You are on page 1of 12

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Gastritis adalah peradangan pada lapisan lambung (Medicastore, 2003). Gastritis
adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung (Suyono, 2001).
David Ovedorf (2002) mendefinisikan gastritis sebagai inflamasi mukosa gaster akut atau
kronik. Gastritis yaitu peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung yang
berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain
(Reeves, 2002).

B. Klasifikasi
Gastritis ada 2 kelompok yaitu gastritis akut dan gastritis kronik. Salah satu bentuk
gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah gastritis akut erosif. Gastritis akut erosif
adalah suatu peradangan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan erosif. Disebut erosif
apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa muskularis.
Gastritis kronik bukan merupakan lanjutan dari gastritis akut, dan keduanya tidak
saling berhubungan. Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa
lambung yang berkepanjangan yang disebabkan baik oleh ulkus lambung jinak maupun ganas
atau oleh bakteri helicobacter pylori. Gastritis kronik juga masih dikelompokkan lagi dalam 2
tipe yaitu tipe A dan tipe B. Gastritis kronik tipe A jika mampu menghasilkan imun sendiri.
Tipe ini berhubungan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mukosa.
Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibodi. Anemia pernisiosa
berkembang pada proses ini.
Gastritis kronik tipe B lebih lazim. Tipe ini berhubungan dengan infeksi helicobacter
pylori yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.

C. Penyebab
Penyebab gastritis adalah obat analgetik anti inflamasi terutama aspirin; bahan kimia,
misalnya lisol; merokok; alkohol; stres fisis yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma,
pembedahan, gagal pernafasan, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat; refluk usus
lambung (Inayah, 2004, hal : 58). Gastritis juga dapat disebabkan oleh obat-obatan terutama
aspirin dan obat anti inflamasi non steroid (AINS), juga dapat disebabkan oleh gangguan
mikrosirkulasi mukosa lambung seperti trauma, luka bakar dan sepsis.
Gastritis bakterialis biasanya merupakan akibat dari infeksi oleh Helicobacter pylori
(bakteri yang tumbuh di dalam sel penghasil lendir di lapisan lambung). Bakteri ini bisa
menyebabkan gastritis menetap atau gastritis sementara.
Gastritis karena stres akut, merupakan jenis gastritis yang paling berat, yang
disebabkan oleh penyakit berat atau trauma (cedera) yang terjadi secara tiba-tiba. Cederanya
sendiri mungkin tidak mengenai lambung, seperti yang terjadi pada luka
bakar yang luas, operasi besar, gagal ginjal, gagal nafas, penyakit hari yang berat, septicemia
atau cedera yang menyebabkan perdarahan hebat. Gambaran yang sama tentang gastritis ini
disebut gastritis akut erosif. Kira-kira 90% pasien yang dirawat di ruang intensif menderita
gastritis akut erosif ini.
Gastritis erosif kronis bisa merupakan akibat dari bahan iritan seperti obatobatan,
terutama aspirin dan obat anti peradangan non-steroid lainnya, penyakit Crohn, serta infeksi
virus dan bakteri. Gastritis ini terjadi secara perlahan pada orangorang yang sehat, bisa
disertai dengan perdarahan atau pembentukan ulkus (borok, luka terbuka). Gastritis ini paling
sering terjadi pada alkoholis.
Gastritis karena virus atau jamur bisa terjadi pada penderita penyakit menahun atau
penderita yang mengalami gangguan sistem kekebalan. Gastritis eosinofilik bisa terjadi
sebagai akibat dari reaksi alergi terhadap infestasi cacing gelang. Eosinofil (sel darah putih)
terkumpul di dinding lambung. Gastritis atrofik terjadi jika antibodi menyerang lapisan
lambung, sehingga lapisan lambung menjadi sangat tipis dan kehilangan sebagian atau
seluruh selnya yang menghasilkan asam dan enzim. Keadaan ini biasanya terjadi pada usia
lanjut. Gastritis ini juga cenderung terjadi pada orang-orang yang sebagian lambungnya telah
diangkat (menjalani pembedahan gastrektomi parsial).
Gastritis atrofik bisa menyebabkan anemia pernisiosa karena mempengaruhi
penyerapan vitamin B12 dari makanan. Pada gastritis atrofik, infiltrat menginflamasi lamina
propria dengan menghilangnya kelenjar-kelenjar. Jika atrofi gaster menjadi komplit, elemen
kelenjar
berkurang atau hampir tidak ada, tetapi tidak terdapat sel radang, anemia pernisiosa dapat
timbul pada gastritis jenis ini.
Penyakit Menetrier merupakan jenis gastritis yang penyebabnya tidak diketahui.
Dinding lambung menjadi tebal, lipatannya melebar, kelenjarnya membesar dan memiliki
kista yang terisi cairan. Sekitar 10% penderita penyakit ini menderita kanker lambung.
Gastritis juga bisa terjadi jika seseorang menelan bahan korosif atau menerima terapi
penyinaran kadar tinggi.
D. Patofisiologi
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya obatobatan dan
alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada para yang mengalami stres akan
terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus vagus) yang akan meningkatkan produksi
asam klorida (HCl) di dalam lambung. Adanya HCl yang berada di dalam lambung akan
menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia.
Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner,
yang berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu
fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna. Respon mukosa
lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa
gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi HCl (terutama daerah fundus)
dan pembuluh darah.
Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia
juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl
dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat
berupa eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi
pada sel mukosa. Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu timbulnya sindrom dispepsia.

E. Tanda dan Gejala


Gejalanya tergantung kepada jenis gastritisnya. Penderita gastritis mengalami
gangguan pencernaan (indigesti) dan rasa tidak nyaman di perut sebelah atas. Pada gastritis
karena stres akut, penyebabnya (misalnya penyakit berat, luka bakar atau cedera) biasanya
menutupi gejala-gejala lambung; tetapi perut sebelah atas terasa tidak enak.
Segera setelah cedera, timbul memar kecil di dalam lapisan lambung. Dalam beberapa
jam, memar ini bisa berubah menjadi ulkus. Ulkus dan gastritis bisa menghilang bila
penderita sembuh dengan cepat dari cederanya. Bila penderita tetap sakit, ulkus bisa
membesar dan mulai mengalami perdarahan, biasanya dalam waktu 2-5 hari setelah
terjadinya cedera. Perdarahan menyebabkan tinja berwarna kehitaman seperti aspal, cairan
lambung menjadi kemerahan dan jika sangat berat, tekanan darah bisa turun. Perdarahan bisa
meluas dan berakibat fatal. Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan
asimptomatis. Keluhan itu misalnya nyeri pada ulu hati yang biasanya ringan.
Gejala dari gastritis erosif kronis berupa mual ringan dan nyeri di perut sebelah atas.
Tetapi banyak penderita (misalnya pemakai aspirin jangka panjang) tidak merasakan nyeri.
Penderita lainnya merasakan gejala yang mirip ulkus, yaitu nyeri ketika perut kosong. Jika
gastritis menyebabkan perdarahan dari ulkus lambung, gejalanya bisa berupa tinja berwarna
kehitaman seperti aspal (melena), serta muntah darah (hematemesis) atau makanan yang
sebagian sudah dicerna, yang menyerupai endapan kopi.
Gejala lainnya dari gastritis kronik adalah anoreksia, mual-muntah, diare, sakit
epigastrik dan demam. Perdarahan saluran cerna yang tak terasa sakit dapat terjadi setelah
penggunaan aspirin. Pada gastritis eosinofilik, nyeri perut dan muntah bisa disebabkan oleh
penyempitan atau penyumbatan ujung saluran lambung yang menuju ke usus dua belas jari.
Penyakit Meniere, gejala yang paling sering ditemukan adalah nyeri lambung.
Hilangnya nafsu makan, mual, muntah dan penurunan berat badan, lebih jarang terjadi. Tidak
pernah terjadi perdarahan lambung. Penimbunan cairan dan pembengkakan jaringan (edema)
bisa disebabkan karena hilangnya protein dari lapisan lambung yang meradang. Protein yang
hilang ini bercampur dengan isi lambung dan dibuang dari tubuh.
Pada gastritis sel plasma, nyeri perut dan muntah bisa terjadi bersamaan dengan
timbulnya ruam di kulit dan diare. Gastritis akibat terapi penyinaran menyebabkan nyeri,
mual dan heartburn (rasa hangat atau rasa terbakar di belakang tulang dada), yang terjadi
karena adanya peradangan dan kadang karena adanya tukak di lambung. Tukak bisa
menembus dinding lambung, sehingga isi lambung tumpah ke dalam rongga perut,
menyebabkan peritonitis (peradangan lapisan perut) dan nyeri yang luar biasa. Perut tampak
kaku dan keadaan ini memerlukan tindakan pembedahan darurat. Kadang setelah terapi
penyinaran, terbentuk jaringan parut yang menyebabkan menyempitnya saluran lambung
yang menuju ke usus dua belas jari, sehingga terjadi nyeri perut dan muntah. Penyinaran bisa
merusak lapisan pelindung lambung, sehingga bakteri bisa masuk ke dalam dinding lambung
dan menyebabkan nyeri hebat yang muncul secara tiba-tiba.

F. Diet Pada Gastritis


Diet pada penderita gastritis adalah diet lambung. Prinsip diet pada penyakit lambung
bersifat ad libitum, yang artinya adalah bahwa diet lambung dilaksanakan berdasarkan
kehendak pasien. Prinsip diet diantaranya pasien dianjurkan untuk makan secara teratur, tidak
terlalu kenyang dan tidak boleh berpuasa. Makanan yang dikonsumsi harus mengandung
cukup kalori dan protein (TKTP) namun kandungan lemak/minyak, khususnya yang jenuh
harus dikurangi.
Makanan pada diet lambung harus mudah dicernakan dan mengandung serat makanan
yang halus (soluble dietary fiber). Makanan tidak boleh mengandung bahan yang
merangsang, menimbulkan gas, bersifat asam, mengandung minyak/ lemak secara berlebihan,
dan yang bersifat melekat. Selain itu, makanan tidak boleh terlalu panas atau dingin.
Beberapa makanan yang berpotensi menyebabkan gastritis antara lain garam, alkohol,
rokok, kafein yang dapat ditemukan dalam kopi, teh hitam, teh hijau, beberapa minuman
ringan (soft drinks), dan coklat. Garam dapat mengiritasi lapisan lambung. Beberapa
penelitian menduga bahwa makanan bergaram meningkatkan resiko pertumbuhan infeksi
Helicobacter pylori. Gastritis juga biasa terjadi pada alkoholik. Perokok berat dan
mengkonsumsi alkohol berlebihan diketahui menyebabkan gastritis akut. Makanan yang
diketahui sebagai iritan, korosif, makanan yang bersifat asam dan kopi juga dapat mengiritasi
mukosa lambung.

G. Pengobatan
Pengobatan umum terhadap gastritis adalah menghentikan atau menghindari faktor
penyebab iritasi, pemberian antasid dan simptomatik lain, dan pada gastritis atrofik dengan
anemia pernisiosa diobati dengan B12 intramuskuler (hydroxycobalamin atau
cyanocobalamin).
Jika penyebabnya adalah infeksi oleh Helicobacter pylori, maka diberikan bismuth,
antibiotik (misalnya amoksisilin dan klaritromisin) dan obat anti-tukak (omeprazol).
Penderita gastritis karena stres akut banyak yang mengalami penyembuhan setelah
penyebabnya (penyakit berat, cedera atau perdarahan) berhasil diatasi. Tetapi sekitar 2%
penderita gastritis karena stres akut mengalami perdarahan yang sering berakibat fatal.
Karena itu dilakukan pencegahan dengan memberikan antasid (untuk menetralkan asam
lambung) dan obat anti-ulkus yang kuat (untuk mengurangi atau menghentikan pembentukan
asam lambung). Perdarahan hebat karena gastritis akibat stres akut bisa diatasi dengan
menutup sumber perdarahan pada tindakan endoskopi. Jika perdarahan berlanjut, mungkin
seluruh lambung harus diangkat.
Eradikasi Helicobacter pylori merupakan cara pengobatan yang dianjurkan untuk
gastritis kronis yang ada hubungannya dengan infeksi oleh kuman tersebut. eradikasi dapat
mengembalikan gambaran histopatologi menjadi normal kembali. Eradikasi dapat dicapai
dengan pemberian kombinasi penghambat pompa proton dan antibiotik. Antibiotik dapat
berupa tetrasiklin, metronidasol, klaritromisin, dan amoksisilin. Kadang-kadang diperlukan
lebih dari satu macam antibiotik untuk mendapatkan hasil pengobatan yang baik.
Gastritis erosif kronis bisa diobati dengan antasid. Penderita sebaiknya menghindari
obat tertentu (misalnya aspirin atau obat anti peradangan non-steroid lainnya) dan makanan
yang menyebabkan iritasi lambung. Misoprostol mungkin bisamengurangi resiko
terbentuknya ulkus karena obat anti peradangan non-steroid. Untuk meringankan
penyumbatan di saluran keluar lambung pada gastritis eosinofilik, bisa diberikan
kortikosteroid atau dilakukan pembedahan.
Gastritis atrofik tidak dapat disembuhkan. Sebagian besar penderita harus
mendapatkan suntikan tambahan vitamin B12. Gastiritis karena penyakit Menetrier bisa
disembuhkan dengan mengangkat sebagian atau seluruh lambung. Sedangkan gastritis sel
plasma bisa diobati dengan obat ulkus yang menghalangi pelepasan asam lambung.
BAB II
LAPORAN KASUS
UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II

STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur/ : Ny. M / Perempuan/ 56 tahun
b. Pekerjaan/pendidikan : Ibu rumah tangga
c. Alamat : Parak Laweh, Padang
2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga
a. Status Perkawinan : Janda dengan 3 orang anaknya
b. Jumlah Anak/ Saudara : 3 orang anak
c. Status Ekonomi Keluarga: Mampu , dimana penghasilan di beri oleh anak anaknya
yang sudah bekerja
d. KB : Tidak ada
e. Kondisi Rumah :
- Rumah semi permanen, 4 kamar tidur, dan 1 kamar mandi.
- Lantai rumah dari semen, ventilasi udara dan sirkulasi udara kurang baik,
pencahayaan kurang karena rumahnya tidak menghadap matahari terbit,
kamar pasien cukup lapang.
- WC dalam rumah
- Listrik ada
- Sumber air : sumur gali, airnya jernih tidak berbau dan tidak berasa.
- Halaman rumah tidak terlalu luas, dan terlihat agak gersang tanpa tanaman.
- Bak mandi dikuras 1 x/seminggu.
- Sampah di bakar, kadang-kadang di buang ke laut kalau tidak sempat di
bakar
- Rumah dihuni oleh 5 orang yang terdiri dari pasien, anaknya 3 orang dan
menantunya 1 orang
Kesan : Higiene dan sanitasi lingkungan cukup
f. Kondisi Lingkungan Keluarga
- Pasien tinggal di lingkungan yang cukup padat penduduk dan di dekat pantai,
jarak rumah dari pantai lebih kurang 500 meter
- Warga di sekitar lingkungan pasien sangat ramah dan hidup kekeluargaan di
tempat ini cukup baik
- Lingkungan sekitar cukup bersih walau tidak tertata dengan rapi
3. Aspek Psikologis di keluarga
- Hubungan dengan anggota keluarga baik
- Pasien merasa ketakutan jika rumah yang ditempatinya ini akan di ambil oleh
keluarga suaminya karena suaminya telah meninggal.
- Faktor stress dalam keluarga ada, dimana hubungan dengan sanak keluarga
dan masyarakat di kampungnya (pariaman) tidak terbina dengan baik. Masyarakat di
sana tidak peduli satu sama lain jadi pasien ini merasa kesepian
jika pulang ke kampungnya.

4. Anamnesa
Keluhan utama : sakit di ulu hati dan menjalar ke punggung

Riwayat Penyakit Sekarang :


• Sakit di ulu hati dan menjalar ke punggung sejak 2 minggu yang lalu dan meningkat
sejak 4 hari ini. Sakit ini muncul setelah pasien pulang dari kampungnya 2 minggu
yang lalu, karena selama di kampungnya pasien makan tidak teratur, dan tidak ada
yang mengawasi makanannya. Ditambah lagi dengan masyarakat di sana acuh tidak
acuh, sedangkan pasien sendiri orangnya suka bergaul dan bersosialisasi dengan
orang-orang.
• Sakit ini berkurang jika setelah makan
• Mual ada, dan muntah tidak ada
• Kembung ada
• Sering sendawa-sendawa ada
• Kebiasaan makan makanan yang pedas-pedas ada, karena jika tidak pedas, nafsu
makan pasien hilang.
• Riwayat meminum jamu-jamuan ( kunyit asam) ada sejak pasien masih gadis
• Riwayat sering menggunakan obat-obat sakit kepala di beli di kedai ada
• Sejak 2 tahun ini pasien selalu mengkonsumsi piroksikam yang di beli sendiri
di apotik tanpa resep dokter jika pasien merasa tangannya ngilu-ngilu
• BAK jumlah dan warna biasa
• BAB warna dan konsistensi biasa.

5. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga


• Pasien telah menderita penyakit seperti ini sejak tahun tahun 2006, dan telah
pernah di rawat di RSUP Dr.M.Djamil padang selama 20 hari karena
sebelumnya pasien demam, kemudian mual muntah dan sampai tidak bisa
bangun dari tidur. Saat di rawat ini pasien juga telah dilakukan endoskopi dan
hasilnya kata dokter pasien menderita gastritis yang sudah lama. Dan pasien
juga telah menjalani rawat jalan selama 2 tahun, setelah itu karena
penyakitnya tidak kambuh-kambuh lagi pasien malas untuk berobat dan putus
obat sampai di sini.
• Kakak pasien juga menderita penyakit seperti ini dan juga dikatakan menderita
gastritis.

6. Pemeriksaan Fisik

Status Generalis
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : CMC
Nadi : 88x/ menit
Nafas : 18x/menit
TD : 100/70 mmHg
Suhu : 37 0C
BB : 63 Kg
Mata : Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik
Kulit : Pucat tidak ada, sianosis tidak ada, ikterik tidak ada
THT : tidak ada kelainan
Leher : tidak ada pembesaran KGB
Dada
Paru
Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Palpasi : fremitus kiri sama dengan kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-)
Jantung
Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi :
Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V
Kanan : LSD
Atas : RIC II
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit
Palpasi : Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan (+) di epigastrium
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N
Punggung : Nyeri tekan dan nyeri ketok CVA tidak ada.
Alat kelamin : Tidak diperiksa
Anggota gerak : Akral hangat, refilling kapiler baik, Rf ++/++, Rp -/-

7. Laboratorium : tidak dilakukan

8. Pemeriksaan anjuran :
· Pemeriksaan Hb, Ht, Leukosit dan trombosit
· Endoskopi ulang

9. Diagnosis Kerja : Gastritis kronis

10.Diagnosis Banding : Ulkus peptikum


11. Manajemen
a. Preventif :
• Hindari makan makanan yang merangsang lambung seperti kol, lobak dan nangka
• Hindari makan makanan yang pedas-pedas
• Jangan membeli obat-obatan tanpa resep dokter di apotik-apotik
• Makan secara teratur dengan porsi yang kecil tapi sering
• Hindari stress
b. Promotif :
• Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini akan kambuh jika pasien
stress, atau tidak patuh dengan nasehat dokter
• Menjelaskan komplikasi terburuk dari penyakit ini agar pasien patuh untuk
berobat
• Menjelaskan akibat membeli obat sembarangan di apotik
c. Kuratif :
• Ranitidin 2x150 mg
• Omeprazol 2x20 mg
• Vitamin B complex 3x1 tab
d. Rehabilitatif :
• Jika nyerinya makin bertambah atau ada muntah darah segera dibawa ke
puskesmas atau ke Rumah sakit.
• Pasien disarankan untuk kontrol lagi ke poli penyakit dalam RSUP dr
M.Djamil Padang untuk melihat kondisi penyakitnya.
Dinas Kesehatan Kodya Padang
Puskesmas Lubuk Begalung
Jalan Pulau Air, No 27D,
Padang
Dokter : Nadia

Tanggal : 29 Maret 2011

R/ Ranitidin tab 150 mg No X


∫ 2 dd tab I
__________________________________________£
R/ Omeprazol tab 20 mg No X
∫ 2 dd tab I
__________________________________________£
R/ Vitamin Bcompleks No X
∫ 3 dd tab I
__________________________________________£

Pro : Ny. M
Umur : 56 tahun
Alamat : Parak Laweh

You might also like