You are on page 1of 6

Dongeng dan cerita rakyat tentang legenda asal usul danau toba sepertinya menjadi cerita

yang menarik untuk dibicarakan. Karena pada dasarnya sejarah tentang terbentuknya danau
toba ini cukup unik. So, gak adanya kan utk sedikit menyinggung proses pembentukan danau
toba dari sisi cerita rakyat atau biasa disebut Legenda. Untuk membaca legenda sejarah
terjadinya danau toba , silakan baca saja artikel singkat dibawah ini. Semoga Bermanfaat. Oh
ya, nanti beberapa gambar tentang Danau toba yang ada juga akan ditampilkan dibawah
setelah legenda asal usul danau toba ini ditulis.

Tersebutlah seorang pemuda yatim piatu yang miskin. Ia tinggal seorang diri di bagian Utara
Pulau Sumatra yang sangat kering. Ia hidup dengan bertani dan memancing ikan.

Suatu hari, ia memancing dan mendapatkan ikan tangkapan yang aneh. Ikan itu besar dan
sangat indah. Warnanya keemasan. Ia lalu melepas pancingnya dan memegangi ikan itu.
Tetapi saat tersentuh tangannya, ikan itu berubah menjadi seorang putri yang cantik!
Ternyata ia adalah ikan yang sedang dikutuk para dewa karena telah melanggar suatu
larangan. Telah disuratkan, jika ia tersentuh tangan, ia akan berubah bentuk menjadi seperti
makhluk apa yang menyentuhnya. Karena ia disentuh manusia, maka ia juga berubah menjadi
manusia.

Pemuda itu lalu meminang putri ikan itu. Putri ikan itu menganggukan kepalanya tanda
bersedia.

“Namun aku punya satu permintaan, kakanda.” katanya.

“Aku bersedia menjadi istri kakanda, asalkan kakanda mau menjaga rahasiaku bahwa aku
berasal dari seekor ikan.”

“Baiklah, Adinda. Aku akan menjaga rahasia itu.” kata pemuda itu.

Akhirnya mereka menikah dan dikaruniai seorang bayi laki-laki yang lucu. Namun ketika
beranjak besar, si Anak ini selalu merasa lapar. Walapun sudah banyak makan-makanan yang
masuk kemulutnya, ia tak pernah merasa kenyang.

Suatu hari, karena begitu laparnya, ia makan semua makanan yang ada di meja, termasuk
jatah makan kedua orang tuanya. Sepulang dari ladang, bapaknya yang lapar mendapati meja
yang kosong tak ada makanan, marahlah hatinya. Karena lapar dan tak bisa menguasai diri,
keluarlah kata-katanya yang kasar.

“Dasar anak keturunan ikan!”

Ia tak menyadari, dengan ucapannya itu, berarti ia sudah membuka rahasia istrinya.

Seketika itu juga sang anak sambil menangis pergi menemui ibunya dan menanyakan apakah
benar dirinya adalah anak keturunan ikan.
Mendengar hal tersebut, sang ibu pun terkejut karena suaminya telah melanggar sumpah
mereka terdahulu.
Setelah itu si ibu memutuskan untuk kembali ke alamnya. Lalu tiba tiba langit berubah gelap
dan petir menyambar kemudian turunlah hujan dengan derasnya.
Sang ayah menjadi sedih dan sangat menyesal atas perbuatannya. Namun nasi sudah menjadi
bubur. Ia tak pernah bisa bertemu kembali dengan istri dan maupun anaknya yang
disayanginya itu.

Di tanah bekas pijakan istri dan anaknya itu, tiba-tiba ada mata air menyembur. Airnya makin
lama makin besar. Lama-lama menjadi danau. Danau inilah yang kemudian kita kenal sampai
sekarang sebagai Danau Toba.

Sumber Referensi :
Dea Rosa, 2007, Seri Mengenal Indonesia – Cerita Rakyat 33 Provinsi dari Aceh sampai
Papua, Indonesiatera

Jangan Lupa juga untuk membaca Artikel legenda danau toba bahasa Inggris di artikel saya
yang lain. Atau kunjungi www.tobastory.co.cc untuk cerita lain dalam bahasa Inggris.

Cerita diatas hanya versi singkatnya saja. Untuk versi yang asli, mungkin kawan bisa cari di
perpustakaan lokal, buku dongeng lain, dan kalau bisa dicari juga di perpustakaan
kebudayaan atau sejenisnya. 

Untuk melihat gambar danau toba paling cantik dan indah. Segera berkunjung ke web
tersebut.

Trims buat mampir. Dan silakan berkomentar dibawah ya.

Asal Usul Danau Toba

Di Sumatera Utara terdapat danau yang sangat besar dan ditengah-tengah danau tersebut
terdapat sebuah pulau. Danau itu bernama Danau Toba sedangkan pulau ditengahnya
dinamakan Pulau Samosir. Konon danau tersebut berasal dari kutukan dewa.

Di sebuah desa di wilayah Sumatera, hidup seorang petani. Ia seorang petani yang rajin
bekerja walaupun lahan pertaniannya tidak luas. Ia bisa mencukupi kebutuhannya dari hasil
kerjanya yang tidak kenal lelah. Sebenarnya usianya sudah cukup untuk menikah, tetapi ia
tetap memilih hidup sendirian. Di suatu pagi hari yang cerah, petani itu memancing ikan di
sungai. “Mudah-mudahan hari ini aku mendapat ikan yang besar,” gumam petani tersebut
dalam hati. Beberapa saat setelah kailnya dilemparkan, kailnya terlihat bergoyang-goyang. Ia
segera menarik kailnya. Petani itu bersorak kegirangan setelah mendapat seekor ikan cukup
besar.

Ia takjub melihat warna sisik ikan yang indah. Sisik ikan itu berwarna kuning emas kemerah-
merahan. Kedua matanya bulat dan menonjol memancarkan kilatan yang menakjubkan.
“Tunggu, aku jangan dimakan! Aku akan bersedia menemanimu jika kau tidak jadi
memakanku.” Petani tersebut terkejut mendengar suara dari ikan itu. Karena keterkejutannya,
ikan yang ditangkapnya terjatuh ke tanah. Kemudian tidak berapa lama, ikan itu berubah
wujud menjadi seorang gadis yang cantik jelita. “Bermimpikah aku?,” gumam petani.

“Jangan takut pak, aku juga manusia seperti engkau. Aku sangat berhutang budi padamu
karena telah menyelamatkanku dari kutukan Dewata,” kata gadis itu. “Namaku Puteri, aku
tidak keberatan untuk menjadi istrimu,” kata gadis itu seolah mendesak. Petani itupun
mengangguk. Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang telah
disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari seekor ikan.
Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.

Setelah sampai di desanya, gemparlah penduduk desa melihat gadis cantik jelita bersama
petani tersebut. “Dia mungkin bidadari yang turun dari langit,” gumam mereka. Petani
merasa sangat bahagia dan tenteram. Sebagai suami yang baik, ia terus bekerja untuk mencari
nafkah dengan mengolah sawah dan ladangnya dengan tekun dan ulet. Karena ketekunan dan
keuletannya, petani itu hidup tanpa kekurangan dalam hidupnya. Banyak orang iri, dan
mereka menyebarkan sangkaan buruk yang dapat menjatuhkan keberhasilan usaha petani.
“Aku tahu Petani itu pasti memelihara makhluk halus! ” kata seseorang kepada temannya.
Hal itu sampai ke telinga Petani dan Puteri. Namun mereka tidak merasa tersinggung, bahkan
semakin rajin bekerja.

Setahun kemudian, kebahagiaan Petani dan istri bertambah, karena istri Petani melahirkan
seorang bayi laki-laki. Ia diberi nama Putera. Kebahagiaan mereka tidak membuat mereka
lupa diri. Putera tumbuh menjadi seorang anak yang sehat dan kuat. Ia menjadi anak manis
tetapi agak nakal. Ia mempunyai satu kebiasaan yang membuat heran kedua orang tuanya,
yaitu selalu merasa lapar. Makanan yang seharusnya dimakan bertiga dapat dimakannya
sendiri.

Lama kelamaan, Putera selalu membuat jengkel ayahnya. Jika disuruh membantu pekerjaan
orang tua, ia selalu menolak. Istri Petani selalu mengingatkan Petani agar bersabar atas ulah
anak mereka. “Ya, aku akan bersabar, walau bagaimanapun dia itu anak kita!” kata Petani
kepada istrinya. “Syukurlah, kanda berpikiran seperti itu. Kanda memang seorang suami dan
ayah yang baik,” puji Puteri kepada suaminya.

Memang kata orang, kesabaran itu ada batasnya. Hal ini dialami oleh Petani itu. Pada suatu
hari, Putera mendapat tugas mengantarkan makanan dan minuman ke sawah di mana ayahnya
sedang bekerja. Tetapi Putera tidak memenuhi tugasnya. Petani menunggu kedatangan
anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Ia langsung pulang ke rumah. Di lihatnya Putera
sedang bermain bola. Petani menjadi marah sambil menjewer kuping anaknya. “Anak tidak
tau diuntung ! Tak tahu diri ! Dasar anak ikan !,” umpat si Petani tanpa sadar telah
mengucapkan kata pantangan itu.

Setelah petani mengucapkan kata-katanya, seketika itu juga anak dan istrinya hilang lenyap.
Tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat
deras dan semakin deras. Desa Petani dan desa sekitarnya terendam semua. Air meluap
sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk sebuah
danau. Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba. Sedangkan pulau kecil di
tengahnya dikenal dengan nama Pulau Samosir.
SEJARAH DANAU TOBA DGN PULAU SAMOSIR

Danau Toba adalah sebuah danau vulkanik dengan ukuran luas 100km x 30km di Sumatera
Utara, Sumatera, Indonesia. Di tengah danau ini terdapat sebuah pulau vulkanik bernama
Pulau Samosir.

Danau Toba sejak lama menjadi daerah tujuan wisata penting di


Sumatera Utara selain Bukit Lawang dan Nias, menarik wisatawan domestik
maupun mancanegara.

Diperkirakan Danau Toba terjadi saat ledakan sekitar 73.000-75.000 tahun yang lalu dan
merupakan letusan supervolcano (gunung berapi super) yang paling baru. Bill Rose dan Craig
Chesner dari Michigan Technological University memperkirakan bahwa bahan-bahan
vulkanik yang dimuntahkan gunung itu sebanyak 2800km3, dengan 800km3 batuan ignimbrit
dan 2000km3
abu vulkanik yang diperkirakan tertiup angin ke barat selama 2 minggu.
Debu vulkanik yang ditiup angin telah menyebar ke separuh bumi, dari
cina sampai ke afrika selatan. Letusannya terjadi selama 1 minggu dan
lontaran debunya mencapai 10 KM diatas permukaan laut.
Kejadian ini menyebabkan kematian massal dan pada beberapa spesies juga diikuti
kepunahan. Menurut beberapa bukti DNA,
letusan ini juga menyusutkan jumlah manusia sampai sekitar 60% dari
jumlah populasi manusia bumi saat itu yaitu sekitar 60 juta manusia.
Letusan itu juga ikut menyebabkan terjadinya zaman es, walaupun para
ahli masih memperdebatkan soal itu.
Setelah letusan tersebut, terbentuk kaldera yang kemudian terisi oleh air dan menjadi yang
sekarang dikenal sebagai Danau Toba. Tekanan ke atas oleh magma yang belum keluar
menyebabkan munculnya Pulau Samosir .

Letusan gunung berapi besar Toba yang terjadi di masa lalu telah memusnahkan
hutan India tengah dan mungkin telah mendorong manusia ke jurang
kepunahan, menurut sebuah studi baru yang menambahkan bukti pada topik
yang kontroversial itu.

Letusan Toba, yang terjadi di pulau Sumatera sekitar 73.000 tahun yang lalu,
melepas sekitar 800 kilometer kubik abu ke atmosfir yang menyelimuti langit
dan menghalangi sinar matahari selama enam tahun.

Sebagai buntutnya, suhu global menurun sebanyak 28 derajat Fahrenheit dan


kehidupan di Bumi jatuh ke dalam suatu zaman es yang berlangsung sekitar
1.800 tahun.

Stanley Ambrose, profesor antropologi di University of Illinois, mengusulkan


dalam Journal of Human Evolution mengenai efek dari letusan Toba dan Zaman
Es yang menjelaskan hambatan nyata pada populasi manusia yang dipercaya
terjadi antara 50.000 dan 100.000 tahun yang lalu.

Kurangnya keragaman genetik di antara manusia yang hidup hari ini


menunjukkan bahwa selama periode itu manusia sangat mendekati kepunahan.

Untuk menguji teorinya, Ambrose dan tim penelitiannya menganalisis serbuk


sari dari inti laut di Teluk Benggala yang memiliki lapisan abu dari letusan Toba.
Para peneliti juga membandingkan rasio isotop karbon dalam tanah fosil yang
diambil langsung dari atas dan bawah abu Toba di tiga lokasi di tengah India -
sekitar 3.000 mil dari gunung berapi - untuk menentukan jenis vegetasi yang
ada di berbagai tempat.

Daerah berhutan lebat meninggalkan sidik jari isotop karbon yang berbeda dari
wilayah rumput atau hutan berumput.

Tes menunjukkan perubahan jenis vegetasi di India secara tiba-tiba setelah


letusan Toba. Para peneliti menulis dalam jurnal Palaeogeography,
Palaeoclimatology, Palaeoecology mendapati suatu pergeseran ke "tutupan
vegetasi yang lebih terbuka dan mengurangi representasi pakis," yang tumbuh
dalam kondisi lembab, yang "menunjukkan kondisi kering secara signifikan di
daerah ini untuk 1.000 tahun setelah letusan Toba."

Mungkin kekeringan juga menunjukkan penurunan suhu "karena ketika Anda


mengecilkan suhu juga mengurangi curah hujan," kata Ambrose.

"Ini adalah bukti jelas bahwa Toba menyebabkan deforestasi di daerah tropis
untuk waktu yang lama."

Dia juga menyimpulkan bahwa bencana mungkin telah memaksa nenek moyang
manusia modern untuk mengadopsi strategi baru untuk kelangsungan hidup,
menggantikan Neanderthal dan spesies manusia kuno lainnya.

Meskipun manusia selamat dari peristiwa itu, para peneliti telah mendeteksi
aktivitas meningkat di bawah sebuah kaldera di Taman Nasional Yellowstone, di
mana beberapa tersangka letusan supervolcanic lain pada akhirnya akan terjadi.
Meskipun tidak diharapkan terjadi dalam waktu dekat, sebuah letusan
Yellowstone bisa menutup setengah Amerika Serikat dengan lapisan abu sampai
dengan 3 meter.
Kejadian ini menyebabkan kematian massal dan pada beberapa spesies juga
diikuti kepunahan. Menurut beberapa bukti DNA,
letusan ini juga menyusutkan jumlah manusia sampai sekitar 60% dari
jumlah populasi manusia bumi saat itu yaitu sekitar 60 juta manusia.
Letusan itu juga ikut menyebabkan terjadinya zaman es, walaupun para
ahli masih memperdebatkan soal itu.
Setelah letusan tersebut, terbentuk kaldera yang kemudian terisi oleh air dan
menjadi yang sekarang dikenal sebagai Danau Toba. Tekanan ke atas oleh
magma yang belum keluar menyebabkan munculnya Pulau Samosir.

You might also like