You are on page 1of 18

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK I
PERCOBAAN III
ALDEHID DAN KETON

Nama : Ika Kusuma Nugraheni


NIM : J1B106026
Kelompok : V
Asisten : Ninawati

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI KIMIA
BANJARBARU

2007
PERCOBAAN 3
ALDEHID DAN KETON

I. TUJUAN
Tujuan dari percobaan kali ini antara lain :
1. Mempelajari reaksi kimia aldehid dan keton.
2. Penggunaan aldehida dan keton untuk identifikasi senyawa.

II. DASAR TEORI


Aldehid adalah suatu senyawa yang mengandung sebuah gugus karbonil
yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen.
Gugus karbonil (C=O) merupakan bagian dari bermacam-macam gugus
fungsi. Gugus fungsi dan golongan senyawa ditentukan oleh atom lain yang
terikat pada karbon karbonil. Bila salah satu dari atom terikat pada karbon
karbonil adalah hidrogen, maka senyawa tersebut disebut aldehida. Bila dua
karbon terikat pada gugus karbonil, maka senyawanya adalah keton.
O O
RCH RCR
suatu aldehida suatu keton

(Fessenden & Fessenden, 1997).


Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus
karbonil terikat pada dua gugus alkil, dua gugus aril atu sebuah gugus alkil
dan sebuah aril. Keton tidak mengandung atom hidrogen yang terikat pada
gugus karbonil (Fessenden, 1997).
Aldehid dan keton merupakan kelompok senyawa organik yang
mengandung gugus karbonil (C=O). Suatu keton mempunyai dua gugua alkil
(aril) yang terikat pada karbon karbonil, sedangkan aldehida mempunyai
sekurangnya satu atom hidrogen yang terikat pada karbon karbonilnya. Gugus
lain dalam suatu aldehida dapat berupa alkil, aril atau H (Fassenden dan
Fassenden, 1999).
Keton bereaksi dengan alkohol melalui cara yang sama dengan aldehida,
membentuk hemiketal dan ketal. Jika glikol yang digunakan sebagai unsur
alkohol, hasilnya adalah struktur siklik (Hart, 1990).
Aldehid dan keton adalah senyawa yang sangat penting beberapa
diantaranya seperti aseton (CH3COCH3), metil keton (CH3COC2H5) dipakai
dalam jumlah besar sebagai pelarut (Stanley H. Pire, 1988).
Aldehid dan keton dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air
yang polar. Anggota deret yang rendah, yaitu formaldehid, asetaldehid, dan
aseton bersifat larut air dalam segala perbandingan. Semakin panjang rantai
karbon, kelarutan dalam air semakin menurun. Bila rantai karbon melebihi
lima atau enam atom karbon, kelarutan aldehid dan keton dalam air sangat
rendah. Sebagaimana kita duga, aldehid dan keton larut dalam pelarut
nonpolar (Antony, 1992).
Aldehida merupakan senyawa yang mudah dioksidasi, positif dengan uji
Tollens, gugus C = O polar, terbentuk dari oksidasi alkohol sekunder. Keton
memiliki sifat gugus C = O polar, tidak kuat dioksidasi, negatif dengan uji
Tollens, terbentuk dari oksidasi alkohol sekunder (S. Riawan, 1990).
Aldehid dinamakan menurut nama asam yang mempunyai jumlah atom
C sama dengan menggantikan akhiran “at” dengan “aldehid” atau dengan
memberikan akhiran “al” pada nama alkana yang mempunyai jumlah atom C
sama. Keton diberi nama menurut nam gugus-gugus alkilnya dengan
menambahkan kata “keton” atau memberi akhiran “on” pada alkana yang
jumlah atom C nya sama (Respati, 1986).
Kepolaran gugus karbonil dapat mempengaruhi sifat fisis aldehid dan
keton. Pemakaian elektron bersama dalam ikatan ganda dua karbon-oksigen
pada gugus karbonil sama saja dengan dalam ikatan ganda dua karbon-karbon
pada alkena. Perbedaannya dalam gugus karbonil elektron-elektron tertarik ke
oksigen yang lebih elektronegatif. Oksigen gugus karbonil mempunyai dua
pasang elektron bebas yang membawa muatan negatif parsial dan karbon
membawa muatan parsial positif (Wilbraham & Matta, 1992).
Ikatan polar pada aldehid dan keton dapat berintegrasi satu sama lain
sehingga titik didih lebih tinggi dari yang dipikirkan berdasarkan rapat
molekulnya. Ikatan polar pada gugus karbonil juga menyebabkan kelarutan
dalam air dengan nisbi yang tinggi dari beberapa jumlah aldehid dan keton
tingkat rendah (dengan jumlah karbon = 4). Tetapi pada setiap sifat fisika
tersebut dampaknya tidak begitu besar terhadap aldehid dan keton
dibandingkan dengan alkohol padanannya (Stanley, Denni. 1992).

III. ALAT DAN BAHAN


A. Alat-alat

Peralatan yang digunakan pada percobaan kali ini adalah tabung


reaksi dan raknya, tutup tabung/sumbat, water bath, pipet tetes, penjepit,
bekker glass, gelas ukur dan penangas.

B. Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah


larutan Fehling A, larutan Fehling B, Asetildehid, AgNO3 5%, NaOH
10%, NaOH 40%, NH4OH, Aseton, Formaldehid, I2 dalam KI, KMnO4,
Na-bisulfat, Fenilhidrazin, H2SO4 pekat dan es.

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


1. Uji Fehling
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 1 ml larutan Fehling A dan 1
ml larutan Fehling B.
- Ditambahkan 1 ml asetaldehid.
- Dipanaskan sekitar 5 menit dan diamati warna dan endapan yang
terjadi.
2. Uji Tollens
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 1 ml AgNO3 5% dan 1 tetes
NaOH 10% dan NH4OH encer tetes demi tetes.
- Ditambahkan 1 ml asetaldehid dan disumbat mulut tabung serta
digocok.
- Didiamkan selama 5 menit, bila belum ada perubahan dipanaskan
dalam water bath suhu 400 C selama 5 menit.
- Diamati perubahan yang terjadi. Diulangi percobaan dengan
menggunakan aseton dan formaldehid.
3. Uji Iodoform
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 1 ml asetildehid dan 1 ml I2
dalam KI kemudian ditambahkan NaOH tetes demi tetes sampai warna
iodium berubah menjadi kuning muda.
- didiamkan, bila dalam waktu 5 menit belum terbentuk endapan
iodium, maka dipanaskan dalam water bath suhu 600 C.
- Diamati perubahan yang terjadi.
4. Pembentukan Damar (reaksi Cannizarro)
- Dipanaskan ke dalam tabung reaksi 1 ml asetildehid dan 1 ml
NaOH pekat.
- Dipanaskan selama 5 menit (terbentuk endapan atau gumpalan
berbentuk amorf).
- Didinginkan secepatnya ke dalam bak air.
- Diamati warna dan bentuk gumpalan yang terjadi.
5. Uji Adisi Bisulfit
a. Tabung 1:
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 1 ml Na-bisulfit dan
ditambahkan dengan hati-hati 1 ml asetildehid.
- Dikocok dan diamati larutan dan endapan yang terbentuk.
b. Tabung 2
- Dicelupkan tabung reaksi ke dalam bak es.
- Dimasukkan 1 ml Na-bisulfit jenuh dan ditambahkan tetes demi
tetes aseton.
- Dikocok dan diamati perubahan yang terjadi.
6. Reaksi pembentukan Asam Karboksilat
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 1 ml KMnO4 dan dua tetes
larutan asam sulfat pekat dan 1 ml asetildehid.
- Dipanaskan dan diperhatikan bau yang ditimbulkan.
- Diulangi percobaan dengan menggunakan aseton dan formaldehid.
Dan diperhatikan bau yang ditimbulkan.
7. Reaksi Pembentukan Fenilhidrazin
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 1 ml asetildehid dan 1 ml
fenilhidrazin 1% (dalam HCl 5%).
- Diamati perubahan yang terjadi.
- Diulangi percobaan dengan menggunakan aseton dan formaldehid.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan

1. Uji Fehling
No. Langkah Kerja Pengamatan
1. 1 mL sampel + 1 mL Fehling A,
dipanaskan
 aseton Larutan berwarna biru
dan setelah dipanaskan
tetap berwarna biru.
 asetaldehid Larutan berwarna biru
dan setelah dipanaskan
tetap biru.

 sikloheksanon Larutan memisah (atas:


kuning; bawah: biru).

 formaldehid Larutan berwarna biru


dan setelah dipanaskan
tetap berwarna biru.
2. 1 mL sampel + 1 mL Fehling B,
dipanaskan
 aseton Dari kuning, menjadi
kuning kabur.
 asetaldehid Larutan berwarna merah
bata (warna asal kuning),
endapan berwarna jingga.

 sikloheksanon Warnanya jadi 2 fase;


atas kuning, bawah biru.
Warna larutan dari
 formaldehid kuning menjadi putih.

2. Uji Tollens

No. Langkah Kerja Pengamatan


1. 1 mL sampel + 1 mL AgNO 3 5% +
NaOH 10% + amoniak encer, dikocok,
didiamkan
 aseton Berwarna gelap.
 asetaldehid Berwarna gelap, ada
endapan.

 sikloheksanon Berwarna gelap, ada


endapan di bagian atas.

 formaldehid Berwarna hitam kabur


2. Larutan dipanaskan
Larutan bening dan
 aseton
terbentuk endapan hitam.
Larutan bening dan ada
 asetaldehid
endapan.
Terbentuk 2 fase; atas
 sikloheksanon
hitam, bawah bening.
Larutan menjadi keruh,
 formaldehid
ada endapan keperakan.

3. Uji Iodoform

No. Langkah Kerja Pengamatan


1. 1 mL sampel + 1 mL I2 dalam KI +
NaOH 6 M, dipanaskan
 aseton Ada endapan kuning.
 asetaldehid Ada endapan kuning.

 sikloheksanon Larutan memisah, atas:


kuning kehitaman;
bawah: bening.
 formaldehid Ada endapan putih

4. Pembentukan Damar (Reaksi Cannizaro)

No. Langkah Kerja Pengamatan


1. 1 mL sampel + 1 mL NaOH pekat,
dipanaskan
 aseton bening
 asetaldehid larutan mengendap
(merah bata).

 sikloheksanon Larutan terpisah 2 fase,


atas: bening; bawah:
bening seperti minyak.

 formaldehid Larutan berwarna jingga,


tidak ada endapan.

5. Uji Adisi Natrium Bisulfit

No. Langkah Kerja Pengamatan


1. 1 mL sampel + 1 mL Na-bisulfit, tdk
didinginkan / didinginkan dalam bak es
 aseton Tdk didinginkan : larutan
bening, tidak ada
endapan.
Didinginkan : larutan
bening, tidak ada
endapan.
 asetaldehid Tdk didinginkan : tidak
ada endapan.
Didinginkan : tidak ada
endapan.

 sikloheksanon Tdk didinginkan :


menggumpal (putih)
Didinginkan :
menggumpal (putih)
 formaldehid Tdk didinginkan : ada
sedikit endapan putih.
Didinginkan : larutan
berwarna putih keruh.

6. Reaksi Pembentukan Asam Karboksilat

No. Langkah Kerja Pengamatan


1. 1 mL sampel + 1 mL KMnO4 + 4 tetes
H2SO4 pekat, dipanaskan
 aseton Bening, ada bintik-bintik
cokelat, bau tidak terlalu
menyengat.
 asetaldehid Larutan bening dan
berbau menyengat.

 sikloheksanon Terbentuk 2 fase; atas


bening, bawah putih
keruh, bau tidak terlalu
menyengat.

 formaldehid Bening, tidak terlalu


menyengat.

7. Reaksi Pembentukan Fenilhidrazin

No. Langkah Kerja Pengamatan


1. 1 mL sampel + 1 mL fenilhidrazin
 aseton Larutan bening.
 asetaldehid Larutan berwarna keruh.

 sikloheksanon Larutan berwarna keruh,


terbentuk 2 fase; atas
seperti minyak, bawah
berwarna keruh.

 formaldehid Larutan berwarna keruh.

B. Pembahasan
1. Uji Fehling
Uji fehling ini bertujuan untuk mengetahui senyawa mana yang
mudah teroksidasi. Sample yang digunakan untuk uji fehling yaitu
asetaldedhid, benzaldehid, formaldehid, aseton, dan sikloheksanon.
Reagen fehling merupakan campuran dari larutan CuSO4 dan larutan alkali
dari garam tartrat. Campuran ini berwarna biru yang mengandung
kompleks ion Cu2+ dalam suasana alkalis. Jika larutan fehling ini
direaksikan dengan pereduksi tertentu, seperti hidroksilamina, hidrazin,
glukosa dan asetildehid maka akan terbentuk endapan merah bata dengan
pendidihan, dimana endapan merah bata tersebut merupakan Cu2O.
Pada umumnya senyawa Keton tak mudah dioksidasi dan aldehid
mudah untuk dioksidasi. Dalam percobaan ini senyawa asetaldehid dan
formaldehid yang merupakan aldehid dapat bereaksi atau memberikan uji
positif terhadap penambahan larutan fehling A dan B dimana
dihasilkannya endapan merah bata Cu2O setelah dilakukan pemanasan.
Reaksi antara asetildehid dengan larutan fehling :
O O

CH3 – C – H + Cu2+ + 5OH-   CH3 – C – OH + Cu2O + 3H2O


tartrat
sitrat

Reaksi yang terjadi pada formaldehida adalah sebagai berikut :


O O

H – C – H + Cu2+ + 5OH-  H – C – OH + Cu2O + 3H2O


merah bata
Keton (aseton) sukar teroksidasi oleh larutan Fehling karena
senyawa keton tidak mempunyai atom H yang menempel pada atom
karbon karbonil. Jadi senyawa keton tidak memberikan tes yang positif
terhadap larutan fehling sehingga uji Fehling maupun uji benedict dapat
membedakan antara senyawa aldehid dan keton.
Tetapi terjadi kesalahan melakukan prosedur kerja dalam
praktikum mengenai uji fehling ini, pereaksian fehling pada masing-
masing sampel dilakukan terpisah, padahal seharusnya fehling A dan
fehling B dicampur mejadi satu dengan salah satu sampel pada masing-
masing tebung reaksi. Sehingga hasil pengamatan dalam percobaan ini
meleset dari hasil yang diharapkan.

2. Uji Tollens
Uji Tollens juga dimaksudkan untuk mengetahui kemudahan
aldehid atau keton untuk dioksidasi menjadi asam karboksilat. Pereaksi
Tollens merupakan pengoksidasi ringan yang digunakan dalam uji ini.
Peraksi Tollens adalah larutan basa dari perak nitrat, larutannya jernih dan
tidak berwarna. Untuk mencegah pengendapan ion perak sebagai oksida
(Ag2O) pada suhu tinggi, maka ditambahkan beberapa tetes larutan
amonia. Amonia membentuk komplek larut dalam air dengan ion perak.
Ag+ + 2NH3 Ag(NH3)2
Reaksi tollens berdasarkan oksidasi suatu aldehid larutan ion (Ag +)
dalam basa amoniak. Suatu oksidator yang lemah hasilnya adalah suatu
karboksilat dan logam perak-logam peraknya akan membentuk endapan
hitam. Uji Tollens ini digunakan untuk membedakan antara aldehid dan
keton berdasarkan sifat kemudahannya mengalami oksidasi.
Pada percobaan ini AgNO3 5 % ditambahkan dengan NaOH dan
amoniak akan terbentuk larutan coklat keruh dengan endapan coklat.
Setelah itu ditambahkan sampel. Pada formaldehid setelah pemanasan
terbentuk cermin perak, sedangkan pada asetildehid hanya terbentuk
endapan saja. Hal ini terjadi mungkin karena kurang bersihnya alat yang
digunakan dan karena ketidaktelitian praktikan (kelebihan ion perak pada
waktu percobaan). Reaksi antara senyawa-senyawa aldehid dan pereaksi
tollens, yaitu :
O O
CH3 – C – H + 2Ag(NH3)2+OH- CH3 – C – O – NH4+ + 2Ag+(S) + H2O
Asetildehid Pereaksi Tollens cermin perak

O O
H – C – H + 2Ag(NH3)2+OH- H – C – O – NH4++2Ag+(S) + 3NH3
+ 2H2O
Formaldehid Pereaksi Tollens cermin perak
Untuk senyawa keton tidak terbentuk cermin perak. Hal itu terjadi
karena pada keton tidak terdapat atom H yang terikat langsung pada gugus
karbonil sehingga keton tidak mampu mereduksi larutan Tollens. Keton
hanya mampu dioksidasi menjadi keadaan yang lebih keras (reaksinya)
daripada aldehid. Ikatan antara karbon karbonil dan salah satu karbonnya
putus, memberikan hasil oksidasi dengan jumlaha tom karbon yang lebih
sedikit dibandingkan dengan jumlah atom.

3. Uji Iodoform
Uji iodoform ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan
aldehid dan keton untuk diionisasi. Syarat suatu senyawa untuk diionisasi
atau menunjukkan uji positif terhadap uji iodoform adalah ditandai dengan
terbentuknya warna atau endapan kuning.
Atom hidrogen yang terikat pada atom karbon untuk aldehid dan
keton dapat diganti oleh unsur halogen dalam larutan basa. Reaksi ini
dapat berjalan dengan cepat karena adanya pengaruh tarikan elektron pada
unsur halogen, sehingga atom hidrogen pada atom karbon menjadi lebih
bersifat asam yang menyebabkan atom hidrogen mudah diganti oleh unsur
lain, seperti halogen.
Umumnya reaksi ini digunakan untuk menunjukkan adanya metil
keton (R – CO – CH2). Senyawa ini bila direaksikan dengan iodium dan
basa akan membentuk hablur dari iodoform yang bersifat warna kuning.
Karena reagen dalam reaksi ini merupakan oksidator, maka alkohol yang
mengandung gugus – CH(OH) – CH3 akan mudah teroksidasi menjadi
metil keton ( - CO – CH3) yang berarti alkohol itu mengandung gugus
metil. Reaksinya adalah sebagai berikut :
CH3 C H + 3I2 + NaOH CHI3 + 3HI + H C Na

O O

CH3 C H + 3I2 + 3OH- CI3 C J + 3H2O + 3I-

O O
Senyawa trihalo yang didapatkan diuraikan oleh basa
menghasilkan haloform, seperti reaksi pada pembentukan iodoform dan
kloroform.
R C CI2 + OH- R C O + CHI3

O O
Pada percobaan yang telah dilakukan terlihat bahwa hanya aseton
yang memberikan uji positif terhadap uji iodoform ini.

4. Pembentukan Damar (Reaksi Cannizarro)


Larutan damar terjadi karena adanya alkali pekat, maka aldehid
yang tidak mempunyai atom H alfa mengalami oksidasi reduksi sendiri
sehingga menghasilkan campuran alkohol dan garam karboksilat.
Suatu aldehid tanpa hidrogen alpa tidak dapat menjalani adisi-diri
atau menghasilkan suatu produk adol. Jika suatu aldehid tanpa hidrogen
alpha dipanasi dengan larutan hidroksida pekat akan terjadi reaksi
disproporsionasi dimana separuh aldehid teroksidasi menjadi asam
karboksilat dan separuh akan tereduksi menjadi suatu alkohol. Reaksi ini
disebut dengan reaksi Cannizarro :
2HCH HCONa + CH3OH
NaOH pekat
O O
Formaldehid Na-formiat methanol
Aldehid-aldehid yang mempunyai hydrogen alfa dengan
penambahan asam pekat memberi damar-damar aldehid suatu campuran
senyawa-senyawa dengan BM yang tinggi mungkin hasil kondensasi dan
penghidratan.
Pada percobaan ini menggunakan asetildehid yang memiliki
hidrogen alpha, dalam kondisi ini asetildehid mengalami suatu kondensasi
aldol dengan ditandai adanyaendapan merah bata.

Reaksinya adalah :
2CH3CH CH3CH CH2CH
OH-
O O O
Sedangkan pada formaldehid, larutan yang terbentuk berwarna
jingga, kondensasi aldol merupakan suatu reaksi adisi dimana tidak lepas
dari molekul kecil. Aldol yang terjadi pelepasan air dan terbentuk aldehid
tidak jenuh yaitu kranotaldehid yang ditunjukkan terjadi perubahan jika
amorf dipanaskan maka akan terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan atas orange
keruh dan bawah orange.
Sedangkan pada senyawa-senyawa keton yang lain tidak terbentuk
endapan amorf setelah dilakukan pemanasan. Hal itu dikarenakan
senyawa-senyawa tersebut tidak memiliki hidrogen alfa.

5. Reaksi Adisi Natrium Bisulfit


Aldehid dan beberapa keton dengan jumlah atom karbon yang
kecil dapat melakukan reaksi adisis dengan melarutkan larutan natrium
bisulfat perak menghasilkan hablur berwarna putih. Hasil reaksi ini bila
bereaksi dengan asam akan membentuk senyawa karbonil kembali,
sehingga reaksi ini dapat digunakan untuk memisahkan senyawa karbonil.
Na-Bisulfit direaksikan dengan senyawa aldehid dan keton pada suasana
dingin dan tidak. Seharusnya, Na-bisulfit yang direaksikan dengan
asetildehid menghasilkan larutan keruh dan hablur putih, yang berarti
asetildehid mengalami reaksi adisi. Reaksinya adalah :
O OH
CH3 C H + HSO3Na CH3 C Na+SO4-
H
Tetapi pada data percobaan yang telah dilakukan tidak diketahui
adanya warna yang signifikan, hanya saja tidak ada terbentuk endapan.
Sedangkan Na-bisulfit yang ditambahkan dengan aseton dan
dilakukan dalam bak es menghasilkan hablur putih dan reaksinya
berlangsung lebih cepat. Hal ini dikarenakan reaksi dalam keadaan dingin
atau dengan bantuan es dapat mempercepat reaksi untuk berlangsung.

Reaksi aseton dengan Na-bisulfit adalah :


O OH
CH3 C CH3 + HSO3Na CH3 C Na+SO3-
CH3
Untuk aseton adalah menghasilkan larutan bening. Tahap ini
reaaksinya berlangsung lebih cepat karena dilakukan pada air dingin.
Reaksi Na-Bisulfit dengan aseton adalah :
NaHSO3 + CH3COOH CH3CON2NaSO3
Jadi antara keton dan aldehid akan bereaksi dengan Na-bisulfit
dengan membentuk hablur putih.

6. Reaksi Pembentukan asam karboksilat


Asetildehid yang merupakan aldehid jika direaksikan dengan
KMnO4 dan H2SO4 akan lebih mudah mengalami oksidasi dan
menghasilkan asam karboksilat daripada senyawa-senyawa lainnya.
Campuran ini menghasilkan suatu larutan coklat muda dan setelah
dilakukan pemanasan akan menghasilkan larutan bening dan menimbulkan
bau menyengat. Reaksinya adalah :
2KMnO4 + 3H2SO4 + H C H 2MnSO4 + K2SO4 + 5CH3COOH + 3H2O
O Asam asetat
Hal serupa seharusnya juga terjadi pada formaldehid (karena
formaldehid juga merupakan salah satu bentuk aldehid). Tetapi hal ini tdak
terjadi, hal ini mungkin disebabkan karena kekurangtelitian praktikan saat
melakukan percobaan. Rekai yang seharusnya terjadi adalah:
2KMnO4 + 3H2SO4 + 2H C H 2MnSO4 + K2SO4 + 5H C OH

O O
Asam format
Pada senyawa keton sulit untuk bereaksi membentuk asam
karboksilat, hanya terjadi larutan yang terpisah pada sikloheksanon.

7. Reaksi Pembentukan Fenilhidrazin

Pada reaksi dengan aldehid (asetaldehid dan formaldehid) akan


menghasilkan suatu larutan keruh. Sedangkan pada sampel keton hanya
terbentuk larutan keruh dan membentuk 2 fase (pada sikloheksanon), dan
berwarna bening (pada aseton). Reaksi-reaksi yang terjadi adalah :
CH3COH + NHNH2  CH3COH–NH–NH
asetaldehid
HCOH + NHNH2  CH3COH–NH–NH
formaldehid

CH3CCH3 + NHNH2  CH3CO–NH–NH


aseton
OH

VI. KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah:


1. Terjadi kesalahan perlakuan prosedur pada percobaan Uji Fehling,
sehingga hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan.
2. Uji tollens pada formaldehid menghasilkan cermin perak.
3. Aldehid akan menghasilkan damar dengan penambahan NaOH pekat
sedangkan penambahan NaOH pada senyawa keton tidak akan
menghasilkan damar.
4. Oksidasi aldehid oleh KMnO4 pada suasana asam akibat penambahan
asam sulfat menghasilkan suatu asam karboksilat, sedangkan pada keton,
asam karboksilat terjadi karena adisi gugus karbonil.
5. Oksidasi aldehid oleh KMnO4 pada suasana asam akibat penambahan
asam sulfat menghasilkan suatu asam karboksilat.
6. Ada senyawa karbonil sering terjadi reaksi adisi pada gugus karbonil
(C= O), dengan menggunakan reagen yang nukleofil.

DAFTAR PUSTAKA
Antony C. W dan Matta S, Michael. 1992. Kimia Organik dan Hayati.
ITB:Bandung.
Fessenden & Fessenden. 1997. Kimia Organik Jilid 1. Erlangga: Jakarta.
Fessenden dan Fessenden. 1999. Kimia Organik. Erlangga: Jakarta.
Hart, Harold. 1990. Kimia Organik: Suatu Kuliah Singkat. Erlangga: Jakarta.
Respati. 1986. Pengantar Kimia Organik Jilid 1. Aksara Baru: Jakarta.
Riawan, S. 1990. Kimia Organik Jilid 1. Binarupa Aksara: Jakarta.
Stanley, Denni. 1992. Pengantar Ilmu Organik dan Hayati. ITB. Bandung.
Stanley, H. Pire. 1988. Kimia Organik I. ITB. Bandung.

You might also like