Professional Documents
Culture Documents
Dengan mengucap rasa syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT, Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang, Yang Maha Pemberi Ilmu kepada setiap ummatnya, dan yang
telah memberikan rahmat serta Karunia-Nya serta Nikmat yang tak pernah berujung sehingga
kami dapat menyelesaikan laporan ini.
Terimakasih dan sembah sujud kepada baginda Nabi Muhammad SAW, atas segala
perjuangan yang telah memawa ummatnya dari zaman jahiliyah hingga zaman penuh dengan
ilmu pengetahuan, serta amanahnya yang tak pernah padam hingga akhir zaman.
Dan terima kasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing praktikum yang telah
membimbing kami untuk menjadi ahli ilmu. Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan laporan praktikum ini. Kami juga menyampaikan permohonan
maaf, karena dalam laporan ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu,
segala kritik dan saran kami harapkan, untuk penyempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat serta dapat menambah ilmu pengetahuan bagi
yang membacanya.
Ada dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu cara manual dan cara vakum. Cara
manual dilakukan dengan menggunakan alat suntik (syring), sedangkan cara vakum dengan
menggunakan tabung vakum (vacutainer). Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam
pengambilan darah vena adalah :
Darah terdiri dari sel darah terdiri dari sel darah (eritrosit), sel darah putih (leukosit),
dan keping darah (trombosit), yang tersuspensi dalam plasma. Plasma merupakan komponen
cairan dari darah yang mengandung fibrinogen terlarut. Setelah aktivasi oleh enzim plasmin,
terbentuklah gumpalan fibrin. Sesudah gumpalan ini disingkirkan, sisa yang tertinggal disebut
serum. Plasma terdiri untuk sebagian besar dari air dengan terlarut dalam zat-zat elektrolit dan
beberapa protein, yakni globulin (alfa-, beta-, gamma-), albumin dan faktor pembekuan darah.
Plasma darah merupakan bagian cair darah. Cairan ini didapat dengan membuat darah
tidak beku dan sel darah tersentrifugasi. Plasma terdiri dari 90% air, 7-8% protein, dan di dalam
plasma terkandung pula beberapa komponen lain seperti garam-garam, karbohidrat, lipid, dan
asam amino. Karena dinding kapiler permiabel bagi air dan elektrolit maka plasma darah selalu
ada dalam pertukaran zat dengan cairan interstisial. Dalam waktu 1 menit sekitar 70% cairan
plasma bertukaran dengan cairan interstisial. Serum darah adalah cairan bening yang memisah
setelah darah dibekukan. Plasma darah berbeda dengan serum darah terutama pada serum
tidak terdapat faktor pembentukan fibrinogen.
Globulin diperlukan untuk berbagai fungsi biologik. Sejumlah α- globulin dan β-globulin
mempunyai fungsi transpor khusus. Kelompok α1- globulin yaitu transkobalamin yang
mengangkut vitamin B12 dan transkortin yang mengangkut kortisol. β-globulin bertanggung
jawab untuk transpor besi bervalensi tiga dalam plasma. Sementara itu, γ-globulin merupakan
glikoprotein yang pada pemisahan elektroforesis bergerak paling lambat. Karena peran
sertanya pada reaksi imun, maka γ-globulin disebut juga imunoglobin (IgG). Protein plasma juga
mempunyai peran yang penting dalam pengaturan distribusi air antara plasma dan ruang
interstisial, karena sebagai protein ia tidak dapat melewati dinding kapiler. Dengan demikian,
tekanan osmotik koloidnya akan menahan air dalam sirkulasi darah. Peran yang terbesar
dilakukan albumin (±80%). Albumin juga mempunyai arti yang besar untuk ikatan protein obat.
Tekanan osmosis plasma yaitu 7,3 atm dan dijaga dengan pengaturan osmosis yang
berfungsi dengan baik. Pada tekanan ini, yang berperan sampai 96% elektrolit anorganik.
Perbandingan ion yang satu terhadap ion yang lain dan pH plasma juga dijaga hampir tetap oleh
proses pengaturan khusus. Kation dengan konsentrasi plasma tertinggi adalah natrium
sedangkan anion plasma yang secara kuantitatif paling berarti adalah klorida.
Pada laboratorium yang lengkap, pemisahan protein dapat dilakukan dengan beberapa teknik,
yaitu :
Glukosa merupakan sumber tenaga yang terdapat dimana-mana dalam biologi. Hal itu
terjadi karena glukosa dibentuk dari formaldehida pada keadaan abiotik, sehingga akan mudah
tersedia bagi system biokimia primitive. Hal yang lebih penting bagi organism tingkat atas
adalah kecenderungan glukosa, dibandingakan dengan gula heksosa lainnya, yang tidak mudah
bereaksi secara nonspesifik dengan gugus amino suatu protein. Reaksi ini (glikosilasi) mereduksi
atau bahkan merusak fungsi berbagai enzim. (lehninger 1982).
Pemeliharaan kadar glukosa darah merupakan faktor amat penting, khususnya untuk
menjaga fungsi sistem saraf. Kadar gula darah bervariasi, tergantung status nutrisi. Kadar gula
normal manusia, beberapa jam setelah makan sekitar 80mg/ 100ml darah, tetapi sesaat sehabis
makan meningkat sampai 120mg/100 ml. Glukosa bersama asam lemak adalah molekul-
molekul bahan bakar utama pemicu metabolisme makhluk hidup. Organ pengguna bahan bakar
terbanyak adalah hati, otak, jantung, otot, dan jaringan adiposa. Mekanisme homeostatik
berperan untuk memasukkan glukosa ke dalam sel dan penggunaannya oleh jaringan tubuh.
Bila kadar gula turun, mekanisme pelepasan gula simpanan glikogen dalam sel (atau dari
glukoneogenesis) terbuka, sehingga kadar normal tetap terpelihara (Anonimous, 2009).
Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi dimana akan meningkat setelah makan dan
kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang normal pada pagi hari setelah
malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah biasanya kurang
dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula
maupun karbohidrat lainnya (Villee, 1999).
Ada cara lain untuk menurunkan kadar gula darah yaitu dengan melakukan aktivitas fisik seperti
berolahraga karena otot menggunakan glukosa dalam darah untuk dijadikan energi (Nogrady,
1992). Ada tiga cara untuk mengukur kadar gula darah: (Anonimous, 2009).
Tes ini mengukur glukosa dalam darah yang diambil kapan saja, tanpa memperhatikan waktu
makan.
Tes ini menggunakan contoh darah yang diambil saat kita tidak makan atau minum apa pun
(kecuali air putih) selama sedikitnya delapan jam.
Tes ini dimulai dengan tes gula darah puasa, kemudian kita diberikan minuman yang manis
yang mengandung gula dengan ukuran tertentu.
Kadar gula darah lalu diukur dengan menggunakan beberapa contoh darah yang diambil
pada jangka waktu yang tertentu. Di Indonesia, yang lebih sering dilakukan adalah tes gula
darah setelah makan. Juga dimulai dengan tes gula darah puasa, kemudian kita diminta untuk
makan seperti biasa, dan darah kita akan diperiksa lagi dua jam kemudian. Jika gula darah kita
terlalu tinggi, kita mungkin diabetes. Terapi untuk diabetes meliputi mengurangi berat badan,
mengatur pola makanan, dan olahraga. Bisa juga termasuk obat atau suntikan insulin (Guyton,
1997).
Menurut Villee (1999), bahwa sekresi insulin dan glukagon dikontrol oleh kadar glukosa
dalam darah. Jika kadar glukosa dalam darah naik (umpama setelah makan), maka sekresi
insulin terangsang dan bekerja untuk mengembalikan kadar glukosa dalam keadaan
normal.Dalam otot rangka insulin akan meningkatkan pemasokan glukosa ke dalam sel otot
yang juga menstimulasi sintesis glikogen. Dengan demikian simpanan glikogen dalam sel otot
meningkat. Penyerapan asam amino ke dalam hati, otot dan jaringa adipose juga meningkat
setelah makan sebagai respon adanya insulin (Susilawati,2009).
D. KREATININ
Kreatinin merupakan produk sisa dari perombakan kreatin fosfat yang terjadi di otot
yang merupakan zat racun dalam darah, terdapat pada seseorang yang ginjalnya sudah tidak
berfungsi dengan normal. Sejumlah besar kreatinin yang terdapat dalam sirkulasi darah akan
ditapis keluar bersama dengan urin, dan tidak diserap kembali ke dalam darah. Kreatin adalah
asam organik bernitrogen yang terdapat secara alami di dalam hewan vertebrata. Kreatin dapat
membantu menyediakan cadangan energi bagi jaringan otot dan saraf. Kreatin ditemukan
pertama kali oleh Derek Edward Bye pada tahun 1832 sebagai komponen dari otot rangka.
Nama kreatin sendiri berasal dari bahasa Yunani, dari kata Kreas yang berarti daging. Batas
normal ureum : 20 – 40 mg/dl. Batas normal kreatinin : 0,5–1,5 mg/dl (Tanyuri, 2008). Kreatinin
terbentuk akibat penguraian otot. Tingkat kreatinin dalam darah mengukur fungsi ginjal.
Tingkat yang tinggi biasanya karena masalah dalam ginjal. Rasio kadar asam urat/kreatinin
dalam urin sewaktu: Rasio > 0.8 menandakan over-production. Bila rasio ini > 0.9, menandakan
adanya acute uric acid nephropathy. Bila rasio ini < 0.7 , menandakan terjadi hiperurisemia
akibat gagal ginjal (Schlattner dkk., 2006).
Kreatinin merupakan produk penguraian keratin. Kreatin disintesis di hati dan terdapat
dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam bentuk kreatin fosfat (creatin
phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi. Dalam sintesis ATP (adenosine triphosphate)
dari ADP (adenosine diphosphate), kreatin fosfat diubah menjadi kreatin dengan katalisasi
enzim kreatin kinase (creatin kinase, CK). Seiring dengan pemakaian energi, sejumlah kecil
diubah secara ireversibel menjadi kreatinin, yang selanjutnya difiltrasi oleh glomerulus dan
diekskresikan dalam urin.
Jumlah kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih bergantung pada massa
otot total daripada aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein, walaupun keduanya juga
menimbulkan efek. Pembentukan kreatinin harian umumnya tetap, kecuali jika terjadi cedera
fisik yang berat atau penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan masif pada otot.
Sejumlah besar kreatinin yang terdapat dalam sirkulasi darah akan ditapis keluar
bersama dengan urin, dan tidak diserap kembali ke dalam darah. Oleh karena itu rasio
konsentrasi kreatinin di dalam darah dan urin, dapat digunakan untuk menghitung rasio tapis
kreatinina (bahasa Inggris: creatinine clearance, CrCl), yang setara dengan laju filtrasi
glomerular (bahasa Inggris: glomerular fltration rate, GFR).
Menurut literature didapatkan kadar kreatini dalam darah menurut pembagian umur dan jenis
kelamin :
DEWASA : Laki-laki : 0,6-1,3 mg/dl. Perempuan : 0,5-1,0 mg/dl. (Wanita sedikit lebih rendah
karena massa otot yang lebih rendah daripada pria).
ANAK : Bayi baru lahir : 0,8-1,4 mg/dl. Bayi : 0,7-1,4 mg/dl. Anak (2-6 tahun) : 0,3-0,6 mg/dl.
Anak yang lebih tua : 0,4-1,2 mg/dl. Kadar agak meningkat seiring dengan sbertambahnya usia,
akibat pertambahan massa otot.
LANSIA : Kadarnya mungkin berkurang akibat penurunan massa otot dan penurunan produksi
kreatinin.
MATERI DAN METODE PERCOBAAN
Alat
- Corong
- Tabung reaksi
- Kertas saring
- Becker glass
Bahan
- Darah segar
- Na-tungstat 10 %
- Asam sulfat 2/3 N
- Pereaksi molish
- Pereaksi biuret
METODE KERJA
KEL 3 : filtrat darah follin wu (dari hasil pembebasan protein darah yuni)
Alat
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Hot plate
- Becker glass
- Spektrifotometer λ = 420 nm
- Kuvet
Bahan
- Filtrate darah Folin Wu
- Standar glukosa 0,1 g/ml
- Aquadest
- Tembaga alkalis
- As. Fosfomolibdat
METODE KERJA
Alat :
- Tabung reaksi
- Mikro pipet
- Pipet volumetric
- Balp
- Kuvet
- Spektrofotometer
Bahan :
- Darah/plasma bebas protein
- Larutan asam pikrat jenuh
- Larutan NaOH 10%
- Larutan standar kreatinin mengandung 0,006 mg/mL
- Larutan pikrat alkalis
METODE KERJA
HASIL PENGAMATAN
Pengukuran Kadar Gula Darah Secara Kuantitatif
Ru = 0,066
Rs = 0,735
Rb = 0,010
Au yuni = 0, 089
Au adam = 0,270
As = 3,350
Ab = 0,077
( )
( )
= 0.106 mg/dl
( )
( )
= 0,00648
(Darah adam) (darah + na tungstat) (darah +H2SO4) (darah + aquadest) (darah diaduk)
Probandus : yuni
Probandus : adam
Reagen-reagen yang dipergunakan larutan uji,standar, dan blanko yang akan dianalisa
analisa
PEMBAHASAN
Metode yang banyak digunakan untuk perhitungan kadar glukosa darah bergantung
pada kemampuan glukosa untuk mereduksi larutan tembaga alkali. Pereaksi mengandung asam
fosfomolibdat yang dapat membentuk kompleks berwarna biru akibat adanya kombinasi
tembaga tereduksi. Namun metode ini memiliki kerugian, yaitu warna berangsur-angsur
memudar dibandingkan dengan larutan standar glukosa dengan perlakuan yang sama. Metode
Folin Wu merupakan metode yang digunakan untuk membuat filtrate darah bebas protein
dengan pengendapan protein oleh pembentukan asam tungstat. Endapan terjadi akibat adanya
kombinasi anion asam dengan bentuk kationik dari protein .
Spektrofotometri adalah salah satu cara yang dapat digunakan dalam penentuan kadar
glukosa dalam darah. Gula darah merupakan istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di
dalam darah. Konsentrasi gula darah atau tingkat glukosa serum diatur dengan ketat di dalam
tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energy untuk sel-sel tubuh.
Darah manusia normal mengandung glukosa dalam jumlah atau konsentrasi tetap yaitu 100 mg
tiap 100 ml darah. Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi dimana akan meningkat setelah
makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang normal pada pagi hari
setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah biasanya
kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung
gula maupun karbohidrat lainnya. Pada keadaan setelah penyerapan makanan, kadar glukosa
darah pada manusia dan mamalia berkisar antara 4,5 – 5,5 mmol/L. Setelah ingesti makanan
yang mengandung karbohidrat, kadar tersebut naik hingga 6,5 – 7,2 mmol/L. Saat puasa kadar
glukosa darah akan turun menjadi sekitar 3,3 – 3,9 mmol/L. Penurunan mendadak kadar
glukosa darah akan menyebabkan konvulsi, seperti terlihat pada keadaan overdosis insulin,
karena pengaturan otak secara langsung pada pasokan glukosa.
KADAR GULA DALAM
DARAH (KONDISI) NORMAL DIABETES IGT IFG
METODE PENGUKURAN
6.1 < X< 7.0
mmol/L
< 7.0 mmol/L
GULA DARAH PUASA < 6.1 mmol/l > 7.0 mmol/L
110 < X< 126
< 126 mg/dL
(FASTING GLUCOSE) < 110 mg/Dl > 126 mg/dL mg/dL
Tidak spesifik.
Nilai yang sering < 7.8 mmol/L
GULA DARAH 2 JAM
dipakai > 11.1 mmol/L 7.8 < X < 11.1 mol/L
SETELAH MAKAN
< 140 mg/dL
< 7.8 mmol/L > 200 mg/dL 140 < X < 200 mg/dL
(2-h GLUCOSE)
(Jika diukur)
< 140 mg/dL
Pada praktikum pengukuran kadar gula darah digunakan beberapa pelarut dan pereaksi.
Larutan tersebut antara lain adalah tembaga alkalis, fosfomolibdat, standar glukosa, dan
aquades. Fungsi penambahan akuades adalah mengencerkan darah sehingga albumin dalam
darah akan larut oleh akuades. Prinsip pengukuran kadar glukosa darah dengan metode Folin
Wu adalah ion kupri akan direduksi oleh gula dalam darah menjadi kupro dan mengendap
menjadi Cu2O. Penambahan pereaksi fosfomolibdat akan melarutkan Cu2O dan warna larutan
menjadi biru tua, karena ada oksida moblidat. Dengan demikian, banyaknya Cu2O yang
terbentuk berhubungan linier dengan banyaknya glukosa di dalam darah. Filtrat yang berwarna
biru tua yang terbentuk akibat melarutnya Cu2O karena oksida moblidat dapat diukur kadar
glukosanya dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 520 nm.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada pengukuran kadar glukosa darah, antara lain :
- Demam
Pada waktu demam akan terjadi peningkatan glukosa darah pada tahap permulaan,
dengan akibat terjadi peningkatan kadar insulin yang akan menyebabkan penurunan
glukosa darah pada tahap lebih lanjut.
Selanjutnya dilakukan percobaan untuk mengukur kadar kreatinin dalam serum dengan
reaksi Jaffe. Kreatinin adalah hasil metabolisme dari kreatin dan phosphokreatin yang terdapat
di dalam otot. Kreatinin dibentuk dalam otot dan diekskresikan melalui ginjal. Kreatinin
dibentuk dari cadangan ikatan fosfat berenergi tinggi dalam otot kreatin fosfat (=fosfokreatin).
Jumlah kreatinin tubuh ±2% dari cadangan kratin fosfat dan secara kasar dalam 1 hari diekskresi
sebesar 1-2 g. Kreatinin bereaksi dengan asam picric dalam kondisi alkali untuk membentuk
kompleks warna yang menyerap pada ± 510 nm. Tingkat pembentukan warna sebanding
dengan konsentrasi kreatinin dalam sampel (=reaksi jaffe). Protein darah akan mengganggu
penetapan kadar kreatinin. Oleh karena itu penetapan dilakukan terhadap filtrat darah atau
darah bebas protein. Filtrat darah yang digunakan sebelumnya telah dilakukan deproteinisasi
dengan metode Folin – Wu.
Dengan mereaksikan 0,1 mL filtrat darah yang kemudian direaksikan dengan larutan
pikrat alkalis, diperolehlah larutan berwarna oranye kemerahan setelah menunggu 10 menit
untuk menstabilkan warna, larutan tersebut kemudian diukur dengan spektrofotometer UV-Vis
dengan panjang gelombang 520 nm. Didapatlah nilai Absorbansi Larutan uji OP♂ (Au1) adalah
0,270 dan Absorbansi larutan uji OP♀(Au2) adalah 0,089 dengan blanko (AB) 0,077 dan larutan
standar (AS) 3,350. Dengan memasukan hasil tersebut ke dalam rumus:
( )
( )
Maka didapatkan hasil kadar kreatinin dalam darah OP♂ adalah 0,106 dan OP♀ 0,0065.
Meskipun pada banyak literatur kadar kreatinin normal dalam darah adalah sekitar 0,6-
1,3 mg/dl pada pria dan sekitar 0,5-1,0 mg/dl pada wanita, ada beberapa variasi batas atas
normal untuk kreatinin serum dalam laporan laboratorium dibanding nilai kimia standar
lainnya. Batas atas normal diukur dengan reaksi Jaffe adalah 1,6-1,9 mg/dL untuk orang
dewasa. Batas atas normal untuk kreatinin serum diukur dengan autoanalyzer atau metode
imidohydrolase biasanya 1,2-1,4 mg/dL. Di beberapa laboratorium dibedakan batas normal
pada pria, wanita, orang dewasa dan anak-anak.
Kreatinin dalam filtrat glomeruli ginjal tidak diabsorbsi kembali dalam tubulus. Ukuran
kreatinin 113 dalton tidak mengikat protein plasma, dan secara bebas disaring oleh glomerulus
ginjal. Didalam glomerulus dihasilkan urin primer melalui ultrafiltrasi plasma. Urin primer
merupakan cairan isotonik terhadap plasma. Pori-pori yang dilalui oleh plasma, mempunyai
garis tengah efektif rata-rata sekitar 2,9nm. Hal ini memungkinkan seluruh komponen plasma
dengan berat molekul (M) hingga kira-kira 5 kDa dapat melalui pori-pori tanpa tambahan.
Dengan bertambanya berat molekul, molekul akan ditahan, tetapi pertama-tama molekul
dengan suatu M > 65 kDa tidak dapat lagi masuk ke dalam urin primer. Dengan kata
lain,kreatinin dapat lancar keluar dari glomerulus. Maka tiap keadaan yang mengakibatkan
penurunan filtrasi glomerolus juga akan menurunkan ekskresi kreatinin dan kadar kreatinin
dalam darah akan meningkat. Karena produksi kreatinin relatif tetap dan tidak dipengaruhi oleh
katabolisme protein atau faktor eksternal lain, maka kadar kreatinin darah akan
menggambarkan fungsi glomerolus ginjal.
Dari literatur yang diperoleh terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kadar kreatinin
dalam serum yaitu jumlah kreatin yang diekskresi sehari-hari menggambarkan fungsi massa
otot dan tidak dipengaruhi oleh makanan, umur dan latihan. Kadar kreatinin bervariasi dari hari
ke hari. Namun, produksi kreatinin dapat berubah dalam waktu yang cukup lama jika ada
perubahan massa otot. Karena massa otot wanita lebih sedikit daripada laki-laki, ekskresi pada
wanita juga lebih rendah dibanding laki-laki. Diet kaya daging merupakan salah satu sumber
variabilitas kadar kreatinin dalm serum. Kreatin yang terdapat dalam daging yang dikonsumsi
dapat berubah menjadi kreatinin apabila daging tersebut dimasak. Karena kreatinin mudah
diserap dari saluran pencernaan, mengkonsumsi daging yang telah dimasak dapat
menyebabkan peningkatan di kadar serum kreatinin meskipun hanya menyumbang proporsi
yang relatif kecil dari ekskresi kreatinin secara keseluruhan.
Karena ke dua OP dalam keadaan yang normal maka kami menduga bahwa rendahnya
hasil pengukuran bukan karena faktor-faktor tersebut diatas. Malainkan karena kesalahan dan
ketidaktelitian praktikkan dalam mengerjakan praktikum. Kesalahan-kesalahan tersebut
diantaranya:
Pada saat deproteinasi darah dengan metode Folin-Wu, kemungkinan masih ada
beberapa protein yang tidak ikut tersaring sehingga mengganggu saat pengukuran dilakukan.
Selain itu sejumlah konstituen plasma normal dapat mengganggu dengan pengukuran kreatinin.
Contohnya glukosa, fruktosa, piruvat, acetoacetate, asam urat, asam askorbat, dan plasma
protein semua bisa menyebabkan tingginya nilai kreatinin yang palsu.
Pada saat melakukan uji kadar kreatinin dalam filtrat darah bebas protein larutan NaOH
baru ditambahkan pada saat terakhir setelah penambahan asam pikrat jenuh. Padahal menurut
buku Biokimia: Eksperimen Laboratorium larutan pikrat alkalis adalah larutan yang dibuat segar
pada saat sebelum praktikum dengn mencampur 10 mL larutan asam pikrat jenuh dan 2 mL
larutan NaOH 10%. Baru dari larutan pikrat alkalis tersebut diambil 5 mL untuk direaksikan
dengan filtrat darah bebas protein.
Selain itu pada saat pengukuran standar, nilai absorban pada spektrofotometer
menunjukkan hasil absorbansi standar sangat tinggi diduga terdapat kesalahan dalam
pengukuran. Salah satu penyebab yang kami duga adalah penyimpanan standar yang tidak
sesuai dengan aturan pakai.
KESIMPULAN
Kreatinin adalah hasil metabolisme dari kreatin dan phosphokreatin yang terdapat di
dalam otot. Kreatinin dibentuk dalam otot dan diekskresikan melalui ginjal .
Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi dimana akan meningkat setelah makan dan
kembali normal dalam waktu 2 jam.
Kadar gula darah yang didapat dari probandus perempuan adalah 7,724mg/dL
Kadar kreatinin darah laki-laki (adam) adalah 0,106 mg/dL.
Hal ini menunjukkan DEWASA : Laki-laki : 0,6-1,3 mg/dL. Perempuan : 0,5-1,0 mg/dL.
(Wanita sedikit lebih rendah karena massa otot yang lebih rendah daripada pria).
DAFTAR PUSTAKA
S. Kleiner, Israel .1954. Human Biochemistry Fourth Edition, The C.V Mosby Company :
Newyork
Tim Penyusun Bagian Biokimia FKUI. 2005. Biokimia: Eksperimen Laboratorium. Jakarta: W
http://barttersite.org/serum-creatinine/
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-suyonog0c2-5283-2-bab2.pdf
http://www.jbc.org/content/56/2/469.full.pdf
http://rumahdiabetes.com/2010/09/memahami-pengukuran-kadar-gula-darah/