Program Studi Ilmu Komunikasi Outline Kekuasaan Eksekutif Bentuk Pemerintahan Kekuasaan Eksekutif di Indonesia Birokrasi Birokrasi di Indonesia Kekuasaan Eksekutif Kekuasaan Eksekutif -> Pengertian -> Badan yang melaksanakan ketentuan-ketentuan yang sudah dibuat oleh lembaga legislatif Seringkali dianggap pemegang kekuasaan tertinggi di suatu negara Biasanya dipegang oleh Presiden, Raja, atau Perdana Menteri. Atau bisa juga oleh suatu Dewan Presiden yang bersifat Kolegial (contoh: Swiss) Pemegang kekuasaan eksekutif tersebut biasanya membentuk kabinet untuk menyelenggarakan kekuasaannya Terdapat dua tipe kekuasaan (sistem pemerintahan) eksekutif (dilihat dari hubungannya dengan lembaga legislatif) -> presidensial dan parlementer Fungsi Lembaga Eksekutif Melaksanakan penertiban (law and order) -> peran pemerintah sebagai stabilisator Menyelenggarakan administrasi negara Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Menjaga keamanan dari kemungkinan ancaman dari luar (fungsi pertahanan) Menegakkan keadilan -> sebagian fungsi yudikatif Membuat rancangan peraturan perundang- undangan -> sebagian fungsi legislatif Bentuk Pemerintahan Sistem Parlementer -> pada dasarnya pemerintah eksekutif bertanggung jawab dan mendapat dukungan dari lembaga legislatif Sistem Presidensial -> pemerintahan eksekutif tidak bertanggung jawab pada lembaga legislatif dan berkuasa selama masa jabatan tertentu Sistem Semi-Presidensial -> campuran antara sistem presidensial dan parlementer Kekuasaan Eksekutif di Indonesia Era 1945 – 1959 -> masa parlementer Era 1959-1968 -> masa presidensial (demokrasi terpimpin) Era 1968 - 1998 -> masa presidensial (orde baru) Era 1998 – sekarang -> masa presidensial (reformasi) Birokrasi Pengertian -> seluruh aparat pemerintah yang membantu tugas pemerintah dan menerima gaji dari dari negara karena statusnya itu Fungsi: sebagai pelaksana kebijakan yang telah digariskan oleh badan eksekutif Ciri: memiliki struktur organisasi, aturan, prosedur baku, serta sistem untuk menggerakkan organisasi tersebut. Didukung juga dengan adanya pejabat/pegawai dengan kemampuan profesional khusus. Tipe Birokrasi Ideal Mengerahkan tenaga secara teratur dan terus- menerus Terdapat hierarki -> pembagian tanggung jawab Terdapat aturan pembagian kerja yang konsisten Pejabat/pegawai dalam sistem birokrasi harus mengabdi pada jabatan; bukan kepentingan pribadi Pembagian tugas yang diisi oleh tenaga ahli yang terampil Berusaha mencapai tingkat efisiensi organisasi yang tinggi Fungsi Administratif Birokrasi Pelayanan -> melayani masyarakat secara langsung Regulasi -> pengaturan kegiatan-kegiatan masyarakat
Terkait dua fungsi tersebut; maka struktur
birokrasi dibentuk dari dua prinsip dasar: Hirarki Pemisahan staf dan fungsi Tipe Rekrutmen Birokrasi Tipe Askriptif -> berdasarkan latar belakang kelas, kelompok, kepentingan, agama, suku, afiliasi politik, dan sebagainya Tipe merit -> berdasarkan keahlian teknis, prestasi, dan kemampuan personal
Pertanyaan: Indonesia kira-kira masuk tipe
yang mana ya sistem rekrutmennya? Posisi/Kedudukan Birokrasi Pada dasarnya posisi/kedudukan birokrasi dipengaruhi oleh kondisi masyarakat dan pemerintah Di negara maju birokrat dipandang sebagai agen pelaksana kebijakan pemerintah/pelayan rakyat Di negara berkembang seringkali birokrasi dijadikan alat memperkuat posisi pemerintah -> terkait kedekatan alamiah birokrasi dengan kekuasaan Selain itu secara sosial posisi birokrat juga cukup tinggi -> itulah kenapa cukup banyak orang Indonesia yang mau jadi PNS Kondisi birokrasi yang demikian di negara berkembang dipercaya sebagai warisan zaman penjajahan Birokrasi di Indonesia
Masa kolonial -> birokrasi sebagai instrumen
kekuasaan pemerintah kolonial; dari kalangan priyayi dan punya status sosial tinggi Pasca kemerdekaan -> demokrasi parlementer -> birokrasi sebagai alat politik; beberapa lembaga birokrasi didominasi partai politik tertentu Masa demokrasi terpimpin -> birokrasi sebagai pendukung partai dengan ideologi NASAKOM Masa orde baru -> birokrasi sebagai pendukung Golkar Masa reformasi -> birokrasi (PNS) netral; tidak boleh bergabung dengan partai politik