Professional Documents
Culture Documents
Nemipterus tumbuloides.
Ikan Kurisi mempunyai nama internasional Threadfin Bream. Berikut ini adalah klasifikasi
ikan Kurisi :
Ordo Percomorphi
Subordo Percoidea
Famili Nemipteridae
Genus Nemipterus
Spesies Nemipterus nematophorus
http://teknologihasilperikanan-unsri.blogspot.com/2010/04/pembuatan-bakso-ikan-kurisi-
nemiterus.html
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai negara maritim yang memiliki perairan yang luas konsumsi ikan indonesia
sangat memprihatinkan. Hingga Desember 2003 tingkat konsumsi ikan per orang di Indonesia
rata-rata 24,67 kilogram per tahun. Volume itu tergolong jauh lebih rendah dibanding dengan
konsumsi ikan di Korsel dan Jepang yang rata-rata di atas 100 kg per orang per tahun atau
Thailand yang mencapai 35 kg per orang per tahun.(kompas.com, 2007)
Salah satu cara yang bisa ditempuh untuk meningkatkan konsumsi ikan adalah dengan
diversifikasi produk hasil perikanan. Salah satu produk yang diharapkan bisa memberikan
penetrasi pasar adalah produk bakso ikan diakarenakan kebudayaan masyarakat Indonesia yang
sangat menyukai bakso.
Bakso ikan didefinisikan sebagai produk makanan berbentuk bulatan atau lain, yang
diperoleh dari campuran daging ikan (kadar daging ikan tidak kurang dari 50%) dan pati atau
serealia dengan penambahan atau makanan yang di inzinkan ( Nurfianti, 2007).
Ikan yang digunakan adalah ikan kurisi (Nemipterus nematoporus). Ikan ini merupakah
hasil tangkap sampingan yang jarang dimanfaatkan sehingga memiliki harga yang relatif murah.
Ikan kurisi dipilih karena memiliki protein yang tinggi berkisar 16,85%.
Salah satu cara pengolahan atau pengawetan rumput laut yaitu dengan mengolahnya
menjadi tepung, dengan pengolahan menjadi tepung karagenan rumput laut, akan sangat
bermanfaat disamping lebih praktis dalam penggunaan dan penyajiannya juga memudahkan
dalam hal pengemasan dan pengangkutan. (lipi.go.id 2007) Penggunaan Tepung karagenan
rumput laut ini sangat besar peranannya terutama sebagai stabilisator (pengatur keseimbangan),
thickener (bahan pengental), gelling agent (pembentuk gel), dan pengemulsi, dalam pebuatan
bakso ikan
Kitosan merupakan kitin yang dihilangkan gugus asetilnya dengan menggunakan basa
kuat. Kitosan memiliki lebih banyak kandungan nitrogen dari pada kitin. Gugus amina dan
hidroksil menjadikan kitosan bersifat lebih aktif dan bersifat polikationik. Sifat tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai koagulan dan pengawet dalam pembuatan bakso ikan.
Pada praktikum ini dengan penambahan karagenan dan chitosan diharapkan akan
menghasilkan bakso ikan yang memiliki tektur lembut, enak dan tahan disimpan dalam waktu
lama. Penambahan bahan bahan alami diharapkan menghasilkan produk olahan yang baik bagi
tubuh.
1.2 Tujuan
Mempelajari cara pengolahan daging Ikan Kurisi ( Nemiterus nemata ) menjadi bakso
ikan dengan penambahan tepung karagenan sebagai bahan pengenyal dan chitosan sebagai
pengawet.
Plectropomus
P. leopardus
Salah satu pemanfaatan perairan laut pantai yang menjanjikan prospek yang bagus adalah
budidaya ikan kerapu.
Pemilihan lokasi untuk budidaya ikan ini memegang peranan yang santa penting. Permilihan
lokasi yang tepat akan mendukung kesinambungan usaha dan target produksi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih lokasi untuk budidaya ikan kerapu adalah
faktor resiko seperti keadaan angin dan gelombang, kedalaman perairan, bebas dari bahan
pencemar, tidak mengganggu alur pelayaran;
Faktor kenyamanan seperti dekat dengan prasarana perhubungan darat, pelelangan ikan (sumber
pakan), dan pemasok sarana dan prasarana yang diperlukan (listrik, telepon), dan faktor
hidrografi seperti selain harus jernih, bebas dari bahan pencemaran dan bebas dari arus balik, dan
perairannya harus memiliki sifat fisik dan kimia tertentu (kadar garam, oksigen terlarut).
Kerapu merupakan jenis ikan demersal yang suka hidup di perairan karang, di antara celah-celah
karang atau di dalam gua di dasar perairan. Ikan karnivora yang tergolong kurang aktif ini relatif
mudah dibudidayakan, karena mempunyai daya adaptasi yang tinggi.
Untuk memenuhi permintaan akan ikan kerapu yang terus meningkat, tidak dapat dipenuhi dari
hasil penangkapan sehingga usaha budidaya merupakan salah satu peluang usaha yang masih
sangat terbuka luas.
Dikenal 3 jenis ikan kerapu, yaitu kerapu tikus, kerapu macan, dan kerapu lumpur yang telah
tersedia dan dikuasai teknologinya. Dari ketiga jenis ikan tersebut, jenis kerapu tikus
(Cromileptes altivelis) lebih disarankan. Hal ini karena harga per kilogramnya jauh lebih mahal
dibandingkan dengan kedua jenis kerapu lainnya.
Di Indonesia, kerapu tikus ini dikenal juga sebagai kerapu bebek atau di dunia perdagangan
internsional mendapat julukan sebagai panther fish karena di sekujur tubuhnya dihiasi bintik-
bintik kecil bulat berwarna hitam.
Daerah penyebaran kerapu tikus di mulai dari Afrika Timur sampai Pasifik Barat Daya. Di
Indonesia, ikan kerapu banyak ditemukan di perairan Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Pulau
Buru, dan Ambon.
Salah satu indikator adanya kerapu adalah perairan karang. Indonesia memiliki perairan karang
yang cukup luas sehingga potensi sumberdaya kerapunya sangat besar.
Dalam siklus hidupnya, pada umumnya ikan kerapu muda hidup di perairan karang pantai
dengan kedalaman 0,5 - 3 m, selanjutnya menginjak dewasa berupaya ke perairan yang lebih
dalam antara 7 - 40 m.
Telur dan larvanya bersifat pelagis, sedangkan kerapu muda dan dewasa bersifat demersal.
Habitat favorit larva dan kerapu tikus muda adalah perairan pantai dengan dasar pasir berkarang
yang banyak ditumbuhi padang lamun.
Parameter-parameter ekonlogis yang cocok untuk pertumbuhan ikan kerapu yaitu temperatur
antara 24 - 310C, salinitas antara 30 -33 ppt, kandungan oksigen terlarut > 3,5 ppm dan pH
antara 7,8 - 8. Perairan dengan kondisi seperti ini, pada umumnya terdapat di perairan terumbu
karang.