You are on page 1of 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Selaput ketuban yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion dan
korion yang sangat erat kaitannya. Lapisan ini terdiri atas beberapa sel seperti sel
epitel, sel mesenkim dan sel trofoblast yang terikat erat dalam metrics kolagen.
Selaput ketuban berfungsi menghasilkan air ketuban dan melindungi janin terhadap
infeksi.
Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan.
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.
Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu, disebut ketuban
pecah dini pada kehamilan premature. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan
hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini.
Ketuban pecah dini premature terjadi pada 1 % kehamilan. Pecahnya selaput
ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang terjadi dalam kolagen
matriks eksta seluler amnion, korion, dan apoptosis membrane janin. Membrane janin
dan desidua bereaksi terhadap stimuli, seprti infeksi dan peregangan selaput ketuban
dengan memproduksi mediator seperti prostaglandin, sitokinin dan protein hormone
yang merangsang aktivitas matriks degrading enzyme.

1.2Tujuan Penulisan
Untuk memenuhi tugas mata kuliah askeb IV
Tujuan khusus
 Menambah pengetahuan bagi mahasiswa mengenai obstetri patologis
Ketuban Pecah Dini.
 Mengembangkan kreatif mahasiswa dalam membuat makalah.
 Dapat berguna bagi yang membaca dikemudian hari.

1.3Ruang Lingkup
Penulisan makalah ini memiliki ruang lingkup yang cukup luas dan saling
berhubungan satu dengan yang lainnya. Ini merupakan pembahasan mengenai
“Ketuban Pecah Dini”. Mencakup penjelasan mengenai pengertian, diagnosa,
komplikasi, penatalaksanaan dan contoh kasus ketuban pecah dini

1.4 Metode Penulisan


Metode penulisan yang penulis gunakan dalam mengumpulkan data adalah
studi kepustakaan atau litelatur untuk memperoleh bahan bacaan ilmiah yaitu
mempelajari buku-buku sumber yang sangat membantu penulisan makalah ini dan
juga mencari data melalui penjelajahan di dunia maya.

1.5 Sistematika Penulisan


Penulisan makalah ini terdiri dari 3 bab yang disusun secara sistematik,
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
1.3 Ruang Lingkup
1.4 Metode Penulisan
1.5 Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN MATERI
2.1 Pengertian Ketuban Pecah Dini
2.2 Etiologi
2.3 Diagnosis
2.4 Pengaruh KPD
2.5 Komplikasi
2.6 Penatalaksanaan
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus
3.2 Management Kebidanan Pada Ibu Hamil
Dengan Ketuban Pecah Dini
BAB IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
TINJAUAN MATERI

2.1 Pengertian
Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi proses
persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu
( Cunningham, Mc. Donald, gant, 2002).
Ketuban Pecah Dini adalah rupturnya membrane ketuban sebelum persalinan
berlangsung (Manuaba, 2002)
Ketuban pecah dini atau spontaneous / early / premature rupture of the
membrane (PROM) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum in partu, yaitu bila
pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm
(Sinopsis Obstetri Jilid I, 1998)

2.2 Etiologi Ketuban Pecah Dini

Menurut Ben-Zion Taher , M.D (1994) disebabkan oleh :

1. Inkompetensia serviks
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada
otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah,
sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu
menahan desakan janin yang semakin besar.
Adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi yang nyata, disebabkan
laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan
congenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan
tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau
awal trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput
janin serta keluarnya hasil konsepsi ( Manuaba 2002 )
2. Peninggian tekanan inta uterin

Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan


dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :
a. Trauma : hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
b. Gemelli

Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada
kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga
menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini
terjadikarena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung
(selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang
menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah.
( Abdul Bari, Saifudin. 2002 )

c. Makrosomia

Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan


dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over
distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga
menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban menjadi teregang,
tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput
ketuban mudah pecah. ( Winkjosastro, Hanifah, 1999 ).

d. Hidramnion

Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000


mL. uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak.
Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara
berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan
uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja.

3. Kelainan letak
Misalnya pada letak sungsang dan lintang.
4. Korioamnionitis

Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaran


organism vagina ke atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah pecahnya
selaput ketuban > 24 jam dan persalinan lama.(Ben-Zion Taher , M.D 1994)

5. Penyakit infeksi

Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yang


meyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi menyebabkan
terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik
sehingga memudahkan ketuban pecah.

2.3 Diagnosis

Pastikan selaput ketuban pecah.


Tanyakan waktu terjadi pecah ketuban.
Cairan ketuban yang khas jika keluar cairan ketuban sedikit-sedikit,
tampung cairan yang keluar dan nilai 1 jam kemudian.
Jika tidak ada dapat dicoba dengan menggerakan sedikit bagian terbawah
janin atau meminta pasien batuk atau mengedan.
Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (nitrazin
tes ), jika lakmus merah berubah menjadi biru menunjukan adanya cairan
ketuban ( alkalis ). Darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes
yang positif palsu. pH air ketuban 7 – 7,5
Tes Pakis, dengan meneteskan cairan ketuban pada gelas objek dan
dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukan kristal cairan
amniom dan gambaran daun pakis.
Tentuka usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG.
Tentukan ada tidaknya infeksi.
Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38OC serta cairan
ketuban keruh dan berbau.
Leukosit darah lebih dari 15.000/mm3.
Janin yang mengalami takikardi, mungkin mengalami infeksi intra
uterin.
Tentukan tanda-tanda persalinan.
Tentukan adanya kontraksi yang teratur
Periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif
( terminasi kehamilan )

Diagnosis Cairan Vagina


Gejala dan tanda selalu Gejala dan tanda Diagnosis
ada kadang-kadang ada kemungkinan
Keluar cairan ketuban Ketuban pecah tiba- Ketuban pecah dini
tiba
Caiaran tampak di
introitus
Tidak ada his dalam 1
jam
Cairan vagina berbau Riwayat keluarnya Amnionitis
Demam atau cairan
menggigil Uterus nyeri
Nyeri perut DJJ cepat
Perdarahan pervaginam
sedikit
Cairan vagina berbau Gatal Vaginitis atau servisitis
Tidak ada riwayat Keputihan
ketuban pecah Nyeri perut
Disuria
Cairan vagina berdarah Nyeri perut Perdarahan antepartum
Gerak janin berkurang
Perdarahan banyak
Cairan berupa darah Pembukaan dan Awal persalinan aterm
lendir penipisan tipis atau preterm
Ada his
2.4 Pengaruh KPD

1. Terhadap Janin

Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin


sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu terjadi (amnionitis,
vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan morrtalitas dan
morbiditas perinatal.

2. Terhadap Ibu

Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila
terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis atau
nifas, peritonitis dan septikemia, serta dry-labor. Ibu akan merasa lelah karena
terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat
dan nampaklah gejala-gejala infeksi lainnya.

2.5 Komplikasi Ketuban Pecah Dini

Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia
kehamilan. Dapat terjadi Infeksi Maternal ataupun neonatal, persalinan prematur,
hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden SC, atau
gagalnya persalinan normal. (buku ilmu kebidanan 2008 hal. 678)

IUFD

 Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten
tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah
ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam.
Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.

 Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu
terjadi Korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis.
Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban Pecah Dini
premature, infeksi lebih sering daripada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder
pada KPD meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.

 Hipoksia dan asfiksia


Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat
hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin
dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.

 Syndrom deformitas janin


Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin
terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta
hipoplasi pulmonal.

2.6 Penatalaksanaan

 Konservatif
Rawat di rumah sakit
Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusio
plasenta
Jika ada tanda-tanda infeksi ( demam dan cairan vagina berbau ), berikan
antibiotika sama halnya jika terjadi amnionitosis
Jika tidak ada infeksi dan kehamilan <37 minggu
 Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin
 Ampisilin 4x 500mg selama 7 hari ditambah eritromisin 250
mg per oral 3x perhari selama 7 hari.
Jika usia kehamilan 32-37 mg, belum inpartu, tidak ada infeksi, beri
dexametason, dosisnya IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 x, observasi
tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin.
Jika usia kehamilan sudah 32-37 mg dan sudah inpartu, tidak ada infeksi
maka berikan tokolitik, dexametason, dan induksi setelah 24 jam.
 Aktif
Kehamilan lebih dari 37 mg, induksi dengan oksitosin
Bila gagal Seksio Caesaria dapat pula diberikan misoprostol 25 mikrogram
– 50 mikrogram intravaginal tiap 6 jam max 4 x.
Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan
diakhiri.

Indikasi melakukan induksi pada ketuban pecah dini adalah sebagai berikut :
1.      Pertiimbangan waktu dan berat janin dalam rahim. Pertimbangan waktu
apakah 6, 12, atau 24 jam. Berat janin sebaiknya lebih dari 2000 gram.
2.     Terdapat tanda infeksi intra uteri. Suhu meningkat lebih dari 38°c, dengan
pengukuran  per rektal. Terdapat tanda infeksi melalui hasil pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan kultur air ketuban.

Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini


Ketuban Pecah Dini
< dari 37 minggu > dari 37 minggu
Infeksi Tidak ada infeksi infeksi Tidak ada infeksi
Diberikan Amoxillin+ Diberikan Lahirkan bayi
penicillin, eritromicin untuk 7 penicillin,
gentamicin dan hari gentamicin dan
metronidazol metronidazol
Lahirkan bayi Steroid untuk Lahirkan bayi Berikan penicillin
pematangan paru atau ampicillin
Antibiotika setelah persalinan
Profilaksis Ada infeksi Tidak ada infeksi
Stop antibiotik Lanjutkan untuk Tidak perlu antibiotik
24-48 jam setelah
bebas panas

 Penatalaksanaan lanjutan
1. Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu sering kali didahului
kondisi ibu yang menggigil.
2. Lakukan pemantauan DJJ. Pemeriksaan DJJ setiap jam sebelum aw itan
persalinan adalah tindakan yang adekuat sepanjang DJJ dalam batas normal.
pemantauan DJJ ketat dengan alat pemantau janin elektronik secara kontinu
dilakukan selama induksi oksitosin untuk melihat tanda gawat janin akibat
kompresi tali pusat atau induksi. Takikardia dapat mengindikasikan infeksi
uteri.
3. Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu.
4. Ketika melakukan pemeriksaan dalam yang benar-benar diperlukan, perhatikan
juga hal-hal berikut:
a. Apakah dinding vagina teraba lebih hangat dari biasa
b. Bau rabas atau cairan di sarung tanagn anda
c. Warna rabas atau cairan di sarung tangan
5. Beri perhatian lebih seksama terhadap hidrasi agar dapat diperoleh gambaran
jelas dari setiap infeksi yang timbul. Seringkali terjadi peningkatan suhu tubuh
akibat dehidrasi.
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Kasus

Ny. A berusia 23 tahun G1P0A0, datang ke Puskesmas Kec. Tebet tanggal 07


Maret 2011, Pukul 04.00 WIB dalam kondisi air ketuban sudah merembes keluar
(pecah ketuban) 30 menit sebelum ke puskesmas, tetapi belum ada pembukaan. Usia
kehamilan klien adalah 37 minggu, HPHT 16 Juni 2010 . Tanggal perkiraan lahir
adalah 23 Maret 2011 .

3.2 MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

DENGAN KETUBAN PECAH DINI

Ibu G1P0A0 Hamil : 37 minggu

Datang ke Puskesmas Kec. Tebet : Tanggal 07 Maret 2011, Pukul 04.00 WIB

Keluhan : Keluar air-air sejak pukul 03.30

I. PENGKAJIAN
Pada Tanggal : 07 Maret 2011 Pukul : 04.00 WIB

A. Anamnesa
Nama Klien : Ny. A Nama Suami : Tn. B
Umur : 23 tahun Umur : 26 tahun
Kebangsaan : Indonesia Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat Kantor : - Alamat Kantor : Pancoran Barat
Alamat Rumah : Jl. Menteng Dalam Alamat Rumah : Jl. Menteng Dalam

B. Riwayat Menstruasi
Menarche: 11 tahun
Hari Pertama Menstruasi yang Terakhir: 16 Juni 2010.
Lamanya: hari. Banyaknya: 3-4 x ganti pembalut.
Siklus: 28 hari, teratur. Konsistensi cair.
Dismenore / Tidak.

C. Tanda-Tanda kehamilan
Hasil test kahamilan : (+) HCG.
Tanggal dilakukan test : 10 Agustus 2010.

D. Pergerakan fetus dirasakan pertama kali : usia kehamilan 18 minggu.


Pergerakan fetus dalam 24 jam terakhir : > 10 kali.

E. Kebiasaan Sehari-hari
 Diet/makan : 3 x sehari.
Makanan sehari-hari: Nasi, sayuran, tahu, tempe, ikan, buah, susu.
Perubahan makanan yang dialami : tidak ada.
Nafsu makan : baik.
 Pola Eliminasi :
BAB : 1 kali / hari BAK: > 6 x sehari
Warna : kuning kecoklatan Warna : kuning jernih
Konsistensi : lunak Konsistensi : cair
Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
 Aktifitas sehari-hari : mengerjakan pekerjaan ibu rumah tangga, seperti
memasak,
mencuci, nyapu & ngepel.
 Pola istirahat dan tidur
Malam + 7 jam, siang 1 jam.
 Seksualitas : tidak ada gangguan.
F. Imunisasi TT I tanggal :, TT 2 tanggal :

G. Riwayat KB
Kontrasepsi yang pernah digunakan : tidak ada
Kepuasan terhadap kontrasepsi : -
Efek samping : -
Lama penggunaan : -

H. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu :


Tgl/Thn Tempat Usia Jenis
No Penolong Penyulit JK PB PB
partus Partus Kehamilan Partus
1. Hamil ini

I. Riwayat Ginekologi
Infeksi pada vagina Tidak ada
Pap Smear Tidak pernah
Pembedahan di daerah kemaluan Tidak pernah
Pembedahan di daerah payudara Tidak pernah
Infertilitas Tidak ada

J. Riwayat kesehatan
1. Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita
Penyakit jantung : tidak pernah.
TBC : tidak pernah.
Asma : tidak pernah.
Hipertensi : tidak pernah.
Epilepsi : tidak pernah.
Diabetes : tidak pernah.
Anemia berat : tidak pernah.
Penyakit ginjal : tidak pernah.
Hepatitis : tidak pernah.
2. Riwayat medis keluarga
Penyakit jantung : tidak ada.
Kelainan kongenital : tidak ada.
Kehamilan lebih dari satu : tidak ada.
Penyakit darah : tidak ada.
3. Perilaku yang merugikan kesehatan
Penggunaan alcohol : tidak mengkonsumsi
Obat-obatan/jamu yang sering digunakan : tidak ada
Merokok, makan sirih : tidak
Irigasi vagina / ganti pakaian dalam : tidak, ganti pakaian dalam 2 x
sehari.

K. Riwayat Sosial
1. Apakah kehamilan ini direncanakan / diinginkan : ya.
2. Jenis Kelamin yang diharapkan : ♀ / ♂ sama saja, yang penting
sehat.
3. Status Perkawinan : menikah, Jumlah: 1 kali, lama perkawinan: 1
tahun.
4. Hubungan dengan suami : baik.
5. Hubungan dengan keluarga ibu / mertua : baik.
6. Hubungan dengan tetangga : baik.
7. Susunan keluarga yang tinggal serumah
Umur Jenis Hubungan
No Pendidikan Pekerjaan Ket.
(Tahun) Kelamin Keluarga
1. 26 th L Suami SMA Karyawan Swasta Sehat

8. Kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan ibu hamil, bersalin dan


nifas : tidak ada.

L. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : baik, Kesadaran : compos mentis
Keadaan emosional : stabil
 Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg Denyut nadi : 80 x/mnt
Suhu tubuh : 36,6 0C Pernafasan : 20 x/mnt
 Tinggi badan : 153 cm Berat badan : 56 kg
Sebelum hamil : 46 kg
Kenaikan BB selama hamil : 10 kg
 Kepala Rambut : hitam, bersih, tidak berketombe, tidak rontok.
Muka : tidak ada cloasma gravidarum, bersih,
tidak oedem.
Mata : conjungtiva : tidak anemis, sclera : tidak
ikterik.
Mulut/Gigi : tidak stomatitis, tidak caries.
THT : Telinga : bersih, tidak ada serumen, tidak ada
OMP.
Hidung : bersih, tidak ada serosum, tdak ada polip.
Tenggorokan : tidak ada radang.
 Leher : Kel. Thyroid : tidak ada pembengkakan.
Vena Jugularis : tidak ada pembesaran.
Kel. Getah Bening : tidak ada pembengkakan.
 Dada dan Axila :
 Dada :
Mammae : Membesar , simetris, tidak ada benjolan/tumor.
Areolla : hiperpigmentasi.
Pappila mammae : bersih, menonjol, tidak lecet, ada pengeluaran
colostrum.
Striae : Tidak ada.
 Axilla : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
 Abdomen
a. Inspeksi :
Pembesaran perut sesuai dengan usia kehamilan, dengan arah
memanjang.
Terdapat linea nigra dan striae albicans.
Tidak ada bekas operasi/Secsio Caesaria.
Terlihat gerakan janin.
b. Palpasi :
Leopold I : TFU: 3 jari bawah Px (Mc.Donald: 33 cm).
Pada bagian fundus teraba 1 bagian besar, kurang
bulat, lunak, tidak melenting.
Leopold II : Kanan : teraba 1 tahanan keras memanjang.
Kiri : teraba bagian-baigan kecil janin.
Leopold III : Teraba 1 bagian keras, bulat, melenting.
Leopold IV : Bagian terendah janin sudah masuk PAP : 4/5
Kontraksi : ada, brakton hicks.
Perabaan janin saat kontraksi : sulit teraba.
Pergerakan janin : ada.
TBF : (33-13) x 155 + 10 % = + 3100 gr (2780 gr - 3410 gr)
c. Auscultasi :
Punctum maksimum : 1, di kuadran kanan bawah pusat
Frekuensi DJJ : 144 x /menit, teratur/tidak, intensitas : kuat
 Punggung dan pinggang
Posisi Tulang Belakang : lordosis fisiologis
Nyeri Pinggang : tidak ada
 Ekstremitas atas dan bawah
Atas : Simetris, tidak oedem.
Bawah : Simetris, tidak oedem, tidak Varices, Refleks Patella +/+
 Anogenital
 Vulva/Vagina : Tidak ada kelainan
 Pengeluaran : Air ketuban
 Periksa dalam :
- Portio : Arah Retro
- Penipisan :0%
- Pembukaan : 1 cm
- Ketuban : Ada
- Bagian bawah teraba: Kepala
- Petunjuk : UUK Kanan Depan
- Penurunan Kepala : Hodge I
M. Pemeriksaan Laboratorium
Darah : Hb 12,3 gram %, Golongan darah : B, Rh +
Urine : Protein : (-), Reduksi : (-)
Pemeriksaan Penunjang lain : tidak ada

II. INTERPRETASI DATA

Diagnosa Ibu, Janin,


No Dasar
Masalah Kesehatan
1. Ibu G1P0A0 S : - Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama,
hamil 37 minggu belum pernah melahirkan dan keguguran.
dengan suspect Ketuban - HPHT : 16 Juni 2010.
Pecah Dini (KPD) - Hasil tes HCG + pada tanggal 10 Agustus
2010.
- Ibu sudah merasakan pergerakan janin sejak
hamil 18 minggu.
- Ibu mengatakan keluar air-air yang tidak
dapat ditahan dari kemaluannya.
O : - Pembesaran perut sesuai dengan usia
kehamilan, dengan arah memanjang.
- L I : Mc.Donald 33 cm, TFU: 3 jari bawah
Px.
- DJJ 144 x/menit, teratur, intensitas : kuat.
- Gerakan anak (+)

2. Janin tunggal, hidup , intra Tunggal


uterin, presentasi kepala S : - Ibu mengatakan tidak ada keturunan
kembar
O: - pada LI, LII, LIII hanya teraba satu bagian
besar janin.
- pembesaran perut sesuai dengan usia
kehamilan, dengan letak memanjang.
- punctum maksimum terdengar di satu
tempat, kuadran bawah pusat.
Diagnosa Ibu, Janin,
No Dasar
Masalah Kesehatan
Hidup
S: - Ibu mengatakan merasakan gerakan janin.
O: - DJJ (+) 144 x/menit, teratur , intensitas:
kuat.
- Gerakan janin (+)

Intra uterin
S: - Ibu mengatakan tidak merasa sakit saat
janin bergerak, dan saat dilakukan palpasi.
O: - Gerakan janin terlihat
- Saat kontraksi, janin sulit diraba

Preskep
O: - Pada Leopold III teraba satu bagian keras,
bulat, melenting.

3. Masalah
- Keluar air-air S : - Ibu mengatakan keluar air-air yang tidak
dapat ditahan dari kemaluannya.
O : - Pada pemeriksaan anogenital didapat
Pengeluaran pervaginam : air ketuban, warna:
jernih, konsistensi: cair, jumlah: + 100 cc.

- Rasa takut dan S : - Ibu bertanya apa yang terjadi pada dirinya
cemas dan janinnya.
O : - Wajah ibu terlihat cemas dan gelisah.

4. Kebutuhan S : - Ibu bertanya apa yang harus ia lakukan saat


ini.
O : - Ibu terlihat cemas

III. ANTISIPASI MASALAH/RESIKO YANG BERHUBUNGAN


1. Resiko terjadinya Infeksi pada ibu
Dasar : ketuban pecah sebelum waktunya.
2. Resiko terjadinya gawat janin
Dasar : jumlah air ketuban berkurang sebelum persalinan.

IV. TINDAKAN SEGERA / KOLABORASI


1. Observasi adanya tanda-tanda persalinan
2. Apabila tidak ada kemajuan dalam 4 jam segera lakukan induksi

V. PERENCANAAN

No Interpretasi Data Rencana Tindakan


1. Ibu G1P0A0  Beritahu ibu tentang keadaan
Hamil 37 minggu kehamilan ibu saat ini dan kondisi ibu serta janin
dengan suspect berdasarkan hasil pemeriksaan
Ketuban Pecah
Dini (KPD)

2. Janin tunggal,  Observasi keadaan umum ibu, dan


hidup , intrauterin, TTV (nadi dan kenaikan suhu setiap 2 jam, TD setiap
presentasi kepala 4 jam)
 Observasi DJJ setiap 30 menit
Masalah
- Keluar air-
3. air

- Rasa takut  Beritahu ibu bahwa akan dilakukan


dan cemas pemeriksaan dengan Nitrazin test (lakmus merah
menjadi biru, lakmus biru tetap berwarna biru)
 Berikan support mental ibu
 Libatkan keluarga untuk
mendampingi ibu
4. Kebutuhan
 Beritahu ibu untuk memperhatikan
pergerakan janinnya
 Beritahu ibu bahwa akan dilakukan
induksi jika tidak ada kemajuan persalinan

VI. PELAKSANAAN TINDAKAN


 Memberitahu ibu tentang keadaan kehamilan ibu saat ini dan kondisi ibu serta
janin berdasarkan hasil pemeriksaan
- Usia kehamilan ibu saat ini 37 minggu
- Kondisi ibu saat ini baik
- TD : 120/80 mmHg
- N : 78 x/mnt
- RR : 19 x/mnt
- S : 37,0 0C
- Kondisi janin ibu juga baik dengan denyut jantung janin 140 x/menit,
teratur, dan intensitasnya kuat
 Mengobservasi keadaan umum ibu, dan TTV (nadi dan kenaikan suhu setiap 2
jam, TD setiap 4 jam)
 Mengobservasi DJJ setiap 30 menit
 Melakukan pemeriksaan inspekulo di kanalis servikalis dengan Nitrazin test,
dengan hasil: lakmus merah menjadi biru, hal ini memastikan bahwa cairan
yang keluar adalah cairan ketuban
 Memberikan support mental ibu untuk tetap tenang dalam menghadapi
masalahnya dengan cara melibatkan keluarga untuk mendampingi ibu dan
berdoa.
 Memberitahu ibu untuk memperhatikan pergerakan janinnya, hal ini dilakukan
untuk mengetahui keadaan janinnya.
 Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan induksi jika tidak ada kemajuan
persalinan, hal ini dilakukan untuk mempercepat persalinan.
 Memberitahu Ibu akan dirujuk ke Rumah sakit apabila terdapat komplikasi
pada Ibu dan janinnya.

VII. EVALUASI
S : Ibu memahami penjelasan yang dijelaskan bidan
O : Ibu mampu menjelaskan kembali yang dijelaskan bidan

Tanggal : 07 Maret 2011


Pukul : 08.30 WIB

SUBJEKTIF
- Ibu mengatakan sampai saat ini belum merasakan mulas
- Ibu mengatakan masih merasakan pergerakan janinnya

OBJEKTIF
 Keadaan umum : baik, Kesadaran : compos mentis
Keadaan emosional : stabil
 Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg Denyut nadi : 82
x/mnt
Suhu tubuh : 36,7 0C Pernafasan : 22
x/mnt
 Abdomen
a. Inspeksi :
Gerakan janin : Ada
b. Palpasi :
Leopold I : TFU: 3 jari bawah Px (Mc.Donald: 33 cm).
Pada bagian fundus teraba 1 bagian besar, kurang
bulat, lunak, tidak melenting.
Leopold II : Kanan : teraba 1 tahanan keras memanjang.
Kiri : teraba bagian-baigan kecil janin.
Leopold III : Teraba 1 bagian keras, bulat, melenting.
Leopold IV : Bagian terendah janin sudah masuk PAP : 4/5
His : Belum ada
Pergerakan janin : ada.
c. Auscultasi :
Punctum maksimum : 1, di kuadran kanan bawah pusat
Frekuensi DJJ : 148 x /menit, teratur/tidak, intensitas : kuat
 Anogenital
 Vulva/Vagina : Tidak ada kelainan
 Pengeluaran : Air ketuban
 Periksa dalam :
- Portio : Arah Retro
- Penipisan :0%
- Pembukaan : 1 cm
- Ketuban : Ada
- Bagian bawah teraba: Kepala
- Petunjuk : UUK Kanan Depan
- Penurunan Kepala : Hodge I

ASSESMENT / DIAGNOSA
 Ibu : G1P0A0 hamil 37 minggu inpartu kala I fase laten dengan
Ketuban Pecah Dini
 Janin : Tunggal, hidup, intrauterine, presentasi belakang kepala

PLANNING
1) Lakukan inform consent  Melakukan Informed concent atas tindakan
yang dilakukan  Keluarga telah menandatangani format inform consent

2) Beritahu ibu hasil pemeriksaan  Tekanan darah :110/70mmHg


Suhu tubuh : 36,7 0C  ibu
dalam keadaan baik
3) beritahu ibu bahwa akan dilakukan induksi  memberitahu ibu bahwa
akan dilakukan induksi apabila tidak ada kemajuan persalinan dengan
alasan ketubannya sudah pecah namun belum ada tanda –tanda persalinan
 keluarga dan ibu menyetujui untuk diinduksi.
4) Lakukan induksi  menginduksi ibu secara drip oksitosin dengan cairan
RL 500 cc dan oksitosin 5 IU dengan tetesan pertama 8 tetes/menit
apabila tidak ada kemajuan HIS dinaikan 4 tetes/15 menit  ibu telah
diinduksi
5) Observasi HIS dan DJJ tiap 15 menit melakukan observasi kepada ibu
mengenai his dan DJJ  his ibu belum ada dan DJJ : 145 x/menit
6) Mengobservasi keadaan umum ibu, dan TTV (nadi dan kenaikan suhu
setiap 2 jam, TD setiap 4 jam) serta periksa dalam setiap 4 jam atau bila
ada indikasi

Tanggal : 7 Maret 2011


Pukul : 08.45 WIB

SUBJEKTIF
- Ibu mengatakan belum merasa mulas

OBJEKTIF

 Keadaan umum : baik, Kesadaran : compos mentis


Keadaan emosional : stabil
 Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 120/70 mmHg Denyut nadi : 80 x/mnt
Suhu tubuh : 36,7 0C Pernafasan : 19 x/mnt
 Abdomen
a. Inspeksi :.
Gerakan janin : Ada
b. Palpasi :
Leopold I : TFU: 3 jari bawah Px (Mc.Donald: 33 cm).
Pada bagian fundus teraba 1 bagian besar, kurang
bulat, lunak, tidak melenting.
Leopold II : Kanan : teraba 1 tahanan keras memanjang.
Kiri : teraba bagian-baigan kecil janin.
Leopold III : Teraba 1 bagian keras, bulat, melenting.
Leopold IV : Bagian terendah janin sudah masuk PAP : 4/5
His : Belum ada
Pergerakan janin : ada.
c. Auscultasi :
Punctum maksimum : 1, di kuadran kanan bawah pusat
Frekuensi DJJ : 150 x /menit, teratur/tidak, intensitas : kuat

ASSESMENT / DIAGNOSA
 Ibu : G1P0A0 hamil 37 minggu inpartu kala I fase laten dengan
Ketuban Pecah Dini
 Janin : Tunggal, hidup, intrauterine, presentasi belakang kepala

PLANNING
1) Beritahu ibu hasil pemeriksaan  Tekanan darah :120/70mmHg
Suhu tubuh : 36,7 0C  ibu
dalam keadaan baik .
Observasi HIS dan DJJ tiap 15 menit melakukan observasi kepada ibu
mengenai his dan DJJ  his ibu belum ada dan DJJ : 150 x/menit
1) Mengobservasi keadaan umum ibu, dan TTV (nadi dan kenaikan suhu
setiap 2 jam, TD setiap 4 jam) serta periksa dalam setiap 4 jam atau bila
ada indikasi
Tambah tetesan induksi menambah tetesan induksi sebanyak 4 tetes
menjadi 12 tetes/menit apabila tidak ada kemajuan his ditambahkan 4
tetes/15 menit tetesan telah ditambah

Tanggal : 7 Maret 2011


Pukul : 09.00 WIB
SUBJEKTIF
- Ibu mengatakan belum merasa mulas
OBJEKTIF
 Keadaan umum : baik, Kesadaran : compos mentis
Keadaan emosional : stabil
 Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg Denyut nadi : 81 x/mnt
Suhu tubuh : 36,7 0C Pernafasan : 20 x/mnt
 Abdomen
a. Inspeksi :.
Gerakan janin : Ada
b. Palpasi :
Leopold I : TFU: 3 jari bawah Px (Mc.Donald: 33 cm).
Pada bagian fundus teraba 1 bagian besar, kurang
bulat, lunak, tidak melenting.
Leopold II : Kanan : teraba 1 tahanan keras memanjang.
Kiri : teraba bagian-baigan kecil janin.
Leopold III : Teraba 1 bagian keras, bulat, melenting.
Leopold IV : Bagian terendah janin sudah masuk PAP : 4/5
His : Belum ada
Pergerakan janin : ada.
c. Auscultasi :
Punctum maksimum : 1, di kuadran kanan bawah pusat
Frekuensi DJJ : 162 x /menit, teratur/tidak, intensitas : kuat

ASSESMENT / DIAGNOSA
 Ibu : G1P0A0 hamil 37 minggu inpartu kala I fase laten dengan
ketuban Pecah Dini
 Janin : Tunggal, hidup, intrauterine, presentasi belakang kepala
dengan gawat janin

PLANNING
1) Beritahu ibu hasil pemeriksaan  Tekanan darah :120/80mmHg
Suhu tubuh : 36,7 0C  ibu
dalam keadaan baik .
2) Observasi HIS dan DJJ tiap 15 menit melakukan observasi kepada ibu
mengenai his dan DJJ  his ibu belum ada dan DJJ : 162 x/menit, tidak
teratur , kuat dan terdapat gawat janin.
3) Anjurkan ibu untuk miring ke kiri dan bantu ibu untuk dapat memasang
adan menghirup O2 4lt/menit untuk melancarkan aliran O2 dari ibu ke
janin. namun, apabila keadaan janin tidak membaik lakukan rujukan ke
RS.
4) Mempertahankan induksi tetap 12 tetes/menit.
5) Mengobservasi keadaan umum ibu, dan TTV (nadi dan kenaikan suhu
setiap 2 jam, TD setiap 4 jam) serta periksa dalam setiap 4 jam atau bila
ada indikasi

Tanggal : 7 Maret 2011


Pukul : 09.30 WIB

SUBJEKTIF
- Ibu mengatakan belum merasa mulas

OBJEKTIF
 Keadaan umum : baik, Kesadaran : compos mentis
Keadaan emosional : stabil
 Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg Denyut nadi : 83 x/mnt
Suhu tubuh : 36,7 0C Pernafasan : 20 x/mnt
 Abdomen
a. Inspeksi :.
Gerakan janin : Ada
b. Palpasi :
Leopold I : TFU: 3 jari bawah Px (Mc.Donald: 33 cm).
Pada bagian fundus teraba 1 bagian besar, kurang
bulat, lunak, tidak melenting.
Leopold II : Kanan : teraba 1 tahanan keras memanjang.
Kiri : teraba bagian-baigan kecil janin.
Leopold III : Teraba 1 bagian keras, bulat, melenting.
Leopold IV : Bagian terendah janin sudah masuk PAP : 4/5
His : Belum ada
Pergerakan janin : ada.
c. Auscultasi :
Punctum maksimum : 1, di kuadran kanan bawah pusat
Frekuensi DJJ : 168 x /menit, teratur/tidak, intensitas : kuat

ASSESMENT / DIAGNOSA
 Ibu : G1P0A0 hamil 37 minggu inpartu kala I fase laten dengan
ketuban Pecah Dini
 Janin : Tunggal, hidup, intrauterine, presentasi belakang kepala
dengan gawat janin

PLANNING
1) Beritahu ibu hasil pemeriksaan  Tekanan darah :120/80mmHg
Suhu tubuh : 36,7 0C  ibu
dalam keadaan baik .
2) Observasi HIS dan DJJ tiap 15 menit melakukan observasi kepada ibu
mengenai his dan DJJ  his ibu belum ada dan DJJ : 168 x/menit, tidak
teratur , kuat dan terdapat gawat janin.
3) mempertahankan induksi tetap 12 tetes/menit.
4) Lakukan Informed consent pada ibu dan keluarga melakukan inform
consent pada ibu dan keluarga bahwa ibu harus segera dirujuk ke RS 
ibu dan keluarga telah menandatangani inform consent.
5) Rujuk dengan “BAKSOKU”  merujuk ibu dengan posisi miring ke kiri,
memasang O2 4 liter/menit, Mengobservasi TTV ibu selama dalam
perjalanan, Mengobservasi DJJ dan pergerakan janin selama dalam
perjalanan  ibu dirujuk ke RS
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko infeksi dan tidak


perlu dilakukan pada wanita dengan pecah ketuban dini, karena ia akan diurus
sesuai kebutuhan persalinan sampai persalinan terjadi atau timbul tanda dan
gejala korioamninitis. Jika timbul tanda dan gejala korioamnionitis,
diindikasikan untuk segera berkonsultasi dengan dokter yang menangani
wanita guna menginduksi persalinan dan kelahiran. Pilihan metode persalinan
(melalui vagina atau SC) bergantung pada usia gestasi, presentasi dan berat
korioamnionitis.

4.2Saran

Ketuban Pecah Dini dapat menimbulkan kecemasan pada wanita dan


keluarganya. Bidan harus membantu wanita mengeksplorasi rasa takut yang
menyertai perkiraan kelahiran janin premature serta risiko tambahan
korioamnionitis. Rencana penatalaksanaan yang melibatkan kemungkinan
periode tirah baring dan hospitalisasi yang memanjang harus didiskusikan
dengan wanita dan keluarganya. Pemahaman dan kerja sama keluarga
merupakan hal yang penting untuk kelanjutan kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA

Chandranita Manuaba,Ida Ayu,dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta. EGC

Mochtar, Rustam. 1990. Sinopsis Obstetri I. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT.


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Varney, Hellen,dkk. 2008. Buku Ajar Asuha Kebidanan Volume 2. Jakarta: EGC.

You might also like