Professional Documents
Culture Documents
X9-34
Danau Toba
Malin Kundang
Pada suatu hari, ada sebuah keluarga nelayan di pesisir pantai wilayah Sumatera Barat.
Mereka dikaruniai seorang anak lelaki bernama Malin Kundang. Ayah Malin harus mencari
nafkah dan tidak pernah kembali ke kampung halamannya sehingga ibunya harus
menggantikan posisi ayah Malin untuk mencari nafkah.
Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan
memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batu
dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya dan
tidak bisa hilang.
Karena merasa kasihan dengan ibunya, Malin memutuskan untuk pergi merantau agar
dapat menjadi kaya raya setelah kembali ke kampung halaman kelak.
Awalnya Ibu Malin Kundang kurang setuju, mengingat suaminya juga tidak pernah
kembali setelah pergi merantau tetapi Malin tetap bersikeras sehingga akhirnya dia rela
melepas Malin dengan menumpang kapal seorang saudagar.
Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga
kepada ibu Malin Kundang. Ibu Malin merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah
berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin setiap hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya yang
mungkin pulang ke kampung halamannya.
Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran disertai anak
buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin yang melihat kedatangan kapal itu ke
dermaga melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau
yang sedang berdiri itu adalah anaknya, Malin Kundang beserta istrinya.
Ibu Malin pun menuju ke arah kapal. Setelah cukup dekat, ibunya melihat bekas luka
dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin
Kundang. Ia lalu memeluk anaknya sambil menangis dan menanyakan kabar. Tetapi melihat
wanita tua yang berpakaian lusuh dan kotor memeluknya, isrti Malin Kundang merasa jijik
dan meludahinya. “Mana mungkin Ia ini ibumu? Katamu kau adalah putra raja,” kata istri
Malin. Karena malu dan takut rahasianya terbongkar, Malin berpura-pura tidak kenal dengan
ibunya dan menendangnya. “Siapa kau wanita tua? Aku tidak pernah punya ibu sepertimu.
Ibuku sudah meninggal sejak aku kecil,”
Mendapat perlakukan seperti itu dari anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia
tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu
Malin menyumpahkan anaknya, "Oh Tuhan, tolong berikan pembalasan yang setmpal
padanya...".
Tidak berapa lama kemudian Malin Kundang kembali pergi berlayar dan di tengah
perjalanan datang badai dahsyat menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh
Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi
sebuah batu karang. Sampai saat ini Batu Malin Kundang masih dapat dilihat di sebuah
pantai bernama pantai Air Manis, di selatan kota Padang, Sumatera Barat.