Professional Documents
Culture Documents
PENGATAR ANTROPOLOGI
Disusun oleh ;
PURWOKERTO
2011
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mungkin masih belum hilang dibenak kita tentang fenomena Shinta & Jojo
yang belakangan me - lip sinc lagu keong racun. Shinta dan Jojo yang dalam
perjalannya merekam lip sinc lagu keong racun dengan gaya dan gerekan mereka dan
mengupload melalui jaringan media internet yang cukup luas sasarannya. Setelah
santer perbincangan tentang mereka, baik lewat media televisi (infoteinment) juga
lewat beragam situs jejaring sosial, duo wanita asala bandung ini menuai kesuksesan
Tak jauh berbeda nasibnya dengan salah satu anggota Satuan Polisi Brigadir
Mobil Gorontalo, Norman Kamaru. Polisi berpangkat Briptu ini juga belakangan
lip sinc sebuah lagu dari film india yang dibintangi oleh aktor Bolliwood, Shahrukh
Khan yang berjudul Chayya – chayya. Yang menarik dari dirinya adalah ia mereka
video tersebut disaat waktu istirahat jaga dan lengkap dengan atribut dinas kepolisian.
Tentunya ini sedikit menyentuh naluri masyarakat tentang citra kepolisian yang
biasanya kaku, wibawa, sangar atau seram. Seperti ketiban bulan, berbagai permintaan
untuk tampil di media terus berdatangan bagi Briptu Norman. Sontak ia langsung
menjadi selebriti dadakan yang kemudian terus dielu-elu di seantero bangsa ini.
Lain halnya dengan Sualudin. Pemuda yang berasal dari pulau Lombok ini
Udin Sedunia. Berawal dari canda seorang temannya ia mendapat ide untuk membuat
sebuah lagu tentang namanya sendiri, “Udin.” Seperti sebuah perjalanan kreatifitas,
Udin kemudian melakukan riset kecil untuk mencari tahu tentang nama – nama
“Udin” yang populer dan benar digunakan oleh orang. Setelah proses kecil tersebut ia
lalu benar – benar membuat lagu tentang nama “Udin” dan kemudian mempopulerkan
dilingkungannya.
video clip berdurasi kurang lebih tiga menit ke situs jejaring sosial Youtube. Kontan
videonya kemudian banyak dilihat oleh masyarakat dan Udin mulai dilirik. Ia
kemudian sering tampil di berbagai media televisi untuk mempopulerkan hits – nya.
Dari keterampilannya membuat lagu secara spontan Udin pun mulai dilirik sebuah
label rekaman untuk kemudian me – remake lagu ciptaannya. Dari saat itu Udin yang
Hal ini tentunya tak lepas dari perkembangan teknologi komunikasi yang amat
pesat. Pernahkah membayangkan pada awal – awal masa kemerdekaan negara ini,
meski tidak begitu merata, saat itu unggulan sarana komunikasi bisa dikatakan lisan
dan medianya radio. Hal itu juga terjadi di negara-negara maju, masih dalam bentuk
media radio dan televisi yang belum begitu populer. Zaman semakin maju, media
elektronik yang dulunya hanya radio dan berkembang menjadi televisi semakin
berkembang lagi mengikuti zaman. Komunikasi pribadi yang pada tahun 1980-an
kita masih antri untuk menggunakan telepon, saat ini teleponsudah begitu canggihnya,
teknologi seluler, bisa melakukan telepon dengan tatap muka menggunakan sarana
Dengan kemajuan - kemajuan ini, pribadi – pribadi yang tadinya bukan siapa
adalah segelintir pribadi yang tadinya tidak dikenal masyarakat kini akhirnya menjadi
salah satu selebritis di Indonesia. Padahal mereka mengawali semuanya hanya dari
iseng semata. Berbeda dengan Udin, pemuda ini memang memiliki motif untuk
terkenal. Dari awal idenya ia telah melakukan aktifitas – aktifitas lembaga media
untuk melakukan editorial konten yang ingin ia populerkan (lewat riset yang
suatu perubahan pola komunikasi. Sebuah pola komunikasi baru mungkin saja telah
tercipta dari rangkuman fenomena – fenomena lain di dunia ini. Tiga fenomena –
fenomena diatas mungkin hanya sebagian kecil dari beragam fenomena – fenomena
serupa yang terjadi di seluruh belahan dunia. Sebuah pola komunikasi dimana seorang
personal. Sebuah pola baru yang akan mengawali sebuah budaya baru.
II. PEMBAHASAN
kalimatnya “the medium is the massage”, Media adalah pesannya. Jika kita penggal
kata massage menjadi mass – age maka kalimat itu akan terintegrasi maknanya
menjadi, Media adalah era massa. Maksudnya adalah bahwa saat ini kita hidup di era
yang unik dalam sejarah peradaban manusia, yaitu era media massa. Terutama lagi,
pada era media elektronik seperti sekarang ini. Media pada hakikatnya telah benar-
benar mempengaruhi budaya, cara berpikir, merasakan, dan bertingkah laku manusia
itu sendiri. Kita saat ini berada pada era revolusi, yaitu revolusi masyarakat menjadi
kebudayaan manusia. Jika Karl Marx berasumsi bahwa sejarah ditentukan oleh
Kalau mau kita lihat saat ini tidak ada satu segi kehidupan manusia pun yang
tidak bersinggungan dengan apa yang namanya media massa. Mulai dari ruang
dengan media massa. Hampir-hampir tidak pernah kita bisa membebaskan diri dari
media massa dalam kehidupan kita sehari-hari. Dalam bahasa M. Griffin (2003: 344)
Menariknya dari ini adalah McLuhan juga menyebutkan bahwa media massa
adalah ekstensi atau perpanjangan dari inderawi manusia (extention of man). Media
tidak hanya memperpanjang jangkauan kita terhadap suatu tempat, peristiwa,
informasi, tapi juga menjadikan hidup kita lebih efisien. Lebih dari itu media juga
Medium is the message. Menurut perspektif McLuhan, media itu sendiri lebih
penting daripada isi pesan yang disampaikan oleh media tersebut. Misalkan saja,
mungkin isi tayangan di televisi memang penting atau menarik, akan tetapi
sebenarnya kehadiran televisi di ruang keluarga tersebut menjadi jauh lebih penting
lagi. Televisi, dengan kehadirannya saja sudah menjadi penting, bukan lagi tentang isi
pesannnya. Kehadiran media massa telah lebih banyak mengubah kehidupan manusia,
lebih dari apa isi pesan yang disampaikan. Dilema yang kemudian muncul seiring
komunikasi bukannya dikontrol oleh manusia namun justru kebalikannya, kita yang
Sebagai contoh, betapa gelisahnya kita kalau sampai terlewat satu episode
sinetron kesayangan yang biasanya kita tonton tiap hari. Atau mungkin rasanya tidak
enak kalau sudah lebih dari seminggu, bahkan sehari tidak membuka beranda
Facebook. Satu hari saja tidak menonton televisi mungkin kita akan merasa betapa
kita telah ketinggalan berapa banyak informasi hari itu. Pertanyaan yang kemudian
muncul adalah, bagaimana jika manusia kemudian dapat mengendalikan diri dan
maupun elektronik, perlahan demi pasti mencapai pada titik dimana semuanya
berubah format menjadi digital. Hal ini dapat terlihat dengan adanya beberapa media
massa cetak seperti majalah dan surat kabar yang mulai menerbitkan edisinya melalui
World Wide Web atau menyertakan CD dalam setiap edisi yang diterbitkannya.
baru. Contohnya, televisi tidak meggantikan radio, tetapi membawa radio ke sistem
pemrograman yang baru, termasuk acara perbincangan dan format musik yang
spesifik.
kembali definisi komunikasi itu sendiri. Definisi komunikasi massa yang sebelumnya
dan anonim.
sementara.
citizen jurnalism, jurnalisme warga. Sebuah konsep media baru yang memungkinkan
individu melakukan aktifitas – aktifitas lembaga media massa seorang diri dengan
membuat sebuah konten hiburan yang terprogram sistematis dan diterbitkan secara
Dua paragaraf terakhir pada poin pembahasan B menjelaskan bahwa saat ini
seseorang bisa menjalankan fungsi – fungsi media massa sseorang diri. Hal ini
dan kemudian mengimprovisasinya menjadi sebuah tren baru. Fenomena ini membuat
merekonstruksi alur media sehingga bisa menjadi penting bagi masyarakat. Objek dari
media massa adalah masyarakat. Mustahil bagi media untuk menerbitkan konten yang
publik tidak berarti hanya sekedar headline dalam berita, tapi juga apa yang akan
kemudian dielu – elukan, disanjung, dikagumi, dan kemudian menjadi idola bagi
masyarakat.
Kelemahan itu adalah persaingan antar media itu sendiri. Masing – masing media
punya objektifitas yang relatif sama yaitu rating. Masing – masing media tak ingin
kehilangan rating, sehingga ketika media yang satu telah menayangkan konten yang
menggugah masyarakat banyak, maka madia yang lain pun akan ikut menayangkan
improvisasi dibutuhkan dalam ranah ini. Sehingga tidak mustahil bagi seorang
Sadar atau tidak disadari oleh beberapa pelaku – pelaku internet seperti
Sualudin, Briptu Norman, dan Shinta/Jojo (selanjutnya kita sebut saja aktor web) telah
melakukan strategi komunikasi yang kompleks ini. Mereka secara praktis telah
memanipulasi kelemahan media ini sebagai jalan mereka menuju puncak popularitas.
Mari kita pelajari kasus udin yang memang memiliki motif untuk menjadi
populer. Ide Sualludin untuk menjadi aktor web memang boleh dibilang brilian. Ia
yang benar – benar memiliki motif untuk populer sengaja melakukan riset mengenai
konten miliknya (salah satu pekerjaan media yang berat). Lewat editorial itulah ia
kemudian membuat suatu konten yang menarik dan diluar pemikiran masyarakat
Indonesia pada umumnya. Relatif masyarakat menyukai suatu hal yang diatas bagus,
“unik”, dibutuhkan kualifikasi yang lebih daripada “baik” untuk sukses dalam industri
selebritas.
sebuah lagu memang merupakan suatu yang diatas kualitas “baik”. Ide itu sangat unik
bila parameternya adalah masyarakat Indonesia. Sontak video yang dia upload lewat
Alurnya hingga merambah media televisi tidak lepas dari persaingan media.
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa kehadiran media baru tidak dapat menggeser
media yang telah ada tapi menepatkannya pada posisi diatasnya. Masyarakat telah
heboh di internet maka televisi pun akan mengeksposnya dengan cara lebih mendalam
dan melengkapi informasi internet yang rapid dan simpang siur. Jadilah Sualludin
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas mungkin akan terbesit dalam benak kita bahwa pemirsa
Indonesia adalah pemirsa yang melankolis dan sanguinis. Pemirsa yang mudah
tergugah dan mudah dihebohkan oleh suatu yang heboh. Tapi penyusun tidak
memang benar – benar tinggi sehingga tidak sembarang aktor dapat memenuhinya.
tadinya hanya sekedar penikmat setia kini menjadi benar – benar memiliki kekuatan
Media massa sebagai produsen konten pun telah membaca pergeseran ini. Saat
ini media lebih cermat dalam menerbitkan konten. Media pada dasarnya tidak akan
beranjak jauh dari selera masyarakat. Karena objek media adalah masyarakat itu
yang tidak sekedar heboh namun juga benar – benar memenuhi selera masyarakat.
B. Saran
Bukanlah sebuah hal yang mustahil bagi seorang individu untuk bisa menanjak
kepuncak popularitas. Dibelahan dunia manapun aturan implisit yang berlaku relatif
sama “making something that worth beyond good”, membuat sesuatu yang bernilai
Hal yang paling menentukan dari hal ini sekali lagi adalah kemampuan
improvisasi. Jika memang benar – benar ingin menjaga eksistensi di dalam dunia
media massa maka produktivitas dan kreatifitas pun benar – benar dibutuhkan.
Sehingga aktor – aktor web yang kita kenal tidak hanya menjadi aktor sesaat saja
tetapi sungguh – sungguh memberi kontribusi untuk perkembangan budaya media dan
dinamikanya.
Daftar Pustaka