You are on page 1of 10

TUGAS KELOMPOK

KEWARGANEGARAAN
SISTEM PEMERINTAHAN INGGRIS

KELOMPOK 4
XII IPA 1
Fachmi Fachriyandana
Feby Kurniya
Ferdinand Melyanus Nagal
Muh. Agus Priyetno
Mukhlisah Yunus
Muthaharah Yunus
Putri Atika
Sanches Nurcahya
Trie Hermawan Putranto

SMA (SEKOLAH MENENGAH ATAS) NEGERI 3


MAKASSAR
SISTEM PARLEMENTER

Sistem parlementer adalah sebuah sistem pemerintahan di mana parlemen


memiliki peranan penting dalam pemerintahan. Dalam hal ini parlemen memiliki
wewenang dalam mengangkat perdana menteri dan parlemen pun dapat menjatuhkan
pemerintahan, yaitu dengan cara mengeluarkan semacam mosi tidak percaya. Berbeda
dengan sistem presidensiil, di mana sistem parlemen dapat memiliki seorang presiden
dan seorang perdana menteri, yang berwenang terhadap jalannya pemerintahan. Dalam
presidensiil, presiden berwenang terhadap jalannya pemerintahan, namun dalam sistem
parlementer presiden hanya menjadi simbol kepala negara saja.
Sistem parlementer dibedakan oleh cabang eksekutif pemerintah tergantung
dari dukungan secara langsung atau tidak langsung cabang legislatif, atau parlemen,
sering dikemukakan melalui sebuah veto keyakinan. Oleh karena itu, tidak ada
pemisahan kekuasaan yang jelas antara cabang eksekutif dan cabang legislatif, menuju
kritikan dari beberapa yang merasa kurangnya pemeriksaan dan keseimbangan yang
ditemukan dalam sebuah republik kepresidenan.
Sistem parlemen dipuji, dibanding dengan sistem presidensiil, karena
kefleksibilitasannya dan tanggapannya kepada publik. Kekurangannya adalah dia sering
mengarah ke pemerintahan yang kurang stabil, seperti dalam Republik Weimar Jerman
dan Republik Keempat Perancis. Sistem parlemen biasanya memiliki pembedaan yang
jelas antara kepala pemerintahan dan kepala negara, dengan kepala pemerintahan
adalah perdana menteri, dan kepala negara ditunjuk sebagai dengan kekuasaan sedikit
atau seremonial. Namun beberapa sistem parlemen juga memiliki seorang presiden
terpilih dengan banyak kuasa sebagai kepala negara, memberikan keseimbangan dalam
sistem ini.
Kedua negara tersebut disebut sebagai tipe ideal karena menerapkan ciri-ciri
yang dijalankannya. Inggris adalah negara pertama yang menjalankan model
pemerintahan parlementer. Amerika Serikat juga sebagai pelopor dalam sistem
pemerintahan presidensial. Kedua negara tersebut sampai sekarang tetap konsisten
dalam menjalankan prinsip-prinsip dari sistem pemerintahannya. Dari dua negara
tersebut, kemudian sistem pemerintahan diadopsi oleh negara-negara lain dibelahan
dunia.
Klasifikasi sistem pemerintahan presidensial dan parlementer didasarkan pada
hubungan antara kekuasaan eksekutif dan legislatif. Sistem pemerintahan disebut
parlementer apabila badan eksekutif sebagai pelaksana kekuasaan eksekutif mendapat
pengawasan langsung dari badan legislatif. Sistem pemerintahan disebut presidensial
apabila badan eksekutif berada di luar pengawasan langsung badan legislatif.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini ciri-ciri, kelebihan serta kekurangan dari sistem
pemerintahan parlementer.

Ciri-ciri dari sistem pemerintahan parlementer adalah sebagai berikut :


1. Badan legislatif atau parlemen adalah satu-satunya badan yang anggotanya
dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum. Parlemen memiliki
kekuasaan besar sebagai badan perwakilan dan lembaga legislatif.
2. Anggota parlemen terdiri atas orang-orang dari partai politik yang
memenangkan pemiihan umum. Partai politik yang menang dalam pemilihan
umum memiliki peluang besar menjadi mayoritas dan memiliki kekuasaan besar
di parlemen.
3. Pemerintah atau kabinet terdiri dari atas para menteri dan perdana menteri
sebagai pemimpin kabinet. Perdana menteri dipilih oleh parlemen untuk
melaksakan kekuasaan eksekutif. Dalam sistem ini, kekuasaan eksekutif berada
pada perdana menteri sebagai kepala pemerintahan. Anggota kabinet umumnya
berasal dari parlemen.
4. Kabinet bertanggung jawab kepada parlemen dan dapat bertahan sepanjang
mendapat dukungan mayoritas anggota parlemen. Hal ini berarti bahwa
sewaktu-waktu parlemen dapat menjatuhkan kabinet jika mayoritas anggota
parlemen menyampaikan mosi tidak percaya kepada kabinet.
5. Kepala negara tidak sekaligus sebagai kepala pemerintahan. Kepala
pemerintahan adalah perdana menteri, sedangkan kepala negara adalah
presiden dalam negara republik atau raja/sultan dalam negara monarki. Kepala
negara tidak memiliki kekuasaan pemerintahan. Ia hanya berperan sebgai
symbol kedaulatan dan keutuhan negara.
6. Sebagai imbangan parlemen dapat menjatuhkan kabinet maka presiden atau
raja atas saran dari perdana menteri dapat membubarkan parlemen.
Selanjutnya, diadakan pemilihan umum lagi untuk membentukan parlemen
baru.

Kelebihan Sistem Pemerintahan Parlementer :


 Pembuat kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi
penyesuaian pendapat antara eksekutif dan legislatif. Hal ini karena kekuasaan
eksekutif dan legislatif berada pada satu partai atau koalisi partai.
 Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan public jelas.
 Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga kabinet
menjadi barhati-hati dalam menjalankan pemerintahan.

Kekurangan Sistem Pemerintahan Parlementer :


 Kedudukan badan eksekutif/kabinet sangat tergantung pada mayoritas dukungan
parlemen sehingga sewaktu-waktu kabinet dapat dijatuhkan oleh parlemen.
 Kelangsungan kedudukan badan eksekutif atau kabinet tidak bias ditentukan
berakhir sesuai dengan masa jabatannya karena sewaktu-waktu kabinet dapat
bubar.
 Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal itu terjadi apabila para anggota
kabinet adalah anggota parlemen dan berasal dari partai meyoritas. Karena
pengaruh mereka yang besar diparlemen dan partai, anggota kabinet dapat
mengusai parlemen.
 Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif. Pengalaman
mereka menjadi anggota parlemen dimanfaatkan dan manjadi bekal penting
untuk menjadi menteri atau jabatan eksekutif lainnya.
SISTEM PEMERINTAHAN INGGRIS

Inggris adalah Negara kesatuan (Unitary State) dengan sebutan United Kingdom yang
terdiri atas England, Scotland, Wales, dan Irlandia Utara. Inggris berbentuk kerajaan
(Monarki). Inggris dikenal sebagai induk parlementaria (The Mother of Parliaments) dan
pelopor dari sistem parlementer. Inggrislah yang pertama kali menciptakan suatu
parlemen yang workable. Artinya, suatu parlemen yang dipilih oleh rakyat melalui
pemilihan umum yang mampu bekerja memecahkan masalah sosial ekonomi
kemasyarakatan. Melalui pemilihan yang demokratis dan prosedur parlementaria,
inggris dapat mengatasi masalah sosial sehingga menciptakan kesejahteraan Negara
(welfare state). Sistem pemerintahannya didasarkan pada konstitusi yang tidak tertulis.
Konstitusi Inggris tidak terkodifikasi dalam satu naskah tertulis, tetapi tersebar dalam
berbagai peraturan, hukum, dan konvensi. Istana Westminster, "Ibu semua parlemen."

Inggris menerapkan sistem pemerintahan parlementer dengan bentuk


pemerintahan monarki konstitusional. Monarki konstitusional berarti Negara ini
dikepalai oleh seorang raja/ratu yang kekuasaannya dibatasi oleh undang-undang dasar
konstitusi.

Oleh karena Inggris berbentuk kerajaan, sistem pemerintahannya adalah


monarki parlementer. Monarki parlementer adalah sistem pemerintahan dalam suatu
Negara yang dikepalai oleh seorang raja atau ratu dan parlemen (DPR) sebagai
pemegang kekuasaan pemerintahan tertinggi. Dengan sistem ini, Raja/Ratu Inggris
berfungsi sebagai kepala Negara (simbol kekuasaan) yang kedudukannya tidak dapat
diganggu gugat. Kepala pemerintahan Inggris adalah seorang perdana menteri yang
dipilih dan bertanggung jawab kepada parlemen Inggris. Dalam menjalankan
pemerintahan, Perdana Menteri Inggris dibantu oleh para menteri kabinet. Para menteri
ini tidak bertanggung jawab pada perdana menteri, melainkan kepada parlemen Inggris.
Hal ini karena yang memilih para menteri adalah parlemen. Jika kabinet dan perdana
menteri dianggap tidak mampu menjalankan pemerintahan atau dianggap tidak mampu
menjalankan pemerintahan atau dianggap menyalahgunakan kekuasaan, maka
parlemen Inggris dapar membubarkan kabinet melalui mosi tidak percaya.
Kekuasaan pemerintah terdapat pada kabinet (perdana menteri beserta para
menteri), sedangkan Raja atau Ratu Inggris sebagai kepala Negara. Dengan demikian,
pelaksanaan pemerintahan sehari-hari dijalankan oleh perdana menteri.
Raja/Ratu/Mahkota adalah memimpin, tetapi tidak memerintah. Ratu Inggris hanyalah
titular dengan tidak memiliki kekuasaan politik. Ia merupakan symbol keagungan,
kedaulatan, dan persatuan Negara.

Parlemen atau badan perwakilan terdiri atas dua bagian (bikameral), yaitu
House of Commons dan House of Lord. House of Commons atau Majelis Rendah adalah
badan perwakilan rakyat yang anggota-anggotanya dipilih oleh rakyat di antara calon-
calon partai politik inggris. House of Lord atau Majelis Tinggi adalah perwakilan yang
berisi para bangsawan dengan berdasarkan warisan. House of Commons memiliki
kekuasaan yang lebih besar daripada House of Lord. Inggris menganut Parliaments
Soveregnity, artinya kekuasaan yang sangat besar pada diri parlemen. Kabinet adalah
kelompok menteri yang dipimpin oleh perdana menteri. Kabinet inilah yang benar-benar
menjalankan praktik pemerintahan. Anggota cabinet umumnya berasal dari House of
Commons. Perdana menteri adalah pemimpin dari partai mayoritas di House Of
Commons. Masa jabatan kabinet sangat tergantung kepercayaan dari House of
Commons.

Inggris menganut sistem dwipartai. Di Inggris terdapat dua partai besar yang
saling bersaing dan memerintah. Partai tersebut adalah Partai Konservatif dan Partai
Buruh. Selain itu ada partai-partai kecil lainnya. Berbeda dengan Negara-negara lain
yang menggunakan sistem banyak partai, pemerintahannya tidak kuat (tidak stabil).
Partai yang menang dalam pemilu dan setidak-tidaknya merupakan setengah dari
seluruh suara yang berada di House of Commons ditambah satu suara dan mayoritas di
parlemen merupakan partai yang memerintah kabinet harus bertanggung jawab kepada
parlemen. Karena kedudukan partai yang menang dalam House of Commons sedemikian
kuat dengan tercapainya suara terbanyak tadi, maka pemerintah atau kabinet selalu
disokong oleh parlemen. Dengan demikian, pemerintahan Inggris dikatakan kuat.
Sedangkan partai yang kalah menjadi partai oposisi. Oposisi dilakukan oleh partai yang
kalah dalam pemilihan. Para pemimpin oposisi membuat semacam cabinet tandingan.
Jika sewaktu-waktu kabinet jatuh, partai oposisi dapat mengambil alih penyelenggaraan
pemerintahan.
Di Inggris, terdapat hak badan eksekutif untuk membubarkan parlemen. Apabila
terjadi konflik antara kabinet dengan parlemem, Raja akan dapat membubarkan
parlemen, bukan kabinet. Oleh karena itu, Parlemen selalu berhati-hati untuk
melaksanakan votum-nya untuk menjatuhkan kabinet. Badan peradilan ditunjuk oleh
kabinet sehingga tidak ada hakim yang dipilih. Meskipun demikian, mereka menjalankan
peradilan yang bebas dan tidak memihak, termasuk memutus sengketa antara warga
dengan pemerintah.

Inggris sebagai Negara kesatuan menganut sistem desentralisasi. Kekuasaan


pemerintah daerah berada pada Council (Dewan) yang dipilih oleh rakyat di derah.
Sekarang ini, Inggris terbagi dalam tiga daerah, yaitu England, Wales, dan Greater
London.

Parlemen merupakan salah satu bagian pemerintahan Inggris yang tertua dan
paling dihormati. Kata parlemen berasal dari bahasa kata Perancis “parler” yang berarti
berbicara. Kata ini digunakan untuk menyebut pertemuan dewan raja Inggris abad ke-
13. Penerusnya adalah dewan feudal raja, Curia Regis, yang didahuliu oleh Anglo-Saxon
Witan atau Witenagemot. Parlemen merupakan perangkat yang menjadi rujukan raja-
raja di abad pertengahan untuk membatu menjalankan pemerintahan dan menelaah
gagasan yang harus dikonsultasikan oleh raja dengan pembantu-pembantunya.

Mula-mula, parlemen bukanlah sebuah lembaga, melainkan acara. Selama


pertikaian antara Raja Henry III dan para baronnya, Parlemen Oxford (1258) menekan
baron. Pemimpin Baron, Simon de Montfort, mengundang perwakilan kota ke parlemen
untuk pertama kalinya tahun 1265. Parlemen Model Edward I (1295) terdiri dari seluruh
unsure parlemen yang dikenal dewasa ini: uskup dan biarawan, peers, dua kesatria dari
setiap wilayah, dan dua perwakilan dari setiap kota.

Abad ke-14, parlemen yang dipecah menjadi dua majelis mengendalikan


pembentukan undang-undang dan penetapan pajak, mengadakan pengadilan atas raja
(1376), serta menyebabkan turunnya Edward II (1327) dan Richard II (1399) dari
singgasana. Parlemen terus tumbuh pada masa raja-raja Lancaster (1529 – 1536). House
of Commons memperoleh kewenangan kuat selama pemerintahan Henry VIII dan
penerusnya, tetapi secara umum tunduk kepada raja.
Selama masa pemerintahan raja-raja Stuart, kerja sama antara singgasana dan
parlemen berubah menjadi konflik, yang ditandai dengan diturunkan dan dieksekusinya
Charles I tahun 1649 dan Glorious Revolution tahun 1688 dan 1689. Kedua peristiwa
tersebut mengukuhkan kedaulatan parlemen. Mulai abad ke-18, jabatan royal chief
executive diubah menjadi jabatan perdana menteri dan kabinet bertanggung jawab
pada House of Commons.

Abad ke-19, House of Commons menjadi demokratis. The Great Reform Bill
tahun 1832 mengizinkan kelas menengah memberikan suaranya untuk kali pertama.
Peraturan (Akta) 1867 dan 1884 memberikan hak suara pada kelas pekerja dan pada
kelas lainnya tahun 1885, sehingga menciptakan equal electoral districs. Akta Parlemen
1911 memperlemah House of Lords. Perempuan yang minimal berusia 30 tahun diberi
hak suara tahun 1918, namun kemudian diturunkan menjadi minimal 21 tahun 1928.
Tahun 1969, usia minimal untuk bisa member suara pada pemilu diturunkan menjadi 18
tahun.

Bersatunya Inggris dan Skotlandia tahun 1707 menambah 16 peer Skotlandia


dan 45 perwakilannya ke parlemen. Irlandia menambahkan 32 peer tahun 1800, empat
diantaranya adalah para uskup Irlandia ditambah 100 perwakilan lagi, meskipun
sebagian besar menarik keanggotaannya ketika Negara Irlandia Merdeka berdiri tahun
1922. Dewan legislative Inggris, yang kadang-kadang dijuluki sebagai ibu semua
parlemen, menjadi model dewan legislative di banyak Negara.

House of Commons (Majelis Rendah) memiliki 659 anggota, yang dipilih dengan
sistem distrik dengan porsi yang sama (equal-size districs) oleh pemilih yang berusia
minimal 18 tahun. Masa tugas maksimum parlemen adalah lima tahun. Jika kabinet yang
dibentuk oleh partai berkuasa di House of Commons mendapat mosi tidak percaya atau
gagal menjalankan fungsinya di majelis ini, maka kabinet tersebut harus mengundurkan
diri atau membubarkan diri. Pemilu dapat dilaksanakan dalam waktu tiga minggu. Oleh
karena ketatnya aturan partai, keputusan penting sering tidak dicapai oleh parlemen,
melainkan dalam kaukus partai atau rapat-rapat yang tidak begitu formal.

Partai yang memenangkan pemilu berhak membentuk kabinet. Pemimpin


kabinet disebut perdana menteri. Menteri-menteri anggota kabinet semuanya berasal
dari kalangan partai yang menang, yang kebanyakan adalah anggota House of
Commons. Jadi, kabinet yang terbentuk praktis terdiri atas anggota satu partai saja.
Dengan demikian, pemilu untuk memilih anggota Majelis Rendah pada hakikatnya
sekaligus juga memilih badan eksekutif, walaupun resminya tidak disebutkan demikian.

The House of Lords, yang beranggotakan sekitar 1200 orang, terdiri dari para
uskup agung Gereja Inggris (Archbishop) serta hederitary peers (berasal dari keluarga
bangsawan) dan life peers (diangkat berdasarkan prestasi atau jasa terhadap Negara),
semuanya ditunjuk oleh raja/ratu. Kekuasaan House of Lords pernah menyamai House
of Commons. Namun tahun 1911, kekuasaannya dibatasi menjadi 30 hari. Kemudian,
melalui peraturan lain, kekuasaannya menjadi 30 hari untuk penetapan anggaran dan
dua tahun untuk tujuan lain. Tahun 1948, kekuasaanya dikurangi menjadi satu tahun
saja. House of Lords tidak memiliki prosedur seformal House of Commons, tetapi dapat
melakukan penelitian dan pertimbangan tambahan untuk memperbaiki kinerja legislatif.
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai mahkamah tertinggi, perwakilannya dibatasi
pada peers yang memiliki pengalaman hukum saja, termasuk the Lords of Appeal in
Ordinary (Ahli hukum umum), life peers yang ditunjuk (sejak 1876) untuk meningkatkan
kemampuan hukum House of Lords. The Peerage Act tahun 1963 memungkinkan
hereditary peers mengundurkan diri dan memperoleh status dan hak anggota parlemen
House of Commons.

Dengan demikian, Inggris menganut sistem pembagian kekuasaan sebagai


berikut.

a. Kekuasaan legislative berada di tangan parlemen (House of Commons dan


House of Lords).
b. Kekuasaan eksekutif dipergang oleh ratu dan raja yang menjabat sebagai kepala
Negara dan perdana menteri yang menjabat kepala pemerintahan bersama
kabinetnya. Kabinet Inggris merupakan bagian dari Dewan Menteri (Privy
Council, sebuah badan yang terdiri atas anggota kabinet yang bertindak sebagai
dewan penasihat raja/ratu).
c. Kekuasaan yudikatid dipegang oleh Supreme Court of Judicature dan Dewan
Pengadilan lain yang tunduk kepadanya. Dalam bidang kehakiman, kerajaan
Inggris memakai sistem juri untuk menetapkan vonis. Juri berasal dari rakyat
biasa yang bukan ahli hukum.
Berdasarkan uraian materi di atas, ciri-ciri penting sistem pemerintahan di
Inggris, dapat diringkas sebagai berikut.

a. Merupakan Negara kesatuan (unitary state), dengan sebutan United Kingdom,


yang terdiri atas England, Scotland, Wales, dan Irlandia Utara.
b. Konstitusinya, yaitu hukum dasar yang memberikan dan membatasi
kekuasaannya untuk memerintah, adalah tidak tertulis, relative kuno, dan terus-
menerus berevolusi.
c. Kekuasaan tidak dipisahkan, tetapi bercampur baur. Parlemen, yaitu badan
legislative secara hukum dan secara politis adalah penguasa “tuan” dari Kabinet.
d. Parlemen adalah bikameral, terdiri dari House of Commons dan House of Lords.
e. Parlemen mempunyai kekuasaan tak terbatas di bidang legislatif dan eksekutif.
f. Kabinet, terdiri dari menteri-menteri, adalah badan yang melakukan
kepemimpinan administrasi dan parlemen.
g. Oposisi dilakukan oleh partai terbesar kedua.
h. The rule of Law, terdiri atas 3 prinsip :
1. Hukum yang dibuat oleh Parlemen mempunyai supremasi absolut atas
kebijakan-kebijakan pemerintah yang menyangkut rakyat;
2. Kesamaan di depan hukum, klas-klas dianggap subjek-subjek yang sama oleh
hukum, pegawai pemerintah mendapat perlakuan sama dengan warga
negara biasa di depan pengadilan;
3. Konstitusi adalah akibat, bukan sebab dari hak-hak individu. Pengadilan
menetapkan hak-hak ini atas dasar kebiasaan dan statuta yang ditetapkan
oleh Parlemen.
4. Negara Kesejahteraan (Welfare state), karena rakyatnya telah bersepakat
bahwa mereka harus mempunyai standar-standar minimum dalam
kesejahteraan ekonomi dan sosial.

You might also like