You are on page 1of 7

Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Sabtu/24

Oktober 2009
Pengantar Ilmu Tanah Dosen : - Ir. Kamir R. Brata,
Msc.
- Ir. Herman Wijaya, Msc.

Ciptadi Achmad Y.
A34080097
Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
Pengaruh Pupuk “Slow Release” Majemuk Padat terhadap
Pertumbuhan
dan Produksi Kelapa Sawit Muda pada Xanthic Hapludox
di Merangin, Jambi

I G.P. Wigena1, J. Purnomo1, E. Tuherkih1, dan A. Saleh2

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan


andalan yang pengembangannya sangat pesat. Kondisi ini perlu
didukung dengan pengelolaan yang tepat terutama aspek
pemupukannya agar produktivitasnya tetap optimal. Penelitian
lapangan untuk menguji pengaruh pupuk majemuk padat slow
release yang diformulasi dalam bentuk pupuk stick, terhadap
pertumbuhan dan produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit
muda pada tanah Xanthic Hapludox telah dilakukan dari tahun
2003-2005. Tujuh perlakuan pemupukan yaitu perlakuan petani
(A); anjuran (B); kontrol (C); 1 batang pupuk stick/pohon (D), 2
batang pupuk stick/pohon (E); 3 batang pupuk stick/pohon (F);
dan 2 batang pupuk stick + pupuk cair Fosfo N (G) dicoba dalam
penelitian ini. Semua perlakuan disusun berdasarkan rancangan
acak kelompok dan diulang sebanyak 3 kali. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pupuk majemuk padat slow release
berpengaruh nyata dalam memperbaiki pertumbuhan tanaman
dan meningkatkan produksi TBS kelapa sawit. Hasil terbaik
diperoleh pada perlakuan 3 batang pupuk stick/pohon (G)
dengan skor pertumbuhan 90,30% dan produksi TBS 31,43
kg/pohon. Hasil ini berbeda nyata terhadap semua perlakuan
lainnya kecuali perlakuan anjuran dengan skor pertumbuhan dan
produksi TBS masing-masing 87,30% dan 30,57 kg TBS/pohon.
Dibandingkan dengan perlakuan anjuran, pemberian pupuk
majemuk padat slow release dapat mengurangi jumlah
kebutuhan pupuk petani kelapa sawit karena efisiensi
pemupukan meningkat sekitar 50-60%. Berdasarkan dinamika
hara dan kebutuhan kelapa sawit akan hara, maka paket
rekomendasi pemupukan perlu diubah untuk menjaga
keseimbangan hara di dalam tanah. Perubahan tersebut berupa
peningkatan dosis pupuk sumber kalium karena diperlukan
paling banyak oleh tanaman. Selain itu, pupuk sumber sulfur
harus ditambahkan karena sulfur diperlukan dalam jumlah yang
banyak. Akan tetapi kemampuan tanah kering masam dalam
menyediakan sulfur sangat rendah sehingga terjadi pengurasan
sulfur tanah yang berujung pada ketidak seimbangan kadar
unsur hara tanah.
Petani Sayur Keluhkan Kelangkaan Pupuk ZA

Petani sayur di Kabupaten Magelang mengeluhkan


kelangkaan pupuk ZA. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya
keterlambatan pemupukan, yang akhirnya berdampak pada
penurunan produksi dan pertumbuhan tanaman yang kurang
optimal.
Ashari, petani di Desa Jogoyasan, mengatakan, sebenarnya
kelangkaan pupuk ZA ini sudah berlangsung sejak pertengahan
tahun lalu. Kalau toh tersedia di pengecer, harga yang
ditawarkan pun jauh melambung diatas harga eceran tertinggi
(HET). "Di sejumlah pengecer, harga yang ditawarkan bahkan
mencapai Rp 80.000 per zak atau Rp 1.600 per kilogram (kg),"
ujarnya, Jumat (15/5). HET ZA adalah Rp 1.050 per kg. Saat ini,
Ashari menanam tomat seluas 0,5 hektar dan kubis, dua hektar.
Idealnya, pemupukan dilakukan pada saat tanaman berumur 15
hari. Namun, karena tidak kunjung mendapatkan ZA, tanaman
miliknya sempat dibiarkan tanpa pemupukan hingga berusia 20
hari.
"Pada akhirnya, sayuran milik saya akhirnya cukup diberi pupuk
urea saja," ujarnya. Jika setiap hektar tanaman tersebut diberi
lima kuintal ZA, maka pada kondisi sekarang, Ashari terpaksa
memberikan lima kuintal pupuk urea.
Tidak terpenuhinya kebutuhan pupuk ZA, menurut Ashari,
menimbulkan hasil panen kurang maksimal. Jika biasa satu
hektar kubis menghasilkan 50 ton kubis, maka pada tahun lalu,
rata-rata panen hanya berkisar 20 hingga 25 ton per hektar.
Tamuri, petani di Desa Tejosari, mengatakan, dalam satu
kali musim tanam, setengah hektar lahan sayuran miliknya
memb utuhkan lima kuintal pupuk, yang terdiri dari 2,5 kuintal
pupuk urea, dan 2,5 kuintal pupuk ZA. Namun, dengan
kelangkaan ZA saat ini, dia terpaksa menggunakan lima kuintal
urea sekaligus. Padahal, menurut dia, upaya seperti ini
sebenarnya tidak baik untuk sayuran yang ditanamnya.
"Pada kondisi cuaca dengan intensitas hujan yang masih cukup
tinggi seperti sekarang, pemakaian urea hanya akan
meningkatkan keasaman tanah sehingga membuat tanaman
rentan terserang berbagai hama penyakit seperti busuk daun,"
ujarnya.
Tatik, salah satu pengecer pupuk di Kecamatan Pakis,
mengatakan, pada bulan Januari dan Februari, dirinya sama
sekali mendapatkan pasokan pupuk ZA. Selanjutnya, pada April
lalu, mendapatkan satu ton, dan baru kemarin, mendapatkan
tambahan tiga ton ZA. "Menurut keterangan dari distributor,
tersendatnya pengiriman ZA terjadi karena adanya
keterlambatan pengiriman dari pabrik," ujarnya.

Pupuk Gramafix® Buah - Fruits Compound Fertilizer


Specific

Pupuk Gramafix® Buah ( Fruits ) diformulasi khusus untuk


kebutuhan pemupukan tanaman buah-buahan seperti : durian,
mangga, manggis, pisang, nangka berdasar pada hasil analisa jaringan
dan daun kelompok tanaman tersebut. Gramafix ®Buah mengandung
kelengkapan unsur hara makro (NPK), makro sekunder (Mg,S,Ca) dan
mikro ( Zn,Fe, Cl, Mn, B, Bo, Mo ) serta disajikan dalam bentuk tablet
ukuran 10 gram. Dengan bentuk dan kandungan tersebut, pemupukan
tanaman buah akan menjadi efisien dan efektif. Kehilangan unsur
pupuk yang terjadi akibat pemberian bentuk prill di permukaan tanah
menjadi terhindarkan karena bentuk tablet dibenamkan kedalam tanah
sekitar 10-15 cm. Demikian pula pengaruhnya akan rasa buah dan
produktivitas menjadi signifikan dari peranan hara makro sekunder dan
mikro esensial.
Contoh, tanaman buah durian menghasilkan tahun ke -5 (TM 5)-
sebagaimana direkomendasikan dosis oleh Balai terkait Hortikultura
buahan adalah 166 kg Urea, 207 kg Sp36 dan 176 KCl/ Mop atau total
jumlah kg dosis 549 kg/Ha/th akan memiliki kandungan nutrisi efektif
setara 140 kg Gramafix® Buah /ha /thn. Pada populasi tanaman durian
per Ha sebanyak 100 pohon, maka dosis/ pohon/tahun sama dengan
1.400 gr/phn/ tahun ( 140 tablet @ 10 Gr/ tahun) atau 700 gr/6 bulan.
Aplikasi 700 gr/pohon/6 bulan dapat dibuat 4 atau 8 titik tugal /lubang,
Gramafix®Buah dengan cara dibenamkan masing-masing 15 sampai
18 butir (@ 10 gr) per lubang ( untuk penugalan 4 lobang/ pohon) atau
sebanyak 7 sampai 9 tablet bagi penugalan 8 lobang sesuai 8 penjuru
mata angin. Setelah pupuk dibenamkan, lubang ditutup kembali.
Dianjurkan pada saat pemupukan, sekitar tanaman bersih dari rumput
pengganggu (gulma).
Rendahnya dosis Gramafix® dibanding campuran pupuk
tunggal karena efisiensi bentuk tablet dan sifat lepas lambat hara
( slow release) menjamin tidak tercuci dan terkena penguapan
sebagaimana aplikasi pupuk tabur (prill) di permukaan. Dengan
demikian, besaran dosis ini dijamin memiliki kandungan unsur hara
efektif setara dengan 549 kg campuran pupuk tunggal (Urea, SP36 dan
KCl). Dengan cara sama, dosis Gramafix®Buah pada tanaman durian
akan memerlukan 20 Kg (Umur Th-1), 30 Kg (Umur TH-3), 60 Kg (Umur
TH-3), 120 Kg ( Umur TH-4), 140 kg ( TH-5), 220 kg ( Umur TH-6), 260
Kg (Umur TH-7), 300 Kg (Umur TH-8) dan 360 Kg ( Umur Th-9, dst).
Demikian halnya pada tanaman jeruk, Formula Gramafix®Buah akan
diperlukan tanaman jeruk Usia Tanam TH-1, TH-2, TH-3 dan TH-4
berturut-turut 40 Kg, 120 Kg, 200 Kg dan 360 Kg Gramafix®Buah
Kemasan plastik inner dan karton outer menjamin pengangkutan,
penyimpanan dan penanganan transportasi termasuk di pelabuhan
Gramafix®Kakao menjadi aman, murah dan mudah. Keseluruhan
pupuk majemuk dengan merk dagang Gramafix menggunakan
spesifikasi kemasan sebagai berikut : a) Kemasan dalam ( inner
packing ) : Plastik PE 0,8 – 1, kemasan kedap air dan udara, kapasitas
5 kg (gross weight) b) Kemasan luar ( outer packing) terbuat dari
karton D/W : a) Ukuran : ( 360 x 355 x 263 ) mm b) Jenis karton : K
200/150/K200 c) Kapasitas: 20 Kg. Dengan kemasan sebagaimana
spesifikasi tersebut menjamin pengangkutan, penyimpanan dan
penanganan transportasi antar daerah termasuk penanganan di
pelabuhan menjadi lebih aman, murah dan mudah.
Memperoleh Pupuk N Gratis dari Udara
Rafid Tisna Sanjaya

Pupuk nitrogen seperti Urea dan NPK melakukan hal yang krusial
dalam pertanian. Biaya produksinya mahal seiring kenaikan harga
bahan bakar fosil, dan oleh karena itu, pemerintah mensubsidi harga
pupuk N ini agar harganya lebih terjangkau oleh petani. Namun karena
banyak pupuk yang disubsidi berkurang produksinya (karena bahan
bakunya seperti gas alam malah dijual ke luar negeri) dan sering dijual
secara ilegal ke luar negeri (disana pupuk N dihargai mahal), maka
para petani mengalami kesulitan. Padahal, dulu jauh sebelum revolusi
hijau, para petani tidak menggunakan pupuk nitrogen anorganik
seperti urea dan NPK, namun pertanian mereka tetap berjalan.
Alasannya adalah mereka sanggup mencukupi kebutuhan nitrogen
tanamannya dengan sumber N organik seperti pupuk kandang. Di
samping itu, dengan adanya biological nitrogen fixation (fiksasi
nitrogen secara biologis) oleh mikroba, terdapat pasokan nitrogen
tambahan dari udara, dimana nitrogen yang dihasilkan sudah dalam
bentuk anorganik sehingga siap diserap tanaman.
Sebenarnya di udara sudah terdapat unsur nitrogen yang sangat
melimpah, mengingat komposisi nitrogen di udara adalah sekitar 78%.
Artinya, apabila bisa merubah nitrogen di udara menjadi senyawa yang
mudah diserap tanaman, maka pupuk nitrogen kimiawi tidak lagi
dibutuhkan. Untuk melakukan hal ini, digunakan mikroba-mikroba yang
dapat memfiksasi N2 di udara menjadi NH3. Sebenarnya mikroba yang
bisa memfiksasi N2 menjadi NH3 ada banyak, meliputi bakteri,
aktinomiset, lumut dan alga, namun yang kerap digunakan untuk
pertanian umumnya adalah bakteri yang dapat dipilah menjadi tiga
jenis, yaitu yang simbiotik erat, simbiotik asosiatif dan non simbiotik.
Bakteri pemfiksasi N2 yang bersimbiosis erat dengan tanaman,
hidup di dalam jaringan tanaman, diantaranya adalah Rhizobium.
Bakteri ini hidup di dalam akar dan membentuk bintil. Nutrisi bakteri ini
diperoleh dari akar, namun bakteri ini memasok fitohormon dan
nitrogen untuk tanaman inangnya. Umumnya Rhizobium digunakan
sebagai pupuk hayati pendukung pertanian kedelai. Yang bakteri
lainnya yang istimewa adalah Gluconanocetobacter Diazothrophicus
Sp. yang hidup di dalam jaringan tanaman tebu di Brazil. Lingkungan
hidupnya bukan hanya di tanah (perakaran) tapi di bagian tanaman
lainnya. Diperkirakan bakteri ini memiliki peran utama dalam
penyediaan 70% kebutuhan N tanaman tebu secara biologis. Dalam
kenyataannya, pertanian tebu di Brazil sangat hemat dalam
menggunakan pupuk nitrogen kimia sintetik.
Bakteri yang bersimbiotik asosiatif dengan tanaman, dan hidup
di daerah perakaran, diantaranya adalah Azospirillum. Bakteri ini kerap
digunakan sebagai pupuk hayati karena membantu pasokan N
terutama di lahan yang kurang cocok untuk aplikasi pupuk kimia,
pemicu pertumbuhan tanaman dengan produksi fitohormon (asam
indool asetat dan asam indool butirat), meningkatkan jumlah rambut
akar, meningkatkan luas permukaan akar, meningkatkan respirasi,
meningkatkan aktivitas enzim metabolisme di daerah perakaran
sehingga pada gilirannya meningkatkan penyerapan hara pada
tanaman dan memicu pertumbuhan. Azospirilum juga sering
dikategorikan nonsimbiotik bersama Azotobacter.

Mikroba Filosfir, Solusi Mahalnya Pupuk Nitrogen


Rafid Tisna Sanjaya

Tanaman dalam kenyataannya tidak hanya menyerap nutrisi


melalui akar melainkan melalui daun juga. Pupuk-pupuk daun pun
banyak tersedia secara komersial. Permukaan daun, yang disebut
filoplen memiliki daerah yang dihuni oleh mikroorganisme, yang sering
disebut dengan filosfir. Mikroorganisme yang tinggal di filosfir ternyata
ada yang diketahui menyumbang nutrisi pada tanaman inangnya, yaitu
mikroba-mikroba pemfiksasi nitrogen, yang mengubah nitrogen bebas
di udara menjadi amonia. Diantara mikroba itu ada pula yang selain
memfiksasi nitrogen, juga mampu menghasilkan zat pengatur tumbuh
atau fitohormon yang berguna pada tumbuhan. Contohnya adalah
Azotobacter (yang juga banyak terdapat di tanah). Telah banyak
dilakukan penelitian mengenai pemanfaatan mikroba filosfir ini, dan
hasilnya cukup memuaskan, sehingga dapat menghemat penggunaan
pupuk Urea atau NPK yang kerap digunakan untuk memasok nitrogen
pada tanaman.
Bermacam-macam bakteri dari genus Escherichia,
Brevibacerium, Bacillus, Diplococcus, Pseudomonas, Flexibacterium,
Rhizobium, Beijerinckia, Azotobacter, Xanthomonas dan Micrococcus
telah dipisahkan dari filosfir jagung, kacang buncis, tebu dan beberapa
di antaranya terbukti potensial sebagai pemfiksasi nitrogen. Dalam
tanaman Gandum, sejumlah bakteri yang diteliti aktivitas fiksasi
nitrogennya antara lain Achromobacter iophagus , Pseudomonas
atrofaciens , Cellulomonas galba, Pseuomonas seminum, Cellulomonas
cellasea. Mereka sanggup memfiksasi nitrogen dari 7.6 hingga 13.4 mg
N per gram sukrosa yang dimakan. Dalam tanaman kapri, bakteri-
bakteri pemfiksasi N2 yang diketahui berperan adalah Achromobacter
iophagus, Pseudomonas Calcis, Achromobacter xerosis, Cellulomonas
uda dan Bacillus licheniformis.
Namun bagi penulis masih ada sejumlah pertimbangan sebelum
menyemproti daun-daun dengan cairan nutrisi atau inokulum berisi
mikroba filosfir pemfiksasi N. Setidaknya ada hal yang harus
dipertimbangkan, yang akan dipaparkan sebagai berikut.
Pertimbangan yang pertama adalah kebanyakan hasil penelitian
menunjukkan keberhasilan pada skala rumah kaca atau skala kecil. Ini
belum tentu berhasil dalam skala besar, dimana kondisi lingkungannya
bisa jauh lebih kompleks. Namun andaikata kita menanam dalam
green house saya kira sah-sah saja menyemproti daun tanaman kita
dengan inokulum mikroba filosfir pemfiksasi N2.
Pertimbangan yang kedua adalah karena sebagian
mikroorganisme filosfir itu adalah patogen, dikhawatirkan
penyemprotan cairan nutrisi seperti sukrosa, atau cairan carrier
(pembawa) mikroba pemfiksasi N yang kita semprotkan akan
dimanfaatkan patogen untuk tumbuh lebih pesat. Karena itu menurut
penulis lebih aman bila selain disemprotkan cairan nutrisi atau
inokulum mikroba, disemprotkan mikroba anti patogen terlebih dahulu.
Atau mikroba anti patogen disemprotkan sebelum mikroba pemfiksasi
N disemprotkan, untuk memberi kesempatan mikroba pemfiksasi N
yang diinginkan tumbuh dan dengan cepat di filosfir. Sebab tentu
percuma apabila tanaman kita meningkat nutrisinya, namun ternyata
digerogoti mikroba patogen atau hama seperti kutu daun sehingga
tanaman kita rusak semua.
Pertimbangan yang ketiga adalah mengenai pemahaman akan
mikroorganisme di filosfir itu sendiri serta interaksi antar mereka dan
dengan tanaman inangnya. Pengetahuan manusia mengenai reaksi-
reaksi biokimia dalam filosfir masih sangat terbatas, seperti proses
dihasilkannya fitoaleksin. Fitoaleksin adalah senyawa penangkal, yang
kemungkinan dihasilkan oleh tumbuhan sebagai respon terhadap luka,
rangsang fisiologis, agen penyebab infeksi dan hasil-hasilnya.

You might also like