You are on page 1of 110

MOTOR LISTRIK ARUS BOLAK BALIK

Motor Induksi adalah salah satu jenis mesin listrik


yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari baik
untuk industri (paling banyak motor induksi 3 phasa) ataupun
rumah tangga (paling banyak motor induksi 1 phasa). Faktor
yang menyebabkan hal tersebut karena motor induksi memiliki
beberapa kelebihan antara lain: harga lebih murah, mudah
dalam perawatan, konstruksi sederhana, tetapi motor induksi
juga memiliki kekurangan antara lain: motor induksi memiliki
nilai slip (perbedaan kecepatan putar medan stator terhadap
kecepatan medan rotor) yang sangat besar, motor induksi sulit
dalam pengendalian kecepatan putarnya.

Beberapa metode yang digunakan dalam


pengendalian kecepatan putar motor induksi adalah metode
pengendalian motor induksi dengan pengaturan frekuensi
input, metode pengendalian motor induksi dengan mengatur
nilai tegangan input. Dalam penelitian ini menggunakan
metode pengaturan nilai tegangan input karena dinilai lebih
murah dibanding dengan metode pengaturan frekuensi input,
alat pengendali yang digunakan mengatur nilai tegangan
menggunakan komponen jenis Triac dan Diac, dalam
pengujian tegangan input mulai 10 Volt - 170 Volt, pada saat
10 – 40 Volt motor induksi tetap berhenti, pada saat tegangan
input 50 Volt motor induksi mulai berputar dengan kecepatan
401.1 rpm, pada saat tegangan input 60 – 150 Volt kenaikan
kecepatan putar motor induksi sangat signifikan, kecepatan
putar motorinduksi pada saat 160 keatas mulai menunjukkan
kecilnya perubahan kecepatan putar.
.
Pendahuluan
Kemajuan teknologi membawa dampak yang signifikan
terhadap kehidupan masyarakat terbukti semakin banyak
peralatan rumah tangga dan industri yang menggunakan hasil
pengembangan teknologi berupa penggunaan motor induksi 1
dan 3 phasa misalnya: hair dryer, pompa air, kipas angin dan
lainlain. Penggunaan motor induksi 1 phasa ini karena banyak
kelebihan yang dimilikinya antara lain: konstruksi yang
sederhana, mudah dalam perawatan, harga lebih murah,
mudah dalam perawatan. Sedangkan kelemahan motor induksi
adalah memiliki slip (perbedaan kecepatan putar stator
dengan kecepatan putar rotor), sulit di kontrol kecepatannya
(Chapman, J.S 2002)

Oleh karena itu diperlukan suatu peralatan yang


digunakan untuk mengendalikan kecepatan putar motor
sebagai salah satu metode untuk meningkatkan efisiensi kerja
dari motor induksi tersebut, dalam dunia industri pengendali
kecepatan putar motor induksi sangat dibutuhkan karena
banyak jumlah motor induksi yang digunakan dalam proses
produksi dalam industri, dengan tercapainya efisiensi dari
motor induksi ini akan memberi dampat yang signifikan.

Tinjauan Pustaka
Pengendalian kecepatan putar motor induksi dapat
dilakukan dengan beberapa metode/cara antara lain: dengan
mengatur/mengubah frekuensi input, mengubah/ mengatur
nilai tegangan input serta mengubah jumlah kutub motor
induksi.
Prinsip kerja dari motor induksi secara umum adalah
adanya tegangan yang disuplai ke terminal motor induksi
tersebut (stator bagian yang tidak bergerak) peristiwa tersebut
akan menimbulkan induksi pada rotor (bagian yang bergerak)
sehingga mampu berputar/ beroperasi, kecepatan putar motor
induksi dapat dirumuskan

Ns = (120 f) / p ( 1 )

Dimana:
Ns = kecepatan putar dari medan putar stator (rpm)
f = frekuensi (Hz)
p = jumlah kutub

Jika melihat dari persamaan (1) bahwa kecepatan


medan putar stator berbanding lurus dengan nilai frekuensi
artinya semakin besar nilai frekuensi maka akan diikuti
kenaikan nilai kecepatan putar medan stator, tetapi nilai ini
akan berbanding terbalik dengan nilai jumlah kutub dari motor
induksi.

Gambar 1. Simbol Triac


Gambar 2. Rangkaian Pengendali

Alat pengendali yang berbasis pada penggunaan triac


(suatu komponen yang dalam operasinya sangat mirip dengan
SCR tetapi outputnya berupa arus bolakbalik, simbol triac
ditunjukkan pada gambar 1) dan diac (suatu komponen yang
berkelakuan seperti dua buah thyristor yang dihubungkan
saling bertolak belakang), oleh karena itu diac akan
mempunyai dua buah tegangan penyalaan yaitu pihak
tegangan maju (+Vbo) dan tegangan mundur (-Vbo).

Prinsip kerja rangkaian tersebut adalah jika tegangan


220 Volt, tegangan jala-jala yang masuk melelui beban motor
masuk ke kaki T2 Triac, yang berfungsi sebagai pengatur
tegangan dan meloloskan tegangan yang dibutuhkan sesuai
dengan penyulutan pada kaki gate yang dilakukan oleh Diac.
Gambar 3. Diagram alir penelitian

Kapasitor C1 adalah sebagai filter tegangan, untuk


mengantisipasi lonjakan tegangan yang biasa terjadi pada
rangkaian karena ketidakstabilan penyulutan oleh variabel
resistor yang mempunyai kualitas kurang baik. C2 adalah
berfungsi sebagai penyimpan tegangan sementara, supaya
tegangan yang masuk melalui Diac lebih stabil.
R1 berfungsi untuk membantu mengenolkan tegangan
dan R2 berfungsi sebagai rangkaian penyeimbang tegangan,
variabel resistor yang digunakan untuk mengatur tegangan
penyulutan pada gate. Fuse 5 Ampere untuk proteksi terhadap
rangkaian jika ada hubung singkat ataupun kesalahan pada
rangkaian untuk melindungi beban.

Penelitian terdahulu

Aan R (2003), memaparkan kecepatan motor induksi


sejalan dengan nilai frekuensi input, semakin kecil nilai
frekuensi maka kecepatan putar motor induksi semakin kecil.

Andi Hartono dan Mohammad Facta (2004)


memaparkan bahwa pengaturan kecepatan putar motor
induksi dapat dilakukan dengan pengaturan dari sinyal
frekuensi input, kecepatan putar motor induksi akan
bertambah nilai rpm sejalan dengan kenaikan sinyal
Tabel 1. Hasil pengujian
Hubungan kecepatan putar dengan tegangan input
Gambar 4. grafik hubungan tegangan input dengan kecepatan
putar

frekuensi input (sinyal frekuensi yang semakin besar


akan membuat putaran motor semakin naik). Andy Nugroho
dan M. Facta (2004) memaparkan bahwa pengaturan
kecepatan putar motor induksi menggunakan metode inverter
jembatan penuh dapat digunakan mengatur kecepatan motor
induksi satu phasa dapat bekerja dengan hasil yang baik.

Boldea (2001), “Electric Drives” memaparkan tentang


pengendalian motor induksi dengan pengaturan nilai tegangan
input ke dalam terminal motor induksi, untuk peralatan
menggunakan komponen Triac dan Diac, kapasitor, yang
rankaian ini akan mengatur nilai tegangan yang akan disuplai
ke motor induksi, sedangkan keluaran dari rangkaian ini
ditentukan dari nilai tegangan yang di suplai pada salah satu
kaki triac yang merupakan gate dari triac tersebut.

Metode Penelitian

Pembuatan peralatan pengendali kecepatan putar


motor induksi 1 phasa terdiri dari resistor, kapasitor, resistor
variabel (potensiometer), diac dan triac (ion boldea, 2001),
gambar rangkaian pengendali kecepatan putar motor induksi 1
phasa ditunjukkan pada gambar 2.

Pengukuran pengujian (variabel), melakukan uji coba


peralatan pengendali terhadap motor induksi (berupa kipas
angin) dengan mengubah nilai tegangan input dari 10 – 170
Volt.

Proses Penelitian ini ditunjukkan dalam diagram alir


pada gambar 3. Analisa data, setelah data diperoleh melalui
pengujian kemudian dilakukan analisa data dari perubahan
nilai tegangan input terhadap kecepatan putar motor induksi
tersebut.

Hasil Pengujian
Dari tabel tersebut terlihat hubungan antara tegangan
input dengan kecepatan putar motor induksi 1 phasa yang
ditunjukkan oleh gambar 4.

1. Pengukuran kecepatan putar pada saat nilai tegangan input


berubah ditunjukkan pada Tabel 1.
2. Grafik hubungan antara tegangan input terhadap kecepatan
putar ditunjukkan pada gambar 4.
Pembahasan

Dilihat dari tabel 1 dan gambar 4, motor induksi mulai


berputar pada saat tegangan input 50 Volt dan setiap kenikan
nilai tegangan input diikuti oleh kenaikan kecepatan putar,
kenaikan kecepatan putar signifikan pada saat tegangan input
60–150 Volt, pada saat perubahan tegangan dari 160 Volt ke
170 Volt kenaikan kecepatan putarnya kecil sekali.

Kecepatan putaran motor sama dengan jumlah


putaran motor dalam periode tertentu, misalnya putaran per
menit (Rpm) atau kecepatan per detik (Rps). Alat ukur yang
digunakan adalah indikator kecepatan sering disebut
tachometer (Gambar 5.1). Tachometer ditempelkan langsung
pada poros sebuah motor dan dibaca putarannya pada skala
yang ada. Tachometer yang modern menggunakan prinsip
sinar laser, bekerjanya lebih sederhana, yaitu berkas sinar laser
ditembakkan pada poros dan display digital akan menunjukkan
putaran poros motor.

Kecepatan motor diukur dengan alat tachometer,


pengukuran dilakukan pada poros rotor. Ada tachometer
analog dan tachometer digital.

Gambar 5.1
Pengukuran
poros
dengan
Tachogener
Mengukur Torsi

Torsi sering disebut momen (M) merupakan perkalian


gaya F (Newton) dengan panjang lengan L (meter) Gambar 5.2.
M = F. L (Nm)

Gambar 5.2 Torsi Motor

Gaya F yang dihasilkan dari motor listrik dihasilkan dari


interaksi antara medan magnet putar pada stator dengan
medan induksi dari rotor.
F = B. I. L
Jumlah belitan dalam rotor Z dan jari-jari polly rotor
besarnya r (meter), maka torsi yang dihasilkan motor
M = B · I · L · Z · r (Nm)

Hubungan Kecepatan, Torsi, dan Daya Motor


Pengukuran hubungan kecepatan, torsi dan daya motor
dilakukan di laboratorium Mesin Listrik (Gambar 5.3). Torsi
yang dihasilkan oleh motor disalurkan lewat poros untuk
menjalankan peralatan industri. Hubungan antara torsi dan
daya motor dapat diturunkan dengan persamaan:

, sedangkan M = F · L (Nm)

, kecepatan

Dalam satu putaran poros jarak ditempuh:


L = 2 · r · π, sehingga kecepatan v = n · 2 · r · π
Dengan memasukkan gaya F yang terjadi pada poros,
diperoleh persamaan:
P=n·2·r·π·F
Akhirnya diperoleh hubungan daya motor P dengan
torsi poros M dengan persamaan:
P = 2 · π · n · M (Nm/menit)
Daya P dalam satuan Nm/menit dipakai jika torsi M
yang diukur menggunakan satuan Nm. Dalam satuan daya
listrik dinyatakan dalam watt atau kwatt maka persamaan
harus dibagi dengan 60 detik dan bilangan 1.000.

· n · M (kW) di mana 1.000 Nm/detik = 1 kW

Persamaan akhir daya P dan torsi M secara praktis


didapatkan:

Gambar 5.3
Pengujian
motor
listrik di
laboratoriu
m
Prinsip Kerja Motor Induksi
Motor induksi adalah alat listrik yang mengubah
energi listrik menjadi energi mekanik. Listrik yang diubah
adalah listrik 3 phasa. Motor induksi sering juga disebut motor
tidak serempak atau motor asinkron. Prinsip kerja motor
induksi lihat Gambar 5.4.

Gambar 5.4 Prinsip kerja motor induksi

Ketika tegangan phasa U masuk ke belitan stator


menjadikan kutub S (south = selatan), garis-garis gaya mahnet
mengalir melalui stator, sedangkan dua kutub lainnya adalah N
(north = utara) untuk phasa V dan phasa W. Kompas akan
saling tarik-menarik dengan kutub S.
Berikutnya kutub S pindah ke phasa V, kompas
berputar 120°, dilanjutkan kutub S pindah ke phasa W,
sehingga pada belitan stator timbul medan magnet putar.
Buktinya kompas akan memutar lagi menjadi 240°. Kejadian
berlangsung silih berganti membentuk medan magnet putar
sehingga kompas berputar dalam satu putaran penuh, proses
ini berlangsung terus menerus. Dalam motor induksi kompas
digantikan oleh rotor sangkar yang akan berputar pada
porosnya. Karena ada perbedaan putaran antara medan putar
stator dengan putaran rotor, maka disebut motor induksi tidak
serempak atau motor asinkron.

Gambar 5.5 Belitan stator motor induksi 2 kutub

Susunan belitan stator motor induksi dengan dua


kutub, memiliki tiga belitan yang masing-masing berbeda
sudut 120° Gambar 5.5. Ujung belitan phasa pertama U1- U2,
belitan phasa kedua V1-V2 dan belitan phasa ketiga W1-W2.
Prinsip kerja motor induksi dijelaskan dengan
gelombang sinusoidal Gambar 5.6, terbentuknya medan putar
pada stator motor induksi. Tampak stator dengan dua kutub,
dapat diterangkan dengan empat kondisi.

Gambar 5.6 Bentuk gelombang sinusoida dan timbulnya


medan putar pada stator motor induksi
1. Saat sudut 0°. Arus I1 bernilai positip dan arus I2 dan arus I3
bernilai negatip dalam hal ini belitan V2, U1 dan W2 bertanda
silang (arus meninggalkan pembaca), dan belitan V1, U2 dan
W1 bertanda titik (arus listrik menuju pembaca). Terbentuk
fluk magnet pada garis horizontal sudut 0°. Kutub S (south =
selatan) dan kutub N (north = utara).
2. Saat sudut 120°. Arus I2 bernilai positip sedangkan arus I1
dan arus I3 bernilai negatip, dalam hal ini belitan W2, V1, dan
U2 bertanda silang (arus meninggalkan pembaca), dan kawat
W1, V2, dan U1 bertanda titik (arus menuju pembaca). Garis
fluk magnit kutub S dan N bergeser 120° dari posisi awal.
3. Saat sudut 240°. Arus I3 bernilai positip dan I1 dan I2
bernilai negatip, belitan U2, W1, dan V2 bertanda silang (arus
meninggalkan pembaca), dan kawat U1, W2, dan V1 bertanda
titik (arus menuju pembaca). Garis fluk magnit kutub S dan N
bergeser 120° dari posisi kedua.
4. Saat sudut 360°. posisi ini sama dengan saat sudut 0°, di
mana kutub S dan N kembali keposisi awal sekali.

Dari keempat kondisi di atas saat sudut 0°, 120°, 240°,


dan 360°, dapat dijelaskan terbentuknya medan putar pada
stator, medan magnet putar stator akan memotong belitan
rotor. Kecepatan medan putar stator ini sering disebut
kecepatan sinkron, tidak dapat diamati dengan alat ukur tetapi
dapat dihitung secara teoritis besarnya

putaran per menit.

Rotor ditempatkan di dalam rongga stator, sehingga


garis medan magnet putar stator akan memotong belitan
rotor. Rotor motor induksi adalah beberapa batang
penghantar yang ujung-ujungnya dihubungsingkatkan
menyerupai sangkar tupai, maka sering disebut rotor sangkar
tupai (Gambar 5.7), kejadian ini mengakibatkan pada rotor
timbul induksi elektromagnetis. Medan magnet putar dari
stator saling berinteraksi dengan medan magnet rotor,
terjadilah torsi putar yang berakibat rotor berputar.

Gambar 5.7 Bentuk rotor sangkar tupai

Kecepatan medan magnet putar pada stator:

ns = kecepatan sinkron medan stator (rpm)


f = frekuensi (Hz)
nr = kecepatan poros rotor (rpm)
slip = selisih kecepatan stator dan rotor
Contoh:
Motor induksi pada nameplate tertera frekuensi 50 Hz,
putaran rotor 1.440 Rpm, memiliki jumlah kutub 4 buah.
Hitung besarnya putaran medan magnet putar pada stator dan
slip motor induksi tersebut.

Jawaban:

Konstruksi Motor Induksi


Konstruksi motor induksi secara detail terdiri atas dua
bagian, yaitu: bagian stator dan bagian rotor (Gambar 5.8).
Stator adalah bagian motor yang diam terdiri: badan motor,
inti stator, belitan stator, bearing, dan terminal box. Bagian
rotor adalah bagian motor yang berputar, terdiri atas rotor
sangkar, dan poros rotor. Konstruksi motor induksi tidak ada
bagian rotor yang bersentuhan dengan bagian stator, karena
dalam motor induksi tidak komutator dan sikat arang.
Gambar 5.8 Fisik motor induksi

Konstruksi motor induksi lebih sederhana


dibandingkan dengan motor DC, dikarenakan tidak ada
komutator dan tidak ada sikat arang (Gambar 5.9). Sehingga
pemeliharaan motor induksi hanya bagian mekanik saja, dan
konstruksinya yang sederhana motor induksi sangat handal
dan jarang sekali rusak secara elektrik. Bagian motor induksi
yang perlu dipelihara rutin adah pelumasan bearing, dan
pemeriksaan kekencangan baut-baut kabel pada terminal box
karena kendor atau bahkan lepas akibat pengaruh getaran
secara terusmenerus.

Rumus mengitung daya input motor induksi:

P1 = 3 · U · cos ϕ (Watt)

P1 : Daya input (Watt)


U : Tegangan (Volt)
I : Arus (Amper)
cos ϕ : Faktor kerja
Rugi-Rugi dan Efisiensi Motor Induksi

Gambar 5.9 Rugi-rugi daya motor induksi

Motor induksi (Gambar 5.9) memiliki rugi-rugi yang


terjadi karena dalam motor induksi terdapat komponen
tahanan tembaga dari belitan stator dan komponen induktor
belitan stator. Pada motor induksi terdapat rugirugi tembaga,
rugi inti, dan rugi karena gesekan dan hambatan angin.
Besarnya rugi tembaga sebanding dengan I2 · R, makin
besar arus beban maka rugi tembaga makin besar juga. Daya
input motor sebesar P1, maka daya yang diubah menjadi daya
output sebesar P2.
Persamaan menghitung rugi-rugi motor induksi:
Rugi-rugi motor = P1 – P2

Gambar 5.10 Torsi motor pada rotor dan torsi pada poros
Persamaan menghitung efisiensi motor induksi:
P1 Daya input (watt)
P2 Daya output (watt)

Menghitung momen torsi yang dihasilkan motor induksi lihat


Gambar 10.
M = F · r (Nm)
P2 = M · ω (Watt)

ω=2·π·n
M = Torsi (Nm)
F = Gaya (newton)
P2 = Daya output (watt)
ω = Kecepatan sudut putar
n = Kecepatan motor (putaran/detik)

Gambar 5.11 Nameplate motorInduksi


Contoh:
Nameplate motor induksi (Gambar 5.11) dengan daya output
5,5 kW, tegangan 400 V dan arus 10,7 A, dan cos ϕ 0,88.
Putaran motor 1.425 Rpm. Hitung daya input, efisiensi motor,
dan momen torsi motor tersebut.

Jawaban:
Daya output motor P2 = 5,5 kW
a) P1 = 3 · U · cos ϕ = 3 · 400 V · 10,7 A · 0,88 = 6,52 kW

Putaran Motor Induksi


Motor induksi memiliki dua arah putaran motor, yaitu
putaran searah jarum jam (kanan) Gambar 5.12, dan putaran
berlawanan jarum jam (ke kiri) dilihat dari poros motor.
Putaran motor induksi tergantung jumlah kutubnya, motor
induksi berkutub dua memiliki putaran poros sekitar 2.950
Rpm, yang berkutub empat memiliki putaran poros mendekati
1.450 Rpm.
Putaran arah jarum jam (kanan) didapat dengan cara
menghubungkan L1- terminal U, L2- terminal V dan L3-terminal
W.
Putaran arah berlawanan jarum jam (kiri) didapat
dengan menukarkan salah satu dari kedua kabel phasa,
misalkan L1- terminal U, L2-terminal W dan L3- terminal V.
Dengan memasang dua buah kontaktor, sebuah motor induksi
dapat dikontrol untuk putaran kanan, dan putaran ke kiri.
Aplikasi praktis untuk membuka dan menutup pintu garasi
dengan motor induksi dapat memanfaatkan kaidah putaran
kanan dan kiri ini, dengan melengkapi dengan sensor cahaya
atau sakelar manual motor dapat dihidupkan untuk membuka
dan menutup pintu garasi.

Gambar 5.12 Putaran motor dilihat dari sisi poros

Karakteristik Torsi Motor Induksi

Karakteristik torsi motor induksi (Gambar 5.13),


disebut torsi fungsi dari slip (T = f(slip)). Garis vertikal
merupakan parameter torsi (0–100%) dan garis horizontal
parameter slip (1,0–0,0). Dikenal ada empat jenis torsi, yaitu:

1. MA, momen torsi awal,


2. MS, momen torsi pull-up,
3. MK, momen torsi maksimum,
4. MB, momen torsi kerja.
Gambar 5.13 Karakteristik Torsi motor induksi

Torsi awal terjadi saat motor pertama dijalankan (slip


1,0), torsi pull-up terjadi saat slip 0,7, torsi maksimum terjadi
slip 0,2 dan torsi kerja berada ketika slip 0,05. Torsi beban
harus lebih kecil dari torsi motor. Bila torsi beban lebih besar
dari torsi motor, akibatnya motor dalam kondisi kelebihan
beban dan berakibat belitan stator terbakar. Untuk mengatasi
kondisi beban lebih dalam rangkaian kontrol dilengkapi dengan
pengaman beban lebih disebut thermal overload, yang
dipasang dengan kontaktor.
Karakteristik torsi juga bisa disajikan dalam bentuk
lain, kita kenal karakteristik putaran = fungsi torsi, n = f (torsi)
lihat Gambar 5.14. Garis vertikal menunjukkan parameter
putaran, garis horizontal menunjukkan parameter torsi. Ketika
motor berputar pada garis n’ didapatkan torsi di titik M’. Ketika
putaran berada di nn didapatkan torsi motor di Mn. Daerah
kerja putaran motor induksi berada pada area n’ dan nn
sehingga torsi kerja motor induksi juga berada pada area M’
dan Mn. Berdasarkan grafik n = fungsi (torsi) dapat juga
disimpulkan ketika putaran rotor turun dari n’ ke nn pada torsi
justru terjadi peningkatan dari M’ ke Mn.
Gambar 5.14 Karakteristik putaran fungsi torsi beban

Gambar 5.15 Karakteristik parameter efisiensi, putaran, faktor


kerja, dan arus beban

Karakteristik motor induksi lainnya lihat Gambar 5.15


mencakup parameter efisiensi, faktor kerja, ratio arus, dan
ratio putaran. Dengan membaca karakteristik motor induksi
dapat diketahui setiap parameter yang dibutuhkan. Saat torsi
mencapai 100% dapat dibaca ratio arus I/Io = 1; faktor kerja
cos ϕ: 0,8; efiseiensi motor 0,85; dan ratio putaran n/ns: 0,92.
Pengasutan Motor Induksi
Saat motor induksi distarting secara langsung, arus
awal motor besarnya antara 500% sd 700% dari arus nominal.
Ini akan menyebabkan drop tegangan yang besar pada
pasokan tegangan PLN. Untuk motor daya kecil sampai 5 kW,
arus starting tidak berpengaruh besar terhadap drop tegangan.
Pada motor dengan daya diatas 30 kW sampai dengan 100 kW
akan menyebabkan drop tegangan yang besar dan
menurunkan kualitas listrik dan pengaruhnya pada penerangan
yang berkedip.
Pengasutan motor induksi adalah cara menjalankan
pertama kali motor, tujuannya agar arus starting kecil dan drop
tegangan masih dalam batas toleransi. Ada beberapa cara
teknik pengasutan, di antaranya:

1. Hubungan langsung (Direct On Line = DOL)


2. Tahanan depan Stator (Primary Resistor)
3. Transformator
4. Segitiga-Bintang (Start-Delta)
5. Pengasutan Soft starting
6. Tahanan Rotor lilit

Pengasutan Hubungan Langsung (DOL)

Pengasutan hubungan langsung atau dikenal dengan


istilah Direct On Line (DOL) Gambar 5.16. Jala-jala tegangan
rendah 380 V melalui pemutus rangkaian atau kontaktor Q1
langsung terhubung dengan motor induksi. Sekering berfungsi
sebagai pengaman hubung singkat, jika terjadi beban lebih
diamankan oleh relay pengaman beban lebih
(overload relay).
Saat pemutus rangkaian/kontaktor di-ON-kan motor
induksi akan menarik arus starting antara 5 sampai 6 kali arus
nominal motor. Untuk motor induksi dengan daya kecil 5 kW,
hubungan langsung bisa dipakai. Arus starting yang besar akan
menyebabkan drop tegangan disisi suply. Rangkaian jenis ini
banyak dipakai untuk motor-motor penggerak mekanik seperti
mesin bubut, mesin bor, atau mesin freis.

Motor di starting pada tegangan nominal, akan


mengalir arus mendekati arus hubung singkat = 7 In. jika slip =
4% = 0,04.
(Tst T ) = (Ist/I )2 · s = (7)2 × 0,04 = 1,96
Besarnya torsi starting = 1,96 kali torsi nominalnya.
Kesimpulannya, saat arus starting 5 s/d 6 kali arus nominal
hanya menghasilkan 1,96 × torsi nominalnya. Gambar 5.17.

Gambar 5.16 Pengawatan motor induksi pengasutan langsung


(DOL)
Gambar 5.17 Karakteristik torsi, pengasutan DOL 5-12

Karakteristik pengasutan langsung hanya sesuai untuk


motor induksi berdaya kecil, karena untuk motor daya besar
akan menyebabkan pengaruh drop tegangan yang besar.
Ketika starting dimulai motor induksi akan menarik arus yang
besarnya sampai 6 kali arus nominalnya. Secara berangsur-
angsur ketika kecepatan motor mendekati nominalnya maka
arus motor akan berada pada kondisi nominalnya (Gambar
5.18).

Pengasutan hubungan langsung (DOL) akan menarik arus 5


s/d 6 kali arus nominal, menghasilkan torsi starting 1,96 kali
torsi nominal.

Gambar 5.18 Karakteristikarus fungsi putaran, pengasutan DOL


Pengasutan Resistor Stator
Pengasutan dengan memasang resistor pada rangkaian
stator (Gambar 5.19). Pertama kali kondisi starting kontaktor
Q1 ON, maka tegangan jala-jala PLN ke rangkaian stator
dengan melewati resistor R1. Fungsi resistor untuk
menurunkan tegangan ke stator. Jika tegangan ke stator
berkurang 50%, maka arus starting ditekan menjadi 50% yang
akan menyebabkan torsi menjadi 25% dari torsi nominalnya
(Gambar 5.20).
Setelah proses starting selesai, kontaktor Q2 di-ON-
kan sehingga stator mendapat tegangan nominal dan motor
akan menarik arus nominal dan hasilnya adalah torsi nominal.
Belitan stator motor induksi dalam hubungan bintang, di mana
terminal W2, U2 dan V2 dihubungsingkatkan.
Jika x adalah faktor pengurangan tegangan, maka:

Gambar 5.19 Pengawatan pengasutan resistor stator


Gambar 5.20 Karakteristik Torsi pengasutan resistor stator

Motor distarting pada tegangan nominal, akan


mengalir arus mendekati arus hubung singkat = 7 In. jika slip =
4% = 0,04; x = 0,5
Pengasutan resistor dapat digantikan dengan
autotransformator tiga phasa, yang dihubungkan seri dengan
belitan stator (Gambar 5.21) Tegangan ke stator dapat diatur
sesuai kebutuhan, misalkan k = 80%, 70%, atau 50%.
Tstarting = k2 · Ths
Misalkan k = 50%. Ths = 1,96
Tstarting = (0,5)2 · 1,96 = 0,5

Gambar 5.21 Pengawatan pengasutan tegangan dengan


autotransformator
Pengasutan resistor stator dengan memasang resistor
secara seri dengan belitan stator. Resistor gunanya untuk
menurunkan tegangan ke stator. Jika tegangan diturunkan
50%, arus starting turun 50% dan torsi starting turun 25%.

Pengasutan Sakelar Bintang-Segitiga


Motor induksi dengan pengasutan segitiga-bintang
dengan sakelar manual (Gambar 5.22). Rangkaian bintang-
segitiga juga dapat dilaksanakan menggunakan kontaktor
secara elektromagnetik. Motor induksi dirangkai dengan
sakelar manual bintang-segitiga.
Saat sakelar posisi tuas 0, semua rangkaian terbuka,
sehingga motor dalam kondisi tidak bertegangan. Saat sakelar
posisi bintang (tanda Y), L1-U1; L2-V1, dan L3-W1, sementara
W2-U2-V2 dihubungsingkatkan. Tegangan ke stator:
Gambar 5.22 Pengawatan pengasutan bintang-segitiga

Ketika sakelar posisi segitiga (tanda Δ), motor induksi


bekerja pada tegangan normal, arus nominal dan torsi
nominal. Belitan stator mendapatkan tegangan sebesar
tegangan phasa ke phasa. Harus diperhatikan nameplate
motor untuk hubungan segitiga bintang harus disesuaikan
dengan tegangan kerja yang digunakan, jika salah
menggunakan belitan akan terbakar.
Karakteristik arus fungsi putaran I = f(n) pengasutan
bintang-segitiga (Gambar 5.23) ketika motor terhubung
bintang, arus starting dua kali arus nominalnya sampai 75%
dari putaran nominal. Ketika motor terhubung segitiga arus
motor meningkat empat kali arus nominalnya. Secara
berangsur-angsur arus motor menuju nominal saat putaran
motor nominal.
Karakteristik torsi fungsi putaran T =f(n) pengasutan
bintang-segitiga (Gambar 5.24) memperlihatkan ketika motor
terhubung bintang, torsi starting sebesar setengah dari torsi
nominalnya sampai 75% dari putaran nominal. Ketika motor
terhubung segitiga torsi motor meningkat menjadi dua kali
lipat torsi nominalnya. Secara berangsur-angsur torsi motor
mendekati nominal saat putaran motor nominal.
Gambar 5.23 Karakteristik arus pengasutan bintang-segitiga

Gambar 5.24 Karakteristik Torsi Pengasutan Bintang-Segitiga

Pengasutan segitiga-bintang menggunakan sakelar


segitiga-bintang. Saat hubungan segitiga arus ke stator dari
arus start DOL. Torsi starting dari T starting DOL = 0,65.

Pengasutan Soft Starting


Pengasutan soft starting menggunakan komponen
solid-state, yaitu enam buah Thyristor yang terhubung
antiparalel (Gambar 5.25). Saat sakelar Q1 di-ON-kan tegangan
akan dipotong gelombang sinusoidanya oleh enam buah
Thyristor yang dikendalikan oleh rangkaian triger. Dengan
mengatur sudut penyalaan triger Thyristor, sama mengatur
tegangan ke belitan stator motor. Dengan k sebagai ratio
tegangan asut dengan tegangan nominal besarnya torsi motor
starting.

Karakteristik arus fungsi putaran pada pengasutan soft


starting, memperlihatkan grafik arus starting besarnya tiga kali
arus nominalnya sampai motor mencapai putaran mendekati
85% (Gambar 5.26). Arus motor berangsur-angsur menuju arus
nominalnya ketika putaran motor mendekati nominalnya.
Pengasutan solid state makin diminati karena harganya
ekonomis dan handal.

Gambar 5.25 Pengawatan pengasutan soft starting


Gambar 5.26 Karakteristik arus pengasutan soft starting

Karakteristik torsi fungsi putaran T = f(n) pengasutan


soft starting, memperlihatkan torsi starting sebesar setengah
dari torsi nominalnya, berangsur-angsur torsi meningkat
mendekati 140% torsi saat putaran mendekati 90%
nominalnya (Gambar 5.27). Secara berangsur-angsur torsi
motor mendekati nominal saat putaran motor nominal.

Gambar 5.27 Karakteristik Torsi Pengasutan Soft Starting

Pengasutan soft starting menggunakan komponen


solid state Thyristor terpasang antiparalel pada rangkaian
belitan stator. Dengan mengatur sudut penyalaaan triger α,
tegangan, dan arus starting terkendali.

Pengasutan Motor Slipring


Motor slipring (Gambar 5.28) atau sering disebut
motor rotor lilit termasuk motor induksi 3 phasa dengan rotor
belitan dan dilengkapi dengan slipring yang dihubungkan
dengan sikat arang ke terminal. Motor slipring dirancang untuk
daya besar.
Motor slipring pada terminal box memiliki sembilan
terminal, enam terminal terhubung dengan tiga belitan stator
masing-masing ujungnya (U1-U2, V1-V2, dan W1-W2), tiga
terminal (K-L-M) terhubung ke belitan rotor melalui slipring.
Ada tiga cincin yang disebut slipring yang terhubung dengan
sikat arang. Sikat arang ini secara berkala harus diganti karena
akan memendek karena aus.
Pengasutan rotor lilit (Gambar 5.29) belitan rotor yang
ujungnya terminal K-L-M dihubungkan dengan resistor luar
yang besarnya bisa diatur. Dengan mengatur resistor luar
berarti mengatur besarnya resistor total yang merupakan
jumlah resistansi rotor dan resistansi luar (Rrotor + Rluar),
sehingga arus rotor I2 dapat diatur.

Gambar 5.28 Bentuk Fisik Motor Induksi Rotor Slipring


Gambar 5.29 Belitan stator dan rotor motor slipring berikut
resistor pada rangkaian rotor

Ketika resistor berharga maksimum, arus rotor yang


mengalir minimum, sekaligus memperbaiki faktor kerja motor.
Kelebihan pengasutan rotor lilit yaitu diperoleh torsi starting
yang tinggi, dengan arus starting yang tetap terkendali.
Data teknis motor rotor lilit dalam name plate (Gambar 5.30)
menjelaskan informasi:
Tegangan stator 400 V
Arus stator 178 A
Daya input 100 kW
Faktor kerja 0,89
Putaran 1460 Rpm
Ferkuensi 50 Hz
Tegangan rotor 245 V
Arus rotor 248 A
Indek proteksi 44
Klas isolasi F
Gambar 5.30 Nameplate motor induksi jenis slipring

Resistansi rotor luar dibuat bertahap (Gambar 5.31)


dengan tujuh tahapan. Saat tahap- 1 nilai resistor maksimum
kurva torsi terhadap slip, berikutnya tahap 2, 3, 4, 5, 6 dan
tahap 7. Antara tahap-1 sampai tahap-7 selisih slip sebesar Δs.
Dengan demikian pengaturan resistor rotor juga berfungsi
mengatur putaran rotor dari putaran rendah saat tahap-1
menuju putaran nominal pada tahap-7.
Pengaturan resistor rotor dapat menggunakan
kontaktor elektromagnet (Gambar 5.32) dengan menggunakan
3 tahap. Kontaktor Q1 menghubungkan stator dengan sumber
daya listrik.

Gambar 5.31 Karakteristik torsi sotor slipring


Gambar 5.32 Pengawatan Motor Slipring dengan tiga tahapan
Resistor

Gambar 5.33 Karakteristik torsi dengan tiga tahapan

1. Ketika Q2, Q3, Q4 OFF resistansi rotor maksimum (RA = R1 +


R2 + R3).
2. Saat Q2 ON resistansi luar RA = R2 + R3.
3. Ketika Q3 ON resistansi RA = R3 saja.
4. Ketika Q4 ON rotor kondisi terhubung singkat RA = 0, motor
bekerja nominal.

Grafik momen motor rotor lilit Gambar 5.33 dengan


empat tahapan. Tahap pertama yang saat Q1 kondisi ON dan
Q2 + Q3 + Q4 posisi OFF. maka rangkaian tahanan rotor
besarnya maksimum, besarnya arus starting 1,5 In sampai
beberapa saat ke tahap kedua.
Tahap kedua Q2 kondisi ON dan Q3 + Q4 posisi OFF,
arus starting 1,5 In menuju In sampai tahap ketiga. Tahap
ketiga Q3 kondisi ON dan Q4 posisi OFF, arus starting kembali
ke posisi 1,5 In dan terakhir posisi tahap keempat saat Q4 ON
semua resistor dihubungsingkatkan, dan motor slipring bekerja
kondisi nominal.
Pengasutan slipring termasuk pengasutan dengan
menambahkan tahanan pada rangkaian rotornya, hanya bisa
dilakukan pada motor 3 phasa jenis rotor lilit. Dengan
mengatur besaran tahanan rotor, arus, dan torsi starting
dapat diatur besarnya.

Motor Dua Kecepatan (Dahlander)

Motor dua kecepatan (Dahlander) dirancang khusus


memiliki dua kelompok belitan yang berbeda. Belitan pertama
memiliki delapan pasang kutub (p = 8, kecepatan 370 Rpm)
dengan ujung terminal 1U, 1V, dan 1W yang dihubungkan
dengan sumber listrik tiga phasa L1, L2, dan L3. Belitan kedua
memiliki enam pasang kutub (p = 6, kecepatan 425 Rpm)
dengan ujung belitan 2U, 2V, dan 2W (Gambar 5.34).
Penjelasan cara kerja motor dua kecepatan terletak
pada cara pemasangan belitan statornya. Perhatikan belitan
stator yang memiliki empat kutub atau 2 pasang kutub utara–
selatan (p = 2, kecepatan 1450 Rpm), belitan stator
dihubungkan secara seri. Aliran arus listrik dari L1 menuju
terminal 1U memberikan arus pada koil pertama, secara seri
masuk ke koil kedua menghasilkan dua pasang kutub, terminal
1V terhubung dengan L2 (Gambar 5.35a).
Gambar 5.34 Rangkaian belitan motor dua kecepatan
(Dahlander)

Gambar 5.35 Hubungan Belitan Motor Dahlander

Pada pada stator dengan dua kutub atau satu pasang


kutub (p = 1, kecepatan 2950 Rpm), belitan stator
disambungkan secara paralel. Aliran arus listrik dari L2 menuju
terminal 2V memberikan arus pada koil pertama, dan koil
kedua secara paralel menghasilkan satu pasang kutub saja dan
terminal 1U dan 1V terhubung dengan L1 (Gambar 5.35b).
Penjelasan saat (p = 2, kecepatan 1.450 Rpm) bagian
belitan motor terhubung segitiga di mana sumber daya L1 ke
terminal 1U, L2 menuju terminal 1V dan L3 terhubung ke
terminal 1W. Sementara ujung terminal 2U, 2V dan 2W tidak
dibiarkan terbuka Gambar 5.36. Perhatikan tiap phasa
terdapat dua belitan yang terhubung secara seri yang akan
menghasilkan dua pasang kutub.
Pada saat (p = 1, kecepatan 2.950 Rpm) bagian belitan
motor terhubung secara paralel bintang di mana sumber daya
L1 keterminal 2U, L2 menuju terminal 2V dan L3 terhubung ke
terminal 2W. Sementara ujung terminal 1U, 1V, dan 1W
dihubungsingkatkan (Gambar 5.37). Perhatikan tiap phasa
terdapat dua belitan yang terhubung bintang paralel yang akan
menghasilkan satu pasang kutub saja.

Gambar 5.36 Hubungan belitan segitiga Dahlander berkutub


empat (p = 2)

Gambar 5.37 Hubungan belitan bintang ganda, berkutub dua


(p = 1)
Prinsip Kerja Motor AC Satu Phasa
Motor AC satu phasa berbeda cara kerjanya dengan
motor AC tiga phasa. Pada motor AC tiga phasa, belitan stator
terdapat tiga belitan yang menghasilkan medan putar dan
pada rotor sangkar terjadi induksi dan interaksi torsi yang
menghasilkan putaran. Pada motor satu phasa memiliki dua
belitan stator, yaitu belitan phasa utama (belitan U1-U2) dan
belitan phasa bantu (belitan Z1-Z2) Gambar 5.38.

Gambar 5.38 Prinsip medan magnet utama dan medan magnet


bantu motor satu phasa

Belitan utama menggunakan penampang kawat


tembaga lebih besar sehingga memiliki impedansi lebih kecil.
Sedangkan belitan bantu dibuat dari tembaga berpenampang
kecil dan jumlah belitannya lebih banyak, sehingga
impedansinya lebih besar dibanding impedansi belitan utama.
Grafik arus belitan bantu Ibantu dan arus belitan
utama Iutama berbeda phasa sebesar ϕ Gambar 5.39, hal ini
disebabkan karena perbedaan besarnya impedansi kedua
belitan tersebut.
Perbedaan arus beda phasa ini menyebabkan arus
total, merupakan penjumlahan vektor arus utama dan arus
bantu. Medan magnet utama yang dihasilkan belitan utama
juga berbeda phasa sebesar ϕ dengan medan magnet bantu.
Belitan bantu Z1-Z2 pertama dialiri arus Ibantu
menghasilkan fluk magnet Φ tegak lurus, beberapa saat
kemudian belitan utama U1-U2 dialiri arus utama Iutama yang
bernilai positip. Hasilnya adalah medan magnet yang bergeser
sebesar 45° dengan arah berlawanan jarum jam (Gambar
5.40). Kejadian ini berlangsung terus sampai satu siklus
sinusoida, sehingga menghasilkan medan magnet yang
berputar pada belitan statornya.

Gambar 5.39 Gelombang arus medan bantu dan arus medan


utama

Rotor motor satu phasa sama dengan rotor motor tiga


phasa berbentuk batang- batang kawat yang ujung-ujungnya
dihubung singkatkan dan menyerupai bentuk sangkar tupai,
maka sering disebut rotor sangkar (Gambar 5.41). Belitan rotor
yang dipotong oleh medan putar stator, menghasilkan
tegangan induksi, interaksi antara medan putar stator dan
medan magnet rotor menghasilkan torsi putar pada rotor.

Gambar 5.40 Medan magnet pada Stator Motor satu Phasa

Gambar 5.41 Rotor sangkar


Motor Kapasitor

Motor kapasitor satu phasa banyak digunakan dalam


peralatan rumah tangga seperti motor pompa air, motor mesin
cuci, motor lemari es, motor air conditioning (Gambar 5.42).
Konstruksinya sederhana dengan daya kecil dan
bekerja dengan suplay PLN 220 V menjadikan motor kapasitor
banyak dipakai pada peralatan rumah tangga.
Belitan stator terdiri atas belitan utama dengan notasi
terminal U1-U2, dan belitan bantu Gambar 5.44 Pengawatan
dengan dua kapasitor Gambar 5.45 Karakteristik torsi motor
kapasitor dengan notasi terminal Z1-Z2 (Gambar 5.40). Jala-
jala L1 terhubung dengan terminal U1, dan kawat netral N
terhubung dengan terminal U2. Kondensator kerja berfungsi
agar perbedaan sudut phasa belitan utama dengan belitan
bantu mendekati 90°.
Untuk menghasilkan putaran ke kiri (berlawanan
jarum jam) kondensator kerja CB disambungkan ke terminal
U1 dan Z2 dan terminal Z1 dikopel dengan terminal U2
(Gambar- 5.43a). Putaran ke kanan (searah jarum jam)
kondensator kerja disambung kan ke terminal Z1 dan U1 dan
terminal Z2 dikopel dengan terminal U1 (Gambar-5.43b).
Gambar 5.42 Bentuk fisik motor kapasitor

Gambar 5.43 Pengawatan Motor Kapasitor Pembalikan


Putaran

Motor kapasitor dengan daya di atas 1 kW di lengkapi


dengan dua buah kondensator dan satu buah sakelar
sentrifugal. Belitan utama U1-U2 dihubungkan dengan jala-jala
L1 dan Netral N. Belitan bantu Z1-Z2 disambungkan seri
dengan kondensator kerja CB, dan sebuah
kondensator starting CA diseri dengan kontak normally close
dari sakelar sentrifugal (Gambar 5.44).
Awalnya belitan utama dan belitan bantu mendapat
suply dari jala-jala L1 dan Netral. Dua buah kondensator CB
dan CA kedua membentuk loop tertutup, rotor mulai berputar
ketika putaran mendekati 70% putaran nominalnya sakelar
sentrifugal akan membuka dan kontak normally close
memutuskan kondensator bantu CA.
Fungsi dari dua kondensator disambungkan paralel CA
+ CB untuk meningkatkan nilai torsi awal untuk mengangkat
beban. Setelah putaran motor men capai 70% putaran, sakelar
sentrifugal terputus sehingga hanya kondensator kerja CB saja
yang tetap bekerja. Jika kedua kondensator rusak maka torsi
motor akan menurun drastis (Gambar 5.45).

Gambar 5.44 Pengawatan dengan dua kapasitor

Gambar 5.45 Karakteristik torsi motor kapasitor


Motor Shaded Pole
Motor shaded pole atau motor phasa terbelah
termasuk motor satu phasa daya kecil, banyak digunakan
untuk peralatan rumah tangga sebagai motor penggerak kipas
angin dan blender.

Gambar 5.46 Bentuk fisik motor shaded pole

Konstruksinya sangat sederhana, pada kedua ujung


stator ada dua kawat yang terpasang dan dihubung singkatkan
fungsinya sebagai pembelah phasa (Gambar 5.46). Belitan
stator dibelitkan sekeliling inti membentuk seperti belitan
transformator. Rotornya berbetuk sangkar tupai dan porosnya
ditempatkan pada rumah stator ditopang dua buah bearing.
Irisan penampang motor shaded pole memperlihatkan
dua bagian, yaitu bagian stator dengan belitan stator dan dua
kawat shaded pole. Bagian rotor sangkar ditempatkan di
tengahtengah stator. Torsi putar dihasilkan oleh adanya
pembelahan phasa oleh kawat shaded pole Gambar 5.47.
Konstruksi yang sederhana, daya yang kecil, handal,
mudah dioperasikan, bebas perawatan dan cukup disupply
dengan AC 220 V jenis motor shaded pole banyak digunakan
untuk peralatan rumah tangga kecil.

Motor Universal

Motor Universal termasuk motor satu phasa dengan


menggunakan belitan stator dan belitan rotor. Motor universal
dipakai pada mesin jahit, motor bor tangan. Perawatan rutin
dilakukan dengan mengganti sikat arang yang memendek atau
peas sikat arang yang lembek. Kontruksinya yang sederhana,
handal, mudah dioperasikan, daya yang kecil, torsinya yang
cukup besar motor universal dipakai untuk peralatan rumah
tangga.
Bentuk stator dari motor universal terdiri dari dua
kutub stator. Belitan rotor memiliki dua belas alur belitan
(Gambar 5.49), dilengkapi komutator dan sikat arang yang
menghubungkan secara seri antara belitan stator dengan
belitan rotornya. Motor universal memiliki kecepatan tinggi
sekitar 3.000 rpm. Aplikasi motor universal untuk mesin jahit,
untuk mengatur kecepatan dihubungkan dengan tahanan
geser dalam bentuk pedal yang ditekan dan dilepaskan.

Gambar 5.47: Penampang motor shaded pole


Gambar 5.48 Komutator pada motor universal

Gambar 5.49 Stator dan rotor motor universal

Motor Tiga Phasa dengan Supply Tegangan Satu


Phasa
Kondisi darurat memungkinkan motor tiga phasa, bisa
dioperasikan dengan supply tegangan satu phasa. Terminal
motor dihubungkan secara segitiga, yaitu terminal U1 dikopel
W2, V1 dikopel U2, W1 dikopel V2, dan ditambahkan kondensa
tor 8 μF/400V sebagai penggeser phasa (Gambar 5.50).
Untuk mendapatkan putaram ke kanan kondensator 8 μF/400
V disambungkan terminal U1 dan W1, sedangkan untuk
putaran ke kiri kondensator disambungkan terminal V1
dan W1. Daya beban maksimum hanya 70% dari daya nominal
name plate.

Gambar 5.50 Motor tiga Phasa di-supply tegangan satu Phasa

MOTOR-MOTOR LISTRIK DIBAWAH 150 KW DAN


DIATAS 150 KW

Sesuai dengan aturan buku kontrak, motor listrik


dibawah 150 KW adalah motor tiga phasa, dengan rating 400
V, 50 HZ dan powernya disuplai dari LV Switchgear. Motor
listrik dengan kapasitas 150 KW keatas adalah motor Medium
Voltage dan powernya disupplai dari MV switchgear.
Penentuan motor-motor tegangan menengah dan
tegangan rendah sangat berkaitan dengan arus start pada
motor. Pengendalian arus start pada motor sangat penting,
karena arus start yang tinggi akan menimbulkan drop tegangan
yang tinggi juga dan akan mempengaruhi kestabilan tegangan
dari power supply dan beban-beban didekatnya. Untuk
menjalankan motor listrik pada saat start dibutuhkan daya
yang lebih besar dari daya operasi normalnya.
Hal ini berbanding lurus dengan besarnya arus pada
saat start, walaupun terjadi dalam waktu yang singkat, tapi
untuk motor-motor besar hal ini bisa mengganggu jaringan
power supplai dan motor itu sendiri. Untuk mengatasi dampak
ini dapat dilakukan dengan pemilihan system tegangan yang
tepat, memperbesar ukuran kabel dan pemilihan sisitem start
yang tepat.

Metode start yang umum pada motor-motor listrik


terdiri dari dua bagian yakni :
1. Starting dengan tegangan penuh dari jaringan, starting ini
menggunakan tegangan penuh dari power supply yang
langsung dihubungkan dengan terminal motor. Metode
starting ini sering disebut “ DOL Starting ” Direct On Line
Starting.
2. Starting dengan penurunan tegangan.

Berdasarkan buku kontrak “ AC motor shall be suitable


for 3 phase 50 HZ supply and unless otherwise specified or
approved, shall be squirrel- cage induction type suitable for
direct on line starting.” Dari keterangan ini , motor induksi
yang terpasang dapat beroperasi start normal dengan sisitem
DOL. Namun system DOL ini memiliki kelemahan dimana arus
start nya antara ( 5-7) X arus beban penuh motor.
System dol cocok diterapkan pada motor-motor kecil
antara 7.5 KW hingga 22 KW, jika ingin diterapkan pada motor-
motor yang lebih besar maka perlu dipastikan bahwa arus
setartnya tidak menggangu kestabilan jaringan power supplai ,
karna arus startnya yg begitu tinggi.

Gambar start langsung pada motor ( DOL start)

Motor-motor besar sangat diharapkan terpasang pada


busbar tegangan menengah, karena arus beban penuhnya
akan lebih kecil jika dibandingkan dengan motor besar yang
dipasang pada busbar tegangan rendah ,yang mana arus beban
penuhnya jauh lebih besar. Karena semakin kecil arus beban
penuh berarti semakin kecil juga arus startnya.

Berdasarkan buku kontrak “ starting current for motor


rated above 40 KW shall not exceed the value given in IEC 34-
12 ( starting performance of single speed three phase cage
induction motor ”.
Pada IEC 34-12 ini tidak ada diatur masalah
pembagian motormotor menengah dan motor-motor rendah
dan juga tidak ada diatur masalah arus start pada motor, yang
diatur adalah system design dari motor yang dikaitkan dengan
kondisi torque start pada motor dan locked rotor apparent
power ( daya yang timbul pada awal start). Torque start pada
motor dapat dibagi menjadi :
• Rated torque (Tn) : torsi yang bekerja dalam kondisi beban
normal
• Locked rotor torque ( T1 ) : torsi yang timbul pertama kali,
sewaktu motor distart
• Breakdown torque ( Tb) : torsi terbesar yang muncul pada
saat start motor, sebelum mencapai torsi normal
• Pull up torque ( Tu) : torsi terendah yang muncul, antara
periode rated torque ke breakdown torque.

Dari kondisi torque start ini lah ditentukan design dari


motor yaitu:

• Design N (DOL start),normal start torque, dengan 2,4,6,8


kutub , kelas motor 0,4 KW ke 1600 KW
• Design NY : sama dengan kelas N namun dengan system star/
delta start
• Design H ( DOL start): start torque yang tinggi, dengan 4,6,8
kutub, kelas motor 0,4 KW ke 1600 KW tetapi pada frkuensi
60HZ
• Design HY: sama dengan design H, namun dengan star/delta
start

System start dengan start/ delta adalah salah satu


jenis dari sistm start dengan reduced voltage
Pada awal start motor juga menghasilkan torque yang
tinggi bisa mencapai (1.5- 4 ) X torque normal. Besar dari
torque motor ini tergantung dari kapasitas dari motor.
Untuk motor-motor dibawah 30 KW , antara (2.5-3) X
torque normal. Untuk motor-motor diatas 250 KW antara (2-
2.5)X torque normal. Kecendrungan motor-motor besar
memiliki start torque yang kecil, bahkan terkadang bisa
dibawah torque normal.
Untuk Indonesia dengan frekuensi 50 HZ design yang
digunakan yakni design N dan NY. Pada IEC 34-12 ini dibatasi
system start dengan DOL dan Star/Delta dan tidak ada
keterangan tentang system reducing voltage start yang lain,
seperti soft starting : auto transformer start: start dengan
resistor.Pada IEC ini rating motor antara 0.4 KW hingga 1600
KW dan tidak ada acuan menentukan 150 KW sebagai motor
Low Voltage atau motor medium voltage. Dan tidak ada acuan
tentang design motor-motor diatas 1600 KW.

Berdasarkan table 2 dari IEC 60034-12 Maximum Value


of lockedRotor Apparent power for design N dan H

• S1 : Locked Rotor Current ( daya yang muncul pertama kali


sewakru start)
• Pn : daya normal motor

Dari table diatas menggambarkan harga maksimun


antara perbandingan daya sewaktu start dengan daya normal
dalam satuan KW.Dari table ini terlihat tidak ada ketegasan
membedakan rating motor MV dengan LV.
Bardasarkan standar NEMA locked Rotor Current – NEMA MG
1
* Locked Rotor Current adalah arus yang muncul pertama kali
saat motor di start.

Dari data table diatas menunjukkan, semakin besar


kapasitas motor, maka semakin besar arus Locked Rotor nya.
Untuk melakukan pendekatan tentang motor MV dan LV
dilakukan dengan perhitungan

Sebagai contoh kalkulasi


Horsepower konversi ke KW yakni : KW = 0.746 X HP
200 HP setara dengan 149.2 KW
Formula Locked Rotor Current ampere =

maka untuk 200 HP secara calculationnya design letter


(kva/hp) diambil harga 4.5

, jauh dibawah harga standarnya 1927 Ampere. Jadi harga


Locked Rotor Current diatas adalah harga maksimal yang
diijinkan.
Arus normalnya =
, jika efesiensinya 95% dan
cos q 0.85 maka arus normalnya =

yaitu =267 Ampere.

Pada motor listrik dengan start DOL , arus start


maksimun terjadi pada locked rotor current, yang mana
arusnya bisa mencapai 7 kali arus normal. Pada system
reduced voltage, arus locked rotor current antara (2-4) kali
arus normal. Dari kasus diatas arus normal 267 Ampere, jika
dengan system DOL, maka arus startnya 7 X 267 = 1869 A
( hasil ini terbukti dengan data table, nilainya masih dibawah
1927 A). Jika dengan system reduced voltage 4 X 267 = 1068 A
( Arus locked rotor currentnya lebih rendah dengan system
start DOL)

Jika motor 260 HP ( 193.96 MW),dengan power factor


0.85 dan efesiensinya 95% digantungkan pada busbar 400 V,
maka arus normalnya =

=347.1 Ampere

Jika motor ini distart dengan system DOL maka arus


startnya , = 341.1 X 7 Ampere = 2429.74 Ampere.
Jika distart dengan system reduced voltage , arus
locked startnya 341.1 X 4 Ampere = 1364.4 Ampere

Melihat perhitungan sederhana ini dimana motor 260


HP ( katagori motor MV) dimana arus locked rotornya 1364.4
Ampere dibawah 1927 Ampere( batas tertinggi Locked current
rotor 200 HP), maka dapat dinyatakan motor 260 HP
memenuhi sarat untuk dihubungkan dengan sumber tegangan
400 V melalui start reduced voltage
* mengacu kependekatan kalkulasi ini , menunjukkan bahwa
motor MV 260 HP dapat digantungkan pada tegangan rendah
dengan cara reduced voltage start.

Jika motor 260 HP digantungkan pada busbar 6.3 KV,


dengan power factor yang sama dan efesiensi yang sama.
Arus normalnya =

=22.03 Ampere

Jika distart dengan system DOL maka arus Locked


Rotor nya =22.03 X 7 Ampere =154.26 Ampere.

Jika distart dengan system reduced voltage maka


locked Rotor Current nya = 22.03 X 4 Ampere =88.15 Ampere

Dari perhitungan diatas menunjukkan bahwa motor


260 HP , masih dapat digantungkan pada busbar 400 V, namun
arus normal yang besar menyebabkan arus start yang besar,
membutuhkan penampang penghantar yang besar dan dengan
arus yang besar menyebabkan rugu-rugi pada penghantar
lebih besar .

Ketika motor-motor besar ini digantungkan pada


system 6.3 KV, arus normal yang mengalir lebih kecil,sehingga
arus start juga lebih kecil,penampang kabel yang lebih kecil
dan rugi-rugi penghantar juga lebih kecil

Berdasarkan NEMA standart NEMA MG 10 “ Energy


Management Guide For Selection and Use of Fixed Frequency
Medium AC Squirrel-Cage Polyphase Induction Motor”
mengklasifikasikan tegangan menengah sebagai berikut.

*125 HP setara dengan 93.25 KW


*500 HP setara dengan 373 KW

Dari keterangan table ini NEMA menjelaskan MV


motor mulai dari rating 93.25 KW sampai 373 KW.

Namun dari table ini tidak dijelaskan Motor-motor


tegangan menengah disuplai dari tegangan menengah atau
tegangan rendah

Berdasarkan Tabel kelas motor dari scheider electric-


electrical Instalation guide 2008
Dari table ini scheider electric, membuka ruang untuk
motor-motor kelas menengah 160 KW, 200 KW dan 250 KW
hingga 1000 KW digantungkan pada jaringan 400V

Berdasarkan Tabel standart 50 HZ nameplate Motor


polyphase dari buku GE Industrial System AC Motor Selection
and Application Guide
Dari table diatas dibuka peluang motor-motor listrik
diatas 93.25 KW digantungkan pada tegangan rendah 380 V.

Berdasarkan table dari buku “ The Motor Guide”, ABB


Motor
ABB Motor is Avalaible in these Voltage range

* ABB membuka ruang untuk motor-motor kelas 160 KW


sampai 400KW dihubungkan ke tegangan rendah.

Berdasarkan MILITARY HANDBOOK, Steam Power Plant-Fossil


Fueled(UFC-3 540-02N 16 January 2004)
“ Voltages for station service power supply within steam
electric, generating stations are related to motor size and, to a
lesser extent, distances of cable runs. Motor sizes for draft fans
and boiler feedpumps usually control the selection of the
highest station service power voltage level. Rules for selecting
motor voltage are not rigidbut are based on relative costs. For
instance, if there is only onemotor larger than 200 hp and it is,
say, only 300 hp, it might be agood choice to select this one
larger motor for 460 volts so that theentire auxiliary power
system can be designed at the lower voltage.”

Dari keterangan handbook ini, bahwa pemilihan


system tegangan pada unit auxiliary pembangkit berkaitan
dengan ukuran motor-motor nya. Motor IDF dan BFP biasanya
menjadi penentu pemilihan system tegangan pada unit
auxiliary. Aturan untuk memilih system tegangan motor tidak
kaku dan berkaitan dengan efesiensi harga. Jika hanya ada
satu motor besar saja ( di atas 200HP), motor-motor besar ini
dapat digantungkan pada tegangan rendah, sehingga busbar
system auxiliary berdesain teganganrendah. Hal ini juga untuk
mengurangi biaya pembangunan pembangkit.

Sejauh ini belum ada standart yang dengan tegas


menyatakan bahwa motor-motor diatas 150 KW wajib
digantungkan ditegangan menengah, Contohnya pada PLTU
Labuhan Angin 2 X 115 MW , Motor OCCW, Motor High
Pressure Pump, Motor Electric untuk hydrant yang ratingnya
antara 150 KW hingga 200 KW digantungkan ditegangan
rendah 400 VAC . Kondisi PLTU LA 2 X 115 MW sama dengan
system design pada “Singrauli,Pradesh India Super Thermal
Power Station 5 X 200 MW” Unit Auxiliary Power distribution
System. For supplying power for to these unit Auxiliaries the
generator is connected to generator transformer through
isolated phase busduct and also through nos of unit auxiliary
transformer which step down the voltage to 6.6 KV. The UAT
are connected unit 6.6 KV bus system by 2500 A, 6,6 KV
busduct .Each transformer is connected to unit buses A and b.
Medium voltage MOCB switchgear is used for feeding power to
motor rated above 200 KW. Dari keterangan ini motor-motor
200 KW dihubungkan ke Medium Voltage.

Dan berdasarkan data beberapa manufacture juga


mengijinkan motor-motor 150 KW hingga 400 KW
dihubungkan dengan tegangan menengah.Namun untuk
kehandalan jelas motor-motor listrik diatas 150 KW lebih
diinginkan dihubungkan ke tegangan menengah.

Keuntungan bila MV motor dihubungkan ke LV Busbar


MV motor dihubungkan ke tegangan rendah biaya
instalasinya akan lebih murah, hal ini karena system isolasi LV
jauh lebih murah dibandingkan MV

Kerugiannya bila MV motor dihubungkan ke LV


Arus start yang lebih tinggi, hal ini menyebabkan drop
voltage yang lebih tinggi sewaktu start, kemungkinan
meganggu kestabilan power supply lebih besar. Arus normal
yang mengalir lebih besar sehingga rugi-rugi yang timbul
dipenghantar lebih besar.

Yang menjadi masalah ketika motor-motor MV


dihubungkan ke LV busbar adalah arus startnya yang besar ,
namun arus start yang besar ini dapat dikurangi dengan
menggunakan start reduced
viltage.

Keuntungan bila MV motor digantungkan ke MV busbar


Arus startnya lebih kecil,hal ini menyebabkan drop
voltage yang timbul sewaktu start menjadi lebih kecil. Arus
normal yang mengalir lebih kecil sehingga rugi-rugi dibelitan
motor juga lebih kecil.

Kerugian bila MVmotor digantungkan ke MV busbar


Biaya instalasinya lebih mahal,karena biaya pengadaan
isolasinya jauh lebih mahal.

Berdasarkan data untuk mengurangi biaya instalasi,


memungkinkan motor-motor 150 KW hingga 400 KW
dihubungkan ketegangan rendah,apalagi dengan adanya start
reduced voltage yang dapat mengurangi arus start hingga 2
kali arus beban penuh. Namun untuk lebih handal motor-
motor diatas 150 KW diharapkan dapat dihubungkan pada
busbar Medium voltage.

Dimana motor digunakan


Motor listrik merupakan sebuah perangkat
elektromagnetis yang mengubah energi listrik menjadi energi
mekanik. Energi mekanik ini digunakan untuk, misalnya,
memutar impeller pompa, fan atau blower, menggerakan
kompresor, mengangkat bahan, dll. Motor listrik digunakan
juga di rumah (mixer, bor listrik, fan angin) dan di industri.
Motor listrik kadangkala disebut “kuda kerja” nya
industri sebab diperkirakan bahwa motor-motor menggunakan
sekitar 70% beban listrik total di industri.
Bagaimana sebuah motor bekerja
Mekanisme kerja untuk seluruh jenis motor secara
umum sama (Gambar 1):

􀂃 Arus listrik dalam medan magnet akan memberikan gaya


􀂃 Jika kawat yang membawa arus dibengkokkan menjadi
sebuah lingkaran/loop, maka kedua sisi loop, yaitu pada sudut
kanan medan magnet, akan mendapatkan gaya pada arah yang
berlawanan.
􀂃 Pasangan gaya menghasilkan tenaga putar/ torque untuk
memutar kumparan.
􀂃 Motor-motor memiliki beberapa loop pada dinamonya
untuk memberikan tenaga putaran yang lebih seragam dan
medan magnetnya dihasilkan oleh susunan elektromagnetik
yang disebut kumparan medan.

Dalam memahami sebuah motor, penting untuk


mengerti apa yang dimaksud dengan beban motor. Beban
mengacu kepada keluaran tenaga putar/ torque sesuai dengan
kecepatan yang diperlukan. Beban umumnya dapat
dikategorikan kedalam tiga kelompok (BEE India, 2004):

􀂃 Beban torque konstan adalah beban dimana permintaan


keluaran energinya bervariasi dengan kecepatan operasinya
namun torque nya tidak bervariasi. Contoh beban dengan
torque konstan adalah conveyors, rotary kilns, dan pompa
displacement konstan.
􀂃 Beban dengan variabel torque adalah beban dengan torque
yang bervariasi dengan kecepatan operasi. Contoh beban
dengan variabel torque adalah pompa sentrifugal dan
fan (torque bervariasi sebagai kwadrat kecepatan).
􀂃 Beban dengan energi konstan adalah beban dengan
permintaan torque yang berubah dan berbanding terbalik
dengan kecepatan. Contoh untuk beban dengan daya konstan
adalah peralatan-peralatan mesin.

JENIS MOTOR LISTRIK


Bagian ini menjelaskan tentang dua jenis utama motor
listrik: DC dan motor.
Gambar 2 memperlihatkan motor listrik yang paling umum.
Motor tersebut dikategorikan
berdasarkan pasokan input, konstruksi, dan mekanisme
operasi, dan dijelaskan lebih lanjut
dibawah ini.

Gambar 2. Klasifikasi Jenis Utama Motor Listrik 2.1 Motor DC

Motor arus searah, sebagaimana namanya,


menggunakan arus langsung yang tidak langsung/direct-
unidirectional. Motor DC digunakan pada penggunaan khusus
dimana diperlukan penyalaan torque yang tinggi atau
percepatan yang tetap untuk kisaran kecepatan yang luas.
Gambar 3 memperlihatkan sebuah motor DC yang memiliki
tiga komponen utama:1

􀂃 Kutub medan. Secara sederhada digambarkan bahwa


interaksi dua kutub magnet akan menyebabkan perputaran
pada motor DC. Motor DC memiliki kutub medan yang
stasioner dan dinamo yang menggerakan bearing pada ruang
diantara kutub medan. Motor DC sederhana memiliki dua
kutub medan: kutub utara dan kutub selatan. Garis magnetik
energi membesar melintasi bukaan diantara kutub-kutub dari
utara ke selatan. Untuk motor yang lebih besar atau lebih
komplek terdapat satu atau lebih elektromagnet.
Elektromagnet menerima listrik dari sumber daya dari luar
sebagai penyedia struktur medan.
􀂃 Dinamo. Bila arus masuk menuju dinamo, maka arus ini
akan menjadi elektromagnet. Dinamo yang berbentuk silinder,
dihubungkan ke as penggerak untuk menggerakan beban.
Untuk kasus motor DC yang kecil, dinamo berputar dalam
medan magnet yang dibentuk oleh kutub-kutub, sampai kutub
utara dan selatan magnet berganti lokasi. Jika hal ini terjadi,
arusnya berbalik untuk merubah kutub-kutub utara dan
selatan dinamo.
􀂃 Commutator. Komponen ini terutama ditemukan dalam
motor DC. Kegunaannya adalah untuk membalikan arah arus
listrik dalam dinamo. Commutator juga membantu dalam
transmisi arus antara dinamo dan sumber daya.
Gambar 3. Sebuah motor DC
(Direct Industry, 2005)

Keuntungan utama motor DC adalah sebagai


pengendali kecepatan, yang tidak mempengaruhi kualitas
pasokan daya. Motor ini dapat dikendalikan dengan mengatur:

􀂃 Tegangan dinamo – meningkatkan tegangan dinamo akan


meningkatkan kecepatan
􀂃 Arus medan – menurunkan arus medan akan meningkatkan
kecepatan.

Motor DC tersedia dalam banyak ukuran, namun


penggunaannya pada umumnya dibatasi untuk beberapa
penggunaan berkecepatan rendah, penggunaan daya rendah
hingga sedang seperti peralatan mesin dan rolling mills, sebab
sering terjadi masalah dengan perubahan arah arus listrik
mekanis pada ukuran yang lebih besar. Juga, motor tersebut
dibatasi hanya untuk penggunaan di area yang bersih dan tidak
berbahaya sebab resiko percikan api pada sikatnya. Motor DC
juga relatif mahal dibanding motor AC.

Hubungan antara kecepatan, flux medan dan tegangan


dinamo ditunjukkan dalam persamaan berikut:

Gaya elektromagnetik: E = KΦN


Torque: T = KΦIa
Dimana:
E =gaya elektromagnetik yang dikembangkan pada terminal
dinamo (volt)
Φ = flux medan yang berbanding lurus dengan arus medan
N = kecepatan dalam RPM (putaran per menit)
T = torque electromagnetik
Ia = arus dinamo
K = konstanta persamaan

Motor DC sumber daya terpisah/ Separately


Excited
Jika arus medan dipasok dari sumber terpisah maka
disebut motor DC sumber daya terpisah/ separately excited.

Motor DC sumber daya sendiri/ Self Excited:


motor shunt
Pada motor shunt, gulungan medan (medan shunt)
disambungkan secara paralel dengan gulungan dinamo (A)
seperti diperlihatkan dalam gambar 4. Oleh karena itu total
arus dalam jalur merupakan penjumlahan arus medan dan
arus dinamo.
Gambar 4: Karakteristik Motor DC Shunt
(Rodwell International Corporation, 1999)

Berikut tentang kecepatan motor shunt (E.T.E., 1997):

􀂃 Kecepatan pada prakteknya konstan tidak tergantung pada


beban (hingga torque tertentu setelah kecepatannya
berkurang, lihat Gambar 4) dan oleh karena itu cocok untuk
penggunaan komersial dengan beban awal yang rendah,
seperti peralatan mesin.
􀂃 Kecepatan dapat dikendalikan dengan cara memasang
tahanan dalam susunan seri dengan dinamo (kecepatan
berkurang) atau dengan memasang tahanan pada arus medan
(kecepatan bertambah).

Motor DC daya sendiri: motor seri


Dalam motor seri, gulungan medan (medan shunt)
dihubungkan secara seri dengan gulungan dinamo (A) seperti
ditunjukkan dalam gambar 5. Oleh karena itu, arus medan
sama dengan arus dinamo. Berikut tentang kecepatan motor
seri (Rodwell International Corporation, 1997; L.M. Photonics
Ltd, 2002):

􀂃 Kecepatan dibatasi pada 5000 RPM


􀂃 Harus dihindarkan menjalankan motor seri tanpa ada beban
sebab motor akan mempercepat tanpa terkendali.

Motor-motor seri cocok untuk penggunaan yang


memerlukan torque penyalaan awal yang tinggi, seperti derek
dan alat pengangkat hoist (lihat Gambar 5).

Gambar 5: Karakteristik Motor Seri DC


(Rodwell International Corporation, 1999)
Motor DC Kompon/Gabungan
Motor Kompon DC merupakan gabungan motor seri
dan shunt. Pada motor kompon, gulungan medan (medan
shunt) dihubungkan secara paralel dan seri dengan gulungan
dinamo (A) seperti yang ditunjukkan dalam gambar 6.
Sehingga, motor kompon memiliki torque penyalaan awal yang
bagus dan kecepatan yang stabil. Makin tinggi persentase
penggabungan (yakni persentase gulungan medan yang
dihubungkan secara seri), makin tinggi pula torque penyalaan
awal yang dapat ditangani oleh motor ini. Contoh,
penggabungan 40-50% menjadikan motor ini cocok untuk alat
pengangkat hoist dan derek, sedangkan motor kompon yang
standar (12%) tidak cocok (myElectrical, 2005).

Gambar 6: Karakteristik Motor Kompon DC


(Rodwell International Corporation, 1999)
Motor AC
Motor arus bolak-balik menggunakan arus listrik yang
membalikkan arahnya secara teratur pada rentang waktu
tertentu. Motor listrik memiliki dua buah bagian dasar listrik:
"stator" dan "rotor" seperti ditunjukkan daalam Gambar 7.
Stator merupakan komponen listrik statis. Rotor merupakan
komponen listrik berputar untuk memutar as motor.

Keuntungan utama motor DC terhadap motor AC


adalah bahwa kecepatan motor AC lebih sulit dikendalikan.
Untuk mengatasi kerugian ini, motor AC dapat dilengkapi
dengan penggerak frekwensi variabel untuk meningkatkan
kendali kecepatan sekaligus menurunkan dayanya. Motor
induksi merupakan motor yang paling populer di industri
karena kehandalannya dan lebih mudah perawatannya. Motor
induksi AC cukup murah (harganya setengah atau kurang dari
harga sebuah motor DC) dan juga memberikan rasio daya
terhadap berat yang cukup tinggi (sekitar dua kali motor DC).

Motor sinkron

Motor sinkron adalah motor AC, bekerja pada


kecepatan tetap pada sistim frekwensi tertentu. Motor ini
memerlukan arus searah (DC) untuk pembangkitan daya dan
memiliki torque awal yang rendah, dan oleh karena itu motor
sinkron cocok untuk penggunaan awal dengan beban rendah,
seperti kompresor udara, perubahan frekwensi dan generator
motor. Motor sinkron mampu untuk memperbaiki faktor daya
sistim, sehingga sering digunakan pada sistim yang
menggunakan banyak listrik.
Gambar 7. Motor Sinkron
(Integrated Publishing, 2003)

Komponen utama motor sinkron adalah (Gambar 7):2

􀂃 Rotor. Perbedaan utama antara motor sinkron dengan motor


induksi adalah bahwa rotor mesin sinkron berjalan pada
kecepatan yang sama dengan perputaran medan magnet. Hal
ini memungkinkan sebab medan magnit rotor tidak lagi
terinduksi. Rotor memiliki magnet permanen atau arus DC-
excited, yang dipaksa untuk mengunci pada posisi tertentu bila
dihadapkan dengan medan magnet lainnya.
􀂃 Stator. Stator menghasilkan medan magnet berputar yang
sebanding dengan frekwensi yang dipasok.

Motor ini berputar pada kecepatan sinkron, yang


diberikan oleh persamaan berikut (Parekh,2003):

Ns = 120 f / P

Dimana:
f = frekwensi dari pasokan frekwensi
P= jumlah kutub
Motor induksi

Motor induksi merupakan motor yang paling umum


digunakan pada berbagai peralatan industri. Popularitasnya
karena rancangannya yang sederhana, murah dan mudah
didapat, dan dapat langsung disambungkan ke sumber daya
AC.3
a. Komponen

Motor induksi memiliki dua komponen listrik utama


(Gambar 8):4

􀂃 Rotor. Motor induksi menggunakan dua jenis rotor:


- Rotor kandang tupai terdiri dari batang penghantar tebal
yang dilekatkan dalam petak-petak slots paralel. Batang-
batang tersebut diberi hubungan pendek pada kedua ujungnya
dengan alat cincin hubungan pendek.
- Lingkaran rotor yang memiliki gulungan tiga fase, lapisan
ganda dan terdistribusi. Dibuat melingkar sebanyak kutub
stator. Tiga fase digulungi kawat pada bagian dalamnya dan
ujung yang lainnya dihubungkan ke cincin kecil yang dipasang
pada batang as dengan sikat yang menempel padanya.
􀂃 Stator. Stator dibuat dari sejumlah stampings dengan slots
untuk membawa gulungan tiga fase. Gulungan ini dilingkarkan
untuk sejumlah kutub yang tertentu. Gulungan diberi spasi
geometri sebesar 120 derajat
Gambar 8. Motor Induksi (Automated Buildings)

b. Klasifikasi motor induksi

Motor induksi dapat diklasifikasikan menjadi dua


kelompok utama (Parekh, 2003):

􀂃 Motor induksi satu fase. Motor ini hanya memiliki satu


gulungan stator, beroperasi dengan pasokan daya satu fase,
memiliki sebuah rotor kandang tupai, dan memerlukan sebuah
alat untuk menghidupkan motornya. Sejauh ini motor ini
merupakan jenis motor yang paling umum digunakan dalam
peralatan rumah tangga, seperti fan angin, mesin cuci dan
pengering pakaian, dan untuk penggunaan hingga 3 sampai 4
Hp.
􀂃 Motor induksi tiga fase. Medan magnet yang berputar
dihasilkan oleh pasokan tiga fase yang seimbang. Motor
tersebut memiliki kemampuan daya yang tinggi, dapat
memiliki kandang tupai atau gulungan rotor (walaupun 90%
memiliki rotor kandang tupai); dan penyalaan sendiri.
Diperkirakan bahwa sekitar 70% motor di industri
menggunakan jenis ini, sebagai contoh, pompa, kompresor,
belt conveyor, jaringan listrik , dan grinder. Tersedia dalam
ukuran 1/3 hingga ratusan Hp.
c. Kecepatan motor induksi

Motor induksi bekerja sebagai berikut. Listrik dipasok


ke stator yang akan menghasilkan medan magnet. Medan
magnet ini bergerak dengan kecepatan sinkron disekitar rotor.
Arus rotor menghasilkan medan magnet kedua, yang berusaha
untuk melawan medan magnet stator, yang menyebabkan
rotor berputar.

Walaupun begitu, didalam prakteknya motor tidak


pernah bekerja pada kecepatan sinkron namun pada
“kecepatan dasar” yang lebih rendah. Terjadinya perbedaan
antara dua kecepatan tersebut disebabkan adanya
“slip/geseran” yang meningkat dengan meningkatnya beban.
Slip hanya terjadi pada motor induksi. Untuk menghindari slip
dapat dipasang sebuah cincin geser/ slip ring, dan motor
tersebut dinamakan “motor cincin geser/ slip ring motor”.

Persamaan berikut dapat digunakan untuk menghitung


persentase slip/geseran (Parekh, 2003):

% Slip = Ns – Nb x 100
Ns

Dimana:
Ns = kecepatan sinkron dalam RPM
Nb = kecepatan dasar dalam RPM
d. Hubungan antara beban, kecepatan dan torque

Gambar 9 menunjukan grafik torque-kecepatan motor


induksi AC tiga fase dengan arus yang sudah ditetapkan. Bila
motor (Parekh, 2003):

􀂃 Mulai menyala ternyata terdapat arus nyala awal yang tinggi


dan torque yang rendah
(“pull-up torque”).
􀂃 Mencapai 80% kecepatan penuh, torque berada pada tingkat
tertinggi (“pull-out torque”)
dan arus mulai turun.
􀂃 Pada kecepatan penuh, atau kecepatan sinkron, arus torque
dan stator turun ke nol.

Gambar 9. Grafik Torque-Kecepatan Motor Induksi AC 3-Fase


(Parekh, 2003)
Efisiensi motor lisrik

Motor mengubah energi listrik menjadi energi mekanik


untuk melayani beban tertentu. Pada proses ini, kehilangan
energi ditunjukkan dalam Gambar 10.

Gambar 10 . Kehilangan M otor (US D OE)

Efisiensi motor ditentukan oleh kehilangan dasar yang


dapat dikurangi hanya oleh perubahan pada rancangan motor
dan kondisi operasi. Kehilangan dapat bervariasi dari kurang
lebih dua persen hingga 20 persen. Tabel 1 memperlihatkan
jenis kehilangan untuk motor induksi.

Tabel 1. Jenis Kehilangan pada Motor Induksi (BEE India,


2004)
Efisiensi motor dapat didefinisikan sebagai
“perbandingan keluaran daya motor yang dirgunakan terhadap
keluaran daya totalnya.”

Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi adalah:

􀂃 Usia. Motor baru lebih efisien.


􀂃 Kapastas. Sebagaimana pada hampir kebanyakan peralatan,
efisiensi motor meningkat dengan laju kapasitasnya.
􀂃 Kecepatan. Motor dengan kecepatan yang lebih tinggi
biasanya lebih efisien.
􀂃 Jenis. Sebagai contoh, motor kandang tupai biasanya lebih
efisien daripada motor cincingeser
􀂃 Suhu. Motor yang didinginkan oleh fan dan tertutup total
(TEFC) lebih efisien daripada motor screen protected drip-
proof (SPDP)
􀂃 Penggulungan ulang motor dapat mengakibatkan penurunan
efisiensi
􀂃 Beban, seperti yang dijelaskan dibawah

Terdapat hubungan yang jelas antara efisiensi motor


dan beban. Pabrik motor membuat rancangan motor untuk
beroperasi pada beban 50-100% dan akan paling efisien pada
beban 75%. Tetapi, jika beban turun dibawah 50% efisiensi
turun dengan cepat seperti ditunjukkan pada Gambar 11.
Mengoperasikan motor dibawah laju beban 50% memiliki
dampak pada faktor dayanya. Efisiensi motor yang tinggi dan
faktor daya yang mendekati 1 sangat diinginkan untuk operasi
yang efisien dan untuk menjaga biaya rendah untuk seluruh
pabrik, tidak hanya untuk motor.
Gambar 11. Efisiensi Motor Beban Sebagian (sebagai fungsi
dari % efisiensi beban penuh) (US DOE)

Untuk alasan ini maka dalam mengkaji kinerja motor


akan bermanfaat bila menentukan beban dan efisiensinya.
Pada hampir kebanyakan negara, merupakan persyaratan bagi
fihak pembuat untuk menuliskan efisiensi beban penuh pada
pelat label motor. Namun demikian, bila motor beroperasi
untuk waktu yang cukup lama, kadang-kadang tidak mungkin
untuk mengetahui efisiensi tersebut sebab pelat label motor
kadangkala sudah hilang atau sudah dicat.

Untuk mengukur efisiensi motor, maka motor harus


dilepaskan sambungannya dari beban dan dibiarkan untuk
melalui serangkaian uji. Hasil dari uji tersebut kemudian
dibandingkan dengan grafik kinerja standar yang diberikan
oleh pembuatnya.
Jika tidak memungkikan untuk memutuskan
sambungan motor dari beban, perkiraan nilai efisiensi didapat
dari tabel khusus untuk nilai efisiesi motor.
Lembar fakta dari US DOE
(www1.eere.energy.gov/industry/bestpractices/pdfs/10097
17.pdf) memberikan tabel dengan nilai efisiensi motor untuk
motor standar yang dapat digunakan jika pabrik pembuatnya
tidak menyediakan data ini. Nilai efisiensi disediakan untuk:

􀂃 Motor dengan efisiesi standar 900, 1200, 1800 dan 3600 rpm
􀂃 Motor yang berukuran antara 10 hingga 300 HP
􀂃 Dua jenis motor: motor anti menetes terbuka/ open drip-
proof (ODP) dan motor yang didinginkan oleh fan dan tertutup
total/ enclosed fan-cooled motor (TEFC)
􀂃 Tingkat beban 25%, 50%, 75% dan 100%.

Lembar fakta juga menjelaskan tiga kategori metode


yang lebih canggih untuk mengkaji efisiensi motor: peralatan
khusus, metode perangkat lunak, dan metode analisis.

Dengan kata lain, survei terhadap motor dapat


dilakukan untuk menentukan beban, yang juga memberi
indikasi kinerja motor. Hal ini diterangkan dalam bagian
berikut.

Beban motor

Karena sulit untuk mengkaji efisiensi motor pada


kondisi operasi yang normal, beban motor dapat diukur
sebagai indikator efisiensi motor. Dengan meningkatnya
beban, faktor daya dan efisinsi motor bertambah sampai nilai
optimumnya pada sekitar beban penuh.
Bagaimana mengkaji beban motor

Persamaan berikut digunakan untuk menentukan


beban:
Beban = Pi x η
HP x 0,7457

Dimana,
η = Efisiensi operasi motor dalam %
HP = Nameplate untuk Hp
Beban = Daya yang keluar sebagai % laju daya
Pi = Daya tiga fase dalam kW

Survei beban motor dilakukan untuk mengukur beban


operasi berbagai motor di seluruh
pabrik. Hasilnya digunakan untuk mengidentifikasi motor yang
terlalu kecil. (mengakibatkan motor terbakar) atau terlalu
besar (mengakibatkan ketidak efisiensian). US DOE
merekomendasikan untuk melakukan survei beban motor yang
beroperasi lebih dari 1000 jam per tahun.

Terdapat tiga metode untuk menentukan beban motor


bagi motor yang beroperasi secara individu:

􀂃 Pengukuran daya masuk. Metode ini menghitung beban


sebagai perbandingan antara daya masuk (diukur dengan alat
analisis daya) dan nilai daya pada pembebanan 100%.
􀂃 Pengukurann jalur arus. Beban ditentukan dengan
membandingkan amper terukur (diukur dengan alat analisis
daya) dengan laju amper. Metode ini digunakan bila faktor
daya tidak dketahui dan hanya nilai amper yang tersedia. Juga
direkomendasikan untuk menggunakan metode ini bila persen
pembebanan kurang dari 50%
􀂃 Metode Slip. Beban ditentukan dengan membandingkan slip
yang terukur bila motor beroperasi dengan slip untuk motor
dengan beban penuh. Ketelitian metode ini terbatas namun
dapat dilakukan dengan hanya penggunaan tachometer (tidak
diperlukan alat analisis daya).

Karena pengukuran daya masuk merupakan metode


yang paling umum digunakan, maka hanya metode ini yang
dijelaskan untuk motor tiga fase.

Pengukuran daya masuk


Beban diukur dalam tiga tahap.
Tahap 1. Menentukan daya masuk dengan menggunakan
persamaan berikut:
Pi = V x I x PF x 3
1000

Dimana,
Pi = Daya tiga fase dalam kW
V = RMS (akar kwadrat rata-rata) tegangan, nilai tengah garis
ke garis 3 fase
I = RMS arus, nilai tengah 3 fase
PF = Faktor daya dalam desimal

Alat analisis daya dapat mengukur nilai daya secara


langsung. Industri yang tidak memiliki alat analisis daya dapat
menggunakan multi-meters atau tong-testers untuk mengukur
tegangan, arus dan faktor daya untuk menghitung daya yang
masuk.
Tahap 2. Menentukan nilai daya dengan mengambil nilai pelat
nama/nameplate atau dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut:

Pr = Hp x 0.7457
nr

Dimana,
Pr = Daya masuk pada beban penuh dalam kW
HP = Nilai Hp pada nameplate
ηr = Efisiensi pada beban penuh (nilai pada nameplate atau
dari tabel efisiensimotor)

Beban = Pi x 100
Pr

Dimana,
Beban = Daya keluar yang dinyatakan dalam % nilai daya
Pi = Daya tiga fase terukur dalam kW
Pr = Daya masuk pada beban penuh dalam kW

Contoh
Pertanyaan:
Pengamatan terhadap pengukuran daya berikut dilakukan
untuk motor induksi tiga fase 45 kW dengan efisiensi beban
penuh 88%.

􀂃 V = 418 Volt
􀂃 I = 37 Amp
􀂃 PF = 0.81
Hitung beban.
Jawab:
􀂃 Daya Masuk = (1,732 x 418 x 37 x 0,81)/1000 = 21,70 kW
􀂃 % Pembebanan = [21,70 /(45/0,88)] x 100 = 42,44 %

PELUANG EFISIENSI ENERGI


Bagian ini menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja motor listrik.6

Mengganti motor standar dengan motor yang


energinya efisien

Motor yang berefisiensi tinggi dirancang khusus untuk


meningkatkan efisiensi energi dibanding dengan motor
standar. Perbaikan desain difokuskan pada penurunan
kehilangan mendasar dari motor termasuk penggunaan baja
silikon dengan tingkat kehilangan yang rendah, inti yang lebih
panjang (untuk meningkatkan bahan aktif), kawat yang lebih
tebal (untuk menurunkan tahanan), laminasi yang lebih tipis,
celah udara antara stator dan rotor yang lebih tipis, batang
baja pada rotor sebagai pengganti alumunium, bearing yang
lebih bagus dan fan yang lebih kecil, dll.

Motor dengan energi yang efisien mencakup kisaran


kecepatan dan beban penuh yang luas. Efisiensinya 3% hingga
7% lebih tinggi dibanding dengan motor standar sebagaimana
ditunjukkan dalam Gambar 12. Tabel 2 menggambarkan
peluang perbaikan yang sering digunakan pada perancangan
motor yang efisien energinya.
Gambar12. Perbandingan antara motor yang berefisiensi
tinggi dengan motor standar
(Biro Standar Indian)

Sebagai hasil dari modifikasi untuk meningkatkan


kinerja, biaya untuk motor yang energinya efisien lebih besar
daripada biaya untuk motor standar. Biaya yang lebih tinggi
seringkali akan terbayar kembali dengan cepat melalui
penurunan biaya operasi, terutama pada penggunaan baru
atau pada penggantian motor yang masa pakainya sudah
habis. Akan tetapi untuk penggantian motor yang ada yang
belum habis masa pakainya dengan motor yang efisien
energinya, tidak selalu layak secara finansial, oleh karena itu
direkomedasikan untuk mengganti dengan motor yang efisien
energinya hanya jika motor-motor tersebut sudah
rusak.
Tabel 2. Area Perbaikan Efisiensi yang digunakan pada Motor
yang Efisien Energinya
(BEE India, 2004)

Area Kehilangan Energi- Peningkatan Efisiensi


1. Besi
􀂃 Digunakan gauge yang lebih tipis sebab kehilangan inti baja
yang lebih rendah menurunkan kehilangan arus eddy.
􀂃 Inti lebih panjang yang dirancang menggunakan baja akan
mengurangi kehilangan karena masa jenis flux operasi yang
lebih rendah.
2. Stator I2R
􀂃 Menggunakan lebih banyak tembaga dan konduktor yang
lebih besar meningkatkan luas lintang penggulungan stator.
Hal ini akan menurunkan tahanan (R) dari penggulungan dan
mengurangi kehilangan karena aliran arus (I).
3 Rotor I2R
􀂃 Penggunaan batang konduktor rotor yang lebih besar
meningkatkan potongan lintang, dengan demikian
merendahkan tahanan konduktor (R) dan kehilangan yang
diakibatkan oleh aliran arus (I)
4 Gesekan & Pegulungan
􀂃 Menggunakan rancangan fan dengan kehilangan yang
rendah menurunkan kehilangan yang diakibatkan oleh
pergerakan udara
5. Kehilangan beban yang menyimpang
􀂃 Menggunakan rancangan yang sudah dioptimalkan dan
prosedur pengendalian kualitas yang ketat akan meminimalkan
kehilangan beban yang menyimpang.
Menurunkan pembebanan yang kurang (dan
menghindari motor yang ukurannya berlebih/
terlalu besar)

Sebagaimana dijelaskan dalam bab 3, beban yang


kurang akan meningkatkan kehilangan motor dan menurunkan
efisiensi motor dan faktor daya. Beban yang kurang mungkin
merupakan penyebab yang paling umum ketidakefisiensian
dengan alasan-alasan:

􀂃 Pembuat peralatan cenderung menggunakan faktor


keamanan yang besar bila memilih motor.
􀂃 Peralatan kadangkala digunakan dibawah kemampuan yang
semestinya. Sebagai contoh, pembuat peralatan mesin
memberikan nilai motor untuk kapasitas alat dengan beban
penuh. Dalam prakteknya, pengguna sangat jarang
membutuhkan kapasitas penuh ini, sehingga mengakibatkan
hampir selamanya operasi dilakukan dibawah nilai beban.
􀂃 Dipilih motor yang besar agar mampu mencapai keluaran
pada tingkat yang dikehendaki, bahkan jika tegangan masuk
rendah dalam keadaan tidak normal.
􀂃 Dipilih motor yang besar untuk penggunaan yang
memerlukan torque penyalaan awal yang tinggi akan tetapi
lebih baik bila digunakan motor yang lebih kecil yang dirancang
dengan torque tinggi.

Ukuran motor harus dipilih berdasarkan pada evaluasi


beban dengan hati-hati. Namun bila mengganti motor yang
ukurannya berlebih dengan motor yang lebih kecil, juga
penting untuk mempertimbangkan potensi pencapaian
efisiensi. Motor yang besar memiliki efisiensi yang lebih tinggi
daripada motor yang lebih kecil. Oleh karena itu, penggantian
motor yang beroperasi pada kapasitas 60 – 70% atau lebih
tinggi biasanya tidak direkomendasikan.

Dengan kata lain tidak ada aturan yang ketat yang


memerintahkan pemilihan motor dan potensi penghematan
perlu dievaluasi dengan dasar kasus per kasus. Contoh, jika
motor yang lebih kecil merupakan motor yang efisien
energinya sedangkan motor yang ada tidak, maka efisiensi
dapat meningkat.

Untuk motor yang beroperasi konstan pada beban


dibawah 40% dari nilai kapasitasnya, pengukuran yang murah
dan efektif dapat dioperasikan dalam mode bintang.
Perubahan dari operasi standar delta ke operasi bintang
meliputi penyusunan kembali pemasangan kawat masukan
daya tiga fase pada kotak terminal.

Mengoperasikan dalam mode bintang akan


menurunkan tegangan dengan faktor ‘√3’. Motor diturunkan
ukuran listriknya dengan operasi mode bintang, namun
karakteristik kinerjanya sebagai fungsi beban tidak berubah.
Jadi, motor dalam mode bintang memiliki efisiensi dan faktor
daya yang lebih tinggi bila beroperasi pada beban penuh
daripada beroperasi pada beban sebagian dalam mode delta.

Bagaimanapun, operasi motor pada mode bintang


memungkinkan hanya untuk penggunaan dimana permintaan
torque ke kecepatannya lebih rendah pada beban yang
berkurang.
Disamping itu, perubahan ke mode bintang harus dihindarkan
jika motor disambungkan ke fasilitas produksi dengan keluaran
yang berhubungan dengan kecepatan motor (karena
kecepatan motor berkurang pada mode bintang). Untuk
penggunaan untuk kebutuhan torque awal yang tinggi dan
torque yang berjalan rendah, tersedia starter Delta-Bintang
yang dapat membantu mengatasi torque awal yang tinggi.

Ukuran motor untuk beban yang bervariasi

Motor industri seringkali beroperasi pada kondisi


beban yang bervariasi karena permintaan proses. Praktek yang
umum dilakukan dalam situasi seperti ini adalah memilih
motor berdasarkan beban antisipasi tertinggi. Namun hal ini
membuat motor lebih mahal padahal motor hanya akan
beroperasi pada kapasitas penuh untuk jangka waktu yang
pendek, dan beresiko motor bekerja pada beban rendah.

Alternatfnya adalah memilih motor berdasarkan kurva


lama waktu pembebanan untuk penggunaan khusus. Hal ini
berarti bahwa nilai motor yang dipilih sedikit lebih rendah
daripada beban antisipasi tertinggi dan sekali-kali terjadi beban
berlebih untuk jangka waktu yang pendek. Hal ini
memungkinkan, karena motor memang dirancang dengan
faktor layanan (biasanya 15% diatas nilai beban) untuk
menjamin bahwa motor yang bekerja diatas nilai beban sekali-
sekali tidak akan menyebabkan kerusakan yang berarti.

Resiko terbesar adalah pemanasan berlebih pada


motor, yang berpengaruh merugikan pada umur motor dan
efisiensi dan meningkatkan biaya operasi. Kriteria dalam
memilih motor adalah bahwa kenaikan suhu rata-rata diatas
siklus operasi aktual harus tidak lebih besar dari kenaikan suhu
pada operasi beban penuh yang berkesinambungan (100%).
Pemanasan berlebih dapat terjadi dengan:
􀂃 Perubahan beban yang ekstrim, seperti seringnya
jalan/berhenti, atau tingginya beban awal.
􀂃 Beban berlebih yang sering dan/atau dalam jangka waktu
yang lama
􀂃 Terbatasnya kemampuan motor dalam mendinginkan,
contoh pada lokasi yang tinggi, dalam lingkungan yang panas
atau jika motor tertutupi atau kotor.

Jika beban bervariasi terhadap waktu, metode


pengendalian kecepatan dapat diterapkan sebagai tambahan
terhadap ukuran motor yang tepat (lihat bagian 4.8).

Memperbaiki kualitas daya


Kinerja motor dipengaruhi oleh kualitas daya yang
masuk, yang ditentukan oleh tegangan dan frekuensi aktual
dibandingkan dengan nilai dasar. Fluktuasi dalam tegangan
dan frekuensi yang lebih besar daripada nilai yang diterima
memiliki dampak yang merugikan pada kinerja motor. Tabel 6
menampilkan pengaruh umum dari variasi tegangan dan
frekuensi pada kinerja motor.

Ketidakseimbangan tegangan bahkan dapat lebih


merugikan terhadap kinerja motor dan terjadi apabila
tegangan tiga fase dari motor tiga fase tidak sama. Hal ini
biasanya disebabkan oleh perbedaan pasokan tegangan untuk
setiap fase pada tiga fase. Dapat juga diakibatkan dari
penggunaan kabel dengan ukuran yang berbeda pada sistim
distribusinya.

Contoh dari pengaruh ketidakseimbangan tegangan


pada kinerja motor ditunjukkan dalam Tabel 7.
􀂃 Tegangan masing-masing fase pada sistim tiga fase
besarannya harus sama, simetris, dan dipisahkan oleh sudut
120°. Keseimbangan fase harus 1% untuk menghindarkan
penurunan daya motor dan gagalnya garansi pabrik
pembuatnya. Beberapa faktor dapat mempengaruhi
kesetimbangan tegangan: beban fase tunggal pada setiap satu
fase, ukuran kabel yang berbeda, atau kegagalan pada sirkuit.
Ketidakseimbangan sistim meningkatkan kehilangan pada
sistim distribusi dan menurunkan efisiensi motor.

Tabel 7. Pengaruh Ketidakseimbangan Tegangan dalam


Motor Induksi (BEE India, 2004)

* Persen ketidakseimbangan tegangan = (penyimpangan


maksimum dari tegangan tengah/ tegangan tengah) x 100

Ketidakseimbangan tegangan dapat diminimalisir dengan:

􀂃 Menyeimbangkan setiap beban fase tunggal diantara seluruh


tiga fase
􀂃 Memisahkan setiap beban fase tunggal yang mengganggu
keseimbangan beban dn umpankan dari jalur/trafo terpisah
Penggulungan Ulang
Penggulungan ulang untuk motor yang terbakar sudah
umum dilakukan oleh industri. Jumlah motor yang sudah
digulung ulang di beberapa industri lebih dari 50% dari jumlah
total motor.

Pegulungan ulang motor yang dilakukan dengan hati-


hati kadangkala dapat menghasilkan motor dengan efisiensi
yang sama dengan sebelumnya. Pegulungan ulang dapat
mempengaruhi sejumlah faktor yang berkontribusi terhadap
memburuknya efisiensi motor: desain slot dan gulungan,
bahan gulungan, kinerja pengisolasi, dan suhu operasi. Sebagai
contoh, bila panas diterapkan pada pita gulungan lama maka
pengisolasi diantara laminasinya dapat rusak, sehingga
meningkatkan kehilangan arus eddy. Perubahan dalam celah
udara dapat mempengaruhi faktor daya dan keluaran torque.

Walau begitu, jika dilakukan dengan benar, efisiensi


motor dapat terjaga setelah dilakukan pegulungan ulang, dan
dalam beberapa kasus, efisiensi bahkan dapat ditingkatkan
dengan cara mengubah desain pegulungan. Dengan
menggunakan kawat yang memiliki penampang lintang yang
lebih besar, ukuran slot yang diperbolehkan, akan mengurangi
kehilangan stator sehingga akan meningkatkan efisiensi. Walau
demikian, direkomendasikan untuk menjaga desain motor
orisinil selama pegulungan ulang, kecuali jika ada alasan yang
berhubungan dengan beban spesifik untuk mendesain ulang.

Dampak dari pegulungan ulang pada efisiensi motor


dan faktor daya dapat dikaji dengan mudah jika kehilangan
motor tanpa beban diketahui pada sebelum dan sesudah
pegulungan ulang. Informasi kehilangan tanpa beban dan
kecepatan tanpa beban dapat ditemukan pada dokumentasi
motor yang diperoleh pada saat pembelian. Indikator
keberhasilan pegulungan ulang adalah perbandingan arus dan
tahanan stator tanpa beban per fase motor yang digulung
ulang dengan arus dan tahanan stator orisinil tanpa beban
pada tegangan yang sama.

Paad saat menggulung ulang motor perlu


mempertimbangkan hal-hal berikut:

􀂃 Gunakan perusahaan yang bersertifikasi ISO 9000 atau


anggota dari Assosasi Layanan Peralatan Listrik.
􀂃 Ukuran motor kurang dari 40 HP dan usianya lebih dari 15
tahun (terutama motor yang sebelumnya sudah digulung
ulang) sering memiliki efisiensi yang lebih rendah daripada
model yang tersedia saat ini yang efisien energinya. Biasanya
yang terbaik adalah menggantinya. Hampir selalu terbaik
mengganti motor biasa dengan beban dibawah 15 HP.
􀂃 Jika biaya pegulungan ulang melebihi 50% hingga 65% dari
harga motor baru yang efisien energinya, lebih baik membeli
motor yang baru, karena meningkatnya kehandalan dan
efisiensi akan dengan cepat menutupi pembayaran harga
motor.

Koreksi faktor daya dengan memasang


kapasitor
Sebagaimana sudah dikenal sebelumnya, karakteristik
motor induksi adalah faktor dayanya yang kurang dari satu,
menyebabkan efisiensi keseluruhan yang lebih rendah (dan
biaya operasi keseluruhan yang lebih tinggi) untuk seluruh
sistim listrik pabrik.
Kapasitor yang disambung secara paralel (shunt)
dengan motor kadangkala digunakan untuk memperbaiki
faktor daya. Kapasitor tidak akan memperbaiki faktor daya
motor itu sendiri akan tetapi terminal starternya dimana
tenaga dibangkitkan atau didistribusikan. Manfaat dari koreksi
faktor daya meliputi penurunan kebutuhan kVA (jadi
mengurangi biaya kebutuhan utilitas), penurunan kehilangan
I2R pada kabel di bagian hulu kapasitor (jadi mengurangi biaya
energi), berkurangnya penurunan tegangan pada kabel
(mengakibatkan pengaturan tegangan meningkat), dan
kenaikan dalam efisiesi keseluruhan sistim listrik pabrik.

Ukuran kapasitor tergantung pada kVA reaktif tanpa


beban (kVAR) yang ditarik oleh motor. Ukuran ini tidak boleh
melebihi 90% dari kVAR motor tanpa beban, sebab kapasitor
yang lebih tinggi dapat mengakibatkan terlalu tingginya
tegangan dan motor akan terbakar. kVAR motor hanya dapat
ditentukan oleh pengujian motor tanpa beban. Alternatifnya
adalah menggunakan faktor daya motor standar untuk
menentukan ukuran kapasitor.

Meningkatkan perawatan

Hampir semua inti motor dibuat dari baja silikon atau


baja gulung dingin yang dihilangkan karbonnya, sifat-sifat
listriknya tidak berubah dengan usia. Walau begitu, perawatan
yang buruk dapat memperburuk efisiensi motor karena umur
motor dan operasi yang tidak handal.

Sebagai contoh, pelumasan yang tidak benar dapat


menyebabkan meningkatnya gesekan pada motor dan
penggerak transmisi peralatan. Kehilangan resistansi pada
motor, yang meningkat dengan kenaikan suhu.
Kondisi ambien dapat juga memiliki pengaruh yang
merusak pada kinerja motor. Sebagai contoh, suhu ekstrim,
kadar debu yang tinggi, atmosfir yang korosif, dan kelembaban
dapat merusak sifat-sifat bahan isolasi; tekanan mekanis
karena siklus pembebanan dapat mengakibatkan kesalahan
penggabungan.

Perawatan yang tepat diperlukan untuk menjaga


kinerja motor. Sebuah daftar periksa praktek perawatan yang
baik akan meliputi:

􀂃 Pemeriksaan motor secara teratur untuk pemakaian


bearings dan rumahnya (untuk mengurangi kehilangan karena
gesekan) dan untuk kotoran/debu pada saluran ventilasi motor
(untuk menjamin pendinginan motor)
􀂃 Pemeriksaan kondisi beban untuk meyakinkan bahwa motor
tidak kelebihan atau kekurangan beban. Perubahan pada
beban motor dari pengujian terakhir mengindikasikan suatu
perubahan pada beban yang digerakkan, penyebabnya yang
harus diketahui.
􀂃 Pemberian pelumas secara teratur. Fihak pembuat biasanya
memberi rekomendasi untuk cara dan waktu pelumasan
motor. Pelumasan yang tidak cukup dapat menimbulkan
masalah, seperti yang telah diterangkan diatas. Pelumasan
yang berlebihan dapat juga menimbulkan masalah, misalnya
minyak atau gemuk yang berlebihan dari bearing motor dapat
masuk ke motor dan menjenuhkan bahan isolasi motor,
menyebabkan kegagalan dini atau mengakibatkan resiko
kebakaran.
􀂃 Pemeriksaan secara berkala untuk sambungan motor yang
benar dan peralatan yang digerakkan. Sambungan yang tidak
benar dapat mengakibatkan sumbu as dan bearings lebih
cepat aus, mengakibatkan kerusakan terhadap motor dan
peralatan yang digerakkan.
􀂃 Dipastikan bahwa kawat pemasok dan ukuran kotak terminal
dan pemasangannya benar. Sambungan-sambungan pada
motor dan starter harus diperiksa untuk meyakinkan
kebersihan dan kekencangnya.
􀂃 Penyediaan ventilasi yang cukup dan menjaga agar saluran
pendingin motor bersih untuk membantu penghilangan panas
untuk mengurangi kehilangan yang berlebihan. Umur isolasi
pada motor akan lebih lama: untuk setiap kenaikan suhu
operasi motor 10oC diatas suhu puncak yang
direkomendasikan, waktu pegulungan ulang akan lebih cepat,
diperkirakan separuhnya.

Pengendalian kecepatan motor induksi


Secara tradisional, motor DC digunakan bila
kemampuan dikehendaki variasi kecepatan. Namun karena
keterbatasan motor DC (sebagaimana dijelaskan dalam bagian
2), motor AC terus menjadi fokus bagi penggunaan variasi
kecepatan. Baik motor AC sinkron dan induksi keduanya cocok
untuk penggunaan control variasi kecepatan.
Karena motor induksi adalah motor yang tidak sinkron,
perubahan pasokan frekuensi dapat memvariasikan
kecepatan. Strategi pengendalian untuk motor khusus akan
tergantung pada sejumlah faktor termasuk biaya investasi,
ketahanan beban dan beberapa persyaratan pengendalian
khusus.
Hal ini memerlukan suatu tinjauan rinci mengenai
karakteristik beban, data historis pada aliran proses, ciri-ciri
sistim pengendalian kecepatan yang diperlukan, biaya listrik
dan biaya investasi.
Karakteristik beban (dijelaskan di bagian 1) terutama
penting dalam memutuskan apakah pengendalian kecepatan
merupakan suatu opsi. Potensi terbesar untuk penghematan
listrik dengan penggerak variabel kecepatan (variable speed
drive) pada umumnya ada pada penggunaan variasi torque,
contohnya adalah pompa sentrifugal dan fan, dimana
kebutuhan dayanya berubah sebesar kubik kecepatan. Beban
torque yang konstan juga cocok untuk penggunaan VSD.

Motor dengan beberapa kecepatan

Motor dapat digulung menjadi dua kecepatan, dan


perbandingan 2:1, dapat dicapai. Motor juga dapat digulung
dengan dua gulungan terpisah, masing-masing memberi dua
kecepatan operasi dan dengan begitu totalnya menjadi empat
kecepatan.
Motor dengan beberapa kecepatan dapat dirancang
untuk penggunaan yang melibatkan torque konstan, torque
bervariasi, atau untuk keluaran daya yang konstan. Motor
dengan beberapa kecepatan cocok untuk penggunaan yang
memerlukan pengendalian kecepatan yang terbatas (dua atau
empat kecepatan, bukan kecepatan yang terus menerus
bervariasi). Motor-motor tersebut cenderung sangat ekonomis
dan efisiensinya lebih rendah dibanding dengan motor yang
berkecepatan tunggal.

Penggerak kecepatan variable/ Variable Speed


Drives (VSDs)
Penggerak kecepatan variable (VSDs) juga dikenal
dengan inverters dan dapat mengubah kecepatan motor, yang
tersedia dalam dari mulai beberapa kW hingga 750 kW. VSD
dirancang untuk mengoperasikan motor induksi standar dan
oleh karena itu dapat dengan mudah dipasang pada sistim
yang ada. Inverter kadang dijual secara terpisah sebab motor
sudah beroperasi ditempat, tetapi dapat juga dibeli bersamaan
dengan motornya.

Bila beban bervariasi, VSD atau motor dengan dua


kecepatan kadangkala dapat menurunkan pemakaian energi
listrik pada pompa sentrifugal dan fan sebesar 50% atau lebih.

Penggerak dasarnya terdiri dari inverter itu sendiri


yang merubah daya masuk 50 Hz menjadi frekuensi dan
tegangan yang bervariasi. Frekuensi yang bervariasi akan
mengendalikan kecepatan motor.

Terdapat tiga jenis utama desain inverter yan tersedia saat ini.
Ketiganya dikenal dengan Inverter Sumber Arus (CSI), Inverter
Tegangan Bervariasi (VVI), dan Inverter dengan Pengatur Lebar
Pulsa/ Pulse Width Modulated (PWM).

Penggerak arus searah (DC)


Teknologi penggerak DC merupakan bentuk tertua
pengendali kecepatan listrik. Sistim penggerak terdiri dari
sebuah motor DC dan sebuah pengendali.
Motor terdiri dari dinamo dan gulungan medan.
Penggulungan medan memerlukan pembanmgkitan daya DC
untuk operasi motor, biasanya dengan tegangan yang tetap
dari pengendali. Sambungan dinamo dibuat melalui perakitan
sikat dan commutator. Kecepatan motor berbanding lurus
dengan tegangan yang dipergunakan.
Pengendali merupakan penyambungan rektifikasi fase
control dengan sirkuit logic untuk mengendalikan tegangan DC
yang dikirim ke dinamo motor. Pengendalian kecepatan
dicapai dengan mengatur tegangan ke motor. Kadangkala
sebuah tacho-generator dilibatkan untuk mencapai
pengaturan kecepatan yang baik. Tacho-generator dapat
digantungkan pada motor untuk menghasilkan sinyal umpan
balik kecepatan yang digunakan dibagian dalam pengendali.

Penggerak motor AC dengan gulungan rotor


(motor induksi cincin geser)

Penggerak motor dengan rotor penggulung


menggunakan motor yang berkonstruksi khusus untuk
menyempurnakan pengendalian kecepatan. Rotor motor
dibuat dengan penggulungan yang diangkat keluar motor
melalui cincin geser pada sumbu motor. Gulungan tersebut
disambungkan ke pengendali, yang menempatkan resistor
variabel secara seri dengan gulungan. Kinerja torque motor
dapat dikendalikan dengan menggunakan resistor variabel
tersebut. Motor dengan gulungan rotor sangat umum
digunakan untuk motor 300 HP atau lebih.

DAFTAR PERIKSA OPSI


Bagian ini memberikan daftar dari opsi-opsi efisiensi
energi yang sangat penting untuk motorlistrik.

􀂃 Mempertahankan tingkat pasokan tegangan dengan


penyimpangan maksimum 5% dari nilai yang tertera dalam
pelat nama/ nameplate.
􀂃 Meminimalkan ketidakseimbangan pada 1% untuk
menghindari penurunan kekuatan motor.
􀂃 Mempertahankan faktor daya tinggi dengan memasang
kapasitor sedekat mungkin ke motor
􀂃 Memilih ukuran motor yang benar untuk menghindari
ketidakefisienan faktor daya yang buruk
􀂃 Menjamin bahwa motor dibebani lebih dari 60%
􀂃 Melakukan strategi perawatan yang benar untuk motor
􀂃 Menggunakan penggerak variabel kecepatan (VSD) atau
sistim dua kecepatan
􀂃 Mengganti motor yang ukurannya berlebih, ukurannya
kurang dan yang gagal dengan motor yang efisien energinya.
􀂃 Penggulungan ulang motor yang terbakar oleh akhlinya.
􀂃 Mengptimalkan efisensi transmisi dengan pemasangan dan
perawatan poros, belt, rantai, dan gir yang benar.
􀂃 Mengendalikan suhu ambien untuk memaksimalkan umur
isolasi dan kehandalan motor, misalnya dengan
menghindarkan kontak langsung dengan sinar matahari,
menempatkan pada area yang berventilasi baik, dan
menjaganya tetap bersih.
􀂃 Memberi pelumas pada motor sesuai dengan spesifikasi
pabrik pembuatnya dan menggunakan gemuk atau minyak
berkualitas tinggi untuk mencegah pencemaran oleh kotoran
atau air.

Rangkuman

• Kecepatan motor diukur dengan alat tachometer,


pengukuran dilakukan pada poros rotor.
Ada tachometer analog dan tachometer digital.
• Torsi sering disebut momen (M) merupakan perkalian gaya F
(Newton) dengan panjang
lengan L (meter).
• Motor induksi disebut juga motor asinkron adalah alat listrik
yang mengubah energi
listrik menjadi energi mekanik.
• Motor terdiri atas belitan stator yang diam dan bagian rotor
yang berputar pada porosnya.
• Susunan belitan stator motor induksi dengan dua kutub,
memiliki tiga belitan yang masingmasing
berbeda sudut 120°.
• Bagian rotor merupakan batang penghantar yang bagian
ujung-ujungnya
dihubungsingkatkan dan disebut rotor sangkar tupai.
• Kecepatan medan putar stator ini sering disebut kecepatan
sinkron, yang berlaku rumus:
ns = f ×120
p
.
• Konstruksi motor induksi tidak ada bagian rotor yang
bersentuhan dengan bagian stator,
karena dalam motor induksi tidak komutator dan sikat arang.
• Bagian motor induksi yang perlu dipelihara rutin mencakup
pelumasan bearing, dan
pemeriksaan kekencangan baut-baut kabel pada terminal box
karena kendor.
• Rumus mengitung daya input motor induksi: P = 3 · U · cos ϕ
(watt).
• Pada motor induksi terdapat rugi-rugi tembaga, rugi inti dan
rugi karena gesekan dan
hambatan angin.
• Efisiensi motor adalah perbandingan antara daya output
pada poros rotor dengan daya
input yang ditarik dari daya listrik.
• Besarnya rugi tembaga pada motor induksi sebanding
dengan I2 · R, makin besar arus
beban maka rugi tembaga makin besar juga.

• Spesifikasi teknik motor induksi terdapat pada nameplate,


yang mengandung informasi:
pabrik pembuat, jenis motor, tegangan nominal, arus nominal,
putaran poros, frekuensi,
daya motor, klas isolasi, dan klas IP.
• Membalik putaran motor, dilakukan dengan menukarkan
posisi terminal yang terhubung
dengan supply listrik 3 phasa.
• Dikenal ada empat jenis torsi, yaitu: MA = momen torsi awal,
MS = momen torsi pull-up,
MK = momen torsi maksimum, dan MB = momen torsi kerja.
• Ada beberapa cara teknik pengasutan, di antaranya:
(a)Hubungan langsung (Direct On
Line = DOL, (b)Tahanan depan Stator (Primary Resistor), (c)
Transformator,
(d) Segitiga-Bintang (Start-Delta), (e) Pengasutan Soft , dan
(f)Tahanan Rotor lilit.
• Pengasutan hubungan langsung (DOL) akan menarik arus 5
s/d 6 kali arus nominal,
menghasilkan torsi starting 1,96 kali torsi nominal.
• Pengasutan resistor stator dengan memasang resistor secara
seri dengan belitan stator.
Resistor gunanya untuk menurunkan tegangan ke stator. Jika
tegangan diturunkan
50%, arus starting turun 50% dan torsi starting turun 25%.
• Pengasutan segitiga-bintang menggunakan sakelar segitiga-
bintang. Saat hubungan
segitiga arus ke stator
1
3 dari arus start DOL. Torsi starting
1
3 dari T starting DOL =
0,65.
• Pengasutan soft starting menggunakan komponen Solid
State Thyristor terpasang
antiparalel pada rangkaian belitan stator. Dengan mengatur
sudut penyalaan α, tegangan
dan arus starting dapat dikendalikan.
• Pengasutan slipring termasuk pengasutan dengan
menambahkan tahanan pada rangkaian
rotornya, hanya bisa dilakukan pada motor 3 phasa jenis rotor
lilit. Dengan mengatur
besaran tahanan rotor, arus dan torsi starting dapat diatur
besarnya.
• Motor dua kecepatan (Dahlander) dirancang khusus memiliki
dua belitan yang berbeda.
Belitan pertama memiliki delapan pasang kutub (p = 8,
kecepatan 370 Rpm). Belitan
kedua memiliki enam pasang kutub (p = 6, kecepatan 425
rpm).
• Pada motor satu phasa memiliki dua belitan stator, yaitu
belitan phasa utama (belitan
U1-U2) dan belitan phasa bantu (belitan Z1-Z2).
• Rotor motor satu phasa sama dengan rotor motor induksi
berbentuk batang-batang kawat
yang ujung-ujungnya dihubung singkatkan dan menyerupai
bentuk sangkar tupai.
• Motor kapasitor satu phasa, belitan utama stator (U1-U2)
dan belitan phasa bantu
dihubungkan seri dengan sebuah kapasitor (Z1-Z2).
• Motor shaded pole atau motor phasa terbelah, belitan
utama pada stator dan ada belitan
pembelah phasa pada kedua ujung yang dekat rotor.
• Motor Universal termasuk motor satu phasa dengan
menggunakan belitan stator memiliki
komutator dan sikat arang yang dihubungkan seri dengan
belitan rotor.
• Motor tiga phasa, bisa dioperasikan dengan supply tegangan
satu phasa, dengan
menambahkan kapasitor.
REFERENSI
Automated Buildings.
www.automatedbuildings.com/news/jul01/art/abbd/abbf2.gif
Bureau of Energy Efficiency (BEE), Ministry of Power, India.
Components of an Electric Motor. 2005.
www.energymanagertraining.com/equipment_all/electric_mo
tors/eqp_comp_motors.htm
Bureau of Energy Efficiency, Ministry of Power, India. Energy
Efficiency in Electrical Utilities. Book 3. 2004
Bureau of Indian Standards. Indian Standard Code for Motors –
IS1231.
C.R. Nave, Department of Physics and Astronomy, Georgia
State University. How does an electric motor work? In:
Hyperphysics, Electricity and Magnetism. 2005
http://hyperphysics.phy-astr.gsu.edu/hbase/hframe.html
DirectIndustry. Virtual Industry Exhibition. 2005.
www.directindustry.com
Electricians Toolbox Etc (E.T.E.). Motor Characteristics. 1997.
www.electoolbox.
com/motorchar.htm
Integrated Publishing. Synchronised Motors, In: Neets, Module
01, Introduction to Matter, Energy, and Direct Current, Chapter
4, Alternating Current Motors. 2003
www.tpub.com/content/neets/14177/css/14177_92.htm
L.M. Photonics Ltd. DC Motor Control. 2002.
www.lmphotonics.com/vsd/vsd_02.htm
myElectrical. DC Machine Construction. 2005.
www.myelectrical.com/book/Machines/DC%20Machine
%20Construction%20(Field%20Win
ding).aspx?%09%09%09ID=P040507102940
Parekh, R., Microchip Technology Inc. AC Induction Motors
Fundamentals, AN887. 2003.
www.microchip.com,
ww1.microchip.com/downloads/en/AppNotes/00887a.pdf
Rodwell International Corporation. Basic Motor Theory. On:
Reliance Electric Motor
Technical Reference home page, 1999.
www.reliance.com/mtr/mtrthr.htm
US Department of Energy (US DOE). Fact Sheet:Determining
Motor Load and Efficiency.
Developed as part of: Motor Challenge, a program of US DOE
www1.eere.energy.gov/industry/bestpractices/pdfs/10097517
.pd
Tugas

Instalasi

Disusun Oleh

Andi Riski Aslam AK.


Astriani Indra K.
Risky Azizah
Syukur

Jurusan Elektro Fakultas Teknik


Universitas Hasanuddin
2010

Kata pengantar
Segala puji Bagi Allah SWT. Atas limpahan rahmat
dan karunianyalah sehingga tuga instalasi ini dapat
terselesaikan dengan baik.

Tugas ini berisi tentang mesin-mesin listrik dan starting


eay delta pada motor. Kegunaan starting way delta adalah untuk
mereduksi arus strat dan menjaga tegangan agar tidak turun.
Tak lupa pula ucapan terimah kasih terhadap teman-
teman kelompok yang telah membantu dalam penyelesaian
tugas ini. Namun kami menyadari bahwa tugas ini jau dari
kesempurnaan. Untuk itu mohon kritik dan saran.

Semoga buku ini bermanfaat bagi banyak pihak dan


menjadi bagian amal jariah bagi para penulis dan pihak-pihak
yang terlibat dalam proses penyusunan buku ini.
Amin

Penusun

You might also like