi kadang-kadang dua atau lebih yang hadir.

Sperma juga disebut juga spermatozoa adalah sel gamet dari laki-laki. Sel ini
mempunyai ukuran panjang keseluruhan 50 - 60 mikrometer, dimana terdiri dua
bagian yaitu bagian kepala dan ekor. Dimensi kepala dengan panjang 4 - 5
mikrometer, lebar 2.5 - 3.5 mikrometer, dengan rasio antara panjang dan lebar yaitu
1.50 - 1.75. Bagian kepala sperma ini mengandung inti sel, dimana didalamnya
terkandung materi genetik dari jantan/laki-laki dalam bentuk DNA, selain itu terdapat
pula berbagai macam protein yang mendukung fungsi atau kerja sel

Pembuahan adalah proses peleburan antara satu sel sperma dan satu sel ovum yang
sudah matang. Proses pembuahan ini terjadi di bagian saluran Fallopii yang paling

19
lebar. Sebelum terjadi poses pembuahan, terjadi beberapa proses sebagai berikut.
Ovum yang telah masuk akan keluar dari ovarium.

Reproduksi manusia merupakan sebuah proses yang sangat penting bagi


kelangsungan hidup spesies. Akan tetapi, proses ini relatif tidak efisien. Kesuburan
maksimal (kebolehjadian konsepsi selama satu bulan siklus menstruasi) hanya
mendekati 30 persen. Hanya 50 sampai 60 persen dari semua konsepsi yang berlanjut
sampai 20 pekan kehamilan.

20
Daftar pustaka

http://images.google.co.id/images?hl=id&q=BIOLOGY&gbv=2
http://images.google.co.id/images?gbv=2&hl=id&q=hormon
Kadaryanto et al. 2006.20. Biologi 2. Yudhistira, Jakarta
Saktiyono. 2004. 86-93, 96, 98.Sains : Biologi SMP 3. Esis-Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Tim IPA SMP/MTs. 2007.14. Ilmu Pengetahuan Alam 3. 15-18. Galaxy Puspa Mega,
Jakarta.
Tim Biologi SMU.1997. 320,339-344, 348,349, 354-359. Biologi 2. Galaxy Puspa
Mega. Jakarta.
Errol R. Norwitz, M.D., Ph.D., Danny J. Schust, M.D., and Susan J. Fisher, Ph.D.
2001
The New England Journal of Medicine, Vol. 354, No. 19. November 8, 2001.
dr. H. Muki Reksoprodjo / dr. Noroyono Wibowo, dr.Gondo S. Gozali / dr. Santoso
Gunardi

21
Makalah
Konsepsi
Ovum, Sperma, Fertilasi dan implansai

disusun oleh

Evi Noviani 10340044


Kismarwana 10340062

Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Kedokteran


Universitas Malahayati

22
Bandar lampung
2011
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk menambah pengetahuan kepada pembaca umumnya dan bagi Penulis
khususnya

Makalah ini berisi tentang “KonsepsiOvum, Sperma, Fertilasi dan implansai” yang
kami harapkan dapat memberikan informasi kepada para pembaca Penulis, menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan
Yang Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.

Penyusun

23
Daftar isi
Kata pengantar.........................................................................................ii
Daftar isi .................................................................................................ii
Bab I pendahuluan...................................................................................1
A.latar belakang......................................................................................1
B. tujuan..................................................................................................2
Bab II pembahasan..................................................................................3
I. Ovum.............................................................................................3
II. Sperma..........................................................................................8
III. Fertilasasi......................................................................................11
IV. Implantasi......................................................................................12
Bab III penutup........................................................................................19
Kesimpulan .............................................................................................19
Daftar pustaka ........................................................................................21

24
ii

You might also like