You are on page 1of 19

Tekanan Sederhana Pada

Suku Cadang Mesin

4.1 Prakata

Dalam pekerjaan engineering , bagian suku cadang mesin yang disubyeksikan pada
berbagai tenaga yang dapat disebabkan karena satu atau lebih dari hal berikut :
(a) energi yang dipindahkan
(b) berat mesin
(c) ketahanan friksional
(d) kelembaman karena bagian yang bergerak bolak balik
(e) Perubahan suhu dll.

Perbedaan tenaga yang bekerja pada bagian sebuah mesin menghasilkan berbagai
jenis tekanan yang mana akan dibahas dalam bab ini.

4.2 Beban

Muatan/ beban didefinisikan sebagai adanya tenaga eksternal atas bagian mesin.
Berikut ini ada 3 jenis dari muatan/beban :

1. muatan/beban yang mati atau tetap


2. muatan yang hidup atau beragam
3. muatan yang tiba-tiba digunakan atau kejut (beban kejut)
Pada saat beban dalam keadaan tetap tak bergerak ( tidak berubah dalam magnitude
dan arahnya) dikenal sebagai muatan mati atau tetap. Pada saat muatan varibel
(berubah terus menerus) disebut dengan muatan hidup atau beragam/berganti ganti.
Pada saat muatan yang tiba tiba digerakkan atau dipindahkan dikenal sebagai gerakan
tiba tiba atau beban kejut.

Catatan : suatu bagian mesin tahan pada sebuah beban mati lebih mudah dari beban
hidup dan beban hidup lebih memudahkan daripada beban kejut.

4.3 Tekanan / Stress

Bila suatu system tenaga eksternal atau beban bekerja pada sebuah benda, tenaga
internal (yang setara dan berlawanan) telah disusun pada berbagai bagiannya,
yang mana tahan terhadap tenaga eksternal. Tenaga eksternal per unit area pada tiap
bagian dari benda ini dikenal sebagai unit penekanan atau penekanan yang sederhana.
Secara matematis

P
Dimana f =
A
ƒ = unit tekanan ( atau tekanan)
P = tenaga atau beban yang bekerja pada benda dan
A = daerah silang bagian pada benda

Dalam unit M.K.S penekanan ini biasanya diekspresikan dalam kg/cm2 dan dalam
unit SI dinyatakan dalam Newton per kuadrat millimeter (N/mm2) atau N/m2.
4.4 Strain (regangan)
Pada saat system tenaga atau beban bekerja pada sebuah benda, ia mengalami
beberapa deformasi. Deformasi panjang per unit ini dikenal sebagai unit strain atau
strain sederhana. Secara matematis,

Dimana: e = regangan
= perubahan panjang benda
l = panjang benda sebenarnya (original)

4.5

Gambar 4.1
Pada saat benda disubyeksikan pada 2 axial yang sama dan berlawanan menarik P
(juga disebut dengan beban tensil) seperti yang ditunjukkan dalam Gb 4.1 kemudian
menyebabkan penekanan pada setiap bagian dari benda mesin, yang dikenal sebagai
penekanan tensil. Sedikit pertimbangan dapat menunjukkan bahwa dikarenakan
beban tensil ini maka akan ada peningkatan dalam panjang dari bagian mesin ini.
Rasio peningkatan dalam panjang hingga panjang yang sebenarnya dikenal dengan
ketegangan tensil.
Jadi P = tenaga tensil axial yang bekerja pada benda (badan mesin)
A = daerah bagian silang benda
l = panjang sebenarnya dan
= Peningkatan dalam panjang (pertambahan panjang)
4.6 Penegangan dan Penekanan Kompresif

Pada saat bagian benda disubyeksikan pada dua axial yang sama dan berlawanan P
( disebut juga dengan beban kompresif) seperti yang ditunjukkan dalam gb 4.2
penekanan ini

Gambar 4.2

berpengaruh pada tiap bagian dari benda yang dikenal sebagai penekanan kompresif.
Sedikit pertimbangan dapat menunjukkan bahwa disebabkan karena beban
kompresif, maka akan ada penurunan dalam panjang bendai. Rasio dari penurunan
panjang dari panjang sebenarnya dikenal dengan keteganggan kompresif.

Jadi P = tenaga kompresif axial bekerja pada benda


A = daerah silang bagian benda
l = pengurangan panjang (pemendekan) dan
l = panjang sebenarnya.

P
Penekanan kompresif, f c =
A
δl
Dan keteganggan kompresif , ec = l

4.7 Pemotongan Penekanan dan Keteganggan


Pada saat disubyeksikan pada tenaga yang sama dan berlawanan bekerja secara garis
singgung terhadap bagian yang tahan,sebagai sebuah hasil dari benda yang
cenderung memotong bagian benda tersebut, maka penekanan akan menghasilkan apa
yang disebut dengan penekanan potong(bergeser).

Ketegangan yang sesuai dikenal dengan ketegangan shear dan diukur oleh perubahan
bentuk yang menyiku menyertai keteganggan shear ini. Secara matematis.
P
fs =
fs  πd 2 
 
 4 

Mengingat bodi ini terdiri dari dua pelat yang dihubungkan dengan sebuah paku
keeling seperti yang ditunjukkan dalam gb 4.3. dalam hal ini tenaga P tangential P
bersiku cenderung untuk menggunting atau memotong paku keeling. Oleh karenanya
penekanan gunting pada paku keeling silang seksi adalah
P P
fs = =
A  πd 2 
 
 4 

Dimana:
A = luaas penampang paku keeling (bagian patahan)
d = diameter paku keling
Catatan
1. saat tenaga tangential harus ditahankan dengan satu bagian Dari benda,
kemudian benda tersebut dikatakan menjadi bagian shear tunggal.. di lain sisi
jika tenaga tangential harus di tahankan oleh 2 bagian dari benda tersebut,
maka dapat disebut sebagai shear ganda.
2. Jika tegangan atau kompresi, daerah yang tercakup berada pada sudut yang
tepat pada tenaga eksternal, sedangkan dengan shear ini daerah yang tercakup
adalah pararel dengan tenaga ekternalnya.

4.8 Modulus Muda atau Modulus Elastisitas

Hukum Hook menyatakan bahwa bilamana suatu materi dibebani dengan batas
elastis, penekanan yang proporsional pada keteganggan dalam hal ini
f ae

= E.e

f P.l
Atau E= =
e A.δ l

Dimana E adalah suatu proporsionalitas konstan yang dikenal sebagai modulus muda
atau modulus elastisitas. Biasanya dinyatakan dalam kg/cm2. (dalam unit M.K.S) atau
N/mm2 (dalam unit S.I)

Catatan : hokum Hook menganggap setara baiknya untuk ketegangan dan juga
kompresinya.

4.9 modulus shear atau modulus rigidity (kekerasan)


diketahui secara eksperimental bahwa dalam batasan elastis, penekanan shear
proprosional pada ketegangan shear. Secara matematis :
fs a φ

= Nφ
fs
Atau fs / Φ = N ( or C or G) = N ( atau Catau G )
φ

Dimana: f s =Tekanan gunting

φ =tekanan gunting
N =Perbandingan nilai konstan diketahui sebagai modulus gunting
dan modulus kekakuan ini selalu didenotasikan dengan C atau G

Material
E ( kg / cm2) N (kg /cm2)
Steel 2 untuk 2.2 x 106 0.8 untuk 1.0 x 106
Wrought iron 1.9 untuk 2.10 x 106 0.8 untuk 0.9 x 106
Cast iron 1.0 untuk 1.6 x 106 0.4 untuk 0.5 x 106
Copper 0.9 untuk 1.1 x 106 0.3 untuk 0.5 x 106
Brass 0.8 untuk 0.9 x 106 0.3 untuk 0.5 x 106
Timber 0.1 x 106 0.1 x 106

4.10 tekanan bearing


Penempatan tekanan kompresif pada daerah yang berhubungan antara 2 anggota-
anggota dikenal sebagai tekanan bearing atau tekanan crushing.

(a) (b)
Tekanan bearing ini memperhitungkan desain dari sendi pemancang, sendi pasak,
sendi buku jari dll. Pertimbangkan sebuah pin dan titik mata yang dibebani seperti
yang ditunjukkan dalam gb 4.4 (a) penyaluran tekanan bearing tidak akan seragam,
tetapi ini akan dapat disesuaikan dengan bentuk dari permukaan yang bersentuhan
dan property fisik dari 2 materi tersebut. Distribusi tekananakan dapata serupa seperti
yang ditunjukkan dalam gb 4.4 (b) karena distribusi sebenarnya dari tekanan bearing
sulit sekali ditentukan, oleh karena itu tekanan bearing biasanya dihitung dengan
membagi muatan hingga daerah pinb earing yang diproyeksikan .
Jadi P = beban
l = jarak kontak pin
d = diameter pin
bearing
P
f b atauf c =
l.d

berkenaan dengan sendi pemancang yang disubyeksikan pada suatu beban P, bearing
ata tekanan crushing.

4.11 tekanan ketegangan

dalam mendesain berbagai macam mesin, penting untuk diketahui bagaimana materi
akan berfungsi dala bekerja. Karakteristik tertentu atau property materi harus
diketahui. Property mekanik kebanyakan digunakan dalam pekerjaan engineering
mekanik dan biasanya ditentukan dari pengujian tesil standar. Pengujian ini terdiri
dari pemuatan spesimen standar yang dibebani berangsur-angsur dan melihat nilai-
nilai beban yang sesuai dan elongasi(pemanjangan) hingga spesimen meretak. Beban
yangdigunakan dan diukur dengan sebuah mesin pengujian. Tekanan ditentukan
dengan membagi nilai-nilai beban dengan daerah spesimen silang bagian yang
sebenarnya. Pemanjangan atau elongasi ini diukur dengan menentukan jumlah
dimana 2 poin yang berhubungan pada spesimen dipisahkan oleh kinerja dari mesin.
Jarak yang sebenarnya antara 2 poin yang berhubungan dikenal sebagai pengukur
panjang (gauge length). Ketegangan ditentukan dengan membagi nilai-nilai elongasi
dengan gauge length.

Nilai-nilai dari tekana dan ketegangan yang sesuai digunakan untuk menggambarkan
diagram tekanan ketegangan dari materi yang diujikan. Diagram Tekanan ketegangan
untuk baja ringan dengan menggunakan uji tensil ditunjukkan dalam gb 4.8 (a).
property yang beragam dari materi ini dibahas dibawah.

(i) batas proporsional


kita lihat dari diagrambahwa dari point O hingga A adalah sebuah garis lurus, yang
menggambarkan bahwa tekanan proprosional pada ketegangan. Diluar poin A, kurva
sedikit menjauh dari garis lurus. Jelas bahwa hukum Hook bertahan baik pada poin A
dan dikenal sebagai batas proporsional. Ini ditentukan bahwa tekanan dimana kurva
tekanan ketegangan mulai menjauh dari garis lurus.

Gambar 4.8
(ii) batas elastis
perlu diperhatikan bahwa jika beban ditingkatkan diluar poin A hingga ke poin B
materi akan mendapat bentuk dan ukurannya saat beban di lepas. Artinya bahwa
materi memiliki property elastis seperti pada poin B. poin ini dikenal sebagai batas
elastis. Hal ini telah menentukan tekanan yang dikembangkan dalam materi tanpa
aturan permanen.

(iii) titik hasil


jika materi ditekankan diluar titik B, tingkat plastik akan meraih dalam hal ini padea
pemindahan beban materi tidak akan mampu untuk memperbaiki kembali bentuk dan
ukuran aslinya. Sedikit pertimbangan akan membantu menunjukkan bahwa diluar
titik B ketegangan meningkat pada nilai yang lebih cepat dengan tiap peningkatan
pada tekanan hingga poin C tercapai. Artinya, materi menghasilkan sebelum beban
dan ada suatu ketegangan tanpa peningkatan dalam tekanan. Berkaitan dengan baja
ringan akan dapat dilihat bahwa suatu beban yang kecil akan turunn ke D, segera
setelah hasil dimulai. Kemudian ada dua titik hasil C dan D. titik C dan D disebut
masing-masing titik hasil atas dan bawah. Tekanan sesuai dengan titik hasil yang
dikenal sebagai titik hasil tekanan.

(iv) tekanan asal


pada D spesimen memperoleh kembali beberapa kekuatan dan nilai-nilai yang lebih
tinggi dari tekanan yang diperlukan untuk ketegangan yang lebih tinggi daripada yang
ada diantara A dan D. tekanan ( atau bebean ) berjalan meningkat hingga titik E
dicapai. Peningkatan yang berangsur-angsur dalam ketegangan (atau panjang)
specimen diikuti dngan pengurangan yang seragam. Atas daerah silang bagian.
Setelah pekerjaan selesai selam dalam perenggangan specimen, kemudian
ditransformasiukan menjadi panas dan specimen ini menjadi panas. Pada E tekanan
yang mendapat nilai maksimumnya dikenal sebagai tekanan awal (ultimate stress).
Didefinisikan sebagai tekanan yang paling besar diperoleh dengan membagi nilai
terbesar dari beban yang dicapai dalam sebuah tes pada daerah silang bagian awal
dari bagian pengujian.

(v) Tekanan Breaking


Setelah specimen meraih tekanan awal, leher tersebut terbentuk, yang mana
menurunkan daerah specimen silang bagian seperti yang ditunjukkan dalam gb 4-8
(b). sedikit pembuktian akan menunjukkan bahwa tekanan (beban) yang diperlukan
untuk memisahkan specimen kurang daripada tekanan maksimum. Oleh karena itu
tekanan dikurangi hingga specimen memisah pada titik F. tekanan sesuai dengan titik
F dikenal sebagai tekanan breaking.

(vi) persentase pengurangan (reduksi)pada bidang


ada perbedaan antara penampang melintang bagian awal dan penampang melintang
bagian pada lehernya (dalam hal ini keretakan yang terjadi ). Perbedaan ini
dinyatakan sebagai area persentase dari penampang melintang original.
A = penampang melintang original
a = penampang melintang pada leher

kemudian pengurangan dalam daerah


= A −a
Dan pengurangan persentase di daerah
A −a
= ×100
A

(vii) persentase perpanjangan

hal ini merupakan persentase peningkatan dalam standar ukuran panjang (dalam hal
ini panjang sebenarnya) diperoleh dengan cara mengukur keretakan specimen setelah
menyatukan pecahan tersebut bersama-sama.
4.12 tekanan kerja

saat merancang bagian-bagian mesin tersebut lebih disukai untuk menjaga tekanan
agar tetap rendah dari maksimum atau tekanan awal dimana kegagaln materi ini
terjadi. Tekanan ini dikenal juga sebagai tekanan kerja atau working stress atau
tekanan rancang atau design stress.
Catatan : dengan kegagalan ini bukan berarti penghentian materi yang sebenarnya.
Beberapa bagian mesin dikatakan mengalami kegagalan bila mereka memiliki
deformasi plastic dan mereka tidak melakukan lagi fungsinya secara memuaskan.

4.13 faktor keselamatan

didefinisikan, pada umunya sebagai rasio Dari tekanan maksimum pada working
stress. Dan secara matematis

berkenaan dengan materi duktil dalam hal ini baja ringan dimana titik yang dihasilkan
secara jelas mendefinisikan, faktor keselamatan didasarkan pada hasil titik
penekanan.
Pada materi yang rapuh seperti besi cor, titik hasilnya tidak menentu dengan baik
sebagai materi duktil. Oleh karena itu faktor keselamatan untuk materi yang rapuh
didasarkan pada tekanan awal.
Maka

Pertalian ini juga dapat digunakan sebagai materi duktil.


Catatan : hubungan diatas untuk faktor keselamatan merupakan pembebanan statis.

4.14 pemilihan faktor keselamatan

pemilihan faktor keselamatan yang sesuai untuk dapat digunakan dalam


perancangan setiap komponen mesin tergantung pada sejumlah pertimbangan,
seperti materi, moda manufaktur, jenis tekanan, syarat-syarat layanan umum,dan
bentuk dari suku cadang tersebut. Sebelum memilih faktor keselamatan yang
sesuai , seorang perancang desain harus mempertimbangkan poin-poin berikut.
1. reliabilitas dari property materi dan perubahan dari property ini selama bekerja
2. reliabilitas hasil tes dan keakuratan aplikasi hasil ini pada suku cadang mesin
yang sebenarnya.
3.reliabilitas beban yang digunakan
4. ketentuan yang sesuai dengan moda kegagalan
5.tingkat penyederhanaan asumsi
6. tingkat penempatan tekanan
7. tingkat tekanan awal yang terbentuk selama manufaktur
8. tingkat kerugian hidup jika kegagalan ini terjadi dan
9. tingkat kerugian property jika kegagalan ini terjadi.

Masing-masing dari faktor diatas harus dipertimbangkan secara hati-hati dan perlu
dievaluasi. Faktor Hasil keselamatan yang tinggi berada dalam bagian materi yang
terbuang, sedangkan hasil faktor keselamatan yang rendah dalam risiko kegagalan
yang tidak diperlukan. Table berikut ini menunjukkan nilai-nilai faktor keselamatan
untuk perbedaan materi dan jenis beban

4.15 tekanan dalam batang komposit

sebuah batang komposit dapat didefinisikan sebagai sebuah batang yang terbentuk
dari dua atau lebih materi yang berbeda, dan disatukan bersama-sama dengan
sedemikian rupa bahwa system diperpanjang atau kontrak sebagai satu unit, saat
disubyeksikan pada ketegangan atau kompresi. Berkaitan dengan batang komposit
poin berikut harus diingat
1. perpanjangan atau kontraksi batang menjadi setara,
ketegangan, deformasi panjang per unit juga setara.
2. pemuatan ekternal total pada batang setara dengan
jumlah dari beban yang dibawa dengan materi yang
berbeda.
gambar4

4.16 Tekanan yang disebabkan karena perubahan dalam suhu – tekanan termal

Kapanpun dimana ada beberapa peningkatan atau penurunan dalam suhu dari suatu
bodi mesin, hal ini menyebabkan bodi berkembang atau kontrak. Sedikit perhatian
akan menunjukkan bahwa jika bodi dibuat untuk diperluas dengan kenaikan atau
penurunan suhu, tidak ada tekanan yang dihasilkan dalam bodi. Tetapi jika deformasi
dari bodi mesin tersebut dicegah, beberapa tekanan akan menikbulkna sebab dalam
bodi. Tekanan seperti ini dikenal sebagai termal stresses.
Jadi l = Panjang sebenarnya
t = Peningkatan suhu
α = koefisien muai panas/kalor
Maka pertambahan panjang
δ.l = l.α.t

4.17 ketegangan linear dan lateral

anggaplah batang sirkular dari diameter d dan panjang l disubyeksikan pada tenaga
sebuah tensil P seperti yang ditunjukkan dalam gb 4.12 (a).
sedikit perhatian akan menunjukkan bahwa disebabkan karena tenaga tensil, panjang
dari batang yang meningkat dengan sebuah jumlah δl seperti yang ditunjukkan dalam
gb 4.12 (b) jika batang tersebut disubyeksikan pada tenaga komprehensif.
Perpanjangan dari batang tersebut dan akan menurunkan yang mana akan diikuti oleh
peningkatan dalam diameter.
Jadi jelas bahwa setiap tekanan langsung akan disertai dengan sebuah tekanan
pada arahny sendiri yang mana dikenal dengan linear strain dan bentuk ketegangan
yang berlawanan dalam tiap arah, pada sudut yang benar dikenal dengan sebutan
lateral strain.

4.18 Rasio Poisson

telah diketahui secara eksperimental bahwa pada saat sebuah bodi mesin yang
ditekankan dalam batas elastis ketegangan lateral akan menanggung rasio konstan
pada linear strain. Secara matematis

konstan ini dikenal dengan rasio Poisson dan dinyatakan dengan 1/m atau us

berikut adalah nilai-nilai rasio dari Poisson untuk beberapa material yang umum
digunakan dalam pekerjaan engineering.

4.19 ketegangan volumetrik

pada saat bodi mesin disubyeksikan pada suatu system tenaga, maka hal ini akan
mengalami beberapa perubahan dalam dimensinya. Dengan kata lain, volume dari
bodi ini dapat berubah. Rasio dari perubahan dalam volume hingga volume aslinya
dapat diketahui sebagai volumetric strain. Dan secara matematis

4.20 Kumpulan Modulus

Pada saat bodi tersebut menjadi subyek pada tiga tekanan yang saling tegak lurus,
dari intensitas setara, kemudian rasio dari tekanan langsung pada ketegangan
volumetric yang sesuai dikenal sebagai bulk modulus atau kumpulan modulus.
Biasanya disingkat dengan huruf K secara matematis :
tekanan langsung
K=
tegangan volumetrik

4.21 pertalian antara bulk modulus dan young modulus

bulk modulus dan young modulus berhubungan dengan persamaan berikut ini
m.E E
K = =
3( m − 2 ) 3(1 − 2 µ )

4.22 pertalian antara young modulus dan kekerasan modulus

young modulus dan kekerasan modulus berhubungan dengan hubungan berikut

4.23 tekanan berdampak


kadang-kadang bagian mesin disubyeksikan pada beban dengan dampaknya. Tekanan
yang dihasilkan dalam bagian ini disebabkan karena beban yang jatuh dan dikenal
sebagai Impact stress.
Mengingat suatu batang yang membawa beban W pada ketinggian h dan jatuh
pada kolar dibuktikan pada bagian bawah dalam gb 4.13

A = Penampang melintang pada batang


E = Koefisien material pada batang
l = Panjang batang
= Deformasi (perubahan bentuk) batang
P = gayalengkungan
fi = induksi tegangan pada batang yang diaplikasikan pada daya
tekan
h = jarak/tinggi penurunan karna tekanan
1 f ×l  f ×l 
fi × A × i = w h + i 
2 E  E 

A.l 2 W .l
fi − f i −Wh = 0
2E E

Dari persamaan kuadrat


W  2hAE 
fi = 1 + 1 + 
A  W .l 
 

4.24 Resilience (klenturan/ daya pegas)


Saat suatu bodi dimuati dengan batas elastis, maka bodi ini akan merubah
dimensinya dan pada pemindahan beban, dia akan memperoleh kembali dimensi
originalnya. Sepanjang tetap termuat beban, ia telah menyimpan energi dalam dirinya
sendiri. pada pemindahan beban energi yang disimpan digunakan seperti sebuah
pegas. Energi ini yang mana diserap dalam sebuah bodi saat ditegangkan dalam batas
elastis, dikenal juga sebagai strain energi. Ketegangan energi selalu mampu
melakukanb beberapa pekerjaan.
Ketegangan energi disimpan dalam suatu wadah sehubungan dengan
pemuatan beban dalam batas elastis dikenal sebagai resilience dan energi maksimum
dimana dapat disimpan dalam suatu wadah hingga batas elastis yang disebut dengan
proof resilience. Volume material per unit dari proof resilience dikenal sebagai
modulus of resilience. Hal ini merupakan property penting dari sebuah materi dan
memberikan kapasitas dari materi untuk menanggung beban dampak atau kejut.
Secara matematis energi ketegangan disimpan dalam sebuah wadah berkenaan
dengan tensil atau beban kompresif atau resilience.
f 2V
2e

f 2
Dan modulus resilience = 2E

Dimana
f = tensil atau tekanan kompresif
V = volume bodi
E = young modulus dari materi bodi

You might also like