Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Ondolan, M. Yoserizal, Renti woro
Ensefalitis adalah suatu peradangan akut dari jaringan parenkim otak yang
disebabkan oleh infeksi dari berbagai macam mikroorganisme dan ditandai
dengan gejala-gejala umum dan manifestasi neurologis.
Jika terjadi ensefalitis, biasanya tidak hanya pada daerah otak saja yang
terkena, tapi daerah susunan saraf lainnya juga dapat terkena. Hal ini terbukti
dari istilah diagnostik yang mencerminkan keadaan tersebut, seperti
meningoensefalitis.
Tentunya keadaan seperti diatas tidak terjadi dengan begitu saja,tetapi hal
tersebut dapat terjadi apabila infeksi pada jaringan otak tersebut mengenai
pusat-pusat fungsi otak. Karena ensefalitis secara difus mengenai anatomi
jaringan otak, maka sukar untuk menentukan secara spesifik dari gejala klinik
kira-kira bagian otak mana saja yang terlibat proses peradangan itu.
Angka kematian untuk ensefalitis masih relatif tinggi berkisar 35-50% dari
seluruh penderita.Sedangkan yang sembuh tanpa kelainan neurologis yang
nyata dalam perkembangan selanjutnya masih mungkin menderita retardasi
mental dan masalah tingkah laku.
II. ETIOLOGI
Infeksi dapat terjadi karena virus langsung menyerang otak atau reaksi radang
akut karena infeksi sistemik atau vaksinasi terdahulu.
2
Berbagai jenis virus dapat menimbulkan ensefalitis, meskipun gejala klinisnya
sama. Sesuai dengan jenis virus, serta epidemiologinya, diketahui berbagai
macam ensefalitis virus.
Meskipun di Indonesia secara klinis dikenal banyak kasus ensefalitis, tetapi baru
Japanese B encephalitis yang ditemukan.
III. PATOGENESIS
Virus dapat masuk tubuh pasien melalui kulit, saluran nafas dan saluran cerna.
Setelah masuk ke dalam tubuh, virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan
beberapa cara :
- Setempat : virus hanya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan
atau organ tertentu.
- Penyebaran hematogen primer : virus masuk ke dalam darah kemudian
menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.
- Penyebaran hematogen sekunder : virus berkembang biak di daerah
pertamakali masuk (permukaan selaput lendir) kemudian menyebar ke
organ lain.
- Penyebaran melalui saraf : virus berkembang biak di permukaan
selaput lendir dan menyebar melalui sistem saraf.
Pada keadaan permulaan timbul demam, tetapi belum ada kelainan neurologis.
Virus akan terus berkembang biak, kemudian menyerang susunan saraf pusat
dan akhirnya diikuti kelainan neurologis.
3
- Reaksi jaringan saraf pasien terhadap antigen virus yang akan
berakibat demielinisasi, kerusakan vaskular, dan paravaskular. Sedangkan
virusnya sendiri sudah tidak ada dalam jaringan otak.
- Reaksi aktivasi virus neurotropik yang bersifat laten.
Seberapa berat kerusakan yang terjadi pada SSP tergantung dari virulensi virus,
kekuatan teraupetik dari system imun dan agen-agen tubuh yang dapat
menghambat multiplikasi virus.
Pada umumnya, virus bereplikasi diluar SSP dan menyebar baik melalui
peredaran darah atau melalui sistem neural ( virus herpes simpleks, virus varisella
zoster ). Patofisiologi infeksi virus lambat seperti subakut skelosing panensefalitis
(SSPE) sanpai sekarang ini masih belum jelas.
Patogenesis dari ensefalitis herpes simpleks sampai sekarang masih belum jelas
dimengerti. Infeksi otak diperkirakan terjadi karena adanya transmisi neural secara
langsung dari perifer ke otak melaui saraf trigeminus atau olfaktorius.
Virus herpes simpleks tipe I ditransfer melalui jalan nafas dan ludah.Infeksi
primer biasanya terjadi pada anak-anak dan remaja.Biasanya subklinis atau berupa
somatitis, faringitis atau penyakit saluran nafas.Kelainan neurologis merupakan
komplikasi dari reaktivasi virus.Pada infeksi primer, virus menjadi laten dalam
ganglia trigeminal.Beberapa tahun kemudian,rangsangan non spesifik
menyebabkan reaktivasi yang biasanya bermanifestasi sebagai herpes labialis.
Kejang-kejang dapat bersifat umum atau fokal atau hanya twitching saja.
Kejang dapat berlangsung berjam-jam.
Gejala batang otak meliputi perubahan refleks pupil, defisit saraf kranial dan
perubahan pola pernafasan.
Pada kelompok pasca infeksi, gejala penyakit primer sendiri dapat membantu
diagnosis.
5
Rabies memberi gejala pertama yaitu depresi dan gangguan tidur, suhu
meningkat, spastis, koma pada stadium paralisis.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada fase awal penyakit ensefalitis viral, sel- sel di LCS sering kali
polimorfonuklear, baru kemudian menjadi sel- sel.
LCS sebaiknya dikultur untuk mengetahui adanya infeksi virus, bakteri &
jamur.
6
Pada kasus ensefalitis herpes simpleks, MRI menunjukan adanya
perubahan patologis, yang biasanya bilateral pada lobus temporalis
medial dan frontal inferior.
~ Computed Tomography
~ Elektroensefalografi (EEG)
- Meningitis TBC
Radang selaput otak. Ditemukan rangsang meningeal pada pemeriksaan
fisik.
- Abses otak
Radang bernanah pada jaringan otak. Dalam otak mula-mula terjadi radang
lokal disertai serbukan leukosit polimorfonuklear. Disekeliiling daerah
yang meradang, berproliferasi jaringan ikat dan astrosit, yang membentuk
kapsul. Jaringan yang rusak, mencair dan terbentuklah abses.
VII. PENATALAKSANAAN
Terapi suportif :
7
Untuk pasien dengan gangguan menelan, akumulasi lendir pada tenggorok,
dilakukan drainase postural dan aspirasi mekanis yang periodik.
Terapi kausal :
Pengobatan anti virus diberikan pada ensefalitis yang disebabkan virus, yaitu
dengan memberikan asiklovir 10 mg/kgBB/hari IV setiap 8 jam selama 10-14
hari.
Semua penyakit yang disebabkan arbovirus sampai saat ini tidak ada terapi
yang spesifik,sehingga terapi yang digunakan hanyalah terapi suportif dan
simtomatis.
Terapi Simptomatik :
8
VIII. PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI
9
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku kuliah II Ilmu Kesehatan Anak, Staf Pengajar IKA FKUI, Cetakan
kesembilan, infomedika jakarta, 2000, hal 622-624
2. Waldo E. Nelson, MD, Victor C. Vaughan III, MD, R. James McKay, Jr, MD,
Richard E Behrman, MD, Nelson Textbook of Pediatrics, 11th edition, W.B
Saunders Company, Philadelphia, 1979, Chapter 10-infectious disease,
Encephalitis, page 728-734
3. Aris Mansjoer, Suprohaita, Wahyu Ika Wardhani wiwik Setiowulan, Kapita
Selekta Kedokteran, Jilid I-II
4. Practical Paediatrics Problems, Diseases of The Nervous System, page 531-
535
5. Waldo E. Nelson, MD, Richard E Behrman, MD, Robert M. Kliegman, MD,
Hal B. Jenson, MD, Nelson Textbook of P ediatrics, 16th edition, W.B
Saunders Company, Philadelphia, 2000, Chapter 172 Central Nervous System
Infections, Viral Meningoencephalitis, page 757-760
10
LAPORAN KASUS
ENSEFALITIS
Disusun oleh :
Ondolan, M. Yoserizal, Renti Woro
11
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
-IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : An. Given Simamora
Umur : 6 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Pondok gede, Bekasi
Agama : Katholik
Suku : Batak
Pendidikan : Belum sekolah
AYAH
Nama lengkap : Tn Karel Simamora
Umur : 35 tahun
Suku : Batak
Alamat : Pondok gede, Bekasi
Agama : Katholik
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
IBU
Nama lengkap : Ny. Ervina
Umur : 33 tahun
Suku : Batak
Alamat : Pondok gede, Bekasi
Agama : Katholik
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pegawai swasta
B. ANAMNESIS
12
2. Riwayat penyakit sekarang :
± 3 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien terlihat lemah, tidak aktif,
panas -, muntah -, batuk-, pilek-, BAB keras, BAK biasa, nafsu makan
biasa.
± 1 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien kejang pada sisi tubuh
bagian kanan yaitu tangan dan kakinya. Saat kejang, tangan pasien
mengepal, kaku, begitu juga kakinya menjadi kaku. Kedua mata melotot
dan bola matanya tidak simetris. Sedangkan tangan dan kaki kirinya tidak
kaku. Lamanya kejang kurang dari 15 menit, setelah kejang pasien tidak
menangis, tapi berespon bila dipanggil. Passien masih lemah, tidak aktif.
± 2-3 jam kemudian, pasien kejang kembali. Dalam 1 hari frekuensi
kejang ±5x, panas-, batuk-, pilek-, BAB keras, BAK biasa, nafsu makan
biasa, muntah-.
± 4 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien kembali kejang. Setelah
kejang tampak diam, lemah, dan tidak berespon walaupun dicubit. Pasien
tidak mau makan dan minum, panas-, batuk-, pilek-, muntah-, BAB keras,
BAK biasa,. Lalu oleh ibunya, dibawa ke dokter umum, disana tidak diberi
pengobatan.
Pasien belum pernah sakit seperti ini sebelumnya. Riwayat trauma
disangkal.
6. Riwayat persalinan
Pasien lahir di tolong oleh bidan, di rumah bersalin, cukup bulan,
secara spontan pervaginam, dengan berat badan 3500 gr, panjang 50 cm,
dengan APGAR score tidak diketahui. Kelainan bawaan tidak ada.
7. Riwayat imunisasi
I II III Ulangan
BCG 2 bulan
DPT 2 bulan
Polio
Tipa
Campak
Lain-lain
13
8. Riwayat makanan
Umur (bulan) ASI / PASI Biskuit / Buah Bubur Susu Nasi Tim
0-2 PASI - - -
2-4 PASI - √ -
4-6 PASI √ √ -
6-8 - - -
8-10
10-12
9.Riwayat Perkembangan :
- Pertumbuhan gigi pertama : 5 bulan
- Tengkurap : 4 bulan
- Duduk : 5 bulan
- Jalan :-
- Bicara :-
- Membaca & Menulis :-
C. PEMERIKSAAN FISIK
DATA ANTROPOMETRI
PEMERIKSAAN SISTEMATIK
14
Telinga : Lapang, sekret -/-, membran timpani utuh
Mulut : Mukosa mulut lembap
Leher : Kelenjar getah bening tidak teraba
D.PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Elektrolit 15/10/04 :
Na : 134 mmol/L
K : 5,0 mmol/L
Cl : 100 mmol/L
E. DIAGNOSIS KERJA
Suspect ensefalitis
F. DIAGNOSIS BANDING
Epilepsi
G. PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan :
-Rawat inap.
-IVFD Kaen 3B 7 tts/mnt (mikro)
-diet TMO (NGT)
-Medikamentosa : -Cefotaksim 2x350 mg (IV)
-Dexametasone 3x1 mg (IV)
-Luminal 2x25 mg (po) 2 hari
selanjutnya 2x15 mg (po)
-Novalgin 50 mg kp S≥ 39°C
-Sanmol 4x6 gtt (po)
2. Rencana pemeriksaan :
-Darah lengkap
-Urine lengkap
-Feses lengkap
-Lumbal pungsi
-CT scan
-EEG
16
H. PROGNOSIS
17
FOLLOW UP Bagian Anak
15 16 17 18 19
Demam - - + + +
Kejang - - + - -
BAB - - - -
BAK + + + +
Keadaan umum Tampak sakit > > > >
berat
Kesadaran Apatis Somnolen > > Apatis
Tekanan darah 90/50
mmhg
Frekuensi nadi 120x/mnt 120x/mnt > 140x/mnt 150x/m
(reguler, (reguler, (reguler) (reguler,
lemah) isicukup, lemah)
kuat
angkat)
18
-Eri -4,46
-Leuko -27400
-Hitung jenis -/5/2/54/38/1
-Retikulo -8
-Trombo -811.000
-Ht -32
Gula drh 101
sewaktu
Elektrolit :
-Na -134 133
-K -5,0 3,9
-Cl -100 120
AGD : 17.45
-Ph -7,394 7,394 > 7,412
-PCO2 -34,6 28.0 > 36,6
-PO2 -113,2 90,7 > 137,6
-Sat O2 -98,3 96,7 > 99,1
-O2 -20,8 20,4 > 21,1
-BE -(-)3,3 -6,5 > -1,2
-BB -44,6 41,5 > 46,7
-HCO3 -20,7 16,7 > 22,8
-TCO2 -21,7 17,6 > 23,9
Faeces lengkap Tidak ada
kelainan
Rontgen -
CT scan - Kesan : >
ventrikulomegali,
curiga ensefalitis
LP - - - -
Diagnosa Susp. > > > >
Ensefalitis
Penatalaksanaan IVFD Kaen IVFD IVFD Kaen 3B > 12
3B 7 tts/mnt Kaen 1B 30 tts/mnt tts/mnt
(mikro) 30 tts/mnt (mikro) (mikro)
(mikro)
Diet TMO > > > Susu olac
(NGT) 8x60cc
(NGT)
Cefotaksim > > > >
2x350mg IV
Dexametasone > Dexametasone > 3X0,2cc
3x1mg IV 3x0,5cc IV Tapp off
19
S≥39°C
Sanmol > > > (NGT) >
4x6gtt PO
Plantacid
3x1/2
CTH PO
cInhalasi
3x/hr :
Fulmicort
0,5cc
-Ventolin
0,5cc
-Bisolvon
8 tts
-Nacl 2c
Rencana -LP > > >
pemeriksaan -CT scan >
20
FOLLOW UP Bagian anak
20 21 22 23
Demam + - + -
Kejang - -
BAB - - -
BAK + + +
Apnoe +
Keadaan umum Tampak sakit > > >
berat
Kesadaran Koma > > >
Tekanan darah
Frekuensi nadi 140x/mnt 160x/mnt 112x/mnt 140x/mnt
(reguler,lemah) (reguler) (reguler,lemah)
Frekuensi 40x/mnt > 20x/mnt 23x/mnt
Nafas (tidak adekuat) (tidak >
adekuat)
Suhu 37,8°C 37 36,5 36,4
Kepala :
-Ukuran
-UUB Menonjol Tidak > Menonjol
menonjol
Mata : Anisokoor > > 3mm
-Pupil 1mm/2mm 2mm/3mm > Isokoor,
-Refleks cahaya -/- > > >
Thorax DBN DBN > >
Abdomen
-Ins Tampak >
menonjol
didaerah
suprapubik
ke umbilicus
>
-A BU 1x/mnt > Bulging+ >
-Pal Timpani ; >
-Per Pekak >
Kulit
Extremitas Tetraplegi
-Atas Kanan=spastis >
Kiri = sulit > > Plebitis
dinilai
-Bawah Paraplegi > >
-Akral Dingin
-Sianosis
-Capilary Refill >2”
Rangsang - - - -
meningeal
21
Refleks fisiologis +++/+++ +++/+++ +++/+++ >
Refleks patologis +/+ +/+ +/+ -/-
Hasil lab darah :
-LED
-Hb
-Eri
-Leuko
-Hitung jenis
-Retikulo
-Trombo
-Ht
Gula drh sewaktu
Elektrolit :
-Na 141
-K 4,8
-Cl 113
AGD :
-Ph 7,398
-PCO2 47,6
-PO2 55,8
-Sat O2 88,9
-O2 18,7
-BE 3,0
-BB 51,0
-HCO3 28,7
-TCO2 30,2
Rontgen
CT scan
LP
Diagnosa Susp. Ensefalitis > > Ensefalitis
Penatalaksanaan IVFD: IVFD
-Tiofusin 1000 > > >
250 cc
-Kaen 3B > 400 > >
cc
-Aminofusin > >
ped > 175 cc
Kaen 3B 18 tts/mnt > off
12 tts/mnt krn plebitis
(nikro)
Inhalasi >
3x/hr :
Fulmicort
0,5cc
-Ventolin
0,5cc
-Bisolvon 8
tts
-Nacl 2cc
22
Cefotaksim > > >
2x350mg IV
Dexametasone > > >
3x0,2cc IF >
tapp off
Diazepam > > > kp
3x1mg IV
Sanmol 4x6gtt > > >
PO
Dumin supp kp > >
≥ 39°C
Plantasid 3x1/2 > > >
CTH po
Nicholin > > >
3x75mg IV
Piracetam > > >
3x75mg IV
Zalf garamycin >
(mata)
Novalgin >
3x59mg IV
kp
INH 1x70mg >
po
Rimfapisin >
1x70mg po
Pirazinamid >
2x70mg po
Dopamin
3µ/g/kgbb/mnt
(dlm dextrose
10%)
Rencana LP > > >
pemeriksaan
23
FOLLOW UP bagian anak
24 25 26
Demam - - -
Kejang - - -
BAB +,encer,hitam - -
BAK + + +
Apnoe - - -
Keadaan umum Tampak sakit > >
Berat
Kesadaran Koma > >
Tekanan darah - - -
Frekuensi nadi 168x/mnt 140x/mnt 126x/mnt
(reguler lemah) (reguler, isicukup,
kuat angkat)
Frekuensi 20x/mnt 38x/mnt 68x/mnt (adekuat)
Nafas (tidak adekuat)
Suhu 38°C 36,3 35,8
(axilla)
Kepala :
-Ukuran
-UUB tidak menonjol > >
Mata :
-Pupil Isokor, 2mm Isokoor, 3 mm >
-Refleks cahaya -/- > >
24
-Akral Dingin > >
-Sianosis
-Capilary Refill >2detik > >
Rangsang meningeal - - -
Refleks fisiologis +++/+++ +/+ +++/+++
Refleks patologis -/- -/- +/+
Hasil lab darah :
-LED
-Hb
-Eri
-Leuko
-Hitung jenis
-Retikulo
-Trombo
-Ht
Gula drh sewaktu
Elektrolit :
-Na
-K
-Cl
AGD :
-Ph
-PCO2
-PO2
-Sat O2
-O2
-BE
-BB
-HCO3
-TCO2
Rontgen
CT scan
LP
Diagnosa Encefalitis > >
Penatalaksanaan Kaen 3B 18 tts/mnt > 10 tts/mnt (mikro)
(mikro)
Cefotaksim > >
2x350mg IV
Dexametasone > >
3x0,2cc IV > tapp
off
Diazepam 3x1mg > >
IV
Sanmol 4x6gtt PO > >
Novalgin 3x50mg > >
IV kp
Plantasid 3x1/2 > >
CTH po
Nicholin 3x75mg > >
25
IV
Piracetam 3x75mg > >
IV
INH 1x70mg po > >
Rimfapisin > >
1x70mg po
Pirazinamid > >
2x70mg po
Dopamin > >
3µ/g/kgbb/mnt
(dlm dextrose
10%)
26
FOLLOW UP bagian syaraf
20 21 22 23
Keadaan umum Tampak sakit > > >
berat
Kesadaran Sopor > > >
Nadi 140x/mnt 132x/mnt 122x/mnt 100x/mnt
RR 40x/mnt 22x/mnt 26x/mnt 32x/mnt
Suhu 37,8°C 37,2 37,6 36
GCS E1V2M3=6 E2V2M3=7
Status
neurologis :
NI - - - -
N II - - - -
N III, IV, VI Pupil > > Pupil isokoor,
anisokoor, 3mm
3mm/4mm,
RC -/- +/+ -/-
NV Sulit dinilai - - -
N VII Angkat alis :
sulit dinilai > > >
Kerut dahi :
Sulit dinilai > > >
SNL simetris Tidak dapat > >
dinilai
N VIII Sulit dinilai - - -
N IX, X Sulit dinilai - - -
N XI - - - -
N XII Sulit dinilai - - -
Rangsang
meningeal :
Kaku kuduk - - -
Brudzinski I - - -
Brudzinski II - - -
Refleks
fisiologis :
Biseps Spastis/sulit - - -
dinilai
Trisep Spastis/sulit - - -
dinilai
KPR +++/+++ > > >>>
APR +/+ > > >
Refleks
patologis :
Babinski +/+ > > -/-
Schaeffer +/+ > > -/-
Chaddock +/+ > > -/-
Gordon +/+ > > -/-
Oppenheim +/+ > > -/-
27
Sensibilitas Sulit dinilai - > >
Motorik - /- - /- 00000/0000 >
0000/0000 0000/0000 00000/0000
DK Ensefalitis Tetraplegi > >
DT Parenkim otak > >
DE Ensefalitis e.c > >
M. TB
Penatalaksanaan IVFD: >
-Tiofusin 1000
> 250 cc
-Kaen 3B >
400 cc
-Aminofusin
ped > 175 cc
Cefotaksim > > > >
2x350mg IV
Dexametasone > > > >
3x0,2cc IV >
tapp off
Diazepam > > > >
3x1mg IV
Sanmol 4x6gtt > > > >
PO
Dumin supp kp > >
≥ 39°C
Plantasid 3x1/2 > > > >
CTH po
Nicholin > > > >
3x75mg IV
Piracetam > >
3x75mg IV
INH 1x70mg po > >
Rimfapisin > >
1x70mg po
Pirazinamid > >
2x70mg po
Novalgin > >
3x50mg IV kp
Dopamin >
3µ/g/kgbb/
mnt (dlm
dextrose
10%)
28
FOLLOW UP bagian syaraf
24 25 26
Keadaan umum Tampak sakit berat > >
Kesadaran Sopor > >
Nadi 164x/mnt 132x/mnt 100x/mnt
RR 17x/mnt 44x/mnt 32x/mnt
Suhu 38,1 37,2 37
GCS
Status neurologis :
NI - - -
N II - - -
N III, IV, VI Pupil isokoor, > >
3mm, RC -/-
NV - - -
N VII - - -
N VIII - - -
N IX, X - - -
N XI - - -
N XII - - -
Rangsang
meningeal :
Kaku kuduk - - -
Brudzinski I - - -
Brudzinski II - - -
Refleks fisiologis :
Biseps - - -
Trisep - - -
KPR +++/+++ +/+ ++/++
APR +/+ +/+ ++/++
Refleks patologis :
Babinski -/- > >
Schaeffer -/- > >
Chaddock -/- > >
Gordon -/- > >
Oppenheim -/- > >
Sensibilitas -/- > >
Motorik 0000/0000 > >
0000/0000
DK Tetraplegi > >
DT Parenkim otak > >
DE Ensefalitis > >
Penatalaksanaan
Cefotaksim > > >
2x350mg IV
Dexametasone > > >
3x0,2cc IV > tapp
off
29
Diazepam 3x1mg > > >
IV
Sanmol 4x6gtt PO > > >
Dumin supp kp ≥
39°C
Plantasid 3x1/2 > > >
CTH po
Nicholin 3x75mg > > >
IV
Piracetam 3x75mg > > >
IV
INH 1x70mg po > > >
Rimfapisin > > >
1x70mg po
Pirazinamid > >
2x70mg po
Novalgin 3x50mg > > >
IV kp
Dopamin > >
3µ/g/kgbb/mnt
(dlm dextrose
10%)
30