Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Selaput ketuban yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion dan
korion yang sangat erat kaitannya. Lapisan ini terdiri atas beberapa sel seperti sel
epitel, sel mesenkim dan sel trofoblast yang terikat erat dalam metrics kolagen.
Selaput ketuban berfungsi menghasilkan air ketuban dan melindungi janin terhadap
infeksi.
Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan.
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.
Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu, disebut ketuban
pecah dini pada kehamilan premature. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan
hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini.
Ketuban pecah dini premature terjadi pada 1 % kehamilan. Pecahnya selaput
ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang terjadi dalam kolagen
matriks eksta seluler amnion, korion, dan apoptosis membrane janin. Membrane janin
dan desidua bereaksi terhadap stimuli, seprti infeksi dan peregangan selaput ketuban
dengan memproduksi mediator seperti prostaglandin, sitokinin dan protein hormone
yang merangsang aktivitas matriks degrading enzyme.
1.2Tujuan Penulisan
Untuk memenuhi tugas mata kuliah askeb IV
Tujuan khusus
Menambah pengetahuan bagi mahasiswa mengenai obstetri patologis
Ketuban Pecah Dini.
Mengembangkan kreatif mahasiswa dalam membuat makalah.
Dapat berguna bagi yang membaca dikemudian hari.
1.3Ruang Lingkup
Penulisan makalah ini memiliki ruang lingkup yang cukup luas dan saling
berhubungan satu dengan yang lainnya. Ini merupakan pembahasan mengenai
“Ketuban Pecah Dini”. Mencakup penjelasan mengenai pengertian, diagnosa,
komplikasi, penatalaksanaan dan contoh kasus ketuban pecah dini
BAB II
TINJAUAN MATERI
2.1 Pengertian
Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi proses
persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu
( Cunningham, Mc. Donald, gant, 2002).
Ketuban Pecah Dini adalah rupturnya membrane ketuban sebelum persalinan
berlangsung (Manuaba, 2002)
Ketuban pecah dini atau spontaneous / early / premature rupture of the
membrane (PROM) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum in partu, yaitu bila
pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm
(Sinopsis Obstetri Jilid I, 1998)
1. Inkompetensia serviks
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada
otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah,
sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu
menahan desakan janin yang semakin besar.
Adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi yang nyata, disebabkan
laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan
congenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan
tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau
awal trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput
janin serta keluarnya hasil konsepsi ( Manuaba 2002 )
2. Peninggian tekanan inta uterin
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada
kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga
menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini
terjadikarena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung
(selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang
menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah.
( Abdul Bari, Saifudin. 2002 )
c. Makrosomia
d. Hidramnion
3. Kelainan letak
Misalnya pada letak sungsang dan lintang.
4. Korioamnionitis
5. Penyakit infeksi
2.3 Diagnosis
1. Terhadap Janin
2. Terhadap Ibu
Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila
terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis atau
nifas, peritonitis dan septikemia, serta dry-labor. Ibu akan merasa lelah karena
terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat
dan nampaklah gejala-gejala infeksi lainnya.
Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia
kehamilan. Dapat terjadi Infeksi Maternal ataupun neonatal, persalinan prematur,
hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden SC, atau
gagalnya persalinan normal. (buku ilmu kebidanan 2008 hal. 678)
IUFD
Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten
tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah
ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam.
Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu
terjadi Korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis.
Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban Pecah Dini
premature, infeksi lebih sering daripada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder
pada KPD meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.
2.6 Penatalaksanaan
Konservatif
Rawat di rumah sakit
Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusio
plasenta
Jika ada tanda-tanda infeksi ( demam dan cairan vagina berbau ), berikan
antibiotika sama halnya jika terjadi amnionitosis
Jika tidak ada infeksi dan kehamilan <37 minggu
Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin
Ampisilin 4x 500mg selama 7 hari ditambah eritromisin 250
mg per oral 3x perhari selama 7 hari.
Jika usia kehamilan 32-37 mg, belum inpartu, tidak ada infeksi, beri
dexametason, dosisnya IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 x, observasi
tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin.
Jika usia kehamilan sudah 32-37 mg dan sudah inpartu, tidak ada infeksi
maka berikan tokolitik, dexametason, dan induksi setelah 24 jam.
Aktif
Kehamilan lebih dari 37 mg, induksi dengan oksitosin
Bila gagal Seksio Caesaria dapat pula diberikan misoprostol 25 mikrogram
– 50 mikrogram intravaginal tiap 6 jam max 4 x.
Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan
diakhiri.
Indikasi melakukan induksi pada ketuban pecah dini adalah sebagai berikut :
1. Pertiimbangan waktu dan berat janin dalam rahim. Pertimbangan waktu
apakah 6, 12, atau 24 jam. Berat janin sebaiknya lebih dari 2000 gram.
2. Terdapat tanda infeksi intra uteri. Suhu meningkat lebih dari 38°c, dengan
pengukuran per rektal. Terdapat tanda infeksi melalui hasil pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan kultur air ketuban.
Penatalaksanaan lanjutan
1. Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu sering kali didahului
kondisi ibu yang menggigil.
2. Lakukan pemantauan DJJ. Pemeriksaan DJJ setiap jam sebelum aw itan
persalinan adalah tindakan yang adekuat sepanjang DJJ dalam batas normal.
pemantauan DJJ ketat dengan alat pemantau janin elektronik secara kontinu
dilakukan selama induksi oksitosin untuk melihat tanda gawat janin akibat
kompresi tali pusat atau induksi. Takikardia dapat mengindikasikan infeksi
uteri.
3. Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu.
4. Ketika melakukan pemeriksaan dalam yang benar-benar diperlukan, perhatikan
juga hal-hal berikut:
a. Apakah dinding vagina teraba lebih hangat dari biasa
b. Bau rabas atau cairan di sarung tanagn anda
c. Warna rabas atau cairan di sarung tangan
5. Beri perhatian lebih seksama terhadap hidrasi agar dapat diperoleh gambaran
jelas dari setiap infeksi yang timbul. Seringkali terjadi peningkatan suhu tubuh
akibat dehidrasi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus
Datang ke Puskesmas Kec. Tebet : Tanggal 07 Maret 2011, Pukul 04.00 WIB
I. PENGKAJIAN
Pada Tanggal : 07 Maret 2011 Pukul : 04.00 WIB
A. Anamnesa
Nama Klien : Ny. A Nama Suami : Tn. B
Umur : 23 tahun Umur : 26 tahun
Kebangsaan : Indonesia Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat Kantor : - Alamat Kantor : Pancoran Barat
Alamat Rumah : Jl. Menteng Dalam Alamat Rumah : Jl. Menteng Dalam
B. Riwayat Menstruasi
Menarche: 11 tahun
Hari Pertama Menstruasi yang Terakhir: 16 Juni 2010.
Lamanya: hari. Banyaknya: 3-4 x ganti pembalut.
Siklus: 28 hari, teratur. Konsistensi cair.
Dismenore / Tidak.
C. Tanda-Tanda kehamilan
Hasil test kahamilan : (+) HCG.
Tanggal dilakukan test : 10 Agustus 2010.
E. Kebiasaan Sehari-hari
Diet/makan : 3 x sehari.
Makanan sehari-hari: Nasi, sayuran, tahu, tempe, ikan, buah, susu.
Perubahan makanan yang dialami : tidak ada.
Nafsu makan : baik.
Pola Eliminasi :
BAB : 1 kali / hari BAK: > 6 x sehari
Warna : kuning kecoklatan Warna : kuning jernih
Konsistensi : lunak Konsistensi : cair
Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Aktifitas sehari-hari : mengerjakan pekerjaan ibu rumah tangga, seperti
memasak,
mencuci, nyapu & ngepel.
Pola istirahat dan tidur
Malam + 7 jam, siang 1 jam.
Seksualitas : tidak ada gangguan.
F. Imunisasi TT I tanggal :, TT 2 tanggal :
G. Riwayat KB
Kontrasepsi yang pernah digunakan : tidak ada
Kepuasan terhadap kontrasepsi : -
Efek samping : -
Lama penggunaan : -
I. Riwayat Ginekologi
Infeksi pada vagina Tidak ada
Pap Smear Tidak pernah
Pembedahan di daerah kemaluan Tidak pernah
Pembedahan di daerah payudara Tidak pernah
Infertilitas Tidak ada
J. Riwayat kesehatan
1. Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita
Penyakit jantung : tidak pernah.
TBC : tidak pernah.
Asma : tidak pernah.
Hipertensi : tidak pernah.
Epilepsi : tidak pernah.
Diabetes : tidak pernah.
Anemia berat : tidak pernah.
Penyakit ginjal : tidak pernah.
Hepatitis : tidak pernah.
2. Riwayat medis keluarga
Penyakit jantung : tidak ada.
Kelainan kongenital : tidak ada.
Kehamilan lebih dari satu : tidak ada.
Penyakit darah : tidak ada.
3. Perilaku yang merugikan kesehatan
Penggunaan alcohol : tidak mengkonsumsi
Obat-obatan/jamu yang sering digunakan : tidak ada
Merokok, makan sirih : tidak
Irigasi vagina / ganti pakaian dalam : tidak, ganti pakaian dalam 2 x
sehari.
K. Riwayat Sosial
1. Apakah kehamilan ini direncanakan / diinginkan : ya.
2. Jenis Kelamin yang diharapkan : ♀ / ♂ sama saja, yang penting
sehat.
3. Status Perkawinan : menikah, Jumlah: 1 kali, lama perkawinan: 1
tahun.
4. Hubungan dengan suami : baik.
5. Hubungan dengan keluarga ibu / mertua : baik.
6. Hubungan dengan tetangga : baik.
7. Susunan keluarga yang tinggal serumah
Umur Jenis Hubungan
No Pendidikan Pekerjaan Ket.
(Tahun) Kelamin Keluarga
1. 26 th L Suami SMA Karyawan Swasta Sehat
L. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : baik, Kesadaran : compos mentis
Keadaan emosional : stabil
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg Denyut nadi : 80 x/mnt
Suhu tubuh : 36,6 0C Pernafasan : 20 x/mnt
Tinggi badan : 153 cm Berat badan : 56 kg
Sebelum hamil : 46 kg
Kenaikan BB selama hamil : 10 kg
Kepala Rambut : hitam, bersih, tidak berketombe, tidak rontok.
Muka : tidak ada cloasma gravidarum, bersih,
tidak oedem.
Mata : conjungtiva : tidak anemis, sclera : tidak
ikterik.
Mulut/Gigi : tidak stomatitis, tidak caries.
THT : Telinga : bersih, tidak ada serumen, tidak ada
OMP.
Hidung : bersih, tidak ada serosum, tdak ada polip.
Tenggorokan : tidak ada radang.
Leher : Kel. Thyroid : tidak ada pembengkakan.
Vena Jugularis : tidak ada pembesaran.
Kel. Getah Bening : tidak ada pembengkakan.
Dada dan Axila :
Dada :
Mammae : Membesar , simetris, tidak ada benjolan/tumor.
Areolla : hiperpigmentasi.
Pappila mammae : bersih, menonjol, tidak lecet, ada pengeluaran
colostrum.
Striae : Tidak ada.
Axilla : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
Abdomen
a. Inspeksi :
Pembesaran perut sesuai dengan usia kehamilan, dengan arah
memanjang.
Terdapat linea nigra dan striae albicans.
Tidak ada bekas operasi/Secsio Caesaria.
Terlihat gerakan janin.
b. Palpasi :
Leopold I : TFU: 3 jari bawah Px (Mc.Donald: 33 cm).
Pada bagian fundus teraba 1 bagian besar, kurang
bulat, lunak, tidak melenting.
Leopold II : Kanan : teraba 1 tahanan keras memanjang.
Kiri : teraba bagian-baigan kecil janin.
Leopold III : Teraba 1 bagian keras, bulat, melenting.
Leopold IV : Bagian terendah janin sudah masuk PAP : 4/5
Kontraksi : ada, brakton hicks.
Perabaan janin saat kontraksi : sulit teraba.
Pergerakan janin : ada.
TBF : (33-13) x 155 + 10 % = + 3100 gr (2780 gr - 3410 gr)
c. Auscultasi :
Punctum maksimum : 1, di kuadran kanan bawah pusat
Frekuensi DJJ : 144 x /menit, teratur/tidak, intensitas : kuat
Punggung dan pinggang
Posisi Tulang Belakang : lordosis fisiologis
Nyeri Pinggang : tidak ada
Ekstremitas atas dan bawah
Atas : Simetris, tidak oedem.
Bawah : Simetris, tidak oedem, tidak Varices, Refleks Patella +/+
Anogenital
Vulva/Vagina : Tidak ada kelainan
Pengeluaran : Air ketuban
Periksa dalam :
- Portio : Arah Retro
- Penipisan :0%
- Pembukaan : 1 cm
- Ketuban : Ada
- Bagian bawah teraba: Kepala
- Petunjuk : UUK Kanan Depan
- Penurunan Kepala : Hodge I
M. Pemeriksaan Laboratorium
Darah : Hb 12,3 gram %, Golongan darah : B, Rh +
Urine : Protein : (-), Reduksi : (-)
Pemeriksaan Penunjang lain : tidak ada
Intra uterin
S: - Ibu mengatakan tidak merasa sakit saat
janin bergerak, dan saat dilakukan palpasi.
O: - Gerakan janin terlihat
- Saat kontraksi, janin sulit diraba
Preskep
O: - Pada Leopold III teraba satu bagian keras,
bulat, melenting.
3. Masalah
- Keluar air-air S : - Ibu mengatakan keluar air-air yang tidak
dapat ditahan dari kemaluannya.
O : - Pada pemeriksaan anogenital didapat
Pengeluaran pervaginam : air ketuban, warna:
jernih, konsistensi: cair, jumlah: + 100 cc.
- Rasa takut dan S : - Ibu bertanya apa yang terjadi pada dirinya
cemas dan janinnya.
O : - Wajah ibu terlihat cemas dan gelisah.
V. PERENCANAAN
VII. EVALUASI
S : Ibu memahami penjelasan yang dijelaskan bidan
O : Ibu mampu menjelaskan kembali yang dijelaskan bidan
SUBJEKTIF
- Ibu mengatakan sampai saat ini belum merasakan mulas
- Ibu mengatakan masih merasakan pergerakan janinnya
OBJEKTIF
Keadaan umum : baik, Kesadaran : compos mentis
Keadaan emosional : stabil
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg Denyut nadi : 82
x/mnt
Suhu tubuh : 36,7 0C Pernafasan : 22
x/mnt
Abdomen
a. Inspeksi :
Gerakan janin : Ada
b. Palpasi :
Leopold I : TFU: 3 jari bawah Px (Mc.Donald: 33 cm).
Pada bagian fundus teraba 1 bagian besar, kurang
bulat, lunak, tidak melenting.
Leopold II : Kanan : teraba 1 tahanan keras memanjang.
Kiri : teraba bagian-baigan kecil janin.
Leopold III : Teraba 1 bagian keras, bulat, melenting.
Leopold IV : Bagian terendah janin sudah masuk PAP : 4/5
His : Belum ada
Pergerakan janin : ada.
c. Auscultasi :
Punctum maksimum : 1, di kuadran kanan bawah pusat
Frekuensi DJJ : 148 x /menit, teratur/tidak, intensitas : kuat
Anogenital
Vulva/Vagina : Tidak ada kelainan
Pengeluaran : Air ketuban
Periksa dalam :
- Portio : Arah Retro
- Penipisan :0%
- Pembukaan : 1 cm
- Ketuban : Ada
- Bagian bawah teraba: Kepala
- Petunjuk : UUK Kanan Depan
- Penurunan Kepala : Hodge I
ASSESMENT / DIAGNOSA
Ibu : G1P0A0 hamil 37 minggu inpartu kala I fase laten dengan
Ketuban Pecah Dini
Janin : Tunggal, hidup, intrauterine, presentasi belakang kepala
PLANNING
1) Lakukan inform consent Melakukan Informed concent atas tindakan
yang dilakukan Keluarga telah menandatangani format inform consent
SUBJEKTIF
- Ibu mengatakan belum merasa mulas
OBJEKTIF
ASSESMENT / DIAGNOSA
Ibu : G1P0A0 hamil 37 minggu inpartu kala I fase laten dengan
Ketuban Pecah Dini
Janin : Tunggal, hidup, intrauterine, presentasi belakang kepala
PLANNING
1) Beritahu ibu hasil pemeriksaan Tekanan darah :120/70mmHg
Suhu tubuh : 36,7 0C ibu
dalam keadaan baik .
Observasi HIS dan DJJ tiap 15 menit melakukan observasi kepada ibu
mengenai his dan DJJ his ibu belum ada dan DJJ : 150 x/menit
1) Mengobservasi keadaan umum ibu, dan TTV (nadi dan kenaikan suhu
setiap 2 jam, TD setiap 4 jam) serta periksa dalam setiap 4 jam atau bila
ada indikasi
Tambah tetesan induksi menambah tetesan induksi sebanyak 4 tetes
menjadi 12 tetes/menit apabila tidak ada kemajuan his ditambahkan 4
tetes/15 menit tetesan telah ditambah
ASSESMENT / DIAGNOSA
Ibu : G1P0A0 hamil 37 minggu inpartu kala I fase laten dengan
ketuban Pecah Dini
Janin : Tunggal, hidup, intrauterine, presentasi belakang kepala
dengan gawat janin
PLANNING
1) Beritahu ibu hasil pemeriksaan Tekanan darah :120/80mmHg
Suhu tubuh : 36,7 0C ibu
dalam keadaan baik .
2) Observasi HIS dan DJJ tiap 15 menit melakukan observasi kepada ibu
mengenai his dan DJJ his ibu belum ada dan DJJ : 162 x/menit, tidak
teratur , kuat dan terdapat gawat janin.
3) Anjurkan ibu untuk miring ke kiri dan bantu ibu untuk dapat memasang
adan menghirup O2 4lt/menit untuk melancarkan aliran O2 dari ibu ke
janin. namun, apabila keadaan janin tidak membaik lakukan rujukan ke
RS.
4) Mempertahankan induksi tetap 12 tetes/menit.
5) Mengobservasi keadaan umum ibu, dan TTV (nadi dan kenaikan suhu
setiap 2 jam, TD setiap 4 jam) serta periksa dalam setiap 4 jam atau bila
ada indikasi
SUBJEKTIF
- Ibu mengatakan belum merasa mulas
OBJEKTIF
Keadaan umum : baik, Kesadaran : compos mentis
Keadaan emosional : stabil
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg Denyut nadi : 83 x/mnt
Suhu tubuh : 36,7 0C Pernafasan : 20 x/mnt
Abdomen
a. Inspeksi :.
Gerakan janin : Ada
b. Palpasi :
Leopold I : TFU: 3 jari bawah Px (Mc.Donald: 33 cm).
Pada bagian fundus teraba 1 bagian besar, kurang
bulat, lunak, tidak melenting.
Leopold II : Kanan : teraba 1 tahanan keras memanjang.
Kiri : teraba bagian-baigan kecil janin.
Leopold III : Teraba 1 bagian keras, bulat, melenting.
Leopold IV : Bagian terendah janin sudah masuk PAP : 4/5
His : Belum ada
Pergerakan janin : ada.
c. Auscultasi :
Punctum maksimum : 1, di kuadran kanan bawah pusat
Frekuensi DJJ : 168 x /menit, teratur/tidak, intensitas : kuat
ASSESMENT / DIAGNOSA
Ibu : G1P0A0 hamil 37 minggu inpartu kala I fase laten dengan
ketuban Pecah Dini
Janin : Tunggal, hidup, intrauterine, presentasi belakang kepala
dengan gawat janin
PLANNING
1) Beritahu ibu hasil pemeriksaan Tekanan darah :120/80mmHg
Suhu tubuh : 36,7 0C ibu
dalam keadaan baik .
2) Observasi HIS dan DJJ tiap 15 menit melakukan observasi kepada ibu
mengenai his dan DJJ his ibu belum ada dan DJJ : 168 x/menit, tidak
teratur , kuat dan terdapat gawat janin.
3) mempertahankan induksi tetap 12 tetes/menit.
4) Lakukan Informed consent pada ibu dan keluarga melakukan inform
consent pada ibu dan keluarga bahwa ibu harus segera dirujuk ke RS
ibu dan keluarga telah menandatangani inform consent.
5) Rujuk dengan “BAKSOKU” merujuk ibu dengan posisi miring ke kiri,
memasang O2 4 liter/menit, Mengobservasi TTV ibu selama dalam
perjalanan, Mengobservasi DJJ dan pergerakan janin selama dalam
perjalanan ibu dirujuk ke RS
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2Saran
Chandranita Manuaba,Ida Ayu,dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta. EGC
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Varney, Hellen,dkk. 2008. Buku Ajar Asuha Kebidanan Volume 2. Jakarta: EGC.