You are on page 1of 4

http://www.teknologipendidikan.

net

Pusat Sumber Belajar Masuk Desa ?

Abu Khaer*)

Belajar , Sumber Belajar dan Pusat Sumber Belajar

Kata “belajar” merupakan salah satu kata kunci dalam bidang pendidikan dan
sering dipadankan dengan: membaca, berlatih dan sejenisnya. Berbagai aktifitas seperti
mendengarkan penjelasan guru di dalam kelas, membaca buku pelajaran, mengerjakan
soal-soal latihan, praktikum di laboratorium adalah sejumlah varian dari bentuk
seseorang belajar. Upaya merekayasa agar terjadi proses belajar lazim disebut
pembelajaran. Beragam pendekatan digunakan sebagai dasar kajian masalah belajar, baik
dilihat dari sisi proses yang terjadi maupun dampak yang dihasilkan dari aktivitas belajar.
Dalam melakukan aktifitas belajar, seseorang akan berinteraksi dengan sumber-
sumber belajar baik yang sengaja dirancang (by design) maupun yang dimanfaatkan (by
utilization). Ketersediaan dan kemudahan mengakses pesan pembelajaran adalah sebuah
kondisi positif yang perlu diciptakan agar aktivitas belajar menjadi efektif dan efisien.
Bidang Teknologi Pembelajaran yang didefinisikan sebagai “ the theory and practice of
design, development, utilization, management and evaluation of processes and resources
for learning (Seels dan Richey, 1994) meresepkan bahwa sumber-sumber belajar perlu
disediakan secara memadai sesuai dengan karakteristik bidang studi dan karakristik
pebelajar (learners).
Sejumlah sumber belajar perlu dikelola secara optimal dalam suatu wadah atau
lembaga Pusat Sumber Belajar (PSB). Perpustakaan, laboratorium, tempat-tempat
workshop pada lembaga-lembaga pendidikan secara konseptual merupakan PSB. Merill
dan Drop (dalam Mudhoffir, 1992) mendefinisikan PSB sebagai:
“an organized activity consisiting of director, staff and equipment housed in one
or more specialized facilities for production, procurement and presentation of
instructional materials and provision of developmental and planning services
related to the curriculum and teaching on a general university, campus”

PSB bertujuan meningkatkan keefektifan kegiatan pembelajaran dengan menyediakan


berbagai macam pilihan untuk menunjang pembelajaran konvensional dan mendorong
penggunaan cara-cara baru yang nonkonvensional.
http://www.teknologipendidikan.net

Berdasarkan tujuan tersebut PSB memiliki sejumlah fungsi, yaitu: fungsi pengembangan
sisitem instruksional, fungsi informasi, fungsi pelayanan media, fungsi produksi dan
fungsi administratif.

Menuju Masyarakat Belajar


Sejalan dengan upaya pemerintah menurunkan angka buta aksara penduduk usia
15 tahun ke atas hingga 5% dalam 5 tahun ke depan (Depdiknas 2005) dan tumbuhnya
kesadaran masyarakat akan informasi, perlu ditindaklanjuti dengan penyediaan fasilitas
untuk pengembangan potensi masyarakat. Teridentifikasi, sejumlah program pendidikan
(termasuk wajib belajar 9 tahun) , pelatihan dan penyuluhan telah dilaksanakan untuk
masyarakat pedesaan melalui dinas-dinas terkait. Bentuk-bentuk pembelajaran seperti ini
perlu didukung oleh tersedianya sumber-sumber belajar dengan segala kemudahannya
agar hasil belajar yang diperoleh dapat dikembangkan secara berkelanjutan. Tersedianya
PSB di desa-desa atau kelurahan diasumsikan dapat mempermudah warga masyarakat
(termasuk siswa sekolah, guru) berinteraksi dengan sumber-sumber belajar menuju
masyarakat belajar. Secara filosofis Hicks dan Tillin (1977) berpendapat bahwa
pengetahuan adalah bagian yang esensial untuk meneruskan evolusi masyarakat. Kunci
untuk maju dalam masyarakat adalah dengan menghimpun dan memanfaatkan
pengetahuan yang tersimpan dalam berbagai bentuk media. Mudahnya akses pengetahuan
akan berdampak pada berlangsungnya pendidikan sepanjang hayat, perubahan-perubahan
sikap masyarakat, kondisi ekonomi, pengembangan apresiasi budaya, keterampilan dan
pemanfaatan waktu senggang yang bermakna. Setiap orang dapat mengakses
pengetahuan secara bebas untuk memilih sesuai dengan kebutuhannya.
Gagasan mendirikan PSB di desa/kelurahan dilatarbelakangi pertimbangan
sebagai berikut:
1. Setiap desa/kelurahan sebagian besar memiliki minimal satu Sekolah Dasar. Di
sejumlah desa ada yang memiliki dua unit sekolah atau lebih. Keberadaan PSB
merupakan nilai tambah bagi siswa maupun guru untuk meningkatkan keefektifan
dan efisiensi pembelajaran, sehingga bisa meningkatkan mutu pendidikan.
http://www.teknologipendidikan.net

2. Perpustakaan umum yang relatif memadai saat ini baru ada di tingkat propinsi atau
kabupaten/kota. Dari aspek aksesibilitas kondisi semacam ini belum mendudukung
pemerataan pemerolehan pengetahuan masyarakat.
3. Desa/kelurahan merupakan satuan komunitas yang cakupan wilayahnya tidak terlalu
luas sehingga aspek keterjangkauan pelayanan relatif mudah.

Alternatif bentuk dan jenis pelayanan PSB di desa/kelurahan disesuaikan dengan


kebutuhan masyarakat setempat dalam rangka pengembangan potensi daerah. Dengan
kekhasan desa/kelurahan, pelayanan PSB bisa dilengkapi dengan tempat dan peralatan
praktik atau latihan untuk program kursus atau diklat. Dari segi pengelolaan, kegiatan
PSB disinergikan dengan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan lintas
sektoral (pendidikan, pertanian, perindustrian dan sebagainya). Secara sederhana bagan
berikut menunjukkan peran PSB dalam memfasilitasi warga masyarakat untuk belajar.

Masyarakat Belajar

Pusat
Program-program Sumber
diklat, penyuluhan Lembaga
Belajar Pendidikan/sekolah
(lintas sektoral)

Warga Masyarakat
http://www.teknologipendidikan.net

Kepustakaan

Depdiknas. 2005. Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-


2009.

Hics, Warren B. and Tillin, Alma M. 1977. Managing Multimedia Libraries. London:
R.R. Bowker Company.

Mudhoffir, 1992. Prinsip-prinsip Pengelolaan Pusat Sumber Belajar. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya.

Seels, Barbara B. and Richey, Rita C. 1994. Instructional Technology: The Definition
and Domains of the Field. Washington DC: Association for Educational
Communication and Technology.

*) Drs. Abu Khaer, M.Pd., bekerja pada Balai Pengembangan Media Televisi, Pustekkom
Depdiknas di Surabaya.

You might also like