You are on page 1of 17

BAB I

CANDI BOROBUDUR

Saat ini, Borobudur telah menjadi obyek wisata yang menarik banyak wisatawan baik lokal
maupun mancanegara. Selain itu, Candi Borobudur telah menjadi tempat suci bagi penganut
Buddha di Indonesia dan menjadi pusat perayaan tahunan paling penting penganut Buddha yaitu
Waisak.
Borobudur menjadi salah satu bukti kehebatan dan kecerdasan manusia yang pernah dibuat
di Indonesia. Borobudur menjadi obyek wisata dan budaya utama di Indonesia selain Bali dan

1
Jakarta. Setelah mengunjungi Borobudur, Anda bisa juga mengunjungi desa di sekitarnya seperti
Karanganyar yang memiliki beberapa obyek wisata menarik.

1. Borobudur

Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa
Tengah. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di
sebelah barat laut Yogyakarta. Candi ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana
sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Dalam etnis Tionghoa,
candi ini disebut juga 婆羅浮屠 (Hanyu Pinyin: pó luó fú tú) dalam bahasa Mandarin.

2. Nama Borobudur

Banyak teori yang berusaha menjelaskan nama candi ini. Salah satunya menyatakan bahwa
nama ini kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu artinya "gunung" (bhudara) di
mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras. Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya.
Misalkan kata borobudur berasal dari ucapan "para Buddha" yang karena pergeseran bunyi menjadi
borobudur. Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara" dan "beduhur". Kata
bara konon berasal dari kata vihara, sementara ada pula penjelasan lain di mana bara berasal dari
bahasa Sansekerta yang artinya kompleks candi atau biara dan beduhur artinya ialah "tinggi", atau
mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di atas". Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau
asrama yang berada di tanah tinggi.

Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya untuk mendapatkan gelar doktor pada 1950
berpendapat bahwa Borobudur adalah tempat pemujaan. Berdasarkan prasasti Karangtengah dan
Kahulunan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur adalah raja Mataram dari wangsa
Syailendra bernama Samaratungga, yang melakukan pembangunan sekitar tahun 824 M. Bangunan
raksasa itu baru dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani. Pembangunan
Borobudur diperkirakan memakan waktu setengah abad. Dalam prasasti Karangtengah pula
disebutkan mengenai penganugerahan tanah sima (tanah bebas pajak) oleh Çrī Kahulunan
[1]
(Pramudawardhani) untuk memelihara Kamūlān yang disebut Bhūmisambhāra. Istilah Kamūlān
2
sendiri berasal dari kata mula yang berarti tempat asal muasal, bangunan suci untuk memuliakan
leluhur, kemungkinan leluhur dari wangsa Sailendra. Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi
Sambhāra Bhudhāra dalam bahasa sansekerta yang berarti "Bukit himpunan kebajikan sepuluh
tingkatan boddhisattwa", adalah nama asli Borobudur.

3. Struktur Borobudur

Borobudur dilihat dari pelataran sudut barat laut

Denah Borobudur membentuk Mandala, lambang alam semesta dalam kosmologi Buddha.

Candi Borobudur memiliki struktur dasar punden berundak, dengan enam pelataran
berbentuk bujur sangkar, tiga pelataran berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama
sebagai puncaknya. Selain itu tersebar di semua pelatarannya beberapa stupa.

Sepuluh pelataran yang dimiliki Borobudur menggambarkan secara jelas filsafat mazhab
Mahayana. Bagaikan sebuah kitab, Borobudur menggambarkan sepuluh tingkatan Bodhisattva
yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha.

Bagian kaki Borobudur melambangkan Kamadhatu, yaitu dunia yang masih dikuasai oleh
kama atau "nafsu rendah". Bagian ini sebagian besar tertutup oleh tumpukan batu yang diduga

3
dibuat untuk memperkuat konstruksi candi. Pada bagian yang tertutup struktur tambahan ini
terdapat 120 panel cerita Kammawibhangga. Sebagian kecil struktur tambahan itu disisihkan
sehingga orang masih dapat melihat relief pada bagian ini.

Empat lantai dengan dinding berelief di atasnya oleh para ahli dinamakan Rupadhatu.
Lantainya berbentuk persegi. Rupadhatu adalah dunia yang sudah dapat membebaskan diri dari
nafsu, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk. Tingkatan ini melambangkan alam antara yakni,
antara alam bawah dan alam atas. Pada bagian Rupadhatu ini patung-patung Buddha terdapat pada
ceruk-ceruk dinding di atas ballustrade atau selasar.

Mulai lantai kelima hingga ketujuh dindingnya tidak berelief. Tingkatan ini dinamakan
Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud). Denah lantai berbentuk lingkaran.
Tingkatan ini melambangkan alam atas, di mana manusia sudah bebas dari segala keinginan dan
ikatan bentuk dan rupa, namun belum mencapai nirwana. Patung-patung Buddha ditempatkan di
dalam stupa yang ditutup berlubang-lubang seperti dalam kurungan. Dari luar patung-patung itu
masih tampak samar-samar.

Tingkatan tertinggi yang menggambarkan ketiadaan wujud dilambangkan berupa stupa


yang terbesar dan tertinggi. Stupa digambarkan polos tanpa lubang-lubang. Di dalam stupa terbesar
ini pernah ditemukan patung Buddha yang tidak sempurna atau disebut juga unfinished Buddha,
yang disalahsangkakan sebagai patung Adibuddha, padahal melalui penelitian lebih lanjut tidak
pernah ada patung pada stupa utama, patung yang tidak selesai itu merupakan kesalahan
pemahatnya pada zaman dahulu. menurut kepercayaan patung yang salah dalam proses
pembuatannya memang tidak boleh dirusak. Penggalian arkeologi yang dilakukan di halaman candi
ini menemukan banyak patung seperti ini.

Di masa lalu, beberapa patung Buddha bersama dengan 30 batu dengan relief, dua patung
singa, beberapa batu berbentuk kala, tangga dan gerbang dikirimkan kepada Raja Thailand,
Chulalongkorn yang mengunjungi Hindia Belanda (kini Indonesia) pada tahun 1896 sebagai hadiah
dari pemerintah Hindia Belanda ketika itu.

Borobudur tidak memiliki ruang-ruang pemujaan seperti candi-candi lain. Yang ada ialah
lorong-lorong panjang yang merupakan jalan sempit. Lorong-lorong dibatasi dinding mengelilingi
candi tingkat demi tingkat. Di lorong-lorong inilah umat Buddha diperkirakan melakukan upacara
berjalan kaki mengelilingi candi ke arah kanan. Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur

4
bertingkat-tingkat ini diduga merupakan perkembangan dari bentuk punden berundak, yang
merupakan bentuk arsitektur asli dari masa prasejarah Indonesia.

Struktur Borobudur bila dilihat dari atas membentuk struktur Mandala.

Struktur Borobudur tidak memakai semen sama sekali, melainkan sistem interlock yaitu seperti
balok-balok Lego yang bisa menempel tanpa lem.

4. Relief

Tangga Borobudur mendaki melalui serangkaian gapura berukir Kala-Makara

Di setiap tingkatan dipahat relief-relief pada dinding candi. Relief-relief ini dibaca sesuai
arah jarum jam atau disebut mapradaksina dalam bahasa Jawa Kuna yang berasal dari bahasa

5
Sansekerta daksina yang artinya ialah timur. Relief-relief ini bermacam-macam isi ceritanya, antara
lain relief-relief cerita jātaka.

Pembacaan cerita-cerita relief ini senantiasa dimulai, dan berakhir pada pintu gerbang sisi
timur di setiap tingkatnya, mulainya di sebelah kiri dan berakhir di sebelah kanan pintu gerbang itu.
Maka secara nyata bahwa sebelah timur adalah tangga naik yang sesungguhnya (utama) dan
menuju puncak candi, artinya bahwa candi menghadap ke timur meskipun sisi-sisi lainnya serupa
benar.

Adapun susunan dan pembagian relief cerita pada dinding dan pagar langkan candi adalah sebagai
berikut.

Bagan Relief

Tingkat Posisi/letak Cerita Relief Jumlah Pigura

Kaki candi asli - ----- Karmawibhangga 160 pigura

Tingkat I - dinding a. Lalitawistara 120 pigura

------- - ----- b. jataka/awadana 120 pigura

------- - langkan a. jataka/awadana 372 pigura

------- - ----- b. jataka/awadana 128 pigura

Tingkat II - dinding Gandawyuha 128 pigura

-------- - langkan jataka/awadana 100 pigura

Tingkat III - dinding Gandawyuha 88 pigura

-------- - langkan Gandawyuha 88 pigura

Tingkat IV - dinding Gandawyuha 84 pigura

-------- - langkan Gandawyuha 72 pigura

-------- Jumlah -------- 1460 pigura

Secara runtutan, maka cerita pada relief candi secara singkat bermakna sebagai berikut :

6
Karmawibhangga

Salah satu ukiran Karmawibhangga di dinding candi Borobudur (lantai 0 sudut tenggara)

Sesuai dengan makna simbolis pada kaki candi, relief yang menghiasi dinding batur yang
terselubung tersebut menggambarkan hukum karma. Deretan relief tersebut bukan merupakan
cerita seri (serial), tetapi pada setiap pigura menggambarkan suatu cerita yang mempunyai korelasi
sebab akibat. Relief tersebut tidak saja memberi gambaran terhadap perbuatan tercela manusia
disertai dengan hukuman yang akan diperolehnya, tetapi juga perbuatan baik manusia dan pahala.
Secara keseluruhan merupakan penggambaran kehidupan manusia dalam lingkaran lahir - hidup -
mati (samsara) yang tidak pernah berakhir, dan oleh agama Buddha rantai tersebutlah yang akan
diakhiri untuk menuju kesempurnaan.

Lalitawistara

Merupakan penggambaran riwayat Sang Buddha dalam deretan relief-relief (tetapi bukan
merupakan riwayat yang lengkap ) yang dimulai dari turunnya Sang Buddha dari sorga Tusita, dan
berakhir dengan wejangan pertama di Taman Rusa dekat kota Banaras. Relief ini berderet dari
tangga pada sisi sebelah selatan, setelah melampui deretan relief sebanyak 27 pigura yang dimulai
dari tangga sisi timur. Ke-27 pigura tersebut menggambarkan kesibukan, baik di sorga maupun di
dunia, sebagai persiapan untuk menyambut hadirnya penjelmaan terakhir Sang Bodhisattwa selaku
calon Buddha. Relief tersebut menggambarkan lahirnya Sang Buddha di arcapada ini sebagai
Pangeran Siddhartha, putra Raja Suddhodana dan Permaisuri Maya dari Negeri Kapilawastu. Relief
tersebut berjumlah 120 pigura, yang berakhir dengan wejangan pertama, yang secara simbolis
dinyatakan sebagai Pemutaran Roda Dharma, ajaran Sang Buddha di sebut dharma yang juga
berarti "hukum", sedangkan dharma dilambangkan sebagai roda.

Jataka dan Awadana


7
Jataka adalah cerita tentang Sang Buddha sebelum dilahirkan sebagai Pangeran Siddharta.
Isinya merupakan pokok penonjolan perbuatan baik, yang membedakan Sang Bodhisattwa dari
makhluk lain manapun juga. Sesungguhnya, pengumpulan jasa/perbuatan baik merupakan tahapan
persiapan dalam usaha menuju ketingkat ke-Buddha-an.

Sedangkan Awadana, pada dasarnya hampir sama dengan Jataka akan tetapi pelakunya
bukan Sang Bodhisattwa, melainkan orang lain dan ceritanya dihimpun dalam kitab Diwyawadana
yang berarti perbuatan mulia kedewaan, dan kitab Awadanasataka atau seratus cerita Awadana.
Pada relief candi Borobudur jataka dan awadana, diperlakukan sama, artinya keduanya terdapat
dalam deretan yang sama tanpa dibedakan. Himpunan yang paling terkenal dari kehidupan Sang
Bodhisattwa adalah Jatakamala atau untaian cerita Jataka, karya penyair Aryasura dan jang hidup
dalam abad ke-4 Masehi.

Gandawyuha

Merupakan deretan relief menghiasi dinding lorong ke-2,adalah cerita Sudhana yang
berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya mencari Pengetahuan Tertinggi tentang Kebenaran
Sejati oleh Sudhana. Penggambarannya dalam 460 pigura didasarkan pada kitab suci Buddha
Mahayana yang berjudul Gandawyuha, dan untuk bagian penutupnya berdasarkan cerita kitab
lainnya yaitu Bhadracari.

5. Arca Buddha

Sebuah arca Buddha di dalam stupa berterawang

Selain wujud buddha dalam kosmologi buddhis yang terukir di dinding, di Borobudur
terdapat banyak arca buddha duduk bersila dalam posisi lotus serta menampilkan mudra atau sikap
tangan simbolis tertentu.

8
Patung buddha dalam relung-relung di tingkat Rupadhatu, diatur berdasarkan barisan di sisi
luar pagar langkan. Jumlahnya semakin berkurang pada sisi atasnya. Barisan pagar langkan
pertama terdiri dari 104 relung, baris kedua 104 relung, baris ketiga 88 relung , baris keempat 72
relung, dan baris kelima 64 relung. Jumlah total terdapat 432 arca Buddha di tingkat Rupadhatu.[3]
Pada bagian Arupadhatu (tiga pelataran melingkar), arca Buddha diletakkan di dalam stupa-stupa
berterawang (berlubang). Pada pelataran melingkar pertama terdapat 32 stupa, pelataran kedua 24
stupa, dan pelataran ketiga terdapat 16 stupa, semuanya total 72 stupa. [3] Dari jumlah asli sebanyak
504 arca Buddha, lebih dari 300 telah rusak (kebanyakan tanpa kepala) dan 43 hilang (sejak
penemuan monumen ini, kepala buddha sering dicuri sebagai barang koleksi, kebanyakan oleh
museum luar negeri).[4]

Secara sepintas semua arca buddha ini terlihat serupa, akan tetapi terdapat perbedaan halus
diantaranya, yaitu pada mudra atau posisi sikap tangan. Terdapat lima golongan mudra: Utara,
Timur, Selatan, Barat, dan Tengah, kesemuanya berdasarkan lima arah utama kompas menurut
ajaran Mahayana. Keempat pagar langkan memiliki empat mudra: Utara, Timur, Selatan, dan
Barat, dimana masing-masing arca buddha yang menghadap arah tersebut menampilkan mudra
yang khas. Arca Buddha pada pagar langkan kelima dan arca buddha di dalam 72 stupa
berterawang di pelataran atas menampilkan mudra: Tengah atau Pusat. Masing-masing mudra
melambangkan lima Dhyani Buddha; masing-masing dengan makna simbolisnya tersendiri.[5]

Mengikuti urutan Pradakshina yaitu gerakan mengelilingi searah jarum jam dimulai dari
sisi Timur, maka mudra arca-arca buddha di Borobudur adalah:

Arah
Dhyani
Arca Mudra Melambangkan Mata Lokasi Arca
Buddha
Angin

Relung di
pagar
Bhumisparsa Memanggil bumi langkan 4
Aksobhya Timur
mudra sebagai saksi baris pertama
Rupadhatu
sisi timur

9
Relung di
pagar
langkan 4
Wara mudra Kedermawanan Ratnasambhawa Selatan
baris pertama
Rupadhatu
sisi selatan
Relung di
pagar
Semadi atau langkan 4
Dhyana mudra Amitabha Barat
meditasi baris pertama
Rupadhatu
sisi barat
Relung di
pagar
langkan 4
Abhaya mudra Ketidakgentaran Amoghasiddhi Utara
baris pertama
Rupadhatu
sisi utara
Relung di
pagar
langkan baris
Witarka mudra Akal budi Wairocana Tengah kelima
(teratas)
Rupadhatu
semua sisi

Di dalam 72
stupa di 3
Dharmachakra Pemutaran roda
Wairocana Tengah teras
mudra dharma
melingkar
Arupadhatu

6. Tahapan pembangunan Borobudur

 Tahap pertama
10
Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui pasti (diperkirakan antara 750 dan 850 M). Pada
awalnya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak. tetapi
kemudian diubah. Sebagai bukti ada tata susun yang dibongkar.

 Tahap kedua

Pondasi Borobudur diperlebar, ditambah dengan dua undak persegi dan satu undak lingkaran yang
langsung diberikan stupa induk besar.

 Tahap ketiga

Undak atas lingkaran dengan stupa induk besar dibongkar dan dihilangkan dan diganti tiga undak
lingkaran. Stupa-stupa dibangun pada puncak undak-undak ini dengan satu stupa besar di
tengahnya.

 Tahap keempat

Ada perubahan kecil seperti pembuatan relief perubahan tangga dan lengkung atas pintu.

7. Ikhtisar waktu proses pemugaran Candi Borobudur

Foto pertama Borobudur dari tahun 1873. Bendera Belanda tampak pada stupa utama candi.

Teras tertinggi setelah restorasi Van Erp. Stupa utama memiliki menara dengan chattra (payung)
susun tiga.

 1814 - Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Britania Raya di Jawa, mendengar
adanya penemuan benda purbakala di desa Borobudur. Raffles memerintahkan H.C.
Cornelius untuk menyelidiki lokasi penemuan, berupa bukit yang dipenuhi semak belukar.

11
 1873 - monografi pertama tentang candi diterbitkan.

 1900 - pemerintahan Hindia Belanda menetapkan sebuah panitia pemugaran dan perawatan
candi Borobudur.

 1907 - Theodoor van Erp memimpin pemugaran hingga tahun 1911.

 1926 - Borobudur dipugar kembali, tapi terhenti pada tahun 1940 akibat krisis malaise dan
Perang Dunia II.

 1956 - Pemerintah Indonesia meminta bantuan UNESCO. Prof. Dr. C. Coremans datang ke
Indonesia dari Belgia untuk meneliti sebab-sebab kerusakan Borobudur.

 1963 - Pemerintah Indonesia mengeluarkan surat keputusan untuk memugar Borobudur,


tapi berantakan setelah terjadi peristiwa G-30-S.

 1968 - Pada konferensi-15 di Perancis, UNESCO setuju untuk memberi bantuan untuk
menyelamatkan Borobudur.

 1971 - Pemerintah Indonesia membentuk badan pemugaran Borobudur yang diketuai


Prof.Ir.Roosseno.

Batu peringatan pemugaran candi Borobudur dengan bantuan UNESCO

 1972 - International Consultative Committee dibentuk dengan melibatkan berbagai negara


dan Roosseno sebagai ketuanya. Komite yang disponsori UNESCO menyediakan 5 juta
dolar Amerika Serikat dari biaya pemugaran 7.750 juta dolar Amerika Serikat. Sisanya
ditanggung Indonesia.

 10 Agustus 1973 - Presiden Soeharto meresmikan dimulainya pemugaran Borobudur;


pemugaran selesai pada tahun 1984

12
 21 Januari 1985 - terjadi serangan bom yang merusakkan beberapa stupa pada Candi
Borobudur yang kemudian segera diperbaiki kembali. Serangan dilakukan oleh kelompok
Islam ekstremis yang dipimpin oleh Husein Ali Al Habsyi.

 1991 - Borobudur ditetapkan sebagai Warisan Dunia UNESCO.

8. Sejarah Candi Borobudur

Laporan tentang adanya penemuan Candi Borobudur tercatat pada tahun 1814 ketika sir
Thomas Stanford Raffles, Gubernur Jenderal Inggris yang menjadi wali Negara Indonesia
mengadakan kunjungan ke Semarang. Raffles mendapatkan informasi bahwa di daerah kedu telah
ditemukan susunan batu bergambar. Raffles mengutus Cornelius seorang Belanda untuk
mengadakan penelitian. Pekerjaan tersebut dilanjutkan oleh Residen Kedu bernama Hartman pada
tahun 1835
.
Pendokumentasian bangunan dan relief berupa gambar dilakukan oleh Wilsen selama 4
tahun sejak tahun 1849. Sedangkan pendokumentasian berupa dokumen foto dilakukan oleh Van
Kinsbergen tahun1873.

Menurut sejarah Candi Borobudur yang mempunyai 1.460 relie, dibangun oleh Raja
Smaratungga salah satu raja kerajaan Mataram kuna dari dinasti Syailendra pada abad VIII. Dalam
prasasti Sri Kahulunan (842 M) candi Borobudur dibangun untuk memuliakan agama Budha
Mahayana.

Ada beberapa pendapat mengenai penamaan Candi Borobudur. Casparis mengutip dari
prasasti Sri Kahulunan 842 M sang kamulan i bhumisambharabudara yang berarti bangunan suci
yang melambangkan kumpulan kebaikan Bodhisattva. Sedangkan Poerbatjaraka dalam bukunya

13
menyatakan Borobudur adalah Biara di Budur (Budur = nama tempat/desa). Soekmono dan
Stuterheim berpendapat bahwa Borobudur adalah biara di atas bukit.

Menurut legenda Candi Borobudur dibangun oleh seorang arsitek bernama Gunadharma,
namun kebenaran berita tersebut secara hirtoris belum diketahui secara pasti.

14
BAB II
KESIMPULAN
Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa
Tengah. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di
sebelah barat laut Yogyakarta. Candi ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana
sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Dalam etnis Tionghoa,
candi ini disebut juga 婆羅浮屠 (Hanyu Pinyin: pó luó fú tú) dalam bahasa Mandarin.

Saat ini, Borobudur telah menjadi obyek wisata yang menarik banyak wisatawan baik lokal
maupun mancanegara. Selain itu, Candi Borobudur telah menjadi tempat suci bagi penganut
Buddha di Indonesia dan menjadi pusat perayaan tahunan paling penting penganut Buddha yaitu
Waisak.
Borobudur menjadi salah satu bukti kehebatan dan kecerdasan manusia yang pernah dibuat
di Indonesia. Borobudur menjadi obyek wisata dan budaya utama di Indonesia selain Bali dan
Jakarta. Setelah mengunjungi Borobudur, Anda bisa juga mengunjungi desa di sekitarnya seperti
Karanganyar yang memiliki beberapa obyek wisata menarik.

15
BAB III
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah
ini. 

Penulis banyak berharap para pembaca bersedia memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di
kesempatan - kesempatan berikutnya.

Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada
umumnya.

16

You might also like