Professional Documents
Culture Documents
Abdullah yusuf ali dalam kitab tafsirnya tentang surat Al-Alaq (membaca) dalam
bukunya the holy Quran memberikan komentarnya:
“in wordly letters he was unversed, but with spiritual knowledge his mind and
soul waere filled, and now had comethe time when he must stand forth to the
world and declare his mission”
“Dalam hal baca tulis, dia (Nabi muhammad SAW) tidak paham (ummi), akan
tetapi akal dan jiwa atau hatinya dipenuhi dengan pengetahuan spiritual
(petunjuk) dan kini saat ia harus bangkit untuk menghadapi dunia dan
mendeklarasikan misinya”.
“(yaitu) orang-orang yang mengikut rosul, nabi yang ummi yang (namanya)
mereka dapati tertulis dalam taurat dan injil yang ada di sisi mereke, yang
menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari
mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik
dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari
mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka
orang-orang yang beriman kepadannya, memulyakannya, menolongnya dan
mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an), mereka
itulah orang-orang yang beruntung”. (Q.S. Al-A’raf [7]:157)
Demikianlah rasulullah SAW terkenal sebagai seoranng yang ummi, tidak bisa
baca tulis, namun beliau adalah orang yang paling sukses dalam hidupnya.
Beliauu bisa melaksanakan semua yang menjadi tugas dan kewajibannya
dengan baik. Hal ini semua karena akal dan hati beliau mengikuti bimbingan dan
petunjuk Allah yang diturunkan kepadanya. Setiap langkah yang hendak
ditempuhnya, selalu disesuaikan dengan wahyu yang diterimanya, sehingga
selalu berakhir dengan kesuksesan yang gilang-gemilang.
“ucapannya (nabi muhammad SAW) itu tiada lain hanyalah wahyu yang
diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (jibril) yang sangat
kuat. Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (jibril itu) menampakan diri
dengan rupa yang asli.” (Q.S. Al-Najm [53]:6)
“inti kebenaran (yang belum jelas dalil nashnya ) diperoleh dengan musyawarah,
sedangkan orang yang merasa cukup dengan pendapat pribadinya adalah
berspekulasi.” (ali bin abi thalib RA)
Sesungguhnya rasulullah SAW sebagai orang yang paling cerdas di dunia telah
memberikan teladan dalam hidup ini, bahwa jika kita mempunyai masalah, maka
sebaiknya di musyawarahkan dengan orang yang dipercaya dan kiranya bisa di
harapkan memberikan masukan atas masalah yang sedang di hadapi.
Abu hurairah RA pernah mengatakan sebagai mana dicatat oleh al bukhori:” aku
tidak melihat orang yang paling banyak bermusyawarah dengan para
sahabatnya selain Rasulullah SAW.”
Umar bin khathab ra berkata: “tiada kebaikan suatu urusan yang dilaksanakan
tanpa musyawarah.”
Ali bin abi Thalib ra saat berbicara ten tang manfaat musyawarah mengatakan: “
dalam musyawarah itu ada tuju kebaikan: mengambil kesimpulan yang benar,
menampung pendapat, terhindar dari kekeliruan, menjaga celaan, selamat dari
penyesalan, mengakrabkan hati, dan mengikuti sunnah,”
Untuk tu kita harus membiasakan diri untuk melaksanakan musyawarah.
Terlebih lagi saat kita menyusun sebuah rencana, insya Allah hasilnya akan lebih
baik jika kita mau bermusyawarah dengan orang yang memiliki pengalaman
yang lebih akan hal itu. Dan jika kita sudah mengambil kesepakatan dalam
musyawarah tersebut (membulatkan tekat), maka serahkanlah semuanya
kepada Allah (tawakal), dengan ini pula insya Allah kita akan diberi kemudahan,
sehingga kita akan meraih kesuksesan.
Untuk itu, mengenal potensi dan sumber daya yang ada sangat diperlukan dan
penting, terlebih lagi seorang pemimpin harus bisa mengenal potensi dan
sumber daya yang di bawah kepemimpinannya, karena tiap-tiap orang itu
dimudahkan sesuai dengan hakiktnya masing-masing.
Disiplin
Disiplin adalah modal utama meraih sukses dalam melaksanakan program yang
ada. Hilangnya rasa disiplin akan menjadikan program tersebut terbengkalai dan
gagal. Untuk itulah penanaman rasa disiplin mutlak diperlukan kepada semua
pihak yang bersangkutan. Kita bisa memperoleh pelajaran akan hal ini dari
peristiwa perang uhud yaitu ketika sebagian pasukan pemanahyang diberi tugas
oleh Rosulullah SAW untuk menjaga gunung tidak disiplin menjalankan tugas,
sehingga mengakibatkan kekacauan seluruh pasukan islam.
“Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-NYA kepada kamu, ketika kamu
membunuh mereka dengan seizin-NYA sampai pada saat kamu lemah dan
berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (rasul) sesudh Allah
memperlihatkan kepadamu apa yangg kamu sukai. Diantaramu ada prang yang
menghendaki dunia dan di antaramu ada orang yang menghendaki akhirat.
Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu; dan
sesungguhnya Allah telah memaafkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia
(yang dilimpahkan) atas orang-orang yang beriman.” (Q.S. Ali Imran [3]:152)
Bersungguh-sungguh
Tanpa adanya kesungguhan hati, maka program itu tidak mungkin berjalan
dengan baik. Sesungguhnya ajaran islam sangat menganjurkan kepada para
pengikutnya, untuk asenantiasa bekerja dengan tekun baik untuk meraih dunia
maupun akhirat.
“dan katakanlah: “bekerjalah kamu , maka Allah dan Rasul-NYA serta orang-
orang mukmin akan melihat pekerjaan itu, dan kamu akan dikembalikan kepada
(Allah) yang mengetahui akan yang ghoib dan yang nyata, lalu diberikan-NYA
kepada kamu apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Taubat[9]:105).
Bertang jawab
“orang besar memiliki jiwa yang bertanggung jawab, sehingga setiap langkah
dan perbuatannya dapat dipertanggung jawabkan.” (kid sam)
Manusia yang memiliki spiritual yang baik akan memiliki hubungan yang kuat
dengan Allah, sehingga akan berdampak pula kepada kepandaian dia dalam
berinteraksi dengan manusia, karena dibantu oleh Allah yaitu hati menusia
dijadikan cenderung kepada-NYA.
Dari keterangan di atas dapat kita ketahui bahwa kondisi spiritual seseorang itu
berpengaruh terhadap kemudahan dia dalam menjalani kehidupan ini. Jika
spiritualnya baik, maka ia menjadi orang yang paling cerdas dalam
kehidupannya.Untuk itu yang terbaik bagi kita adalah memperbaiki hubungan
kita kepada Allah,yaitu menguatkan sandaran vertikal kita dengan cara
memperbesar takwa dan menyempurnakan tawkal serta memurnikan
pengabdian kita kepada-NYA.
Meluruskan Niat
Hasan Al-Bisri berkata: “semoga Allah merahmati seorang hamba yang berpikir
disaat pertama ia akan melakukan sesuatu. Jika itu karena Allah ia lanjutkan dan
jika bukan karena-NYA ia menangguhkannya.”
Niat yang benar akan mendatangkan kemudahan bagi si pelakunya, karena ada
kemudahan dan pertolongan dari Allah. Sementara niat yang salah akan
mendatangkan kesulitan dan kesukaran bagi si pelakunya, karena dia tidak
mendapatkan naungan dari Allah SWT. Ketika seseorang bekerja dengan niat
mencari ridho Allah (dengan keikhlasan), maka aktifitasnya akan terkontrol oleh
niat tersebut. Sehingga, problematika pekerjaan dapat dihadapi dengan mudah
dan mendapat kepuasan. Berbeda dengan pekerjaan yang dimotivasi oleh
keinginan tanpa batas. Tingginya keinginan seseorang berdampak pada
pergeseran motivasi, yang pada akhirnya mengalami degradasi keikhlasan.
Kondisi ini rawan terhadap perbuatan pamrih. Dan perlu diketahui, prilaku ini
sarat dengan syirik kecil, sehingga Allah murka terhadap orang-orang yng
berbuat riya. Bahkan Allah tidak akan memberi balasan kepada amalan
seseorang yang tidak di niatkan kepada-NYA dan mendapat siksaan di neraka.
“sesungguhnya sesuatu yang paling aku takuti kepada kamu adalah syirik kecil
(riya’) Allah berkata (pada orang yang berbuat riya’) dihari kiyamat ketika
manusia diberi balasan terhadap amalan yang dikerjakan di dunia: ‘pergilah
kamu kepada orang yang kamu riya’ kepadanya, dan lihatlah apakah kamu
dapati mereka itu mempunyai balasan (untukmu)?” (hadis riwayat imam ahmad
(v/428-429) dan Al-Baghawi dalam Syarhus sunah (4135) dari hadits mahmud
bin Lubaid ra, dengan sanad yang shahih manurut syarat musli)
“Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan allah dialah yang
mahakarya (tidak memerlukan sesuatu) lagi maha terpuji.”(Q.S.faathir[35]:15)
Untuk itulah jika kita ingin mendapatkan kemudahan, kita harus berdoa terlebih
dahulu kepada Allah agar terhindar dari semua keburukan, serta di tolong dan
dimudahkan dalam merih apayang kita inginkan, atau dengan kata lain diberi
keselamatan di awal dan sesudahnya. Dan orang yang tidak mau meminta
kepada Allah akan dibenci olehnya. Karena hal itu menunjukan keangkuhan
dirinya. Padahal sebenarnya dirinya adalah sangat lemah. Sementara itu jika
seorang hamba mau berdoa kepadanya insya Allah akan dicintainya. Karena
dengan meminta kepada allah berartiia mengakui bahwa dirinya lemah dan
allahlah yang mahakuat.
Bertaubat
Di atas telah di uraikan bahwa dampak dari [perbuatan maksiat salah satunya
adalah berkurangnya keimanan atau memburuknya kecerdasan spiritual
seseorang (SQ). Kalau demikian mungkinkah kerusakan ini bisa diperbaiki?
Jawabannya adalah sangat mungkin. Sudah pasti bisa, yaitu dengan cara
bertaubat atas perbuatan dosa itu sendiri. Tindakan ini akan mampu
membersihkan kotornya hati karena perbuatan dosa dan akan dapat
mengembalikan keimanan yang hilang, atau menguatkan kembali tali kaimanan
yang sempat mengendor. Dengan bertaubat dan beristighfar kepada Allah maka
akan di tambah kekuatan olah Allah atas segala kekuatan yang ada pada diri
kita, termasuk kekuatan kecerdasan yang kita miliki.
Tidak meremehkan suatu kebajikan meskipun kecil.
“suka meremehkan kebaikan walau kecil bukanlah sifat orang yang baik” (kid
sam)
Tindak lanjut dari orang yang bertaubat dan meninggalkan perbuatan dosa
adalah dengan memperbanyak perbuatan baik dalam arti tidak suka
meremehkan kebaikan walaupun kelihatan kecil. Karena sesungguhnya
perbuatan itu menghapus perbuatan buruk. Sekecil apapun kebaikan yang
dilakukan oleh seorang muslim akan dihargai oleh Allah.
“barang siapa yang melakukan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan
melihat (balasan)nya.” (Q.S. Al-Zalzalah[99]:7)
Kebaikan yang dilakkukan oleh orang yang beriman akan memberikan mereka
kelonggaran hidup dan melepaskan mereka dari belenggu kesulitan hidup,
sehingga ia akan sukses di dalam menempuh hidupnya. Orang yang banyak
berbuat kebaikan akan menjadi bersinar hatinya, sehingga wajahnya pun akan
ikut bersinar karna pantulan dari hatinya yang bersinar serta akan memperkokoh
anggota tubuhnya yang lain.
“syariat islam adalah jalan menuju kepada kebahagiaan yang hakiki. Barang
siapa meniti jalan ini, maka akan sampai ke istana kebahagiaan.” (kid sam)
Selagi kita tetap di atas rel yang benar, maka kita akan selamat sampai ke
tujuan yang hendak kita tuju. Selagi kita berada di atas jalan syariat Allah, maka
kita tak perlu khawatir akan tersesat di tengah jalan. Tetap berada di atas jalan
syariat islam inilah yang akan menjamin keimanan dan kebersihan hati kita.
Berpegang teguh pada tuntunan syariat inilah yang akan menjamin murninya
spiritual seseorang.
“Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari
urusan agama itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu
orang-orang yang tidak mengetahui.” (Q.S. Al-jatsiyah [45]:18)
“aku tinggalkan untuk kalian dua perkara. Kalian tidak akan tersesat selama
berpegangan dengannya, yaitu kitabullah (Al-Quran) dan sunah Rasulullah SAW,”
(H.R. Muslim)
Apabila seseorang berpegang teguh pada kitab suci Al-Quran, maka hatinya
akan menjadi bersih, terbebas dari segala penyakit hati. Karena Al-Quran
berfungsi sebagai penyembuh apa yang ada di dalam dada manusia.
“hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari robbmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk
serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S. yunus [10]:57)
Selain itu ia akan menjadi orang yang cerdas, bisa mem bedakan mana yang
baik dan mana yang buruk, karena dia itu punya furqon. Dengan demikian orang
yang paling cerds adalah yang langkahnya selalu menjiwai nilai-nilai Al-Quran
sebagaimana yang dikatakan bahwa akhlak rasulullah adalah al-Quran.
Banyak tafakur
“sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (yaitu) orang-
orang yang mengingat allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata):” ya robb kami, tiadalah kita menciptakan ini dengan sia-sia. Maha suci
engkau, maka peliharalah kamu dari siksa neraka.” (Q.s. al-Imran [3]:190-191)
Ketika isac newton menemukan hukum newton seperti yang sekarang ini kita
kenal, berangkat dari pengamatan dia tentang keadaan alam. Dia mengamati
kenapa setiap benda yang dilempar ke atas selalu jatuh ke bawah. Hal ini
menglitik hatinya, sehingga mendorong dirinya untuk mengamati dan
mempelajarinya lebih jauh. Sampai akhirnya ia merumuskan hukum newton
yang sangat terkenal itu. Padahal sebenarnya kita lah yang lebih layak
melakukan hal itu.
“sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu ada pada yang dicptakan
Allah di langit dan di bumi, banar-banar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Ny)
bagi orang-orang yang bertaqwa,” (Q.S. Yunus [10]:6)
Dengan menefakuri segala yang allah ciptakan dimuka bumi ini, akan
menjadikan seseorang mendapat manfaat yang banyak. Jika ia beranjak dari
back ground seorang yang beriman, akan menambah keimanan di kepada Allah,
menemukan jalan keluar dari berbagai permasalahan hidup, menemukan
sesuatu yang bermanfaat untuk semua, mengetahui kekurangan dan kelemahan
dirinya serta masih banyak lagi manfaat yang lainnya.
Wahab bin munadi ra berkata dalam taurat ada dikatakan:”barang siapa ingin
agar Allah menyinari hatinya dengan sinar yang sempurna, maka hendaknya
bertafakkur dan mengambil ibarat.”
Al-Fudhail bin iyyad berkata:” tafakkur adalah cermin yang akan memperlihatkan
kepadamu kebaikan dan keburukanmu.”
“orang yang mengenal allah itu setia, hatinya cerdik pandai dan perbuatannya
karena Allah suci murni.” (dzun nun al mishri
“selagi engkau menyadarkan pilihan atas apa yang telah Allah pilihkan. Maka
engkau tak akan pernah kecewa untuk selamanya.” (kid sam).
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh
jadi (pula) kammu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; allah
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah [2]:216)
Kalau demikian, lantas bagaimana agar kita terhindar dari kesalahan di dalam
menentukan sebuah pilihan? Jawabannya adalah menyadarkan pada apa yang di
miliki oleh Allah,karna ilmu-NYA segala sesuatu sudah tentu bisa melihat dan
mengetahui dengan pasti mana yang terbaik diantara pilihan yang ada.
”sesungguhnya telah ada pada (diri) rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebutykan Allah” (Q.S. Al-ahzab [33]:21)
Sesungguhnya di dunia ini tidak ada yang memiliki kecerdasan lahir dan batin
yang lebih sempurna dari yang dimiliki oleh rasul. Bahkan cerdas lahir dan batin
(IESQ) ini merupakan sifat wajib yang harus ada pada diri rasul (sifat fathanah),
kehilangan sifat ini, menjadikan mereka tidak layak diangkat sebagai rasul.
Dengan demikian orang yang memiliki (IESQ) yang sempurna hanyalah para
rasul-NYA. Selain fathanah para rasul itu memiliki tiga sifat yang lain yaitu
shidiq, amanah, tabligh. Dan kalau kita urutkan keempat sifat tersebut, maka
urutan nya adalah sebagai berikut. Pertama adalah sifat shidiq, selanjutnya
adalah Amanah, kemudian Tabligh dan terakhir Fathonah. Dari urutan ini,
sebenarnya kita dapat belajar dan mengambil suatu hikmah, bahwa untuk
mencapai sifat fathanah atau untuk menjadi cerdas lahir dan batin (IESQ), maka
harus melewati ketiga sifat sebelumnya dengan urutan. Dan, pada kesempatan
ini insya Allah di bahas mengenai keempat sifat itu secara berurutan,
selanjutnya harapan kita semua adalah orang islam menjadi sadar betapa
penting memiliki keempat sifat ini untuk bisa menjadi muslim yang cerdas lahir
dan batinnya, sehingga siap melaksanakan tugas sebagai khalifah fil ardlhi.
Sidik
Jujur
Allah berfirman: “ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-
oarang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang mengalir
di bawah nya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selamanya
selama-lamanya, Allah ridho terhadap mereka, dan merekapun ridho
terhadapnya. Itulsh keberuntungan yang palong besar.” (Q.S. Almaidah
[5]:119)
Dikisahkan, saat imam bukhori belajar hadist dari seseorang, suatu saat
beliau melihat kuda orang itu terlepas. Untuk menagkap kembali kuda itu,
orang tersebut menunjukan bungkusan kain seolah-olah di dalamnya ada
gandumnya, dan kudanyapun datang kepadanya, hingga iapun dapat
menagkap kudanya kembali. Melihat gelagat orang itu Al-bukhori berkata:
apakah kita memiliki gandum? Oran tersebut menjawab: “tidak, aku
mengelabui kudaku seolah-olah gandum dibungkus dengan kain tadi”. Al-
Bukhori berkata “kalau begitu aku tidak akan mencari hadits dari orang
yang bohong terhadap hewan.”
Iangatlah bahwa Allah itu maha mengetahui dan maha melihat apa yang
didalam hati dan apa yang kita kerjakan.
Jika kita dusta, maka kita itu memiliki satu sifat orang munafik. Dan dusta
itu bertentangan iman, maka orang yang berdusta imannya akan
berkurang. Untuk itu ingatlah bahwa orang munafik itu diletakan di
neraka yang paling bawah.
Dari abu hurairah ra, berkata nabi SAW bersabda: “barangsiapa yang
tidak mau meninggalkan kata-kata bohong dan selalu memperbuatnya,
maka allah tidak memperdulikan puasannya itu dimana ia telah susah
payah meningglkanmakan dan minum.” (HR Bukhori)
Adapun pengaruh dari sifat itu sendiri adalah membentuk pribadi yang
senantiasa tenang dalam sikapnya, mampu berfikir jernih dan
bijaksana dalam tindakannya. Sementara hailangnya sifat jujur dalam
diri seseorang akan menimbulkan keresahan hati, ketidaktenangan
batin, tergesa-gesa dalam langkahnya dan hilangnya kemampuan
berfikir jernih.
“kebaikan adalah akhalak (budi pekerti) yang baik, dan perbuatan dosa
adalah apa yang bergejolak dalam dirimu dan kita tidak suka kalau
diketahui orang. ” (HR. Muslim dari abu nawas bin sam’an)
Dari abu muhammad al hasan bin ali bin abi thalib ra, ia berkata: “saya
menghafal beberapa kalimat dari rasulallah saw, yaitu: “tinggalkanlah
apa yang kamu ragukan dan kerjakanlah apa yang tidak kamu
ragukan. Sesungguhnya jujur itu menimbulkan ketenangan dan dusta
itu menimbulkan kebimbangan.” (HR. Tirmidzi)
Orang yang bertaqwa akan selalu berlaku jujur dan tidak suka
berbohong, karena memang bohong itu bertentangan dengan
keimanan.