You are on page 1of 28

SISTEM KARDIOVASKULAR

I. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu :
 Menjelaskan pengertian tekanan darah dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya
 Menjelaskan fenomena pengaturan aliran darah
 Menjelaskan karakteristik darah dan manfaat penentuan parameter-parameter
hematologi
II. Pembuluh darah dan tekanan darah
II.1 Teori Dasar
 Tekanan darah
Tekanan darah adalah daya dorong ke semua arah pada seluruh permukaan
yang tertutup pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah.
Tekanan darah merujuk kepada tekanan yang dialami darah pada pembuluh
arteri darah ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh
manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya
diukur seperti berikut - 120 /80 mmHg. Nomor atas (120) menunjukkan
tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung, dan disebut tekanan
sistole. Nomor bawah (80) menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di
antara pemompaan, dan disebut tekanan diastole. Saat yang paling baik untuk
mengukur tekanan darah adalah saat Anda istirahat dan dalam keadaan duduk
atau berbaring. Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara
alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh
lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas
fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih
rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda,
paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari.
Bila tekanan darah diketahui lebih tinggi dari biasanya secara berkelanjutan,
orang itu dikatakan mengalami masalah darah tinggi. Penderita darah tinggi
mesti sekurang-kurangnya mempunyai tiga bacaan tekanan darah yang
melebihi 140/90 mmHg saat istirahat. Tekanan darah tinggi atau hipertensi
adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis
(dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya
tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat
diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah yang selalu
tinggi adalah salah satu faktor risiko untuk stroke, serangan jantung, gagal
jantung dan aneurisma arterial, dan merupakan penyebab utama gagal jantung
kronis. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa menurut JNC VII Kategori

Tekanan Darah Sistolik Tekana Darah Diastolik


Normal < 120 mmHg <80 mmHg
Pre-hipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg
Stadium 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium 2 >= 160 mmHg >= 100 mmHg

Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg


atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan
diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada
usia lanjut.Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang
mengalami kenaikan tekanan darah, tekanan sistolik terus meningkat sampai
usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun,
kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.Dalam
pasien dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal, penelitian telah
menunjukkan bahwa tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus dianggap
sebagai faktor risiko dan sebaiknya diberikan perawatan. Pengaturan tekanan
darah Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui
beberapa cara: Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih
banyak cairan pada setiap detiknya. Arteri besar kehilangan kelenturannya
dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat
jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap
denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada
biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia
lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena
arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada
saat terjadi "vasokonstriksi", yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara
waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya
tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga
tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume
darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat.
Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami
pelebaran. Banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan
menurun atau menjadi lebih kecil. Penyesuaian terhadap faktor-faktor
tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf
otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara
otomatis).
 Alat Pengukur Darah

Alat untuk memeriksa tekanan darah disebut sphigmomanometer atau dikenal


juga dengan tensimeter. Ada tensimeter digital dan ada juga tensimeter air
raksa yang masih umum digunakan untuk pemeriksaan klinis. Dokter akan
melakukan pemeriksaan tekanan darah dengan menyuruh Anda duduk atau
berbaring, karena itu posisi terbaik untuk mengukur tekanan darah. Lalu
dokter biasanya akan mengikat kantung udara pada lengan kanan kecuali pada
lengan tersebut terdapat cedera. Setelah itu, dilakukan pengukuran tekanan
darah. Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan denyut.

 Sfigmomanometer adalah alat ukur tekanan darah. Nama ini berasal dari kata
Yunani sphygmós (pulsa), plus kata manometer (pengukur tekanan). Alat
ukur ini dibuat pertama kali oleh Samuel Siegfried Karl Ritter von Basch
pada tahun 1881, dan dikembangkan lebih lanjut oleh Scipione Riva-Rocci
(1896), dan Harvey Cushing (1901).
 Perubahan fungsi ginjal
Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:
1. Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam
dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan
mengembalikan tekanan darah ke normal.
2. Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam
dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke
normal.
3. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim
yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensin, yang
selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron.
Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah;
karena itu berbagai penyakit dan kelainan pda ginjal bisa menyebabkan
terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke
salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi.
Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa
menyebabkan naiknya tekanan darah.
 Sistem saraf otonom
Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom, yang untuk
sementara waktu akan:
1. meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight (reaksi fisik
tubuh terhadap ancaman dari luar)
2. meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung; juga
mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola di
daerah tertentu (misalnya otot rangka, yang memerlukan pasokan darah
yang lebih banyak)
3. mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan
meningkatkan volume darah dalam tubuh
4. melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin),
yang merangsang jantung dan pembuluh darah.
 Gejala
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan
dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya
tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung,
pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada
penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang
normal. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul
gejala berikut:
1. sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. sesak nafas
6. Gelisah
7. pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada
otak, mata, jantung dan ginjal.
8. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan
bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut
ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
 Penyebab hipertensi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum
diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh
hipertensi).
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari
adanya penyakit lain.
Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab, beberapa
perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama
menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Jika penyebabnya diketahui, maka
disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi,
penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah
kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor
pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau
norepinefrin (noradrenalin). Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif
(malas berolah raga), stres, alkohol atau garam dalam makanan; bisa memicu
terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan.
Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu,
jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:
1. Penyakit Ginjal
2. Stenosis arteri renalis
3. Pielonefritis
4. Glomerulonefritis
5. Tumor-tumor ginjal
6. Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
7. Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
8. Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
9. Kelainan Hormonal
10. Hiperaldosteronisme
11. Sindroma Cushing
12. Feokromositoma
13. Obat-obatan
14. Pil KB
15. Kortikosteroid

Obat tradisional yang dapat digunakan :


1. Murbei
2. daun cincau hijau
3. seladri (tidak boleh lebih 1-10 gr per hari, karena dapat menyebabkan
penurunan tekanan darah secara drastis)
4. bawang putih (tidak boleh lebih dari 3-5 siung sehari)
5. Rosela
6. daun misai kucing
7. minuman serai. teh serai yang kering atau serai basah (fresh) diminum 3
kali sehari. Dalam seminggu dapat nampak penurunan tekanan darah tinggi
 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah:
1. Curah jantung
Tekanan darah berbanding lurus dengan curah jantung (ditentukan
berdasarkan isi sekuncup dan frekuensi jantungnya).
2. Tekanan Perifer terhadap tekanan darah
Tekanan darah berbanding terbalik dengan tahanan dalam pembuluh.
Tahanan perifer memiliki beberapa faktor penentu :
1. Viskositas darah.
Semakin banyak kandungan protein dan sel darah dalam plasma,
semakin besar tahanan terhadap aliran darah. Peningkatan hematokrit
menyebabkan peningkatan viskositas : pada anemia, kandungan
hematokrit dan viskositas berkurang.
2. Panjang pembuluh
Semakin panjang pembuluh, semakin besar tahanan terhadap aliran
darah.
3. Radius pembuluh
Tahanan perifer berbanding terbalik dengan radius pembuluh sampai
pangkat keempatnya.
a. jika radius pembuluh digandakan seperti yang terjadi pada fase
dilatasi, maka aliran darah akan meningkat enambelas kali lipat.
Tekanan darah akan turun.
b. Jika radius pembuluh dibagi dua, seperti yang terjadi pada
vasokontriksi, maka tahahan terhadap aliran akan
meningkatenambelas kalip lipat dan tekanan darah akan naik.
4. Karena panjang pembuluh dan viskositas darah secara normal konstan,
maka perubahan dalam tekanan darah didapat adri perubahan radius
pembuluh darah.

 Karakter Orang berdasarkan Golongan Darahnya


1. Karakter Orang Bergolongan Darah B
Orang dengan golongan darah B merupakan orang yang paling
praktis di antara semua golongan darah yang ada. Mereka adalah spesialis
di bidang yang digelutinya. Ketika mereka memulai sebuah proyek,
mereka akan menghabiskan waktu lebih banyak untuk memahami dan
mencoba mengikuti semua petunjuk / arahan yang diperlukan. untuk itu,
jika mengerjakan sesuatu, mereka selalu fokus kepada apa yang tengah
dikerjakan. Mereka cenderung berpedoman pada tujuan dan mengejarnya
sampai tuntas walau pun kelihatannya pekerjaan itu tidak mungkin
dilakukan. Mereka cenderung kurang kooperatif. Mereka lebih suka
mengikuti peraturan dan gagasan mereka sendiri. Orang dengan golongan
darah B memberikan perhatian lebih kepada pikiran daripada perasaan
mereka, dan karenanya, terkadang kelihatannya dingin dan serius.
Cara Berkomunikasi dengan Orang Bergolongan Darah B
Ada karakter ada gaya. Orang bergolongan darah B memiliki karakter
yang berbeda dengan mereka yang bergolongan darah A. Mereka lebih
praktis, egois, kreatif, optimis dan bebas dalam berpikir. Mereka juga
memiliki kecenderungan mengerjakan segala sesuatu secara individual.
Oleh karena itu, di Jepang, untuk membentuk sebuah tim yang kuat
sehingga motto yang digagas John C. Maxwell: teamwork makes the
dream work benar-benar menjadi kenyataan, orang golongan darah B ini
biasanya kurang dilibatkan. Untuk lebih jelas, gaya komunikasi dengan
orang bergolongan darah B berikut dapat dijadikan pedoman: " Mulailah
pembicaraan dengan runtun, jangan melompat-lompat karena mereka
kurang menyukai hal-hal yang tidak teratur. " Jangan memulai
pembicaraan tanpa mengakhirinya. " Gunakan data-data akurat, bukan
rekaan. " Jika mengajak kerjasama, pastikan bahwa mereka bersedia. "
Berbicaralah kepada otaknya bukan hatinya. Gunakan lebih banyak fakta
rasional daripada sosial. " Jangan menggunakan gaya bicara yang terburu-
buru. Orang dengan golongan darah B lebih suka mendengarkan uraian
rinci dan runtun. Mereka suka ada awal dan akhir dari sebuah percakapan.
Karena mereka sangat concern dengan apa yang telah dimulai untuk dapat
diakhiri. Mereka tidak suka orang yang berbicara secara tidak jelas dan
tanpa pertimbangan rasional karena mereka lebih menggunakan nalar
rasio-nya daripada perasaannya.
2. Karakter Orang Bergolongan Darah 'O'
Orang-orang dengan golongan darah O adalah mereka yang tidak
banyak ambil pusing, penuh semangat dan memiliki jiwa sosial yang
tinggi. Mereka adalah orang yang paling fleksibel di antara semua
golongan darah yang ada. Mereka akan dengan cepat memulai sebuah
proyek namun mengalami masalah ketika melanjutkannya dan tidak jarang
banyak juga yang dengan mudah menyerah di tengah jalan. Mereka
terkadang bertingkah dan tidak terlalu dapat dijadikan sandaran. Mereka
selalu mengatakan apa yang ada di pikiran mereka secara langsung.
Mereka selalu jujur. Mereka menghargai pendapat orang lain dan suka
menjadi pusat perhatian. Selain itu, orang-orang bergolongan darah O ini
memiliki rasa percaya diri yang sungguh kuat. Di Jepang, golongan darah
ini merupakan golongan darah rata-rata orang disana.
Gaya Komunikasi dengan Orang Bergolongan Darah O
Ketika berhadapan dengan orang bergolongan darah O yang penuh
semangat dan percaya diri, terus terang, optimistis, terkadang egois dan
kreatif, hal-hal berikut dapat dijadikan pedoman: * Berbicaralah dengan
semangat dan penuh vitalitas. Karena mereka kurang menyukai orang-
orang yang terkesan lemah, letih, lesu, lemas, letoy, dan loyo yang
dianggap tidak dapat mengikuti ritme mereka yang penuh dengan energi.
* Jangan gunakan kata-kata negatif dan pesimis karena kelompok kata itu
tidak terdapat dalam kamus mereka yang penuh dengan semangat positif
dan optimis. * Ketika mengikat sebuah kontrak, pastikan dengan tegas
bahwa mereka komit dengan apa yang telah disepakati dan dapat
bertanggung jawab atas penyelesaiannya. * Berkatalah dengan jujur
karena mereka juga demikian adanya. Sekali kebohongan terdeteksi,
mereka tidak akan percaya lagi pada lain kesempatan. * Tunjukkan bahasa
tubuh yang penuh keceriaan dan semangat. Orang dengan golongan darah
O paling suka berkomunikasi dengan mereka yang penuh semangat.
Orang-orang yang tidak memiliki semangat hidup yang baik sulit menjadi
teman dekat orang golongan ini. Karena mereka selalu semangat sejalan
dengan vitalitas yang mereka miliki. Mereka akan dapat berkomunikasi
berjam-jam dengan orang yang cocok dan dapat mengikuti ritme bicara
mereka yang sangat optimistis dan motivatif.
3. Karakter Orang Bergolongan Darah AB
Orang dengan golongan darah AB susah dikelompokkan. Mereka
dapat memiliki karakteristik di kedua ujung spektrum pada waktu
bersamaan. Artinya, di satu sisi mereka pemalu, di sisi lain, sangat
terbuka. Mereka dengan mudah mengubah satu sisi ke sisi yang lain.
Mereka dapat dipercaya dan bertanggung jawab, namun tidak dapat
bertanggung jawab jika terlalu banyak yang dituntut dari mereka. Mereka
tidak keberatan membantu sepanjang sesuai dengan syarat mereka. Orang-
orang dengan golongan darah ini sangat suka seni dan metafisika. AB juga
dianggap sebagai tipe darah terburuk di Jepang. Mereka juga suka
menentukan syarat sendiri dan berhak menggugurkannya jika tidak sesuai
dengan harapan mereka. Mereka dikenal sangat sensitif dan penuh
perhatian.
Di Jepang, beberapa perusahaan membagi karyawan-karyawannya
ke dalam kelompok kerja berdasarkan golongan darah, dan ironisnya,
tidak seorang pun yang mau bekerjasama dengan kelompok golongan
darah AB di Jepang. Gaya Komunikasi dengan Orang Bergolongan Darah
AB Dengan karakter yang mudah berubah-ubah tergantung kondisi mood
tertentu, orang-orang dengan golongan darah AB tentu masih dapat
diambil ‘hatinya’ ketika kita berkomunikasi dengan mereka agar mencapai
tujuan yang ingin kita raih. Gaya komunikasi yang perlu diterapkan adalah
seperti tersebut di bawah ini: * Pertama-tama, ikuti dulu alur pembicaraan
mereka. Selanjutnya, berbicaralah secara tegas karena mereka mudah
berubah-ubah. Bicaralah tentang seni dan metafisika untuk memulai
percakapan yang lebih panjang jika hal itu diinginkan. Jika membuat janji,
pastikan mereka memahaminya dan setuju. Jangan ambil keputusan
sepihak karena mereka termasuk orang yang suka menentukan sebuah
keputusan secara sepihak. Diskusikanlah dengan sinergis. Jangan terlalu
banyak mengumbar kata dan janji karena mereka sulit mengingat, apa lagi
menjalankan kewajiban yang semakin banyak.
Orang dengan golongan darah ini memang sedikit kurang
beruntung di Jepang karena dianggap yang paling lemah dan tidak dapat
dipercaya. Namun, hal ini tentu sangat kasuistis dan geografis. Hanya saja,
dengan memahami karakteristik orang dengan golongan darah ini, banyak
hal yang dapat dilakukan untuk tidak menuai kekecewaan nantinya di
kemudian hari jika ternyata karakter itu benar adanya. Dan bagi mereka
dengan golongan darah AB tentu dapat melakukan introspeksi diri untuk
memperbaiki hal-hal negatif yang benar sesuai dengan penjelasan di atas.
4. Karakter Orang Bergolongan Darah A
Orang dengan golongan darah A memiliki kekuatan karakter yang
mengakar kuat yang akan membantu mereka untuk tetap tenang dalam
krisis ketika semua orang panik menghadapi situasi serupa. Mereka
cenderung menghindari konfrontasi, dan sesungguhnya kurang nyaman
berada di antara orang banyak. Mereka biasanya pemalu dan terkadang
suka mengasingkan diri. Mereka mencari keharmonisan dan sangat sopan,
tetapi mereka sebenarnya tidak pernah benar-benar cocok dengan orang
lain. Mereka sangat bertanggung jawab. Jika ada pekerjaan yang harus
diselesaikan, mereka lebih suka mengerjakannya sendiri. Orang-orang
dengan golongan darah ini selalu mengukir sukses dan sangat
perfeksionis. Mereka juga sangat kreatif, dan paling artistik di antara
semua golongan darah yang ada karena kesensitifan mereka. Cara
Berkomunikasi dengan Orang Bergolongan Darah A
* Jangan mengangkat topik yang konfrontatif, misalnya, topik
kontroversial karena mereka orang yang tidak suka membuat konfrontasi
dengan lawan bicara.
* Gunakan kata-kata yang relatif sopan karena mereka sangat sensitif dan
terkadang konservatif sehingga kata-kata yang tidak sesuai dengan standar
kesopanan minimal akan dapat menyinggung mereka.
* Jika menjawab usahakan dengan lengkap dan bermakna karena mereka
adalah orang yang sangat sempurna dan kurang menyukai hal yang
setengah-setengah.
* Mintalah pandangan dan pendapat mereka karena mereka sangat kreatif
untuk hal ini dan dengarkan dengan saksama ketika mereka menjelaskan.
* Jangan melebihi mereka saat menyampaikan sesuatu. Artinya, jangan
sampai mereka merasa dilampaui dalam hal kepintaran dan pengalaman,
misalnya.
* Hargai mereka dengan memuji seperlunya karena pujian yang
berlebihan akan membuat mereka ragu dengan ketulusan si pemuji.
Sebagai tambahan, orang golongan darah A cenderung menyukai topik-
topik yang bernuansa damai dan kooperatif. Mereka tidak menyukai topik
yang berkaitan dengan sepak terjang atau kepribadian orang lain yang
tidak ada parameter jelasnya. Mereka sangat sensitif, dalam arti setiap kata
yang diterima oleh akal sehat mereka akan menjadi tolok ukur mereka
terhadap orang yang diajak berkomunikasi. Untuk itu, lebih berhati-hatilah
jika berhadapan dengan orang golongan darah A ini karena mereka
sesungguhnya adalah pengamat yang luar biasa.
II.2 Bahan dan Alat
 Sfigmamonometer
 Stetoskop
a. Pengukuran tekanan darah
Tekanan darah dapat ditentukan dengan cara palpatori atau auskultasi. Kedua cara ini
menggunakan ban yang dililitkan rapi pada lengan atas. Ban diikat sedemikian rupa
sehingga tabung-tabung karet mengarah ke ban bawah. Lengan disandarkan pada
meja.
i. Cara palpatori
Tutup sekrup pentil pada bola karet yang dipegang dengan tangan kanan,lalu
dengan ibu jari tangan kiri rabalah nadi pada pergelangan tangan yang akan
diukur tekanannya. Berangsur-angsur,kembangkan ban dengan memompa
bola karet perhatikan tekanan pada saat denyut menghilang, lalu naikkan
tekanan 10mm Hg lagi diatas tekanan tadi.kemudian turunkan lagi tekanan
berangsur-angsur dengan cara perlahan-lahan membuka sekrup pentil.
Tekanan manometer disaat munsulnya kembali denyut nadi untuk pertama
kali adalah tekanan sistolik yang diukur.
ii. Cara Auskultasi
Ikatlah ban pada lengan atas kemudian tempatkan bel stetoskop pada
percabangan arteri bronchial menjadi arteri ulnaris dan arteri radalis.
Kemudian naikkan tekanan dalam ban, sehingga aliran dalam arteri radialis
dan arteri ulnaris dihambat. Kemudian turunkan tekanan berangsur-angsur
dengan membuka sekrup pentil.catat tekanan saat bunyi terdengar untuk
pertama kalinya . ini merupakan tekanan sistolik. Turunkan terus tekanan
dalam ban, sampai pada suatu saat bunyi tidak terdengar lagi . catat tekanan
saat bunyi menghilang. Ini merupakan tekanan diastolik.
b. Hyperemia
i. Hyperemia pasif/reaktif
Ikatkan seutas benang diatas sendi kedua pada sebuah jari tangan anda lalu
biarkan beberapa menit,kemudian amati peristiwa yang terjadi ( perubahan
warna, perubahan ukuran, perubahan suhu).mengapa jenis hyperemia ini
dikatakan pasif? Peristiwa fisiologis apa yang menyebabkannya?

ii. Hyperemia aktif / fungsional


Rendamlah sebuah jari tangan anda dalam air panas (dengan suhu tertinggi
yang dapat saudara tahan ). Kemudian biarkanlah beberapa menit!, amati
peristiwa yang terjadi (perubahan warna, perubahan ukuran, perubahan suhu ).
Mengapa jenis hyeperemia ini dikatakan hyperemia aktif ? peristiwa
fisiologis apa yang menyebabkannya ? catat perbedaan gejala yang timbul
antara kedua tipe hyeperemia ini !.
III. Darah
III.1 Teori dasar
III.2 Alat dan Bahan
Alat :
 Lanset darah
 Hemositometer
 Tabung-tabung reaksi
 Kaca obyek
 Pipet pengencer sel darah merah
 Pipet pengencer sel darah putih
 Mikroskop
 Pipa kapiler hematokrit
 Sentrifuga hematokrit
 Alat pengukur hematokrit
 Kertas tes tallquist
 Pipet sahli
 Lilin
 Tusuk gigi
 Stop watch
 Tali
Bahan :

 Kapas
 Alcohol 70%
 NaCl
 Na sitrat
 Asam asetat
 Gentian violet
 Serum anti A
 Serum anti B
 Serum Rh

III.3 Prosedur percobaan

a. Anatomi
i. Karakteristik dan morfologi darah
Cara memperoleh darah segar untuk pemeriksaan :
Bersihkan jari manis atau kelingking dengan kapas yang dibasahi dengan
etanol 70% , biarkan etanol menguap kemudian ambil darah dengan cara
memasukkan lanset steril keujung jari yang telah dibersihkan. Sebaiknya
darah mengalir dengan sendirinya tanpa ditekan.jangan menggunakan
tetesan pertama
a) Cara pengisian pipet
Pegang pipet dekat dengan ujungnya, lalu tempatkan ujung pipet
tersebut pada tetesan darah segar sehingga darah masuk sebanyak
0,5 tanda . isi pipet dengan cairan pengencer- pipet dalam keadaan
horizontal sebanyak yang ditentukan. Jangan sampai terbentuk
gelembung udara didalam pipet. Tutuplah ujung pipet dengan jari,
kemudian kocok selama 2menit.lalu teteskan 2tetes larutan encer
ini pada hemositometer.tutup hemositometer dengan cover glass
.setelah setengah menit hitung jumlah sel darah dibawah
mikroskop.
b) Pengukuran sel darah merah
Ambil darah segar dengan cara seperti diatas. Lalu encerkan 200x
dengan cairan pengencer sel darah merah , yaitu natrium sitrat
2,5% kocok. Kemudian teteskan 2tetes pada hemositometer lalu
hitung jumlah sel darah darah merah. Sel darah merah yang
dihitung adalah sel yang terdapat pada 5 kotak kecil pada kotak
besar yang terdapat dipusat, yaitu dari kotak-kotak kecil pada tiap
sudut dan pada pusat kotak besar. Kemudian sel darah merah yang
menyentuh batas atau berada diatas batas, hanya dihitung pada 2
sisi yang tegak lurus dari kotak ybs. Faktor perhitungan untuk
menghitung sel darah merah adalah 10.000 . jadi untuk
memperoleh nilai sel darah merah per mm3 darah, kalikanlah
jumlah sel darah merah yang diperoleh dari hasil perhitungan
dengna 10.000. faktor perhitungan ini diperoleh dari hasil
perhitungan antara volume kamar hitung pada hemositometer
dengan faktor pengenceran. ( lihatlah pada literature, bagaimana
bentuk sel darah merah ! )
c) Pengukuran sel darah putih
Ambil darah segar dengan cara seperti diatas .kemudian encerkan
20 kali dengan cairan pengencer yaitu larutan turk.
Larutan turk :
 Asam asetat glacial 1ml
 Larutan gentian violet 1% (dalam air ) 1ml
 Akuadest 100ml

Kemudian kocok, teteskan 2tetes pada hemositometer .kemudian


hitung jumlah sel darah putih. Hitung pula berapa jumlah
neutrofil,eosinofil, basofil, limfosit, dan monosit serta
persentasenya terhadap sel darah putih total. Kemudian sel darah
putih yang dihitung adalah sel darah putih yang terdapat pada
4kotak besar pada kedua sudut hemositometer. Sel darah putih
yang berada pada batas, dihitung dari dua sisi yang saling tegak
lurus dari kotak ybs. Faktor perhitungan untuk menghitung sel
darah putih adalah 50. Jadi untuk memperoleh nilai sel darah
putih per mm3 darah, kalikanlah jumlah sel darah putih yang
diperoleh dari hasil perhitungan dengan 50. Faktor perhitungan ini
doperoleh dari hasil perhitungan antara volume kamar hitung
dengan hemositometer dengan faktor p-engenceran . ( lihatlah
pada literature bentuk-bentuk sel darah putih ! ).

d) Hematokrit
Ambil drah segar denhan cara seperti diatas. Kemudian tempatkan
pipa kapiler hematokrit pada tetes tersebut. Lalu isi pipa kapiler
hematokrit , minimal s/d 2/3 penuh. Kemudian tutup pipa kapiler
yang telah terisi darah tersebut dengan lilin. Letakkan pipa-pipa
kapiler pada chamber mikrosentrifuga sedemikian rupa sehingga
posisisnya seimbang ( jika jumlah pipa kapiler yang disentrifuga
tidak memungkinkan untuk membuat posisi yang seimbang, dapat
ditambahkan pipa kapiler kosong sebagai penyeimbang ).
Kemudian tutup chamber dengan tutup sentrifuga. Sentrifuga
dilakukan pada kecepatan tinggi selama 4menit.

Tentukan nilai hematokrit dengan cara :


Mengukur perbandingan tinggi antara darah ( sel darah dan
plasma ) dengan sel darah. Hematokrit (%) =[( tinggi sel darah
)/(tinggi sel darah dan plasma)] x 100%. Atau dapat pula dengan
maenggunakan alat pengukur hematokrit amati pula : warna
plasma, dibagian mana terdapat sel darah .bandingkan nilai
hematokrit dari laki-laki dan perempuan !.

b. Fisiologi
i. Penentuan Hb
a. Metode tallquist
Prosedur:
Ambil satu tetes darah dengan kertas tallquist. Kemudian tentukan
prosentase Hb dengan membandingkan warna yang saudara peroleh
dengan warna pada kertas pembanding.

b. Metode sahli
Prosedur :
Tabung sahli diisi dengan HCL 0,1 N s/d setinggi 10% dari tinggi
skala maksimal. Kemudian masukkan darah sebanyak 20 mikroliter.
Aduk dengan menggunakan pengaduk yang tersedia. Lalu encerkan
dengan HCL sampai warna campuran sama dengan warna standar
pada alat. Pembacaan dilakukan pada penerangan yang wajar, tidak
didepan jendela. Angka yang dibaca pada skala langsung
menunjukkan kadar Hb darah. Bandingkan hasil yang diperoleh dari
ke-2 metode diatas.
ii. Waktu perdarahan
Lukai ujung jari dengan lanset steril. Kemudian catat waktu saat
timbulnya tetes darah pertama . serap darah yang keluar dengan
menggunakan kertas yang dpat menyerap, misalnya tissue. Kemudian
catat waktu saaat darah berhenti mengalir ( saat diserapkan, tidak ada
bercak darah pada tissue). Selisih waktu antara saat timbulnya tetes darah
pertama dengan saat darah berhenti mengalir adalah waktu perdarahan.

iii. Waktu koagulasi


Lukai ujung jari dengan lanset steril, kemudian isikan darah yang keluar
dari ujung jari pada sebuah kapiler, pada interval waktu ½ menit , lalu
patahkian sebagian dari pipa kapiler sampai teramati terjadinya benang halus
fibrin pada bagian yang dipatahkan. Waktu koagulasi ( waktu pembekuan
darah ) adalah selisih waktu antara saat timbulnya tetes darah dari luka, sampai
terbentuknya benang fibrin tersebut. Kemudian catat hasil yang diperoleh dari
seluruh kelonmpok.
iv. Penggolongan darah
Prosedur :
Siapkan sebuah kaca obyek beri garis tengah dengan lilin supaya kedua
bagian tidak berhubungan, kemudian beri tanda A dan B pada sudut kiri
dan kanan masing-masing. Teteskan serum anti A pada bagian bertanda A
dan teteskan serum anti- B pada bagian bertanda B. kemudian teteskan
satu tetes darah pada bagian A (anti-A ) kemudian campurkan ke-2 cairan
dengan tusuk gigi, amati perubahan aglutinasi. Teteskan satu tetes darah
pada bagian B (anti-B) kemudian campurkan kedua cairan dengna tusuk
gigi , kemudian amati terjadinya agllutinasi. Tentukan golongna darah
saudara menurut table dibawah ini.

Tabel
Pengamatan penentuan golongna darah

Golongan pengamatan
O Tidak terjadi penggumpalan sel darah pada kedua sisi
A Terjadi penggumpalan sel darah oleh serum anti-A
B Terjadi penggumpalan sel darah oleh serum anti-B
AB Terjadi penggumpalan sel darah pada kedua sisi

IV. Data Pengamatan


1. Pengukuran tekanan dara

TABEL
Hubungan Tekanan Darah dengan Posisi / Aktivitas Tubuh

Kondisi Saat Tekanan Darah Tekanan Darah


Pengukuran (mmHg) (mmHg)

Perempuan Laki-laki

Berdiri 111/74 131/73

Duduk 93/68 121/71


Gerak badan selama 114/59 126/68
1menit

Kerja Otak 100/81 148/96

Kaki dinaikan 900 106/73 146/94

Berbaring 104/71 125/84

2. Hyperemia pasif/reaktif dan Hyperemia aktif/ fungsional

Jenis Perubahan yang


Hyperemia terjadi

Aktif Suhu : lebih dingin

  Warna : kebiruan

  Ukuran Jari : membesar

Pasif Suhu : lebih panas

  Warna : kemerahan

  Ukuran Jari : membesar

3. Karakteristik dan morfologi darah

 Perhitungan Sel darah merah :


K1= 13
K2= 6
K3= 9
K4= 6
K5= 21 +
55 x 10.000 = 55 x 104
 Perhitungan Sel darah putih :
K1= 10
K2= 12
K3= 15
K4= 5 +
42 x 50 = 2100

Karakteristik Darah Pengamatan Literatur

Pengukuran sel darah merah 55 x 104/mm3 Sekitar 5,4 x 106/mm3 (Tortora)

Pengukuran sel darah putih 2100/mm3 7000-10000/mm3 (Syaifuddin)

4. Hematokrit
2,6
=0,5 X 100 %=50 %
5,2

5. Penentuan Hb

a. Metode Tallquist
Setelah darah diteteskan pada kertas tallquist dan didiamkan beberapa menit dan
didapatkan hasil Hb=70
b. Metode Sahli
Hasil yang didapatkan Hb=70

6. Waktu Perdarahan
 Tetes Pertama = 5 detik
 Berhentinya darah = 2 menit
 Selisih waktu = 1 menit 55 detik (waktu perdarahan )
 Waktu koagulasi =
1. Darah pertama timbul = 3,48 detik
2. Waktu terjadinya benang hilis fibrin = 2menit 1detik
3. Waktu koagulasi = 5menit 88detik
Waktu
Jenis Waktu (menit) Literatur

Waktu Perdarahan 2,35 1 - 6 menit (Guyton)

Waktu Koagulasi 5,88 6 - 10 menit (Guyton)

7. Penggolangan Darah

Bagian Pada Kaca Objek Pengamatan Golongan Darah

Kiri (Terdapat serum Anti- Tidak terjadi


A) aglutinasi B

Kanan (Terdapat serum


Anti-B) Terjadi aglutinasi  

V. Pembahasan
5.1 Pengukuran Tekanan Darah

Sistem kardiovaskular merupakan sistem yang penting di dalam tubuh. Dimana


pada aliran darah ikut serta zat-zat yang dibutuhkan oleh sel-sel untuk melakukan
aktivitasnya. Oleh karena itu, kita harus mengetahui karakteristik dari darah serta
fenomena-fenomena yang terjadi pada sistem kardiovaskular. Sehingga kita dapat
mengetahui apakah kondisi dalam tubuh itu baik atau tidak dengan mengetahui
parameter-parameter hematologi.
Salah satu parameter yang harus diketahui adalah tekanan darah. Pengukuran
tekanan darah dapat dilakukan dengan mempergunakan sebuah spignomanometer,
suatu alat yang memungkinkan untuk pengukuran tekanan darah udara sebanding
dengan darah dalam arteri. Pengukuran berpedoman pada berapa millimeter tinggi
tekanan udara yang tampak pada kolom air raksa dalam sebuah tabung gelas.
Spigmomanometer terdiri dari manset dari karet yang dihubungkan dengan sebuah
tabung karet sebagai tabung yang dapat menekan, dan sebuah tabung air raksa
berskala. Manset dihubungkan pada arteri brakhialis lengan kemudian udara
dipompakan ke dalam manset sehingga menggembung. Dengan demikian tekanan
udara menekan sisi luar arteri. Udara ditambah sampai tekanannya melebihi takanan
darah dalam arteri, atau dengan kata lain, sampai ia menekan arteri. Pada saat ini
tidak ada denyutan yang terdengar melalui stetoskop yang diletakkan di atas arteri
brakhialis pada lengkung siku sepanjang sisi dalam otot bisep.
Dengan perlahan udara dalam manset dilepas, tekanan udara turun sampai kira-
kira sebanding dengan tekanan udara dalam arteri. Pada titik ini pembuluh arteri
membuka sedikit dan semburan darah melewatinya, menghasilkan suara pertama,
agak tajam seperti ketukan. Kemudian diikuti suara keras dan secara tiba-tiba berubah
menjadi lebih redup, selanjutnya hilang sama sekali. Suara pertama seperti ketukan
tadi adalah tekanan darah sistole, yaitu kekuatan darah mendorong dinding arteri
ketika ventrikel kontraksi. Titik paling rendah saat suara masih dapat didengar, tepat
sebelum hilang sama sekali, kira-kira sebanding dengan tekanan darah diastole atau
kekuatan darah mendesak dinding arteri ketika ventrikel relaks.
Tekanan sistol memberi informasi tentang kekuatan kontraksi ventrikel kiri, dan
tekanan diastole memberi informasi tentang tahanan pembuluh darah. Dalam keadaan
sehat, tekanan sistol dan diastole seseorang adalah 120/80. Artinya, tekanan sistol =
120 mmHg, sedangkan tekanan diastole = 80 mmHg. Perbedaan antara besarnya
tekanan sistol dan diastole disebut takanan denyutan, yang rata-ratanya adalah 40
mmHg. Pada pengamatan yang dilakukan, dalam posisi duduk dan terbaring (tanpa
ada aktivitas fisik), tekanan darah sekitar mmHg untuk perempuan 93/68-104/71dan
121/71 – 125/84 mmHg untuk laki-laki. Dari pengamatan tersebut dapat terlihat
bahwa pada keadaan normal laki-laki memiliki tekanan darah yang lebih besar dari
perempuan.
Gerak badan, olah raga, beban pada otak (misalnya diberi soal hitungan) dapat
meningkatkan aliran darah ke otot rangka dan otot jantung. Dengan berolah raga,
banyaknya udara di bawa kedalam dan dikeluarkan dari paru-paru setiap menit
menjadi lebih besar, sehingga oksigen dapat dikirim ke dalam jaringan-jaringan.
Jumlah yang lebih besar dari kapiler dan alveoli (gelembung) paru-paru
meningkatkan pertukaran gas, darah lebih banyak dapat mengambil oksigen untuk
dikirim ke jaringan periferi. Karena pemompaan darah meningkat maka tekanan darh
pun menjadi meningkat. Hal ini terlihat pada pengamatan pengukuran tekanan darah
setelah melakukan gerak tubuh, diberi soal hitungan dan kaki dinaikan 90 0. Tekanan
darah setelah melakukan aktivitas tersebut cenderung meningkat. Selain dari
peningkatan aktivitas tubuh, ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang
mengalami tekanan darah rendah dan darah tinggi dimana kondisi tekanan tersebut
tidak dapat kembali normal seperti semula dengan sendirinya tetapi perlu penanganan
medis agar tekanan darah kembali seperti normal.

V.2Hyeperemia
Pada aliran darah, dapat terjadi gangguan berupa hyperemia. Hyperemia adalah
suatu kondisi medis dimana terjadi penumpukan darah pada suatu area khusus pada
tubuh. Kadang-kadang hyperemia memperlihatkan tanda merah diatas kulit, hal ini
disebabkan oleh kebuntuan pada kapiler. Kondisi pada umumnya terkait dengan
adanya penghalang atau radang yang mencegah darah mengalir secara normal.
Hyperemia memiliki dua jenis, yaitu hyperemia aktif dan pasif.
Hyperemia pasif atau disebut juga hyperemia reaktif merupakan salah satu
gangguan pada aliran darah karena adanya sumbatan pada bagian tubuh sehingga
darah tidak dapat mengalir secara bebas. Aliran darah yang membawa zat-zat penting
bagi tubuh akan sulit mengalir ke bagian tubuh yang tersumbat, sehingga aktivitas sel
di bagian tubuh tersebut menjadi menurun. Untuk memperlihatkan fenomena pada
aliran darah tersebut, dilakukan percobaan dengan mengikat jari menggunakan
benang, setelah diikat terjadi perubahan pada jari. Perubahan tersebut berupa suhu
pada jari lebih dingin, warna menjadi kebiruan serta ada pembengkakan pada jari
yang diikat.
Ketika sumbatan pada bagian tubuh tersebut dilepas, maka tubuh akan membuat
suatu keadaan sehingga darah menyembur keluar dari daerah yang tersumbat. Dengan
adanya semburan darah yang keluar, hal ini disebut sebagai hyperemia pasif. Disebut
hyperemia pasif karena sumbatan tidak distimulus oleh lingkungan luar dan tubuh
sendiri yang membuat mekanisme untuk mengatasi adanya sumbatan aliran darah
pada bagian tubuhnya.
Hyperemia aktif atau disebut juga hyperemia fungsional terjadi karena ada
pengaruh dari lingkungan. Dengan adanya pengaruh tersebut dapat menyebabkan
peningkatan pada gastrointestinal. Misalnya ketika percobaan jari tangan dicelupkan
ke air panas. Dengan kondisi lingkungan yang panas akan meningkatkan aliran darah
di dalam tubuh. Kemudian dari aliran tersebut, bagian tubuh yang terkena panas
tersebut mengalami perubahan seperti warna menjadi lebih kemerahan, suhu lebih
panas, dan terjadi pembesaran jari tangan.
Dengan kondisi suhu yang panas, menyebabkan daerah pada jari yang dicelupkan
pada air panas menjadi kekurangan oksigen. Lanjut setelah kondisi kembali seperti
semula, tubuh menyesuaikan keadaan dan kondisi aliran darah kembali seperti
semula. Darah terdiri dari plasma dan sel-sel darah. Sek-sel darah dapat dibedakan
menjadi tiga jenis yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan
keping darah (trombosit). Sel darah merah merupakan bagian dari sel-sel darah yang
tidak memiliki initi (nukleus). Sel darah merah memiliki hemoglobin (Hb) yang dapat
memberikan warna merah pada darah. Hb memiliki sejumlah kecil besi (Fe) yang
dapat mengikat oksigen, sehingga oksigen dapat dialirkan ke seluruh bagian sel-sel
tubuh. Jika kekurangan Hb maka akan mengalami gangguan pada sirkulasi oksigen
dalam sel. Maka untuk mengetahui adanya gangguan terhadap Hb, kita dapat
menghitung kadar Hb dalam darah. Kadar Hb normal (dalam gram) dalam darah yaitu
14 – 16 g/ 100 ml darah. Kita dapat menghitungnya melalui persentase kadar Hb yang
diukur berdasarkan skala yang ada pada kertas pembanding (Metode Tallquist).
Setelah membandingkan skala yang tertera pada kertas pembanding, praktikan
memiliki kadar Hb 11,2 g/100 ml. Kadar ini sedikit di bawah normal untuk kondisi
Hb dalam menjalankan tugasnya untuk membawa oksigen dalam sirkulasi darah.
Sehingga tubuh akan memiliki gangguan dalam sirkulasi oksigen darah, sehingga
dapat mengakibatkan hipoksia dengan gejala lemah, letih dan lesu.
V.3Karakteristik dan Morfologi Darah
Selain menghitung kadar Hb, kelainan atau gangguan fisiologis pun dapat dilihat dari
jumlah eritrosit dalam darah. Jumlah eritrosit yang kurang akan menyebabkan
gangguan pada tubuh mialnya anemia, karena berkurangnya jumlah eritrosit akan
sebanding dengan berkurangnya jumlah Hb yang mengangkut oksigen untuk dialirkan
ke seluruh bagian tubuh. Pengukuran eritrosit pada mikroskop memberikan hasil
sebesar 55x 104/ mm3 darah. Jumlah eritrosit yang normal adalah sekitar 5,4 x 106/
mm3 darah (Tortora). Sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah eritrosit praktikan yang
diukur masih berkisar pada kondisi yang normal. Selain jumlah sel darah merah,
bentuk sel darah merah pun berperan dalam kondisi fisiologis seseorang, bentuk
normal sel darah merah adalah bulat telur dan sedikit cekung. Dalam sel darah juga
mengandung leukosit atau sel darah putih yang memiliki nukleus (inti). Sel darah putih
berperan dalam sistem imun tubuh. Dalam kondisi yang normal, tubuh mengandung
7000-10000 sel darah putih per mm3 darah. Jika jumlah sel darah putih kurang dari
jumlah normal maka akan mengalami gangguan pada sistem imun tubuh orang
tersebut sehingga menyebabkan orang tersebut mudah terserang infeksi. Pada
pengamatn, praktikan memiliki jumlah leukosit 2100/ mm3 darah. Jumlah tersebut
tidak berkisar pada jumlah normal sel darah putih, sehingga dapat dikatakan bahwa
jumlah sel darah putih praktikan tidak dalam taraf normal . Namun mungkin saja ada
kesalahan pada saat penghitungan sel darah tersebut.
V.4Penentuan Hb

Pada sel darah terdapat kandungan trombosit atau keping darah yang berperan
dalam pembekuan darah. Jumlah trombosit juga berperan dalam menentukan adanya
gangguan pada tubuh atau tidak. Karena jika seseorang mengalami gangguan,
misalnya terserang penyakit demam berdarah kadar trombositnya akan turun sehingga
jika ada luka (terutama luka pada bagian dalam tubuh), akan sulit untuk dilakukan
hemostasis (penutupan luka).

Dari karakteristik tersebut, dapat dihasilkan suatu waktu yang menunjukkan


lamanya pendarahan dan pembekuan. Setelah keluarnya tetesan darah yang pertama
sampai darah berhenti keluar disebut waktu pendarahan. Pada percobaan yang
dilakukan, praktikan memiliki waktu pendarahan 1,55 menit. Waktu pendarahan
normal (Guyton) adalah 1-6 menit. Sehingga dapat dikatakan bahwa praktikan
memiliki waktu pendarahan yang normal.

Untuk waktu koagulasi terlihat saat terbentuknya benang fibrin setelah adanya
pendarahan. Biasanya benang fibrin terbentuk saat waktu pendarahan berhenti. Waktu
koagulasi normal menurut Guyton adalah 6-10 menit. Namun, pada pengamatan yang
dilakukan pada mencit, waktu koagulasi terjadi setelah 5,88 menit. Hal ini bisa saja
terjadi karena ada karakteristik seseorang, jika mengalami pendarahan akan cepat
terjadi koagulasi. Hal ini terjadi karena karakteristik tromboist dan faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya koagulasi pada setiap orang berbeda-beda. Selain itu, ada
pula gangguan pada hemostasis dimana ada orang yang memiliki waktu koagulasi
melebihi normal, misalnya pada penderita hemofilia. Pada penderita hemofilia terdapat
gangguan pada faktor-faktor pembekuan darah.

V.5Penggolongan Darah
Selain memiliki karakteristik dengan kandungan sel darahnya, setiap orang
memiliki karakteristik khusus dalam penggolongan darah. Adanya aglutinogen dalam
masing-masing darah akan menyebabkan adanya aglutinasi darah oleh serum anti-
aglutonogen tersebut. Dari fenomena terjadinya aglutinasi menyebabkan darah
digolongkan menjadi 4 golongan yaitu A (teraglutinasi oleh serum Anti-A), B
(teraglutinasi oleh seru Anti-B), AB (teraglutinasi oleh serim Anti-A dan Anti-B), serta
O (tidak teraglutinasi oleh kedua serum). Pada percobaan yang dilakukan, darah
praktikan memberikan penggumpalan (aglutinasi) oleh serum Anti-B, sehingga dapat
disimpulkan bahwa praktikan memiliki golongan darah B.

VI. Kesimpulan
VII. Daftar Pustaka

You might also like