You are on page 1of 21

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Gagal Ginjal Kronis

1.1 Defenisi Gagal Ginjal Kronis

Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal

mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali

dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan

cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau

produksi urin. Penyakit gagal ginjal berkembang secara perlahan kearah yang

semakin buruk dimana ginjal sama sekali tidak lagi mampu bekerja

sebagaimana fungsinya. Dalam dunia kedokteran dikenal 2 macam jenis gagal

ginjal yaitu gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis (Wilson, 2005).

Menurut Brunner & Suddarth (2001), gagal ginjal kronis atau penyakit

renal tahap akhir merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan

irreversibel. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan

metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia

(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).

Menurut The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) of the

National Kidney Foundation (NKF) pada tahun 2009, mendefenisikan gagal

ginjal kronis sebagai suatu kerusakan ginjal dimana nilai dari GFR nya kurang

dari 60 mL/min/1.73 m2 selama tiga bulan atau lebih. Dimana yang mendasari

etiologi yaitu kerusakan massa ginjal dengan sklerosa yang irreversibel dan

hilangnya nephrons ke arah suatu kemunduran nilai dari GFR.

Universitas Sumatera Utara


Tahapan penyakit gagal ginjal kronis berlangsung secara terus-menerus dari

waktu ke waktu. The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI)

mengklasifikasikan gagal ginjal kronis sebagai berikut:

Stadium 1: kerusakan masih normal (GFR >90 mL/min/1.73 m2)

Stadium 2: ringan (GFR 60-89 mL/min/1.73 m2)

Stadium 3: sedang (GFR 30-59 mL/min/1.73 m2)

Stadium 4: gagal berat (GFR 15-29 mL/min/1.73 m2)

Stadium 5: gagal ginjal terminal (GFR <15 mL/min/1.73 m2)

Pada gagal ginjal kronis tahap 1 dan 2 tidak menunjukkan tanda-tanda

kerusakan ginjal termasuk komposisi darah yang abnormal atau urin yang

abnormal (Arora, 2009).

1.2 Etiologi Gagal Ginjal Kronis

Angka Perjalanan ESRD hingga tahap terminal dapat bervariasi dari 2-3

bulan hingga 30-40 tahun. Penyebab gagal ginjal kronik yang tersering dapat

dibagi menjadi tujuh kelas seperti pada tabel berikut ini (Brunner & Suddarth,

2001).

No Klasifikasi Penyakit Penyakit


1 Penyakit infeksi Pielonefritis kronis dan refluks nefropati
tubulointerstitial
2 Penyakit peradangan Glomerulonefritis
3 Penyakit vaskuler hipertensi Nefrosklerosis benign, Nefrosklerosis
maligna dan stenosis arteri renalis
4 Gangguan kongenital dan Penyakit ginjal polikistik dan asidosis
herediter tumulus ginjal
5 Penyakit metabolic Diabetes mellitus, gout,
hiperparatiroidisme dan amiloidosis.
6 Nefropati toksik Penyalahgunaan analgesik dan nefropati
timah

Universitas Sumatera Utara


7 Nefropati obstruktif batu, neoplasma, fibrosis retroperitoneal,
hipertropi prostat, striktur urethra.
Baru-baru ini, diabetes dan hipertensi bertangguang jawab terhadap proporsi

gagal ginjal tahap akhir (ESRD) yang paling besar, terhitung secara berturut-

turut sebesar 34 % dan 21 % dari total kasus. Glomerulonefritis adalah

penyebab ESRD tersering yang ketiga (17 %). Infeksi nefritis tubulointerstisial

(pielonefritis kronis atau nefropati refluks) dan penyakit gagal ginjal polikistik

(PKD) masing-masing terhitung sebanyak 3,4 % dari ESRD. Dua puluh satu

persen penyebab ESRD sisanya relatif tidak sering terjadi yaitu uropati

obstruktif, lupus eritematosis sistemik (SLE) (Sylvia & Lorraine, 2005).

1.3 Manifestasi Klinis Gagal Ginjal Kronis

Pada gagal ginjal kronis setiap sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi

uremia, oleh karena itu pasien akan memperlihatkan sejumlah tanda dan gejala.

Keparahan tanda dan gejala tergantung pada bagian dan tingkat kerusakan

ginjal, kondisi lain yang mendasari adalah usia pasien. Berikut merupakan

tanda dan gejala gagal ginjal kronis (Brunner & Suddarth, 2001)

a. Kardiovaskuler yaitu yang ditandai dengan adanya hipertensi, pitting

edema (kaki, tangan, sacrum), edema periorbital, friction rub pericardial,

serta pembesaran vena leher

b. Integumen yaitu yang ditandai dengan warna kulit abu-abu mengkilat,

kulit kering dan bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis dan rapuh serta

rambut tipis dan kasar

c. Pulmoner yaitu yang ditandai dengan krekeis, sputum kental dan liat,

napas dangkal seta pernapasan kussmaul

Universitas Sumatera Utara


d. Gastrointestinal yaitu yang ditandai dengan napas berbau ammonia,

ulserasi dan perdarahan pada mulut, anoreksia, mual dan muntah,

konstipasi dan diare, serta perdarahan dari saluran GI

e. Neurologi yaitu yang ditandai dengan kelemahan dan keletihan, konfusi,

disorientasi, kejang, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak

kaki, serta perubahan perilaku

f. Muskuloskletal yaitu yang ditandai dengan kram otot, kekuatan otot

hilang, fraktur tulang serta foot drop

g. Reproduktif yaitu yang ditandai dengan amenore dan atrofi testikuler.

2. Konsep Hemodialisa

2.1 Defenisi Hemodialisa

Hemodialisa merupakan suatu membran atau selaput semi permiabel.

Membran ini dapat dilalui oleh air dan zat tertentu atau zat sampah. Proses ini

disebut dialisis yaitu proses berpindahnya air atau zat, bahan melalui membran

semi permiabel. Terapi hemodialisa merupakan teknologi tinggi sebagai terapi

pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari

peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin,

asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semi permiabel sebagai pemisah

darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi,

osmosis dan ultra filtrasi (Brunner & Suddarth, 2001).

Tujuan dari hemodialisa adalah untuk mengambil zat-zat nitrogen yang

toksik dari dalam darah pasien ke dializer tempat darah tersebut dibersihkan

Universitas Sumatera Utara


dan kemudian dikembalikan ketubuh pasien. Ada tiga prinsip yang mendasari

kerja hemodialisa yaitu difusi, osmosis dan ultrafiltrasi. Bagi penderita gagal

ginjal kronis, hemodialisa akan mencegah kematian. Namun demikian,

hemodialisa tidak menyebabkan penyembuhan atau pemulihan penyakit ginjal

dan tidak mampu mengimbangi hilangnya aktivitas metabolik atau endokrin

yang dilaksanakan ginjal dan tampak dari gagal ginjal serta terapinya terhadap

kualitas hidup pasien (Cahyaningsih, 2009).

2.2 Prinsip-prinsip Hemodialisa

Ada tiga prinsip yang mendasari kerja dari hemodialisa yaitu difusi,

osmosis dan ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah didalam darah dikeluarkan

melaui proses difusi dengan cara bergerak dari darah, yang memiliki

konsentrasi tinggi, kecairan dialisat dengan konsentrasi yang lebih rendah

(Brunner & Suddarth, 2001).

Air yang berlebihan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses osmosis.

Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan menciptakan gradient tekanan,

Gradien ini dapat ditingkatkan melalui penambahan tekanan negatif yang

dikenal sebagai ultrafiltrasi pada mesin dialisis. Karena pasien tidak dapat

mengekskresikan air, kekuatan ini diperlukan untuk mengeluarkan cairan

hingga tercapai isovelemia (keseimbangan cairan) (Brunner & Suddarth, 2001).

Sistem dapar (buffer sisite) tubuh dipertahankan dengan penambahan asetat

yang akan berdifusi dari cairan dialisat ke dalam darah pasien dan mengalami

metabolisme untuk membentuk bikarbonat. Darah yang sudah dibersihkan

Universitas Sumatera Utara


kemudian dikembalikan ke dalam tubuh melalui pembuluh darah vena

(Brunner & Suddarth, 2001).

2.3 Penatalaksanaan Hemodialisa pada Pasien

Jika kondisi ginjal sudah tidak berfungsi diatas 75 % (gagal ginjal terminal

atau tahap akhir), proses cuci darah atau hemodialisa merupakan hal yang

sangat membantu penderita. Proses tersebut merupakan tindakan yang dapat

dilakukan sebagai upaya memperpanjang usia penderita. Hemodialisa tidak

dapat menyembuhkan penyakit gagal ginjal yang diderita pasien tetapi

hemodialisa dapat meningkatkan kesejahteraan kehidupan pasien yang gagal

ginjal (Wijayakusuma, 2008).

Diet merupakan faktor penting bagi pasien yang menjalani hemodialisa

mengingat adanya efek uremia. Apabila ginjal yang rusak tidak mampu

mengekskresikan produk akhir metabolisme, substansi yang bersifat asam ini

akan menumpuk dalam serum pasien dan bekerja sebagai racun dan toksin.

Gejala yang terjadi akibat penumpukan tersebut secara kolektif dikenal sebagai

gejala uremia dan akan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Diet rendah protein

akan mengurangi penumpukan limbah nitrogen dan dengan demikian

meminimalkan gejala (Brunner & Suddarth, 2001).

Penumpukan cairan juga dapat terjadi dan dapat mengakibatkan gagal

jantung kongestif serta edema paru. Dengan demikian pembatasan cairan juga

merupakan bagian dari resep diet untuk pasien. Dengan penggunaan

hemodialisis yang efektif, asupan makanan pasien dapat diperbaiki meskipun

Universitas Sumatera Utara


biasanya memerlukan beberapa penyesuaian dan pembatasan pada asupan

protein, natrium, kalium dan cairan (Brunner & Suddarth, 2001).

Banyak obat yang diekskresikan seluruhnya atau sebagian melalui ginjal.

Pasien yang memerlukan obat-obatan (preparat glikosida jantung, antibiotik,

antiaritmia dan antihipertensi) harus dipantau dengan ketat untuk memastikan

agar kadar obat-obat ini dalam darah dan jaringan dapat dipertahankan tanpa

menimbulkan akumulasi toksik (Brunner & Suddarth, 2001).

2.4 Indikasi dan Komplikasi Terapi Hemodialisa

Pada umumya indikasi dari terapi hemodialisa pada gagal ginjal kronis

adalah laju filtrasi glomerulus ( LFG ) sudah kurang dari 5 mL/menit, sehingga

dialisis dianggap baru perlu dimulai bila dijumpai salah satu dari hal tersebut

dibawah :

a. Keadaan umum buruk dan gejala klinis nyata

b. K serum > 6 mEq/L

c. Ureum darah > 200 mg/Dl

d. pH darah < 7,1

e. Anuria berkepanjangan ( > 5 hari )

f. Fluid overloaded (Shardjono dkk, 2001).

Menurut Al-hilali (2009), walaupun hemodialisa sangat penting untuk

menggantikan fungsi ginjal yang rusak tetapi hemodialisa juga dapat

menyebabkan komplikasi umum berupa hipertensi (20-30% dari dialisis),

kram otot (5-20% dari dialisis), mual dan muntah (5-15% dari dialisis), sakit

kepala (5% dari dialisis), nyeri dada (2-5% dialisis), sakit tulang belakang (2-

Universitas Sumatera Utara


5% dari dialisis), rasa gatal (5% dari dialisis) dan demam pada anak-anak

(<1% dari dialisis). Sedangkan komplikasi serius yang paling sering terjadi

adalah sindrom disequilibrium, arrhythmia, tamponade jantung, perdarahan

intrakaranial, hemolisis dan emboli paru.

3. Konsep Dukungan Keluarga

3.1 Defenisi Keluarga

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan

kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka

sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 1998). Keluarga adalah kumpulan dua

atau lebih individu yang berbagi tempat tinggal atau berdekatan satu dengan

lainnya; memiliki ikatan emosi; terlibat dalam posisi sosial; peran dan tugas-

tugas yang saling berhubungan; serta adanya rasa saling menyayangi dan

memiliki (Murray & Zentner, 1997 dan Friedman, 1998 dalam Allender &

Spradley, 2001).

3.2 Fungsi dan Tugas Kesehatan Keluarga

Menurut Efeendy (1998), ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan

keluarga sebagai berikut :

1. Fungsi biologis :

a. Meneruskan keturunan

b. Memelihara dan membesarkan anak

c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga

d. Memelihara dan merawat anggota keluarga

Universitas Sumatera Utara


2. Fungsi Psikologis :

a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman

b. Memberikan perhatian di antara anggota keluarga

c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga

d. Memberikan identitas keluarga

3. Fungsi sosialisasi :

a. Membina sosialisasi pada anak

b. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat

perkembangan anak

c. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga

4. Fungsi ekonomi :

a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan

keluarga

b. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi

kebutuhan keluarga

c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di

masa yang akan datang (pendidikan, jaminan hari tua, kesehatan

keluarga dan sebagainya)

5. Fungsi pendidikan :

a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan

dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang

dimilikinya

Universitas Sumatera Utara


b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang

dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa

c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

Adapun fungsi keluarga menurut Peraturan Pemerintah/PP nomor 21 tahun

1994 BAB I pasal 12 ada beberapa di antaranya adalah: 1) Fungsi Cinta kasih

yaitu dengan memberikan landasan yang kokoh terhadap hubungan anak

dengan anak, suami dengan istri, orang tua dengan anaknya serta hubungan

kekerabatan antar generasi, sehingga keluarga menjadi wadah utama

bersemainya kehidupan yang penuh cinta kasih lahir dan batin. Cinta menjadi

pengarah dari perbuatan-perbuatan dan sikap-sikap yang bijaksana. 2) Fungsi

Melindungi, yaitu menambahkan rasa aman dan kehangatan pada setiap

anggota keluarga.

Keluarga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan keperawatan, yaitu

untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan/atau merawat anggota

keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan

kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga

melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan

keluarga. Berikut ini tugas kesehatan keluarga menurut Friedman (1998),

adalah sebagai berikut: 1) Mengenal masalah kesehatan; 2) Membuat

keputusan tindakan kesehatan yang tepat; 3) Melakukan perawatan; 4)

Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat, dan 5)

Mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan

masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


3.3 Sumber Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga dapat berupa dukungan keluarga internal, seperti

dukungan dari suami/istri, atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan

keluarga eksternal bagi keluarga inti (dalam jaringan kerja sosial keluarga).

Sebuah jaringan sosial keluarga secara sederhana adalah jaringan kerja sosial

keluarga itu sendiri (Friedman, 1998).

3.4 Bentuk Dukungan Keluarga

Menurut Sheridan & Radmacher (1992), Safarindo (1998) serta Taylor

(1999) dalam Arlija (2006) membagi dukungan keluarga ke dalam beberapa

bentuk, yaitu :

1. Dukungan instrumental

Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat

memberikan pertolongan langsung seperti pemberian uang, pemberian

barang, makanan serta pelayanan. Bentuk ini dapat mengurangi stres

karena individu dapat langsung memecahkan masalahnya yang

behubungan dengan materi . Dukungan instrumental sangat diperlukan

terutama dalam mengatasi masalah yang dianggap dapat dikontrol

2. Dukungan informasional

Bentuk dukungan ini melibatkan pemberiaan informasi, saran atau umpan

balik tentang situasi dan kondisi individu. Jenis informasi seperti ini dapat

menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan

mudah

Universitas Sumatera Utara


3. Dukungan emosional

Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin,

diperdulikan dan dicintai oleh keluarga sehingga individu dapat

menghadapi masalah dengan baik. Dukungan ini sangat penting dalam

menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat dikontrol

4. Dukungan pengharapan

Dukungan pengharapan meliputi pertolongan pada individu untuk

memahami kejadian stres lebih baik dan juga sumber stres serta strategi

koping yang dapat digunakan dalam menghadapi stresor. Dukungan sosial

keluarga dapat membantu meningkatkan strategi koping individu dengan

menyarankan strategi-strategi alternatif yang didasarkan pada pengalaman

sebelumnya dan dengan mengajak orang-orang berfokus pada aspek-aspek

yang lebih positif dari situasi tersebut. Individu diarahkan kepada orang

yang sama yang pernah mengalami situasi yang sama untuk mendapatkan

nasihat dan bantuan. Individu dibandingkan dengan orang lain yang

mengalami hal yang lebih buruk. Pada dukungan pengharapan keluarga

bertindak sebagai pembimbing dengan memberikan umpan balik

5. Dukungan harga diri

Bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif terhadap individu,

pemberian semangat, persetujuan terhadap pendapat individu,

perbandingan yang positif dengan individu lain. Bentuk dukungan ini

membantu individu dalam membangun harga diri dan kompetensi.

Universitas Sumatera Utara


3.5 Dukungan Keluarga Terhadap Pasien Hemodialisa

Dukungan keluarga terhadap pasien adalah sikap keluarga terhadap anggota

keluarga yang sakit yang ditunjukkan melalui interaksi dan reaksi keluarga

terhadap anggota keluarga yang sakit. Dukungan keluarga merupakan sebuah

proses yang terjadi sepanjang kehidupan dimana sifat dan jenis dukungan

keluarga berbeda-beda dalam berbagai tahap siklus kehidupan. Namun

demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan dukungan keluarga membuat

keluarga mampu berfungsi untuk meningkatkan kesehatan dan adaptasi

keluarga (Friedman, 1998).

Klien hemodialisa menghadapi perubahan yang signifikan karena mereka

harus beradaptasi terhadap terapi hemodialisa, komplikasi-komplikasi yang

terjadi, perubahan peran di dalam keluarga, perubahan gaya hidup, yang harus

mereka lakukan terkait dengan penyakit gagal ginjal kronik dan terapi

hemodialisa. Keadaan ini tidak hanya dihadapi oleh klien saja, tetapi juga oleh

anggota keluarga yang lain.

Keluarga cenderung terlibat dalam pembuatan keputusan atau proses

terapeutik dalam setiap tahap sehat dan sakit para anggota keluarga yang sakit.

Proses ini menjadikan seorang pasien mendapatkan pelayanan kesehatan

meliputi serangkaiaan keputusan dan peristiwa yang terlibat dalam interaksi

antara sejumlah orang, termasuk keluarga, teman-teman dan para profesional

yang menyediakan jasa pelayanan kesehatan (White, 2004 dikutip dari skripsi :

Rismauli, 2007).

Universitas Sumatera Utara


Dukungan keluarga sebagai bagian dari dukungan sosial dalam

memberikan dukungan ataupun pertolongan dan bantuan pada anggota

keluarga yang memerlukan terapi hemodialisa sangat diperlukan. Orang bisa

memiliki hubungan yang mendalam dan sering berinteraksi, namun dukungan

yang diperlukan hanya benar-benar bisa dirasakan bila ada keterlibatan dan

perhatian yang mendalam (Brunner & Suddarth, 2001 ).

3.6 Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Menurut Feiring dan Lewis (1984) dalam Friedman (1998), ada bukti kuat

dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa keluarga besar dan keluarga kecil

secara kualitatif menggambarkan pengalaman-pengalaman perkembangan.

Anak-anak yang berasal dari keluarga kecil menerima lebih banyak perhatian

daripada anak-anak dari keluarga yang besar. Selain itu, dukungan yang

diberikan orangtua (khususnya ibu) juga dipengaruhi oleh usia. Menurut

Friedman (1998), ibu yang masih muda cenderung untuk lebih tidak bisa

merasakan atau mengenali kebutuhan anaknya dan juga lebih egosentris

dibandingkan ibu-ibu yang lebih tua.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga lainnya adalah kelas

sosial ekonomi orangtua. Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat

pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan. Dalam keluarga

kelas menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin ada,

sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas atau

otokrasi. Selain itu orang tua dengan kelas sosial menengah mempunyai tingkat

Universitas Sumatera Utara


dukungan, afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi daripada orang tua dengan

kelas sosial bawah.

3.7 Pengukuran Dukungan Keluarga

Pengukuran dukungan keluarga meliputi kelima komponen dukungan

keluarga yaitu dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan

emosional, dukungan pengharapan dan dukungan harga diri. Pengukuran

dukungan keluarga tersebut dibuat dalam bentuk kuisioner sesuai dengan

tinjauan pustaka untuk setiap komponen dukungan keluarga. Kuisioner tersebut

akan dinilai dengan menggunakan skala likert yang kemudian akan dibagi

manjadi tiga kategori dukungan keluarga yaitu kategori dukungan keluarga

baik, cukup dan kurang.

4. Konsep Kualitas Hidup

4.1 Defenisi Kualitas Hidup

Menurut WHO (1994) kualitas hidup didefenisikan sebagai persepsi

individu sebagai laki-laki ataupun perempuan dalam hidup, ditinjau dari

konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal, dan hubungan dengan

standar hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian mereka. Hal ini terangkum

secara kompleks mencakup kesehatan fisik, status psikologis, tingkat

kebebasan, hubungan sosial, dan hubungan kepada karakteristik lingkungan

mereka.

Kualitas hidup dapat diartikan sebagai derajat dimana seseorang menikmati

kepuasan dalam hidupnya. Untuk mencapai kualitas hidup maka seseorang

Universitas Sumatera Utara


harus dapat menjaga kesehatan tubuh, pikiran dan jiwa. Sehingga seseorang

dapat melakukan segala aktivitas tanpa ada gangguan (Ventegodt, 2003).

Menurut Carr (2001) kualitas hidup merupakan persepsi individu yang

dipengaruhi oleh budaya dan nilai-nilai untuk mencapai tujuan hidup, standard

dan harapan dalam kehidupan sehari-hari.

4.2 Teori Kualitas Hidup

Menurut Ventegodt (2003) kualitas hidup berarti hidup yang baik, hidup

yang baik sama seperti hidup dengan kehidupan yang berkualitas tinggi. Dalam

hal ini dapat dikelompokkan dalam 3 bagian yang berpusat pada aspek hidup

yang baik yaitu :

1) Kualitas hidup subjektif yaitu suatu hidup yang baik yang dirasakan

oleh masing-masing individu yang memilikinya. Masing-masing

individu secara personal mengevaluasi bagaimana mereka

menggambarkan sesuatu dan perasaan mereka

2) Kualitas hidup eksistensial yaitu seberapa baik hidup seseorang

merupakan level yang berhak untuk dihormati dan dimana individu

dapat hidup dalam keharmonisan

3) Kualitas objektif yaitu bagaimana hidup seseorang dirasakan oleh

dunia luar. Kualitas objektif dinyatakan dalam kemampuan seseorang

untuk beradaptasi pana nilai-nilai budaya dan menyatakan tentang

kehidupannya.

Ketiga aspek kualitas hidup ini keseluruhan dikelompokkan dengan

pernyataan yang relevan pada kualitas hidup yang dapat ditempatkan dalam

Universitas Sumatera Utara


suatu rentang spekrtum dari subjektif ke objektif, elemen eksistensial berada

diantarannya yang merupakan teori kualitas hidup meliputi kesejahteraan,

kepuasan hidup, kebahagiaan, makna dalam hidup dan pemenuhan kebutuhan,

biologis dan mencapai potensial hidup.

a. Kesejahteraan

Kesejahteraan berhubungan dengan bagaimana sesuatu berfungsi

dalam suatu dunia objektif dan dengan faktor eksternal hidup.

Ketika kita membicarakan tentang perasaan baik maka

kesejahteraan merupakan pemenuhan kebutuhan dan realisasi diri

b. Kepuasan hidup

Menjadi puas berarti merasakan bahwa hidup yang seharusnya,

ketika pengharapan-pengharapan, kebutuhan dan gairah hidup

diperoleh disekitarnya maka seseorang puas. Kepuasan adalah

pernyataan mental yaitu keadaan yang kognitif

c. Kebahagiaan

Ini merupakan perasaan yang spesial yang berharga dan sangat

diinginkan tetapi sulit diperoleh. Tidak banyak orang percaya

bahwa kebahagiaan diperoleh dari adaptasi terhadap budaya

seseorang, kebahagiaan diasosiasikan dengan dimensi-dimensi non

rasional seperti cinta, ikatan erat dengan sifat dasar tetapi bukan

dengan uang

Universitas Sumatera Utara


d. Makna dalam hidup

Makna dalam hidup merupakan suatu konsep yang sangat penting

dan jarang digunakan. Pencarian makna hidup melibatkan suatu

penerimaan dari ketidakberartian dan kesangatberartian dari hidup

e. Pemenuhan kebutuhan

Kebutuhan dihubungkan dengan kualitas hidup dimana ketika

kebutuhan seseorang terpenuhi maka kualitas hidupnya tinggi.

Kebutuhan merupakan suatu ekspresi sifat dasar kita yang pada

umumnya dimiliki oleh makhluk hidup

f. Mencapai potensial hidup

Teori pencapaian potensial hidup merupakan suatu teori dari

hubungan antara sifat dasarnya/titik permulaan biologis. Ini tidak

mengurangi kekhususan dari makhluk hidup tetapi hanya tingkat

dimana pertukaran informasi yang bermakna dalam sistem hidup

dari sel ke organisme sosial

g. Gambaran biologis kualitas hidup

Gambaran biologis kualitas hidup yaitu sistem informasi biologis

dan tingkat keseimbangan eksistensial dilihat dari segi kesehatan

fisik. Kesehatan fisik mencerminkan tingkat sistem informasi

biologi seperti sel-sel dalam tubuh membutuhkan informasi yang

tepat untuk berfungsi secara benar dalam menjaga kesehatan dan

keseimbangan tubuh. Kesadaran kita dan pengalaman hidup juga

terkondisi secara biologis. Pengalaman dimana hidup bermakna

Universitas Sumatera Utara


atau tidak, dapat dilihat sebagai kondisi dari sistem informasi

biologis.

4.3 Komponen Kualitas Hidup

University of Toronto pada tahun 2004 (dalam Kurtus, 2005) menyebutkan

kualitas hidup dapat dibagi dalam 3 bagian yaitu kesehatan, kepemilikan

(hubungan individu dengan lingkungan) dan harapan (prestasi dan aspirasi

individu).

a. Kesehatan

Kesehatan dalam kualitas hidup dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu

secara fisik, psikologis dan spiritual. Secara fisik yang terdiri dari

kesehatan fisik, personal higiene, nutrisi, olah raga, pakaian dan

penampilan fisik secara umum. Secara psikologis yang terdiri dari

kesehatan dan penyesuaian psikologis, kesadaran, perasaan, harga diri,

konsep diri dan kontrol diri. Secara spiritual terdiri dari nilai-nilai

pribadi, standar-standar pribadi dan kepercayaan spiritual

b. Kepemilikan

Kepemilikan (hubungan individu dengan lingkungannya) dalam

kualitas hidup di bagi menjadi 2 bagian yaitu secara fisik dan sosial.

Secara fisik terdiri dari rumah, tempat kerja/sekolah,

tetangga/lingkungan dan masyarakat. Secara sosial dekat dengan orang

lain, keluarga, teman/rekan kerga, lingkungan dan masyarakat

Universitas Sumatera Utara


c. Harapan

Merupakan keinginan dan harapan yang akan dicapai sebagai

perwujudan dari individu seperti terpenuhinya nilai (prestasi dan

aspirasi individu) sehinggaa individu tersebut merasa berharga atau

dihargai di dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat sekitarnya

melalui suatu tindakan nyata yang bermanfaat dari hasi karyanya.

4.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup

Avis (2005) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas

hidup dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertaman adalah sosio demografi

yaitu jenis kelamin, umur, suku/etnik, pendidikan, pekerjaan dan status

perkawianan. Kedua adalah medik yaitu lama menjalani hemodialisa, stadium

penyakit, dan penatalaksanaan medis yang dijalani.

4.5 Pengukuran Kualitas Hidup

Pengukuran kualitas hidup meliputi ketiga komponen kualitas hidup yaitu

kesehatan, kepemilikan dan harapan. Komponen kesehatan yaitu terdiri dari

kesehatan fisik, psikologis dan spiritual. Komponen kepemilikan meliputi

hubungan dengan lingkungan serta hubungan dengan teman-teman atau

tetangga. Komponen harapan yaitu bagaimana seseorang itu merasa dihargai

dalam kehidupan sehari-hari (Anonimous, 2004 dalam Kurtus, 2005).

Pengukuran kualitas hidup tersebut dibuat dalam bentuk kuisioner yang

dimodifikasi dari WHOQOL-SRPB Field-Test Instrument (Saxena, 2002), The

World Health Organization Quality of Life (WHOQOL)-BREF (Anonimous,

Universitas Sumatera Utara


2004) dan WHOQOL User Manual Division of menthal Health (Anonimous,

1998). Kuisioner tersebut akan dinilai dengan menggunakan skala likert

sehingga kualitas hidup tersebut dibagi manjadi tiga kategori yaitu kategori

kualitas hidup tinggi, sedang dan rendah.

Universitas Sumatera Utara

You might also like