You are on page 1of 11

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN MASALAH KARDIOVASKULER

A. Pengertian
Sistem kardiovaskuler sering disebut sebagai sistem transportasi tubuh atau sistem
peredaran darah. Sistem ini memiliki tiga komponen utama, yaitu jantung, pembuluh darah,
dan darah.
Jantung dan pembuluh darah memberikan oksigrn dan nutrient setiap sel hidup yang
perlukan untuk bertahan hidup. tanpa fungsi jantung kehidupan akan berakhir. penurunan
fungsi system kardiovaskuler (KV) telah memiliki dampak system yang lainnya. namun,
pada kondisi tanpa penyakit yang berat jantung lansia mampu untuk menyediakan suplai
darah yang mengandung oksigen secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Penyakit pada system kardiovaskuler yang sering terjadi pada lansia umumnya adalah
hipertensi, congestive heart failure (CHF), aritmia,

B. Anatomi dan Fisiologi


Sistem kardiovaskuler sering disebut sebagai sistem transportasi tubuh atau sistem
peredaran darah. Sistem ini memiliki tiga komponen utama, yaitu jantung, pembuluh darah,
dan darah.
1. Jantung
Jantung merupakan organ tubuh yang paling berperan di dalam sistem
kardiovaskuler. Fungsi jantung adalah memompa darah ke seluruh bagian
tubuh. Lokasi jantung sendiri berada di dekat paru-paru. Tepatnya di bagian kiri
tengah dada.
Jantung terdiri dari 3 lapis yaitu :
a. Pericardium (lapisan luar)
Merupakan lapisan pembungkus jantung yang terdiri dari jaringan ikat.
b. Miokardium (lapisan tengah)
Merupakan selaput jantung yang terdiri dari 3 macam otot yaitu: atrium, ventrikel,
dan serat khusus
c. Endokardium (lapisan dalam)
Lapisan dalam jantung yang berhubungan langsung dengan ruangan dalam jantung
terdiri dari jaringan epitel.
2. Pembuluh darah
a. Pembuluh darah jantung
Pada dinding jantung terdapat pembuluh darah yang memberikan makanan terhadap
otot jantung.
b. Pembuluh darah yang masuk
• Vena cava
Darah yang masuk ke atrium kiri keseluruh tubuh mengandung co2.
• Vena pulmonalis
Darah masuk ke atrium kiri yang berasal dari paru-paru mengadung o2.
c. Pembuluh darah yang masuk keluar
• Aorta
Darah keluar dari ventrikel kiri ke seluruh tubuh, mengandung o2.
• Arteri pulmonalis
Darah keluar dari ventrikel kanan ke paru-paru mengandung co2.
3. Darah
Darah terdiri atas plasma (55% dari volume darah) dan sel (45%). Serum darah
atau plasma terdiri dari :
Air : 91%
Protein : 8% (albumin, globulin, protrombin, dan fibrinogen).
Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam dari kalsium, fosfor,
magnesium, dan besi.
Sisanya diisi oleh sejumlah bahan organic yaitu : glucose, lemak, urea, asam urat,
kreatinin, kolesterol dan asam amino. Plasma juga terdiri dari: gas oksigen dan
karbondioksida, hormone-hormon, enzim dan antigen. Sel darah terdiri atsa eritrosit,
leukosit, dan trombosit.

C. Penyakit pada system kardiovaskuler yang sering terjadi pada lansia


1. Hipertensi
a. Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darahpersisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmhg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmhg.( smith tom,
1995 ) menurut who, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik
lebih besar atau sama dengan 160 mmhg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih
besar 95 mmhg ( kodim nasrin, 2003 ). Hipertensi dikategorikan ringan apabila
tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmhg, hipertensi sedang jika tekanan
diastoliknya antara 105 dan 114 mmhg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya
115 mmhg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolic
karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik ( smith tom, 1995 ).

b. Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan – perubahan pada :
- Elastisitas dinding aorta menurun
- Katub jantung menebal dan menjadi kaku
- Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
- Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
- Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
- Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,
data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
• Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi
• Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
 Umur ( jika umur bertambah maka td meningkat )
 Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
 Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )

• Kebiasaan hidup
kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
 Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
 Kegemukan atau makan berlebihan
 Stress
 Merokok
 Minum alcohol
 Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

- Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :


 Ginjal  Kelainan endokrin
 Glomerulonefritis  DM
 Pielonefritis  Hipertiroidisme
 Nekrosis tubular akut  Hipotiroidisme
 Tumor  Saraf
 Vascular  Stroke
 Aterosklerosis  Ensepalitis
 Hiperplasia  SGB
 Trombosis  Obat – obatan
 Aneurisma  Kontrasepsi oral
 Emboli kolestrol  Kortikosteroid
 Vaskulitis

c. Tanda dan gejala


Menurut rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu : mengeluh sakit kepala, pusing lemas, kelelahan, sesak nafas,
gelisah, mual muntah, epistaksis, kesadaran menurun.
d. Klasifikasi
• Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas : ( darmojo, 1999 )
hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmhg dan / atau
tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmhg. Hipertensi sistolik
terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmhg dan tekanan
diastolik lebih rendah dari 90 mmhg.
• Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi
2 golongan besar yaitu : hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi
yang tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di
sebabkan oleh penyakit lain.
e. Pemeriksaan penunjang
1) Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan
dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
2) BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal
3) Glukosa
4) Hiperglikemi ( diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat
diakibatkan oleh peningkatan katekolamin ( meningkatkan hipertensi )
5) Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab ) atau
menjadi efek samping terapi diuretik.
6) Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
7) Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan
plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
8) Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
9) Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
10) Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
11) Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
12) Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
13) IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu
ginjal / ureter
14) Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
15) CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
16) EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi

f. Penatalaksanaan

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas


akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit
hipertensi meliputi :
• Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai
tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini
meliputi :
 Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
- Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr.
- Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh.
- Penurunan berat badan
- Penurunan asupan etanol
- Menghentikan merokok
 Latihan FisikLatihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai
empat prinsip yaitu : Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti
lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain
• Edukasi Psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :

 Tehnik Biofeedback

Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada


subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh
subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai
untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga
untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.

 Tehnik relaksasi

Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk


mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks

• Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien


tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
• Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi
juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat
bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita.

2. Congestive heart failure (CHF)


a. Pengertian
CHF adalah ketidak mampuan jantung memompa kardiak output secara adekut untuk
memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
CHF bukanlah suatu penyakit, tetapi ia merupakan faktor presipitasi dari beberapa
gejala. beberapa fktor yang berkontribusi adalah usia, rheumatic heart disease,
valvular heart disease, aritmia, renal disease, DM, tirotoksikosis, miocard infark,
cardiomyopathy, emboli paru, infeksi, anemia, emosional stress, dan gaya hidup.
usia berhubungan dengan kardiovaskular dan perubahan ginjal yang berdampak pada
gejala klinik CHF dan respon pengobatan termasuk penurunan ginjal dan system
aliran darah. meningkatnya kekakuan arteri dan tahanan perifer, berkurangnya
pengembangan ventrikel dan berkurangnya kapasitas aerobik.
pada lansia, ketidakmampuan menjaga fungsi dikarenakan kongestif paru dan jantung
dapat mengakibatkan siklus aktifitas yang menurun dan menurunkan kemampuan
melakukan perawatan diri.
b. Etiologi
1) Kerusakan otot jantung, misalnya pada:
 Penyakit jantung koroner.
 Miokaditis.
 Kardiomiopati.
 Defisiensi vitamin misalnya, penyakit beri-beri.
2) Pembebanan terhadap ventrikel
3) Hambatan pengisian ventrikel, misalnya pada miocard infark, pericarditis
konstriktifa.
c. Tanda dan gejala
1) Tanda dan gejala gagal jantung kiri:
 Paroxysmal nocturnal dispneu, ortopneu.
 Pernafasan cheyne stokes.
 Udema paru.
 Batuk, wheezing.
 Fungsi ginjal menurun.
 Lemah dan mudah lelah.
 Crackles pada auskultasi paru.
2) Tanda dan gejala gagal jantung kanan:
 Lelah yang memuncak pada sore hari.
 Kesulitan konsentrasi.
 Hepar membesar.
 Anoreksia, muntah, dan distensi abdominal.
 Edema tungkai dan asites.
d. Klasifikasi
klas defenisi
I Tidak ada keluhan pada akivitas sehari-hari
II Kelhan timbul pada aktivitas sehari-hari dan keluhan hilang bila istirahat
III Keluhan timbul pada aktivitas ringan. tetapi keluhan hilang pada istirahat
IV Kelhan timbul pada isirhat

e. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung adalah sesuai dengan prinsip:
1) Istirahat, pengaturan posisi yang nyaman dan pemberian oksigen.
2) Cari sebab dab faktor pencetus
3) Diet rendah garam dan batasi cairan
4) Mengurangi retensi cairan dengan kolaborasi pemberian diuretika
5) Meningkatkan kontraktilitas jantung ( inotropik ) dengan digitalis
6) Menurunkan bban kerja jantung dengan pemberian vasodilator
f. Pemeriksaan penunjang
1) Foto torak: pembesaran jantung, adanya edem paru
2) EKG: kenaikan segmen st/t menunjukan penyebab gagal jantung
3) Enzim SGOT dan SGPT: peningkatan pada gagal jantung
4) Elektroli, bun, kreatinin meningkat: penurunan fungsi ginjal
5) AGD: untuk menilai keadekuatan PO2 menurun, PCO2 meningkat, pH
menurun
3. Aritmia
a. Pengertian
Gangguan irama jantung atauaritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi
pada infark miokardium.aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan
irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis
(doenges, 1999). Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel
miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk
potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (price, 1994). Gangguan irama
jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk
gangguan kecepatan denyut dan konduksi (hanafi, 1996).

b. Etiologi
Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :

1) Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard


(miokarditiskarena infeksi)
2) Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri
koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
3) Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat
anti aritmia lainnya
4) Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
5) Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi
kerja dan irama jantung
6) Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
7) Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
8) Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
9) Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
10) Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem
konduksi jantung)

c. Tanda dan gejala


1) Perubahan td ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi;
bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit pucat,
sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menurun bila curah jantung menurun
berat.
2) Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan
pupil.
3) Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina,
gelisah
4) Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas
tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi
pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena
tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
5) Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis
siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan

d. Klasifikasi

1) Sinus takikardi meningkatnya aktifitas nodus sinus, gambaran yang


penting pada ECG adalah : laju gelombang lebih dari 100 x per menit, irama
teratur dan ada gelombang p tegak disandapan i,ii dan avf.

2) Sinus bradikardi penurunan laju depolarisasi atrim. Gambaran yang


terpenting pada ecg adalah laju kurang dari 60 permenit, irama teratur, gelombang
p tgak disandapan i,ii dan avf.

3) Komplek atrium premature impul listrik yang berasal di atrium tetapi di


luar nodus sinus menyebabkan kompleks atrium prematur, timbulnya sebelu
denyut sinus berikutnya. Gambaran ecg menunjukan irama tidak teratur, terlihat
gelombang p yang berbeda bentuknya dengan gelombang p berikutnya.

4) Takikardi atrium suatu episode takikardi atrium biasanya diawali oleh


suatu kompleks atrium prematur sehingga terjadi reentri pada tingkat nodus av.

5) Fluter atrium. Kelainan ini karena reentri pada tingkat atrium. Depolarisasi
atrium cept dan teratur, dan gambarannya terlihat terbalik disandapan II,III dan
atau aVF seperti gambaran gigi gergaji
6) Fibrilasi atrium Fibrilasi atrium bisa tibul dari fokus ektopik ganda dan
atau daerah reentri multipel. Aktifitas atrium sangat cepat.sindrom sinus sakit

7) Komplek jungsional premature

8) Irama jungsional

9) Takikardi ventrikuler

e. penatalaksanaan
1) Terapi medis Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
a) Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
• Kelas 1 A
Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk
mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.
Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi yang
menyertai anestesi. Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang
• Kelas 1 B
Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel
takikardia.
Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
• Kelas 1 C
Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi

b) Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade) Atenolol, Metoprolol,


Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina pektoris dan hipertensi

c) Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation) Amiodarone, indikasi VT,


SVT berulang

d) Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker) Verapamil, indikasi


supraventrikular aritmia

2) Terapi mekanis
a) Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan
disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur
elektif.
b) Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat
darurat.
c) Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi dan
mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada
pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
d) Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik
berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.

f. pemeriksaan penunjang
1) EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan
tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
2) Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan
dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja).
Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat
antidisritmia.
3) Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung sehubungan
dengan disfungsi ventrikel atau katup
4) Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan miokard
yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding
dan kemampuan pompa.
5) Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan disritmia.
6) Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat
mnenyebabkan disritmia.
7) Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan
atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
8) Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan.meningkatkan disritmia.
9) Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut contoh
endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
10) GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi
disritmia.

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkjian
1. Identitas pasien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Pekerjaan :
2. Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang
mengeluh sakit kepala, pusing lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual
muntah, epistaksis, kesadaran menurun.
Tanda dan gejala gagal jantung kiri:
 Paroxysmal nocturnal dispneu, ortopneu.
 Pernafasan cheyne stokes.
 Udema paru.
 Batuk, wheezing.
 Fungsi ginjal menurun.
 Lemah dan mudah lelah.
 Crackles pada auskultasi paru.

Tanda dan gejala gagal jantung kanan:


 Lelah yang memuncak pada sore hari.
 Kesulitan konsentrasi.
 Hepar membesar.
 Anoreksia, muntah, dan distensi abdominal.
 Edema tungkai dan asites
- Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor stress
multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )
- Riwayat kesehatan keluarga
Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi
Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup jantung,
hipertensi.

3. Pemeriksaan fisik

B. Diagnosa
C. Intervensi

You might also like