You are on page 1of 47

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada hakekatnya, semua manusia menginginkan keadaan sehat, baik jiwa maupun
raga. Karena sehat merupakan suatu keadaan yang sempurna, baik secara fisik, mental
dan sosial, serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan, (WHO, 1947).
Sementara menurut UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan; kesehatan merupakan
keadaan sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan social yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Misi dari Indonesia sehat
2010 mengenai pembangunan berwasasan kesehatan, mendorong kemandirian, pelayanan
kesehatan bermutu-merata-terjangkau, dan memelihara serta meningkatkan kesehatan
individu, kelompok, masyarakat dan lingkungan.
Kanker Kolorectal adalah keganasan di kolon / rectum. Colorectal Cancer atau lebih
dikenal sebagai Ca Colon dan rectal, adalah suatu bentuk keganasan yang terjadi pada
colon, rectum, dan appendix. Penyakit ini merupakan penyakit kedua yang mematikan di
dunia. Adapun faktor penyebab dari kanker ini antara lain adalah karena sedikit Olahraga,
kegemukan, alkohol, mengkonsumsi makanan tinggi protein hewani (seperti daging,
jeroan), umur > 50 tahun, adanya polip kolorectal, hereditas, adanya penyakit saluran
pencernaan : radang usus, ulcerative colitis, hemeroid, ras : terutama Eropa, Afrika,
Amerika.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami tertarik untuk mengambil masalah yang
berhubungan dengan sistem gastrointestinal, dengan judul “Asuhan keperawatan pada Tn.
S, dengan gangguan sistem gastrointestinal : post lapparatomie reseksie anastomosis hari
ke-5, di ruang yosef 3 – SK kamar 303 bed 3. Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung.

1.2 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan yang ingin dicapai
a. Tujuan umum :
Setelah menyelesaikan makalah ini, diharapkan kita sebagai calon perawat mampu
memberikan asuhan keperawatan yang aman dan efektif sesuai dengan standar dan
etika keperawatan pada klien yang mengalami masalah kesehatan pada sisitem
gastrointestinal: post lapparatomie reseksie anastomosis.

1
b. Tujuan khusus :
 Mahasiswa dapat mengetahui tentang pengertian dari kanker kolorektal.
 Mahasiswa dapat melakukan pengkajian dengan gangguan system gastrointestinal:
kanker kolon dan post operasinya.
 Mahasiswa dapat mendiagnosa masalah dengan gangguan sistem gastrointestinal:
kanker kolon, baik pre maupun post operasi.
 Mahasiswa dapat merencanakan tindakan keperawatan dengan gangguan sistem
gastrointestinal: kanker kolon, intervensi untuk pre maupun post operasi.
 Mahasiswa dapat melakukan tindakan keperawatan dengan gangguan system
gastrointestinal: kanker kolon.
 Mahasiswa dapat mengevaluasi dari tindakan keperawatan dengan gangguan sistem
gastrointestinal: kanker kolon.

1.3 Metode Penulisan


Dalam menyelesaikan makalah ini, kami mengunakan metode diskusi kelompok,
konsultasi dengan dosen pembimbing serta metode deskriptif melalui studi kasus. Teknik
pengambilan data tersebut menggunakan cara sebagai berikut:
1. Pengkajian
Dalam penyusunan makalah ini, langkah pertama yang kami lakukan adalah pengkajian
kepada Tn.S.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukankami adalah secara head to toe yang mencakup semua
sistem pada tubuh.
3. Studi Pustaka
Penulis mencari berbagai sumber dan referensi yang berhubungan dengan penyakit Ca
Colon.

1.4 Sistematika Penulisan


Dalam penyusunan makalah ini, penulis membagi dalam tiga bab, yaitu BAB I
Pendahuluan yang berisi: latar belakang penulisan, tujuan penulisan, metode penulisan,
sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Teoretis yang berisi: Pengertian, Anatomi Fisiologi
usus besar, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, komplikasi, tes diagnostik, penatalaksanaan
medis, dan konsep proses keperawatan klien dengan kanker kolon. BAB III Tinjauan Kasus,
terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana asuhan keperawatan, implementasi
keperawatan, evaluasi keperawatan. BAB IV Penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran.

2
BAB II
TINJAUAN TEORETIS

Kanker Colon

A. Definisi
 Kanker adalah tumor seluler yang bersifat fatal, sel- sel kanker tidak seperti sel- sel tumor
jinak, menunjukan sifat invasive dan metastasis dan sangatlah anaplastik. (Kamus Dorland)
 Kanker Kolorectal adalah keganasan di kolon / rectum. (Pricilla Lemone)
 Colorectal Cancer atau lebih dikenal sebagai Ca Colon dan rectal, adalah suatu bentuk
keganasan yang terjadi pada colon, rectum, dan appendix. (www.drarief.com)
 Kanker kolon dan rektum adalah kanker yang menyerang usus besar dan rektum, penyakit
ini adalah penyakit kedua yang mematikan. (http://id.wikipedia.org)
 Kanker Kolorectal adalah kanker yang menyerang daerah kolon dan rectum.
(www.cancer.org)
 Jadi, Kanker Kolorectal adalah suatu kanker yang bersifat fatal karena dapat mengalami
invasi dan metastasis serta menyerang daerah kolon dan rectum.

B. Anatomi Fisiologi Usus Besar


 Anatomi

Usus besar merupakan bidang perluasan dari ileocecal ke anus. Usus besar terdiri dari
cecum, colon, rectum, dan lubang anus. Selama dalam colon, chyme diubah menjadi feces.
Penyerapan air dan garam, pengsekresian mucus dan aktivitas dari mikroorganisme yang
termasuk dalam pembentukan feces, dimana colon menyimpan sampai feces dikeluarkan
melalui proses defekasi. Kira-kira 1500 ml dari chyme masuk ke cecum setiap hari, tapi lebih

3
dari 90% dari volume direabsorbsi dan hanya tertinggal 80-150 ml dari feces yang dikeluarkan
secara normal melalui defakasi.
Cecum merupakan tempat bertemunya usus halus dan usus besar pada ileocecal.
Cecum panjangnya kira-kira 6 cm mulai dari ileocecal membentuk kantung tersembunyi.
Berdekatan dengan cecum adalah saluran tersembunyi yang kecil kira-kira panjangnya 9 cm
disebut appendix (umbai cacing). Dinding dari appendix terdiri beberapa nodul limpatik.
Colon kira-kira panjangnya 1,5-1,8 m dan terdiri dari 4 bagian, yaitu colon ascendens, colon
transversal, colon descendens dan colon sigmoid. Colon ascending membujur dari cecum dan
berakhir pada fleksur kolik kanan (fleksur hepatik) dekat pinggir bawah kanan dari hati. Colon
transversal membentang dari fleksur kolik kanan ke fleksur kolik kiri (fleksur limpa), dan colon
descending membentang dari fleksur kolik kiri ke pembukaan atas dari pelvis yang sebenarnya,
dimana tempat tersebut menjadi colon sigmoid. Colon sigmoid membentuk saluran S yang
membentang sampai pelvis dan berakhir di rectum.
Lapisan otot cirkular dari colon lengkap, tapi lapisan otot longitudinal tidak lengkap.
Lapisan longitudinal tidak membungkus seluruh dinding usus tapi membentuk tiga berkas otot,
yaitu taniae coli, yang terdapat di sepanjang colon. Kontraksi dari tanie coli menyebabkan suatu
kantung yang disebut haustra yang terbentuk di sepanjang colon terlihat seperti sebuah
lukukan. Jaringan ikat yang berrukuran kecil dan berisi lemak disebut epiploik appendage yang
melekat di sepanjang permukaan kolon bagian luar. seperti terlihat pada gambar. Barisan
mukosal dari usus besar terdiri dari epitel lajur sederhana. Epitel ini tidak membentuk suatu
lipatan-lipatan atau vili seperti pada usus halus tapi memiliki sejumlah kelenjar tubuler yang
disebut crypts. Crypts mirip dengan kelenjar usus yang ada di usus halus, dengan tiga jenis sel
yang termasuk sel absropsi, sel goblet dan sel granular. Perbedaan utama adalah pada sel
goblet usus besar menonjol dan dua jenis sel lain jumlahnya berkurang banyak.

Rektum itu lurus, pipa berotot yang berawal dari pangkal sigmoid kolon dan berakhir pada
lubang anus. Deretan membran selaput lendir adalah epitelium lajur yang sederhana, dan
berlapis otot yang relatif tebal dibandingkan waktu alat pencernaan.beristirahat Bagian terakhir
dari alat pencernaan yang panjangnya 2-3 cm adalah lubang anus. Lubang anus berawal dari
pangkal rektum dan berakhir pada anus. Lapisan otot halus dari lubang anus lebih tebal

4
daripada rektum dan berbentuk internal anal spincter bagian ujung atas dari lubang anus. Otot
rangka membentuk external anal spincter pada bagian ujung bawah dari lubang anus. Jaringan
Epitel pada bagian atas dari lubang anus adalah lajur yang sederhana dan yang di bagian
bawah tersusun squamous.

 Fisiologi

Fungsi utama kolon adalah: absorbsi air dan elektrolit dari kimus untuk membentuk
feses yang padat dan penimbunan bahan feses sampai dapat dikeluarkan. Setengah bagian
proksimal kolon berhubungan dengan absorbsi dan setengah distal kolon berhubungan
dengan penyimpanan. Karena sebagai 2 fungsi tersebut gerakan kolon sangat lambat. Tapi
gerakannya masih seperti usus halus yang dibagi menjadi gerakan mencampur dan
mendorong.

a) Gerakan Mencampur “Haustrasi”

Gerakan segmentasi dengan konstriksi sirkular yang besar pada kolon, ± 2.5 cm otot
sirkular akan berkontraksi, kadang menyempitkan lumen hampir tersumbat. Saat yang
sama, otot longitudinal kolon (taenia koli) akan berkontraksi. Kontraksi gabungan tadi
menyebabkan bagian usus yang tidak terangsang menonjol keluar (haustrasi). Setiap
haustrasi mencapai intensitas puncak dalam waktu ±30 detik, kemudian menghilang 60
detik berikutnya, kadang juga lambat terutama sekum dan kolon asendens sehingga
sedikit isi hasil dari dorongan ke depan. Oleh karena itu bahan feses dalam usus besar
secara lambat diaduk dan dicampur sehingga bahan feses secara bertahap bersentuhan
dengan permukaan mukosa usus besar, dan  cairan serta zat terlarut secara progresif
diabsorbsi hingga terdapat 80-200 ml feses yang dikeluarkan tiap hari.

b) Gerakan Mendorong “Pergerakan Massa”

Banyak dorongan dalam sekum dan kolon asendens dari kontraksi haustra yang
lambat tapi persisten, kimus saat itu sudah dalam keadaan lumpur setengah padat. Dari
sekum sampai sigmoid, pergerakan massa mengambil alih peran pendorongan untuk
beberapa menit menjadi satu waktu, kebanyakan 1-3 x/hari gerakan.

Selain itu, kolon mempunyai kripta lieberkuhn tapi tidak ber-vili. menghasilkan
mucus (sel epitelnya jarang mengandung enzim). Mucus mengandung ion bikarbonat
yang diatur oleh rangsangan taktil langsung dari sel epitel dan oleh refleks saraf
setempat terhadap sel mucus Krista lieberkuhn. Rangsangan n. pelvikus dari medulla
spinalis yang membawa persarafan parasimpatis ke separuh sampai dua pertiga bagian
distal kolon. Mucus juga berperan dalam melindungi dinding kolon terhadap ekskoriasi,
tapi selain itu menyediakan media yang lengket untuk saling melekatkan bahan feses.
Lebih lanjut, mucus melindungi dinding usus dari aktivitas bakteri yang berlangsung

5
dalam feses, ion bikarbonat yang disekresi ditukar dengan ion klorida sehingga
menyediakan ion bikarbonat alkalis yang menetralkan asam dalam feses. Mengenai
ekskresi cairan, sedikit cairan yang dikeluarkan melalui feses (100 ml/hari). Jumlah ini
dapat meningkat sampai beberapa liter sehari pada pasien diare berat.

c) Absorpsi dalam Usus Besar

Sekitar 1500 ml kimus secara normal melewati katup ileosekal, sebagian besar air
dan elektrolit di dalam kimus diabsorbsi di dalam kolon dan sekitar 100 ml diekskresikan
bersama feses. Sebagian besar absorpsi di pertengahan kolon proksimal (kolon
pengabsorpsi), sedang bagian distal sebagai tempat penyimpanan feses sampai akhirnya
dikeluarkan pada waktu yang tepat (kolon  penyimpanan).

d) Absorbsi dan Sekresi Elektrolit dan Air

Mukosa usus besar mirip seperti usus  halus, mempunyai kemampuan absorpsi aktif
natrium yang tinggi dan klorida juga ikut terabsorpsi. Ditambah taut epitel di usus besar
lebih erat dibanding usus halus sehingga mencegah difusi kembali ion tersebut, apalagi
ketika aldosteron teraktivasi.  Absorbsi ion natrium dan ion klorida menciptakan gradien
osmotic di sepanjang mukosa usus besar yang kemudian menyebabkan absorbsi air.

Dalam waktu bersamaan usus besar juga menyekresikan ion bikarbonat (seperti
penjelasan diatas) membantu menetralisir produk akhir asam dari kerja bakteri didalam
usus besar.

e) Kemampuan Absorpsi Maksimal Usus Besar

Usus besar dapat mengabsorbsi maksimal 5-8 L cairan dan elektrolit tiap hari
sehingga bila jumlah cairan masuk ke katup ileosekal melebihi atau melalui sekresi usus
besar melebihi jumlah ini akan terjadi diare.

 Kerja Bakteri dalam kolon.

Banyak bakteri, khususnya basil kolon, bahkan terdapat secara normal pada
kolon pengabsorpsi. Bakteri ini mampu mencerna selulosa (berguna sebagai
tambahan nutrisi), vitamin (K, B₁₂, tiamin, riboflavin, dan bermacam gas yang
menyebabkan flatus di dalam kolon, khususnya CO₂, H₂, CH₄).

 Komposisi feses.

Normalnya terdiri dari ³⁄₄ air dan ¹⁄₄ padatan (30% bakteri, 10-20% lemak, 10-20%
anorganik, 2-3% protein, 30% serat makan yang tak tercerna dan unsur kering dari
pencernaan (pigmen empedu, sel epitel terlepas). Warna coklat dari feses disebabkan

6
oleh sterkobilin dan urobilin yang berasal dari bilirubin yang merupakan hasil kerja
bakteri. Apabila empedu tidak dapat masuk usus, warna tinja menjadi putih (tinja
akolik). Asam organic yang terbantuk dari karbohidrat oleh bakteri merupakan
penyebab tinja menjadi asam (pH 5.0-7.0).  Bau feses disebabkan produk kerja
bakteri (indol, merkaptan, skatol, hydrogen sulfide). Komposisi tinja relatif tidak
terpengaruh oleh variasi dalam makanan karena sebagian besar fraksi massa feses
bukan berasal dari makanan. Hal ini merupakan penyebab mengapa selama
kelaparan jangka panjang tetap dikeluarkan feses dalam jumlah bermakna.

f) Proses Defekasi

Sebagian besar waktu, rectum tidak berisi feses, hal ini karena adanya sfingter yang
lemah ±20 cm dari anus pada perbatasan antara kolon sigmoid  dan rectum serta sudut
tajam yang menambah resistensi pengisian rectum. Bila terjadi pergerakan massa ke
rectum, kontraksi rectum dan relaksasi sfingter anus akan timbul keinginan defekasi.
Pendorongan massa yang terus menerus akan dicegah oleh konstriksi tonik dari 1)
sfingter ani interni; 2) sfingter ani eksternus.

Refleks Defekasi. Keinginan berdefekasi muncul pertama kali saat tekanan rectum
mencapai 18 mmHg dan apabila mencapai 55 mmHg, maka sfingter ani internus dan
eksternus melemas dan isi feses terdorong keluar. Satu dari refleks defekasi adalah
refleks intrinsic (diperantarai sistem saraf enteric dalam dinding rectum.

Ketika feses masuk rectum, distensi dinding rectum menimbulkan sinyal aferen
menyebar melalui pleksus mienterikus untuk menimbulkan gelombang peristaltic dalam
kolon descendens, sigmoid, rectum, mendorong feses ke arah anus. Ketika gelombang
peristaltic mendekati anus, sfingter ani interni direlaksasi oleh sinyal penghambat dari
pleksus mienterikus dan sfingter ani eksterni dalam keadaan sadar berelaksasi secara
volunter sehingga terjadi defekasi. Jadi sfingter melemas sewaktu rectum teregang.

Sebelum tekanan yang melemaskan sfingter ani eksternus tercapai, defekasi


volunter dapat dicapai dengan secara volunter melemaskan sfingter eksternus dan
mengontraksikan otot-otot abdomen (mengejan). Dengan demikian defekasi merupakan
suatu reflex spinal yang dengan sadar dapat dihambat dengan menjaga agar sfingter
eksternus tetap berkontraksi atau melemaskan sfingter dan megontraksikan otot
abdomen.

Sebenarnya stimulus dari pleksus mienterikus masih lemah sebagai relfeks


defekasi, sehingga diperlukan refleks lain, yaitu refleks defekasi parasimpatis (segmen
sacral medulla spinalis). Bila ujung saraf dalam rectum terangsang, sinyal akan
dihantarkan ke medulla spinalis, kemudian secara refleks kembali ke kolon descendens,

7
sigmoid, rectum, dan anus melalui serabut parasimpatis n. pelvikus. Sinyal parasimpatis
ini sangat memperkuat gelombang peristaltic dan merelaksasi sfingter ani internus.
Sehingga mengubah refleks defekasi intrinsic menjadi proses defekasi yang kuat.

Sinyal defekasi masuk ke medula spinalis menimbulkan efek lain, seperti mengambil
napas dalam, penutupan glottis, kontraksi otot dinding abdomen mendorong isi feses dari
kolon turun ke bawah dan saat bersamaan dasar pelvis mengalami relaksasi dan menarik
keluar cincin anus mengeluarkan feses.

C. Etiologi

- Sedikit Olahraga
- Kegemukan
- Alkohol
- Mengkonsumsi makanan tinggi protein hewani (seperti daging, jeroan)
- Resti pada umur 50 tahun
- Adanya polip kolorectal
- Hereditas
- Adanya penyakit saluran pencernaan : radang usus, ulcerative colitis, hemeroid
- Ras : terutama Eropa, Afrika, Amerika.

D. Klasifikasi

Terdapat beberapa macam klasifikasi staging pada kanker kolon, ada klasifikasi TNM,
klasifikasi Dukes, dijabarkan klasifikasinya adalah sebagai berikut :

 Stadium 1 : Kanker terjadi di dalam dinding kolon


 Stadium 2 : Kanker telah menyebar hingga ke lapisan otot kolon
 Stadium 3 : Kanker telah menyebar ke kelenjar-kelenjar limfa
 Stadium 4 : Kanker telah menyebar ke organ-organ lain.

E. Patofisiologi

 Tumor yang berupa massa polipoid besar, tumbuh ke dalam lumen dan dengan cepat
meluas ke sekitar usus sebagai cincin anular. Lesi anular lebih sering terjadi pada bagian
rektosigmoid, sedangkan polipoid atau lesi yang datar lebih sering terdapat pada sekum dan
kolon asendens. Secara histologis, hampir semua kanker usus besar adalah adenokarsinoma
(terdiri atas epitel kelenjar ) dan dapat mensekresi mukus yang jumlahnya berbeda – beda.
Tumor dapat menyebar :
1) Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih.
2) Melalui pembuluh limfe ke kelenjar perikolon dan mesokolon.
3) Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah ke sistem portal.

8
Prognosis relatif baik bila lesi terbatas pada mukosa dan submukosa pada saat reseksi
dilakukan, dan jauh lebih jelek bila terjadi metastasis ke kelenjar limfe.
Colorectal Cancer atau dikenal sebagai Ca. Colon atau Kanker Usus Besar adalah suatu
bentuk keganasan yang terjadi pada kolon, rektum, dan appendix (usus buntu). Di negara maju,
kanker ini menduduki peringkat ke tiga yang paling sering terjadi, dan menjadi penyebab
kematian yang utama di dunia barat. Untuk menemukannya diperlukan suatu tindakan yang
disebut sebagai kolonoskopi, sedangkan untuk terapinya adalah melalui pembedahan diikuti
kemoterapi.

F. Manifestasi Klinik

 Colon Asendens : nyeri, adanya massa, perubahan peristaltik usus, anemia


 Colon Transversum : nyeri, obstruksi, perubahan pergerakan usus dan anemia
 Colon Desendens : nyeri, perubahan pergerakan usus, terdapat darah merah terang pada
feses, obstruksi
 Rectum : terdapat darah di dalam feses, perubahan peristaltik usus, ketidaknyamanan
rectal

G. Test Diagnostik
 Pemeriksaan abdomen dan rectal
 Sigmoidoscopy dan colonscopy
 Barium Enema

9
 CT Scan Abdomen
 Operasi : Right/ Left Hernia Colectomy : Abdominal – Perineal Resection, Laparascopy
Colectomy
 Radiasi
 Chemotherapy
 Liver fungsi test.

H. Insiden

Tumor usus halus jarang terjadi, sebaliknya tumor usus besar dan rektum relatif umum.
Pada kenyataannya kanker kolon dan rectum sekarang adalah tipe paling umum kedua dari
kanker internal di Amerika Serikat. Ini adalah penyakit budaya Barat. Diperkirakan bahwa
150.000 kasus baru kanker kolorectal didiagnosis di negara ini tiap tahunnya.
Kanker kolon menyerang individu dua kali lebih besar dibandingkan kanker rectal.
Insidennya meningkat sesuai usia (kebanyakan pada pasien yang berusia lebih dari 55 tahun)
dan makin tinggi pada individu dengan riwayat keluarga yang mengalami kanker kolon, penyakit
usus inflamasi kronis atau polip.
Insiden kanker pada sigmoid dan area rectal telah menurun, sedangkan insidens pada
kolon asenden dan desenden meningkat. Angka kelangsungan hidup di bawah 5 tahun adalah
40% sampai 5%, terutama karena terlambat dalam diagnosis dan adanya metastase.
Kebanyakan orang asimtomatis dalam jangka waktu lama dan mencari bantuan kesehatan
hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi/ pendarahan rectal.

I. Penatalaksanaan Medis

 Cairan Intravena dan NGT (obstruksi usus )


 Pengobatan tergantung terhadap penyakit
Pentahapan yang digunakan secara jelas adalah klasifikasi Duke :
- Kelas A : Tumor dibatasi pada mukosa dan submukosa
- Kelas B : Peneterasi melalui dinding usus
- Kelas C : Invasi ke dalam sistem limfe yang mengalir regional
- Kelas D : Metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas
 Pembedahan :
Tipe pembedahan tergantung lokasi dan ukuran tumor. Prosedur pembedahan pilihan
(Doughty & Jackson, 1993 ), adalah sebagai berikut :
 Reseksi segmental dengan Anatomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus pada
sisi pertumbuhan, pembuluh darah, nodus limfatik )
 Reseksi Abdominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen (pengangkatan
tumor dan porsi sigmoid dan semua rectum serta sfingter anal )
 Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis serta
reanastomosis lanjut dari kolostomi

10
 Kolostomie permanen dan illeostomy → untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang
tidak direseksi.

J. Asuhan Keperawatan
Pengkajian :
 Riwayat kesehatan diambil untuk mendapatkan informasi tentang perasaan lelah,
adanya nyeri abdomen atau rectal dan karakternya (lokasi,frekuensi, durasi, berhubungan
dengan makan atau defekasi ), pola eliminasi terdahulu dan saat ini, defekasi tentang warna,
bau, dan konsistensi feses, mencakup adanya darah atau mucus. Informasi tambahan
mencakup riwayat masa lalu tentang penyakit usus inflamasi kronis atau polip kolorektal;
riwayat keluarga dari penyakit kolorectal; dan terapi obat saat ini. Kebiasaan diet
diidentifikasikan mencakup masukan lemak dan/ atau serat serta jumlah konsumsi alcohol.
Riwayat penurunan berat badan adalah penting.
 Pengkajian objektif  mencakup auskultasi abdomen terhadap bising usus dan
palpasi abdomen untuk area nyeri tekan, distensi, dan massa padat. Spesimen feses
diinspeksi terhadap karakter dan adanya darah.

Diagnosa Keperawatan :

 Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi


 Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi
 Keletihan berhubungan dengan anemia dan anoreksia
 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan mual dan
anoreksia
 Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan dehidrasi
 Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan diagnosis kanker
 Kurang pengetahuan mengenai diagnosa, prosedur pembedahan, dan perawatan diri
setelah pulang
 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan  insisi bedah (abdomen dan perianal),
pembentukan stoma, dan kontaminasi fekal terhadap kulit periostomal
 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kolostomi.

Intervensi Keperawatan :

1. Sering mengkaji keadekuatan penanganan nyeri. Gunakan informasi subjektif dan objektif,
meliputi :(1) lokasi, intensitas, dan karakter nyeri; (2) tanda-tanda nonverbal, meliputi : wajah
meringis, posisi tubuh tegang, tampak terpejam, peningkatan pols, peningkatan atau
penurunan tekanan darah, pernafasan cepat dan dangkal. Klien dapat berasumsi bahwa
nyeri akan terjadi atau toleransi atau dapat menjadi ketakutan tergantung pengobatan

11
analgesik. Menanyakan dengan seksama dan mengkaji dapat memberikan informasi akurat
kepada perawat tentang status nyeri klien, dan berguna mengontrol rasa tidak nyaman klien.

2. Tanyakan klien tentang skala nyeri dalam rentang 0 – 10 (0 = tanpa nyeri, 10 = nyeri
sangat). Catat derajat / tingkat nyeri. Nyeri bersifat pengalaman subjektif. Persepsi dan
respon klien terhadap nyeri berbeda-beda. Latar belakang keyakinan dan etnik dapat
mempengaruhi respon terhadap nyeri.

3. Kaji efektifitas penanganan nyeri ½ jam sesudah pemberian obat. Monitor efektifitas dan
efek yang merugikan. Penyesuaian dosis mungkin dibutuhkan untuk mengatasi nyeri tanpa
efek yang berbahaya.

4. Kaji luka dari tanda-tanda peradangan atau bengkak; kaji selang drainase dan kelancaran
selang. Kurangnya kontrol nyeri atau perubahan nyeri dapat berhubungan dengan distensi
organ yang terpasang NGT atau kateter urine atau dapat mengindikasikan andanya infeksi
atau abses.

5. Kaji distensi abdomen, tenderness, dan bising usus. Perdarahan intra-abdominal,


peritonitits, atau ileus paralitik dapat menyebabkan nyeri dan dapat membingungkan antara
nyeri yang diakibatkan oleh bekas insisi.

6. Pemberian obat-obatan nyeri diprioritaskan untuk aktifitas atau prosedur. Analgesik dapat
mengurangi rasa tidak nyaman klien, memberi rasa nyaman saat ambulasi.

7. Penanganan nonfarmakologik, seperti posisi, berbagai aktifitas, stimulus lingkungan,


inaginasi, dan teknik relaksasi. Teknik ini berguna untuk meningkatkan efek analgesia.

8. Bebat / tekan insisi dengan bantal, dan ajarkan klien bagaimana melakukannya saat batuk
dan bernafas dalam untuk mencegah komplikasi pernafasan berhubungan ketakutan akan
rasa nyeri. Perubahan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Klien yang disangka kanker
kolorektal akan dilakukan prosedur-prosedur diagnostik lanjutan berisiko defisiensi nutrisi
karena sering dilakukan prosedur persiapan untuk usus dan diet cairan.

Intervensi Keperawatan Pre-Operatif

1. Pastikan tanda-tanda valid untuk prosedur. Ini berguna bagi pasien dan anggota keluarga
untuk memahami prosedur dan kemungknan risiko dan keunggulan, sebaiknya alternatif
untuk persiapan prosedur. Penandatanganan format persetujuan khususnya untuk prosedur
sebagai dokumentasi bahwa klien dan keluarga setuju untuk dilakukan prosedur.

2. Kaji pemahaman klien dan keluarga tentang prosedur, klarifikasi dan interpretasikan sesuai
kebutuhan. Beri instruksi apa yang diharapka selama periode postoperatif, meliputi

12
penanganan nyeri; pemasangan selang seperti NGT, IVFD, latihan pernafasan, reintroduksi
intake oral makanan dan cairan. Klien yang dipersiapkan dengan baik selama preoperatif
biasanya tidak cemas dan mampu lebih baik untuk menolong / mendukung perawatan
postoperatif. Persiapan adekuat juga mengurangi kebutuhan narkotik untuk analgesik dan
meningkatkan pemulihan klien.

3. Pemasangan NGT postoperatif. Meskipun sering dilakukan pemasangan di kamar bedah


hanya untuk pembedahan, NGT dapat dipasang terpasang preoperatif untuk membuang
sekresi dan mengosongkan isi lambung.

4. Prosedur persiapan usus. Antibiotik oral dan pareteral sebaiknya kathartik dan enema /
ditelan dapat diberikan preoperatif untuk membersihkan usus dan mengurangi risiko
kontaminasi peritoneal oleh isi usus selama pembedahan.

Intervensi Keperawatan Post-Operatif

1. Perawatan rutin untuk klien bedah. Monitor tanda vital dan intake dan output, meliputi
drainase lambung dan lainnya dari drain luka. Kaji perdarahan dari insisi abdomen dan
perineal, kolostomi, atau anus. Evaluasi komplikasi luka yang lainnya, dan pertahankan
integritas psikologi.

2. Monitor bising usus dan derajad distensi abdomen. Manipulasi pembedahan dari usus
menghentikan peristaltik, menyebabkan ileus. Adanya bising usus dan pasase flatus indikasi
kembalinya peristaltik.

3. Sediakan obat pengurang nyeri dan pemeriksaan rasa nyaman, seperti perubahan posisi.
Klien yang mengalami nyeri postoperatif adekuat ditangani pemulihan lebih cepat dan
mengalami beberapa komplikasi.

4. Kaji status pernafasan, sangga abdomen dengan selimut atau bantal untuk membantu
batuk. Pemotongan kanker kolorektal dengan anastomosis usus atau kolostomi adalah
bedah mayor abdominal. Perawatan untuk mengurangi nyeri, pertahankan fungsi
pernafasan yang adekuat, dan cegah komplikasi pembedahan.

5. Kaji posisi dan patensi NGT, persambungan suction. Bila selang terlipat/sumbat, irigasi
dengan gentle/hati-hati dengan normal saline steril. NGT digunakan postoperatif untuk
dekompressi gastroinestinal dan fasilitasi penyembuhan dari anastomosa. Memastikan
kelancaran penting untuk rasa nyaman dan penyembuhan klien.

6. Kaji warna, jumlah, dan bau drainase dan kolostomi (bila ada), catat berbagai perubahan
atau adanya bekuan atau perdarahan berwarna merah terang. Drainase dapat berwarna
merah terang dan kemudian gelap dan akhirnya bersih atau hijau kekuningan setelah 2 – 3

13
hari pertama. Perubahan warna; jumlah; atau bau dari drainase dapat mengindikasikan
komplikasi seperti perdarahan, sumbatan usus, atau infeksi.

7. Perhatian bagi seluruh personal perawatan dengan klien reseksi abdomminoperitoneal untuk
menghindari pemasangan temperatur rektal, suppositoria, atau prosedur rektal lainnya.
Prosedur ini dapat merusak garis jahitan anal, menyebabkan perdarahan, infeksi, atau
gangguan penyembuhan.

8. Pertahankan cairan intravena ketika masih dilakukan suction naso gastrik. Klien dengan
suction NGT tidak mampu untuk makan dan minum peroral dan, selebihnya, kehilangan
elektrolit dan cairan melalui NGT. Bila tidak dilakukan penggantian cairan dan elektrolit, klien
berisiko dehidrasi; ketidakseimbangan sodium, potasium, dan chloride; dan alkalosis
metabolik.

9. Pemberian antasid, antagonis histamin2-reseptor, dan terapi antibiotik dianjurkan.


Tergantung pada prosedur yang dilakukan. Terapi antibiotik untuk mencegah infeksi akibat
dari kontaminasi rongga abdominal dengan isi dari usus.

10.Pemberian cairan dan makanan oral dianjurkan.makanan dapat berupa cairan, dan
kemudian diberikan sering dan porsi sedikit. Monitor bising usus dan monitor distensi
abdomen sesering mungkin selama periode ini. Oral feeding dilakukan kembali perlahan-
lahan untuk meminimalkan distensi abdomen dan trauma terhadap garis jahitan.

11.Anjurkan ambulasi. Merangsang peristaltik.

12.Mulai pengajaran dan perencanaan pulang. Konsultasikan dengan ahli diet untuk instruksi
diet dan menu; beri penguatan pengajaran. Ajarkan klien tengang kemungkinan komplikasi
postoperatif, seperti abses abdominal atau sumbatan usus. Ajarkan klien tentang tanda-
tanda dan gejala komplikasi ini dan cara pencegahannya.

Evaluasi :
Hasil yang diharapkan :
1. Mempertahankan eliminasi usus adekuat
2. Mengalami sedikit nyeri
3. Meningkatkan toleransi aktivitas
4. Mencapai tingkat nutrisi optimal
- Makan diet rendah residu, tinggi protein, dan tinggi kalori
- Kram adomen berkurang
5. Keseimbangan tercapai
- Membatasi masukan makanan dan cairan oral bila terjadi mual
- Berkemih sedikitnya 1,5 L/ 24 jam

14
6. Mengalami penurunan ansietas
- Mengungkapkan masalah dan rasa takut degan bebas
- Menggunakan tindakan koping untuk menghadapi stres
7. Memerlukan informasi tentang diagnosis, prosedur bedah, dan perawatan diri setelah pulang.
- Mendiskusikan diagnosa, prosedur badah, dan perawatan diri Pascaoperatif
- Mendemonstrasikan teknik perawatan ostomi
8. Mempertahankan insisi tetap bersih, stoma, dan luka perineal
- Secara bertahap meningkatkan partisipasi dalam perawatan stoma dan kulit periostomal
9. Mengungkapkan perasaan dan masalah tentang diri sendiri secara verbal
10. Tidak mengalami komplikasi
- Menggunakan antibiotik oral sesuai resep
- Bekerjasama dalam protokol pembersihan usus
- Tidak demam
- Bising Usus ada
- Lingkar abdomen adalam batas normal atau menurun
- Tidak ada bukti perforasi atau pendarahan.

H. ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RESEKSI ANASTOMOSIS COLON

1. Definisi
Reseksi kolon adalah prosedur pembedahan untuk mengangkat sebagian atau seluruh
kolon (Debakey, Michael E, 2009).
Saat reseksi kolon, bagian kolon yang mengalami gangguan diangkat dan dua bagian yang
sehat akan disambungkan kembali disebut end-to-end anastomosis. (Swierzewski, Stanley
J, 2001).

2. Perawatan Pasca Operasi

Pasien dengan pembedahan colorectal umumnya dirawat di rumah sakit selama 1 – 2


minggu (Schoetz et al, 1997). Namun dengan menggunakan pathway pemulihan, pasien
dengan pembedahan colorectal bisa keluar dari rumah sakit dalam 2 – 5 hari setelah
pembedahan (Wind et al, 2006).
a. Setelah kembali dari ruang pemulihan (Hari 0)

Setelah pasien kembali dari ruang pemulihan, temperatur, nadi, tekanan darah,
respirasi dan saturasi oksigen dimonitor secara ketat. Pasien diberikan cairan intravena
sesuai order, hindari normal salin dan idealnya dihentikan dalam 24 jam (Billyard et al,
2007).
Output urine melalui kateter urine dan dimonitor setiap jam. Output urine 1 – 3 ml/kg
BB/jam setelah 8 jam adalah hal yang normal. Penanganan nyeri biasanya diberikan
melalui epidural atau sistem patient-contolled analgesia (PCA). Mobilisasi dini adalah
penting untuk mengurangi komplikasi dari imobilitas, seperti infeksi dada. Pasien

15
dianjurkan untuk duduk di kursi selama 2 jam pada hari operasi untuk meningkatkan
pernapasan dalam (Francis, 2008).
Intake oral dianjurkan ± 1 liter dan makan diet normal. Pada awalnya pasien diberi
air putih, jika dapat ditoleransi diberikan minuman suplemen nutrisi dan diharapkan
mengkonsumsi 400 ml (Fearon, et al, 2005). Jika tidak mengalami mual dan muntah,
pasien dapat mengkonsumsi makanan padat.

b. Hari 1 Pasca Operasi

Observasi pasien secara teratur, pertahankan keseimbangan cairan dan


dokumentasikan jika buang air besar. Berat badan pasien juga ditimbang setiap hari
untuk menilai keseimbangan cairan. Infus dihentikan jika pasien toleransi terhadap
minum dan kateter urine biasanya dilepas. King et al (2006a) merekomendasikan agar
kateter dilepas pada hari 1 untuk reseksi kolon dan hari 3 untuk reseksi rektal. Infeksi
saluran kemih lebih mungkin terjadi jika kateter tetap terpasang selama lebih dari dua
hari. Namun, hal ini perlu dipertimbangkan terhadap resiko komplikasi lain jika kateter
dilepas secara cepat. (Wald et al, 2008).
Test darah rutin setiap hari sampai hari ke-3 untuk memonitor darah lengkap, ureum
dan elektrolit. Analgesia melalui epidural atau PCA dan tambahan paracetamol pada hari
I, NSAIDs seperti Ibuprofen 400 mg tds ditambahkan dalam penanganan nyeri. NSAID
harus diberikan hati-hati pada pasien yang lebih tua dan riwayat gangguan ginjal (British
National Formulary, 2009), untuk kedua kelompok ini Oxycodone dapat digunakan..
Pasien dianjurkan mobilisasi dengan berjalan 4 kali sehari. Jika mereka cukup baik,
mereka idealnya duduk di kursi paling kurang 8 jam (Francis, 2008). Intake oral paling
kurang 2 liter termasuk minuman supplemen nutrisi, pasien harus mengambil makanan
sendiri untuk meningkatkan mobilitas dan kemandirian (Billyard et al, 2007).

c. Hari 2 dan 3 Pasca Operasi

Pada hari 2 dan 3 pasca operasi, perawat harus melakukan : observasi secara
teratur, pertahankan keseimbangan cairan, ganti kateter urine jika tidak dilepas pada hari
pertama, observasi luka, ganti balutan jika diperlukan, epidural atau PCA dihentikan pada
hari 2 dilanjutkan dengan analgesia oral, mobilitas dan diet seperti hari 1, pendidikan
pasien, ingatkan pasien tentang peran mereka dalam program pemulihan dan mulai
discharge planning. Hendry et al (2009) mengatakan bahwa pasien yang mencapai
tujuan peningkatan program pemulihan pasca operasi cenderung mengalami kemajuan
yang baik dan berpotensi mengalami pemulihan yang cepat.

3. Komplikasi Pasca Operasi

Pembedahan traktus gastrointestinal seringkali mengganggu proses fisiologi normal


pencernaan dan penyerapan. Komplikasi yang terjadi tergantung pada tingkat dan lokasi
pembedahan. Reseksi pada bagian proksimal tidak menimbulkan gangguan karena ileum

16
dan kolon meningkatkan absorpsi cairan dan elektrolit. Ileum yang tersisa terus
mengabsorbsi garam empedu sehingga hanya sedikit yang mencapai kolon. Sebaliknya, jika
reseksi pada bagian ileum, maka kolon akan menerima beban yang lebih besar terhadap
cairan dan elektrolit serta garam empedu yang mengurangi kemampuannya untuk
mengabsorpsi garam dan air, sehingga menyebabkan diare. Selain itu jika kolon direseksi,
kemampuan untuk mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit sangat kurang.
(Jeejeebhoy, K. N, 2009).

Komplikasi yang sering terjadi setelah pembedahan berupa mual, muntah dan ileus pasca
operasi.
 Mual dan Muntah

Mual dan muntah merupakan komplikasi yang paling sering terjadi dalam 24 jam
pertama setelah pembedahan. (Zeitz, 2004). Jika pasien mengalami mual dan muntah,
mereka diberikan obat antiemetik untuk meningkatkan intake oral (Fearon, et al, 2005).
Jika dengan antiemetik, pasien masih tetap muntah, mengalami distensi abdomen, nyeri
abdomen meningkat, takikardia, maka ileus pasca operasi atau komplikasi lain perlu
dipikirkan.
 Ileus Pasca Operasi

Post-operative ileus (POI) merupakan akibat dari pembedahan abdominal, terutama


setelah pembedahan kolon (De Castro et al, 2008). Kondisi ini biasanya tidak
mengancam kehidupan tetapi merupakan komplikasi yang paling sering menyebabkan
pasien dirawat lebih lama setelah menjalani pembedahan abdominal (Leiser, 2007).
Post-operative ileus (POI) didefinisikan sebagai gangguan motilitas usus setelah
pembedahan abdominal (Han-Geurts et al, 2007). Beberapa faktor yang menyebabkan
gangguan motilitas usus antara lain : inflamasi lokal intestinal, obat anestesi, overhidrasi,
analgetik pasca operasi dan mobilitas yang kurang.

17
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S


DENGAN GANGGUAN SISTEM GASTROINTESTINAL :
POST LAPPARATOMIE RESEKSIE ANASTOMOSIS HARI Ke-5
DI RUANG YOSEF 3 - SK KAMAR 303 BED 3
RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG

I. PENGKAJIAN
A. Pengumpulan Data
1. Data Umum
a. Identitas klien
Nama : Tn. S
Umur : 42 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : STM
Pekerjaan : Swasta
Suku/bangsa : Jawa / Indonesia
Status perkawinan : Kawin
Tanggal, jam masuk : 27-09-2010, pukul 15.00
Tanggal, jam pengkajian : 12-10-2010, pukul 10.00
No. Reg : R10019XXX

18
Diagnosa medis : Obs. Febris + abd. pain
Alamat : Jl. K.A, Jakarta Timur

b. Identitas keluarga/Penanggung Jawab


Nama : Ny. R
Umur : 32 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMK
Hubungan dengan klien : Istri
Alamat : Jl. K.A, Jakarta Timur

2. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Klien
1. Riwayat kesehatan sekarang
a. Alasan masuk rumah sakit.
Klien datang ke rumah sakit dengan keluhan panas sudah 2 hari, panasnya
hilang timbul, dan mengeluh nyeri pada bagian perut.
b. Keluhan utama.
Klien mengeluh nyeri pada daerah luka operasi sejak 5 hari yang lalu.
c. Riwayat penyakit sekarang.
Klien mengatakan keluhan nyari bertambah ketika klien batuk dan setelah
mendapat obat suntikan dan keluhan berkurang ketika klien beristirahat
sambil kaki ditekuk. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk. Nyeri dirasakan
pada daerah luka operasi dan nyeri terasa sampai ke anus. Klien mengatakan
nyeri yang dirasakan berada pada skala 5 (skala 0-10), yaitu nyeri sedang
dan mengganggu sebagian aktivitas. Nyeri dirasakan secara tiba-tiba.
Skala nyeri :
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Skala 0 : Tidak ada nyeri


Skala 5 : Nyeri sedang, mengganggu sebagian aktivitas.
Skala 10 : Nyeri sangat berat, tidak bisa beraktivitas.

d) Keluhan yang menyertai


Klien mengeluh mual, muntah, batuk dan lemas.
e) Riwayat kesehatan konservatif dan pengobatan klien sekarang.

19
Tindakan konservatif yang telah dilakukan pada klien adalah pemasangan
infuse dan kateter. Klien telah mendapatkan obat analgetik dan antibiotik.

2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


a) Riwayat Alergi
Klien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap makanan, obat dan cuaca.
b) Riwayat rawat inap / penyakit sebelumnya
Klien mengatakan belum pernah dirawat sebelumnya, hanya klien
mengatakan dulu pernah kecelakaan dan berobat ke RS. C namun tidak
sampai dirawat.
c) Riwayat operasi
Klien mengatakan belum menjalani operasi sebelumnya.

d) Riwayat tranfusi
Klien mangatakan belum pernah mendapatkan tranfusi darah.
e) Riwayat pengobatan
Klien mengatakan obat yang sering diminum adalah panadol saat sakit kepala
dan promag saat mag-nya kambuh.

b. Riwayat Kesehatan Keluarga


1. Riwayat penyakit anggota keluarga keturunan
lien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit
menular dan menurun.
2. Keadaan kesehatan di lingkungan rumah
Klien mengatakan lingkungan tempat tinggalnya berada di daerah
perumahan padat penduduk.
3. Genogram 3 generasi

Tn. S
42 th

Keterangan :
: Laki-laki

20
: Perempuan

: Meninggal

: Pasien

3. Data Biologis
a) Penampilan umum :
Klien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, klien terpasang infus
(Combiflex) di lengan kiri, terpasang kateter urin, terpasang drain penrous, cairan
berwarna kemerahan, klien tampak berbaring lemah di tempat tidur, ekspresi wajah
klien tampak sedih, aktivitas klien dibantu oleh perawat dan keluarga.
b) Tanda- tanda vital
TD : 120/90 mmHg di lengan kanan
Suhu : 36,5 C / aksila kiri
Nadi : 76x / menit di ateri radialis kanan, teratur
Pernapasan : 18 x/ menit, pernapasan dalam dan teratur.

c) Tinggi badan : 160 cm


Berat badan : dari 59 kg => 43 kg (turun sekitar 16 kg)
IMB : BB/ (TB) m2 = 43 / (1,6)2 = 16,7
Klien kategori : underweight.

d) Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik per system


1. Sistem Pernapasan
 Anamnesa :
Klien mengatakan tidak ada keluhan sesak nafas, tidak ada kesulitan bernafas, klien
mengeluh ada batuk.
 Inspeksi :
Tidak ada pernafasan cuping hidung ,tidak ada deviasi septum nasi, mukosa hidung
lembab, tidak ada sekret, tidak ada polip, klien tidak terpasang oksigen. Bentuk dada
simetris, pergerakan dada simetris, tidak ada deviasi trakea, tidak ada retraksi dada.
Pola irama pernafasan teratur, tidak ada dyspnea.
 Palpasi :
Daerah sinus paranasalis tidak terdapat nyeri, vocal fremitus teraba sama pada kedua
lapang paru, tidak ada krepitasi.
 Perkusi :
Terdengar bunyi sonor di semua lapang paru, batas parudi ics 1-6 kanan dan kiri.

21
 Auskultasi :
Vesicular : terdengar hampir di seluruh lapang paru. Bronchial :terdengar di
suprasternal notch. Bronchovesikular : terdengar di percabangan trachea. Tidak ada
suara nafas tambahan. Vocal resonans:getaran teraba sama pada kedua lapang paru.
Masalaj Keperawatan : tidak ada masalah.

2. Sistem Kardiovaskular
 Anamnesa :
Klien mengatakan tidak minum alcohol dan tidak biasa merokok tidak ada nyeri dada
dan jantung tidak berdebar-debar.
 Inspeksi :
Ictus cordis tidak terlihat.Tidak ada edema, tidak ada clubbing of the finger, tidak ada
epitaksis (mimisan), tidak ada cyanosis.
 Palpasi :
Ictus cordis teraba di ICS 5 linea midklavikularis kiri, getaran terasa, tidak ada thrill,
capillary refill time < 2 detik, tidak ada edema, ada fraktur di costae 6 kanan.
 Perkusi :
Terdengar bunyi pekak. Batas jantung atas di ICS 2 linea sternalis kiri, dan batas
jantung bawah di ICS 5 linea midklavikularis kiri.
 Auskultasi :
Bunyi jantung I terdengar lebih keras di ICS 4 linea sternalis kiri, tunggal, teratur.HR 74
x/mnt.Bunyi jantung II terdengar lebih keras di ICS 2 linea sternalis kanan, tunggal,
teratur.Tidak ada bunyi jantung tambahan, tidak ada irama gallop.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah.

3. Sistem Pencernaan
 Anamnesa :
Klien mengatakan makan 3x sehari baik saat dirumah, klien baru mulai makan cair 4 x
400 cc. Klien mengatakan mual dan kurang nafsu makan, klien megatakan tidak ada
nyeri menelan. Klien minum susu ½ gelas (100 cc). Klien mengatakan BAB teratur saat
dirumah satu kali sehari, konsistensinya lembek dan tidak ada darah, namun selama
dirawat di rumah sakit belum pernah BAB sejak setelah operasi. Klien mengatakan ada
nyeri pada daerah perut, yaitu pada daerah luka operasi.
 Inspeksi :
Bibir kering dan pecah-pecah, tidak ada stomatitis, lidah agak kotor, tidak ada gingivitis,
gusi tidak berdarah, tonsil T1, tidak ada caries, tidak ada gigi yang tanggal, bentuk
abdomen datar, tidak ada gambaran bendungan pembuluh darah vena, tidak ada spider
nevi, ada distensi abdomen, tidak ada hemoroid, tidak ada fisurra dan fistula, tampak
ada balutan luka operasi di perut dan terpasang drain silikon.

22
 Auskultasi :
Bising usus 2 x/mnt, bunyi peristaltik usus lemah.
 Palpasi :
Ada nyeri tekan di daerah perut yang paling dekat dengan luka operasi.
 Perkusi : abdomen terdengar bunyi tympani.
Masalah keperawatan :
1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan.

4. Sistem Perkemihan
 Anamnesa :
Klien mengatakan kebiasaan b.a.k dirumah 3-4 x sehari dan sekarang klien dipasang
kateter urin. Klien mengatakan sedikit minum, tadi minum 4 teguk dari botol.

 Inspeksi :
Terpasang kateter urin, warna urine kuning, jumlah urin 100 cc.
 Palpasi :
Tidak terkaji.
 Perkusi :
Tidak terkaji.
Masalah keperawatan : resiko devisit volume cairan

5. Sistem Persyarafan
 Anamnesa :
Klien mengatakan tidak ada kesulitan, tidak ada pusing, tidak ada baal, tidak ada pelo
atau tidak jelas dalam berbicara. Daya ingat dan orientasi klien terhadap (waktu, tempat
dan orang) baik.
 Inspeksi :
Bentuk muka simetris, mulut simetris, tidak ada spastic, tidak ada parese (kelemahan),
sensibilitas ekstremitas atas dan bawah baik yaitu klien dapat merasakan rangsangan
kapas, tajam dan tumpul.

Tingkat kesadaran: Kualitatif compos mentis .


Kuantitatif pada GCS 15 ( E=4, M=6, V=5 )
Uji Saraf Kranial

 N I ( Olfaktorius) :klien dapat mencium dan mengidentifikasi bau


minyak kayu putih pada kedua lubang hidungnya
dengan mata tertutup.
 N II ( Optikus ) :klien dapat membaca nama perawat pada

23
jarak 30 cm, lapang pandang klien jelas.
 N III (Okulomotorius) :klien dapat menggerakkan kedua bola mata
kekanan dan kekiri mengikuti jari perawat.
 N IV (Troklearis) :klien dapat menggerakkan kedua bola mata keatas
dan kebawah mengikuti jari perawat.
 N VI (Abdusen ) : klien dapat menggerakkan kedua bola mata
memutar mengikuti jari perawat.
 N V ( Trigeminal) : klien dapat mengunyah dengan baik.
 N VII (Facialis) :klien dapat mengangkat alis mata, mengerutkan dahi, dan
tersenyum. Klien mampu membedakan rasa manis, asin, pahit.
 N VIII ( Vestibulokoklearis) : klien dapat mendengarkan gesekan tangan
perawat pada telinga kiri dan kanan.
 N IX ( Glosofaringeus) : klien tidak ada nyeri menelan.
 N X ( Vagus) : uvula berada di tengah, warna kemerahan.
 N XI (Assesorius) : klien dapat mengangkat bahu kanan dan kiri saat
diberikan tahanan oleh perawat.
 N XII (Hipoglossus) : klien tidak dapat menggerakkan atau menjulurkan
lidah kerena kesulitan untuk membuka mulut.

Refleks fisiologis:
 Refleks bisep : +/+
 Refleks trisep : +/+
 Refleks patella : +/+
Refleks Patologis :
 Refleks babinski : -/-
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.

6. Sistem Muskuloskeletal
 Anamnesa :
Klien mengatakan aktivitas klien terbatas dan klien merasa lemas.
 Inspeksi :
Ekstremitas atas simetris, ekstremitas bawah simetris, tidak ada atrofi. Rentang gerak /
range of motion (ROM) klien bebas. Bentuk collumna vertebralis simetris, klien tidak
terpasang gips, traksi, ada verband luka operasi di perut.

Nilai kekuatan otot :


5 5

5 5

24
Keterangan kekuatan otot :
5 : kekuatan kontraksi maksimal (dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan kekuatan
maksimal).
4 : kekutan sedang (bisa bergerak melawan pemeriksaan dengan kekuatannya berkurang).
3 : kekuatan hanya cukup untuk mengatasi kekuatan gravitasi (bisa melawan gravitasi
tetapi tidak dapat melawan tahanan pemeriksa).
2 : kemampuan untuk menggerakkan tapi tidak dapat mengatasi kekuatan gravitasi.
1 : kekuatan kontraksi minimal (terlihat kontraksi tapi tidak ada gerakan sendi).
0 : ketidakmampuan sama sekali dalam melakukan kontraksi.

 Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan pada proccesus spinosus, tidak ada nyeri tekan pada daerah
servical sampai lumbo sacral.
Masalah keperawatan : keterbatasan aktivitas.

7. Sistem Panca Indera


 Anamnesa :
Klien mengatakan tidak menggunakan kacamata, dan tidak ada gangguan penglihatan.
Klien juga mengatakan tidak menggunakan alat bantu mendengar dan tidak ada
gangguan dalam pendengaran.
 Inspeksi :
Pinna utuh dan simetris, kanalis auditorius eksternal terlihat agak kotor, refleks cahaya
politzer +/+, membran tympani terlihat utuh, battle sign tidak ada, tidak ada cairan atau
darah yang keluar dari telinga, tidak ada gangguan penciuman, dan pengecapan di
sistem lain. Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, palpebra tidak ada ptosis,
tidak ada hematoma dan tidak ada benjolan. Bulu mata : tidak ada trikhiasis, madarosis,
pupil isokor, reaksi cahaya +/+ (normal), diameter 3 mm.
 Palpasi :
TIO tekanan terabasama kiri dan kanan.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.

8. Sistem Endokrin
 Anamnesa :
Klien mengatakan tidak sering kencing, tidak sering minum ataupun sering makan, dan
tidak sering berkeringat banyak. Klien mengatakan tidak pernah punya luka yang lama
sembuh.
 Inspeksi :
Bentuk tubuh klien normal, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran
di ujung-ujung ekstremitas, dan tidak ada lesi ataupun luka gangren.
 Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

25
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.

9. Sistem Reproduksi
 Anamnesa :
Klien baru memiliki 1 anak, dan klien tidak berganti-ganti pasangan.
 Inspeksi :
Genitalia bersih dan tidak ada bau.
 Palpasi :
Tidak ada benjolan / massa dan tidak ada lesi pada area mamae. Tidak ada
gynaecomastia.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.

10. Sistem Integumen

 Anamnesa :
Klien mengatakan tidak ada gatal atau panas, dan rambut tidak rontok.
 Inspeksi :
Rambut bersih, warna hitam, distribusi merata, bentuk kuku normal. Kulit agak kering,
warna kulit sawo matang. Tidak terdapat bullae, pustula, ptechiae maupun ekimosis.
Tampak ada luka operasi di perut klien, dan terpasang drain di perut bagian kanan.
 Palpasi :
Tekstur kulit kering, kulit tidak begitu lembab. Turgor kulit elastis (kembali dengan
cepat setelah di cubit).
Masalah keperawatan : resti infeksi.

4. Data Psikologis
a. Status emosi : terkendali dan stabil, ekspresi wajah klien tampak sedih.
b. Konsep diri
 Gambaran diri : Klien mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya, terlebih
kalau klien gemuk.
 Harga diri : Klien mengatakan sudah puas denagn perannya saat ini.
 Ideal diri : Klien ingin cepat sembuh dan bisa kembali bekerja lagi.
 Identitas diri : Klien seorang laki-laki, sudah menikah dan memiliki 1 anak.
 Peran : Klien mengatakan perannya sebagai suami dan pegawai swasta
sudah tercapai.
Gaya komunikasi : Tenang, berespon dan bicara klien jelas.
Pola Interaksi : Klien dekat dengan istri dan teman-teman kerjanya.
Pola mengatasi masalah : kalau ada masalah klien mengatakan memilih untuk bercerita

26
kepada istri.

5. Data Sosio – Spiritual


a. Pendidikan/pekerjaan: Lain-lain / klien seorang pegawai swasta.
b. Hubungan sosial : Klien sering berinteraksi dengan suami dan sahabatnya.
c. Sosial dan Kultur : Budaya jawa-betawi.
d. Gaya hidup : Klien suka mengikuti kegiatan sosial, dan kadang ikut
berseperada ria
e. Arti kehidupan : Anugrah dari yang Kuasa.
f. Arti kematian : Merupakan awal dari kehidupan baru.
g. Arti sehat : Merupakan suatu anugrah yang harus disyukuri.
h. Arti sakit : Merupakan suatu ujian dari Tuhan.
i. Hubungan dengan Tuhan : Klien menjalankan sholat 5 waktu, tapi sering bolong-
bolong.
j. Harapan tentang sehat sakit : ingin cepat sembuh dan sehat serta bisa beraktivitas
kembali.
k. Kegiatan agama yang diikuti : tidak ada.

6. Persepsi Klien terhadap Penyakitnya

Klien mengatakan bahwa penyakit yang dialaminya merupakan suatu penyakit yang cukup
berat.

7. Data Penunjang

a) Laboratorium
Hematologi (27-09-2010)
Nama Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 11,1 13,9 – 18 gr/dl
Leukosit 13.900 5000 – 10.000 /UL
Trombosit 469.000 150.000 – 450.000 /UL
Kimia:
Glukosa Sewaktu 85 Bukan DM : < 110
Belum pasti DM : 110-199
DM : >= 200

Kimia (27-09-2010)
Nama Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
SGOT (AST) 15 15 – 37 U/L
SGPT (ALT) 26 30 – 65 U/L
Gamma GT 81 5 – 85 U/L

27
Ureum 18 10 – 50 mg/dl
Kreatinin (darah) 0,8 < 15 mg/dl
Kalium (darah) 3,5 3,5 – 5,3 mmol/L
Natrium (darah) 129 135 – 145 mmol/L
Calcium (darah) 8,5 8,1 – 10,4 mg/dl
Chlorida 94 98 – 107 mmol/dl
Magnesium 2,0 1,8 – 2,4 mg/dl

Hematologi (28-09-2010)
Nama Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Laju Endap Darah 1 jam 82 < 10 mm/1 h
Hitung jenis (diff count)
Net. Segmen 74% 50-70%
Limfosit 16% 20-40%
Monosit 10% 2-8%

Faeces (29-09-2010)
Faeces rutin (analisa tinja)
Makrokopis Mikroskopis Pencernaan
Konsistensi : lembek Leukosit : 0-1 Amylum : negative
Lendir : negative Eritrosit : 0-1 Lemak : negative
Darah : negative Telur cacing : negative Serat tumbuhan : positive
Nanah : negative Amoeba colli : negative Serat obat : positive
Amoeba histolitica : negative
Benzidin Test Positive Normal : negative

Hematologi (04-10-2010)
Nama Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 11,2 13,9 – 18 gr/dl

Hematologi (04-10-2010)
Nama pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Laukosit 9.900 5000 – 10.000 / UL
Hematrokit 38 40 – 54%

Hematologi (06-10-2010)
Nama Pemeriksan Hasil Nalai Rujukan

28
Hemoglobin 11,1 13,9 – 31,8 detik
PTT 26,7 21,2 – 31,8 detik
Kontrol: 27,7 Kontrol: 22,3 – 0,1 detik
Protrombin Time 12,2 INR: 1,06 8,01 – 12,0 detik
Kontrol: 12,6 Kontrol: 10,4 – 14,00 detik

Hematologi (07-10-2010)
Nama Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 10,4 13,9 – 18 gr/dl
Hematokrit 31 40 – 54%

Urine (10-10-2010)
Urine : Makroskopis
Urine Kimia Hasil Nilai Normal Sedimen Nilai Nomal
Glukosa Negative Negative Sel epitel : 3-4 -
Bilirubin Negative Negative Leukosit : 1-3 < 5 LPB
Keton 40 mg/dl < 5 mg/dl Eritrosit : banyak < 5 LPB
Berat jenis >= 1,030 1,001 – 1,035 Silinder : hyalin (+) -
pH 5,5 4,6 – 8,0 Kristal : - -
Protein 100 mg/dl < 30 mg/dl Bakteri : +++ -
Urobilinogen 0,2 Eu/dl < 1,0 Eu/dl
Nitrit Positive Negative
Blood Large Negative
Leukosit Negative Negative

b) Radiologi
Thorax (27-09-2010)
Cor normal.
Hilus normal. Corakan bronkhovaskuler dan parenkim kedua paru normal, sinus dan
diafragma normal.
Struktur skeletal dinding thorax osteopeni. Post fraktur posterior kostae 6 kanan.
Vertebra thorax skoliosis dengan konveksitas kurva skoliosis kekanan.
Kesan : Cor dan pulmo dalam batas normal. Tidak dijumpai KP aktif/pneumonia.
Skoliosis thorakalis. Osteopeni. Post fraktur posterioir kostae 6 kanan.

USG Abdomen (27-09-2010)


Klinis : nyeri perut.
Kesan :

29
Early parenchymal liver disease.
Polip kecil dinding posterioir KE dengan diameter 2,3 mm.
Kolitis pada caecum dengan reaktif limfadenopati ringan disekitarnya. DD/Crohn’s
disease.
Tidak dijumpai kelainan pada USG lien, pankreas, ginjal bilateral, VU, aorta dan prostat.

Patologi (30-09-2010)
Makroskopis : jaringan sedikit, warna kecoklatan sc.
Mikroskopis : keping lapisan epitel silindris bersel goblet yang masih dalam batas normal,
dengan keping-keping stroma jaringan ikat fibrovaskuler bersebukan masif sel sedang
MN, PMN (banyak eosinofil) dan makrophag.
Pada sediaan ini tidak tampak tanda-tanda ganas.
Kesimpulan: gambaran histopatologi lebih kearah ulcerative colitis.

Colonoscopy (30-09-2010)
Massa a/r caecum – colon ascenden ec susp. Ca.
Pemeriksaan CT Scan abdomen dilakukan tanpa dan post kontras iv fase arterioportal
dan portalvenous dari puncak diafragma sampai perineum.
Kesimpulan:
Annular carcinoma daerah caecum dan colon ascenden proximal sepanjang 8 cm
perluasan ke illeum terminale, telah menembus tunica serose menginfasi jaringan fat
pericolon, metastasis ke KGB pericolon. Jumlah > 6, tidak tampak metastase ke
peritoneum atau hepar.
Kandung empedu, pankreas, limpa, adrenal kiri kanan, dan ginjal kiri kanan tidak tampak
kelainan.
TNM staging : T3 N2b.

c) Terapi
Terapi oral :
 Mucosta 3 x 1 tab.
 Vioquin 500 mg 2 x1 tab.
 Ultracet 2 x 1 tab.
 OMZ 2x1 caps.

Terapi injeksi :
 OMZ 20 mg 2x1
 Vomceran 8 mg 2x1
 Gracef 1 gr 1x1
 Flagil 500 mg 2x1

30
d) Terapi parenteral : Combiplex 1000 cc, 63 cc/jam
e) Diit : 4 x 100 cc cair.
f) Acara infus : RL 30 tetes/menit.
g) Mobilisasi : duduk.

Lampiran Terapi :

1. Nama obat : OMZ


 Golongan : Antacid, antiulcerants
 Dosis : 2 x 20 mg
 Indikasi : Ulkus duodenal danlambung, refluks esofagus, sindroma Zollinger-Ellison
 Kontra indikasi : Keganasan jika diduga ulkus gaster.
 Efek samping : Jarang, gangguan GI, sakit kepala, ruam kulit.

2. Nama obat : Vomceran


 Golongan : Antiemetic
 Dosis : 2 x 8 mg
 Indikasi : Mual dan muntah akibat kemoterapi dan radioterapi pada pasien dengan
kanker, pencegahan mual dan muntah post operasi.
 Kontra indikasi : Hamil, laktasi.
 Efek samping : Konstipasi, sakit kepala, muka kemerahan atau terasa hangat,
peningkatan sementara kadar transaminase serum, ruam.

3. Nama obat : Gracef


 Golongan : Sefalosporin
 Dosis : 1 x 1 gr
 Indikasi : Infeksi saluran nafas dan THT, kulit dan jaringan lunak, tulang dan sendi,
genitalia, abdominal, sepsis, endokarditis, meningitis.
 Kontra indikasi : Hipersensitif.
 Efek samping : Reaksi hipersensitifitas, efek GI, super infeksi, nyeri pada tempat injeksi,
flebitis, leukopenia ringan, eosinofilia, neutropenia.

4. Nama obat : Flagyl


 Golongan : 2 x 500 mg
 Dosis : Antibiotic.
 Indikasi : Uretritis dan vaginitis, amubiasis, pencegahan infeksi anaerob pasca
operasi, giardiasis.
 Kontra indikasi : Hamil trimester pertama.
 Efek samping : gangguan GI, anoreksia, nyeri ulu hati, konvulsi, neurupati perifer, rasa

31
tidak enak pada mulut, lidak rasa berbulu, utukaria, ruam kulit, pruritis,
angioedema ringan, jarang: syock analfilaksis.

B. Pengelompokan Data

Data Subyektif Data Obyektif


 Klien mengeluh nyeri pada daerah luka  Klien tampak meringis kesakitan
bekas operasi  Tampak ada luka operasi di perut
 Klien mengeluh nyeri bertambah ketika  Klien tampak takut saat diganti verban
klien batuk  Ada cairan pada luka operasi saat diganti
 Klien mengatakan nyeri yang dirasakan verban
berada pada skala 5 (nyeri sedang)  Terpasang drain penrous, cairan berwarna
 Klien mengatakan nyeri terasa sampai ke kemerahan
anus  Klien tampak berbaring lemah di tempat
 Klien mengatakan nyeri dirasakan seperti tidur
ditusuk-tusuk  Klien minun susu ½ gelas (100 cc)
 Klien mengatakan kemarin muntah  Terpasang infus untuk nutrisi perenteral :
 Klien mengeluh mual dan kurang nafsu Combiflex 63 cc/jam
makan  Acara infus: RL 30 tetes/mnt
 Klien mengeluh perut terasa tidak enak  Aktivitas klien dibantu oleh perawat dan
 Klien mengeluh lemas keluarga
 Klien mengatakan aktivitasnya terbatas  Klien minum dari botol 4 teguk
 Klien mengeluh batuk  Bibir tampak kering dan pecah-pecah
 Klien mengatakan sedikit minum  BB klien 16 kg, menjadi 43 kg
 Klien mengatakan takut melihat luka  IMT klien 16,7 (kategori underweigh)
operasinya  TTV :
TD : 120/90 mmHg
S : 36,5 oC
N : 76 x/mnt
RR : 18 x/mnt

32
C. Analisa Data

Data Etiologi Masalah


DS : Ca Colon Gangguan rasa
 Klien mengeluh nyeri pada daerah nyaman : nyeri.
Tindakan Reseksie Anstomosis
luka operasi
 Klien mengatakan nyeri bertambah Terputusnya kontinuitas jaringan
saat batuk Mengeluarkan mediator kimia
 Klien mengatakan nyeri yang (histain, bradikinin, prostaglandin,
serotonin)
dirasakan berada dalam skala 5
(nyeri sedang) Merangsang ujung-ujung saraf
sekitar
 Klien mengatakan nyeri dirasakan
seperti ditusuk-tusuk. Hipothalamus

DO : Corteks Cerebri
 Klien tampak meringis kesakitan
Dipersepsikan menjadi
 Klien tampak takut saat diganti Nyeri
verban
 TTV :
TD : 120/90 mmHg
S : 36,5 oC
N : 76 x/mnt
 RR : 18 x/mnt
DS : Terputusnya kontinuitas jaringan Nutrisi kurang dari
 Klien mengatakan kemarin muntah kebutuhan tubuh.
Nyeri
 Klien mengeluh mual dan kurang
nafsu makan
Tekanan intraabdominal meningkat
 Klien mengeluh perut terasa tidak
enak Menekan pusat makanan di
Hipothalamus
DO :
 Klien minun susu ½ gelas (100 cc) Lambung
 Terpasang infus untuk nutrisi
N. Vagus
perenteral : Combiflex 63 cc/jam
N. Aferen
 BB klien 16 kg, menjadi 43 kg
 IMT klien 16,7 (kategori underweigh) Pusat lapar dipersepsikan

Mual, anoreksia

33
DS : Tindakan reseksie anastomosis Resti terjadinya
 Klien mengeluh nyeri pada daerah infeksi.
luka bekas operasi Terputusnya kontinuitas jaringan
 Klien mengatakan nyeri terasa
sampai ke anus Luka operasi
 Klien mengatakan nyeri terasa
sampai ke anus Port d’ entry mikroorganisme
DO :
 Tampak ada luka operasi di perut Masuknya kuman, bakteri pada
 Ada cairan pada luka operasi saan luka

diganti verban
 Terpasang drain penrous, cairan Resiko terjadi infeksi

berwarna kemerahan
DS : Tekanan intra abdominal meningkat Resiko devisit
 Klien mengatakan sedikit minum volume cairan.
Menekan pusat makanan di
 Klien mengatakan kemarin muntah hipothalamus
DO :
 Klien minum dari botol 4 teguk N. Vagus

 Bibir tampak kering dan pecah- Mual, anoreksia


pecah. (kurang makan, kurang minum)

 Acara infus: RL 30 tettes/mnt Menekan refleks vagal

muntah
kekurangan cairan
DS : Terputusnya kontinuitas jaringan Keterbatasan
 Klien meneluh lemas aktivitas.
 Klien mengatakan aktivitasnya Mengeluarkan mediator kimia dan
terbatas asam laktat
DS :
 Klien tampak berbaring lemah di Metabolisme anaerob meningkat
tempat tidur
 Aktivitas klien dibantu oleh perawat Nyeri, lemas
dan keluarga
Aktivitas terbatas

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d terputurnya kontinuitas jaringan.
2. Kebtuhan nutrisi kurang dari keutuhan tubuh b.d mual dan anoreksia.
3. Resti terjadnya infeksi b.d port de entry.
4. Resiko devisit volume cairan b.d muntah dan asupan cairan inadekuat.

34
5. Keterbatasan askivitas b.d kelemahan fisik.

35
III. INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA PERENCANAAN
No TANGGAL
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 12-10-2010 Gangguan rasa Rasa nyeri klien berkurang  Kaji keluhan nyeri , catat lokasi,  Membantu dalam
nyaman: nyeri b.d atau hilang dalam jangka dan intensitas nyeri (skala 0-10). menentukan kebutuhan
terputusnya kontinuitas waktu 6 x 24 jam, dengan Catat faktor-faktor yang manajemen nyeri
jaringan. kriteria : mempercepat dan tanda- tanda
 Nyeri berkurang sampai rasa sakit yang non verbal
DS : dengan hilang.
 Klien mengeluh  Wajah klien tampak rileks.  Berikan posisi yang nyaman atau  Posisi yang nyaman dapat
nyeri pada daerah  Klien dapat bergerak tingkatkan istirahat di tempat tidur mengurangi stres pada area
luka operasi bebas tanpa nyeri sesuai indikasi. insisi. Tirah baring diperlukan
 Klien mengatakan untuk membatasi nyeri.
nyeri bertambah
saat batuk  Obervasi TTV (TD, nadi, suhu, RR)  Pemantauan cermat
 Klien mengatakan tiap 6 jam. diperlukan untuk menentukan
nyeri yang dirasakan tatus dan melacak setiap
berada dalam skala perubahan.
5 (nyeri sedang)
 Klien mengatakan  Dorong penggunaan teknik  Meningkatkan relaksasi,
nyeri dirasakan manajemen stress, misalnya: memberikan rasa control dan
seperti ditusuk- relaksasi progresif, tarik napas mungkin meningkatkan
tusuk. dalam, dan sentuhan terapetik. kemampuan koping.
DO :
 Klien tampak  Ajarkan teknik distraksi :  Distraksi merangsan
meringis kesakitan mendengarkan musik, membaca, thalamus, yang dapat
 Klien tampak takut dll. meningkatkan endofin yang
saat diganti verban mengubah transmisi nyeri.
 TTV :
TD : 120/90 mmHg  Ciptakan lingkungan yang tenang  Situasi yang tenang membuat
S : 36,5 oC dan nyaman. klien rileks, sehingga
N : 76 x/mnt nyeriberkurang.
RR : 18 x/mnt
 Kolaborasi pemberian analgetic  Pemberia terapi analgetic
sesuai indikasi dokter. dapat mengurangi rasa nyeri.

36
2 30/06/2010 Nutrisi kurang dari Kebutuhan nutrisi terpenuhi  Kaji keluhan mual yang dialami  Mengatasi rasa mual yang
kebutuhan tubuh b.d dalam waktu 5 x 24 jam, klien. dialami klien
mual dan anoreksia. dengan kriteria :  Observasi bagaimana cara makan  Cara menghidangkan
 Klien mampu dihidangkan. makanan dapat
DS : menghabiskan 1 porsi mempengaruhi nafsu makan
 Klien mengatakan makan. klien.
kemarin muntah  Klien tidak mengeluh  Berikan makanan dalam porsi kecil  Menghindari mual dan
 Klien mengeluh mual. dan frekuensi sering muntah
mual dan kurang  Catat jumlah atau porsi makanan  Mengetahui pemenuhan
nafsu makan yang dihabiskan oleh pasien setiap kebutuhan nutrisi.
 Klien mengeluh hari.
perut terasa tidak  Memberikan umpan balik positif  Memotivasi dan
enak saat pasien mau berusaha meningkatkan semangat
menghabiskan makanannya. pasien
DO :  Jelaskan mamfaat makanan atau  Meningkatkan pengetahuan
 Klien minun susu ½ nutrisi bagi pasien terutama saat pasien tentang nutrisi
gelas (100 cc) pasien sakit sehingga motivasi untuk
 Terpasang infus makan meningkat
untuk nutrisi  Berikanoral hygiene sebelum  Mulut yang bersih dapat
perenteral : makan meningkatkan nafsu makan.
Combiflex 63 cc/jam
 BB klien 16 kg,  Berikan obat-obatan antiemetic  Mengurangi rasa mual dan
menjadi 43 kg atau antacid sesuai program diharapkan intake nutrisi
 IMT klien 16,7 dokter. meningkat.
(kategori underweigh) OMZ 2x1
Vomceran 8 mg 2x1

3 12-10-2010 Resti terjadinya infeksi Tidak terjadi infeksi di  Kaji tanda-tanda infeksi, seperti ada  Dengan adanya infeksi dapat
b.d port de entry daerah luka operasi dan tidaknya pus, merah, bengkak, memberikan informasi

37
sekitar luka drain silokon panas, dan kematian jaringan. perubahan perkembangan
DS : dalam waktu 6 x 24 jam, kesehatan.
 Klien mengeluh dengan kriteria :  Pantau TTV dan kualitas nyeri.  Untuk mendeteksi adanya
nyeri pada daerah  Luka operasi kering infeksi (respon inflamasi)
luka bekas operasi  Tidak ada tanda-tanda  Pertahankan tirah baring pada  Untuk mengurangi ketegangan
 Klien mengatakan infeksi posisi semi fowler. pada otot abdominal.
nyeri terasa sampai  Suhu tubuh dalam batas  Pertahankan alat tenun tetap
ke anus normal (36 - 37,5 oC) bersih.  Memberikan kenyamanan pada
 Klien mengatakan klien dan mengurangi transmisi
nyeri terasa sampai mikroorganisme.
ke anus
 Lakukan cuci tangan yang baik dan  Menurunkan resiko penyebaran
DO : peraatan luka aseptik. bakteri (mikroorganisme).
 Tampak ada luka
operasi di perut  Ganti verban setiap hari dengan  Balutan dapat melindungi luka
 Ada cairan pada luka prinsip steril. dari masuknya mikroorganisme.
operasi saan diganti
verban  Lihat luka post operasi dan balutan,  Memberikan defeksi dini
 Terpasang drain catat karakteristik drainase lukaatau terjadinya proses infeksi,
penrous, cairan drain adanya eritema. pengawasan penyembuhan
berwarna kemerahan luka.
 Kolaborasi pemberian terapi  Obat-obat antibiotik dianjurkan
antibiotik : Gracef 1 x 1 gr. untuk menekan perkembangan
mikroba dan bakteri.

 Jelaskan tentang kondisi kesehatan  Pengetahuan tantang kemajuan


klien kepada klien atau keluarga. situasi memberikan dukungan
emosi klien.
4 12-10-2010 Resiko devisit volume Tidak terjadi defisit volume  Kaji keadaan umum pasien dan  Menetapkan data dasar
cairan b.d muntah dan cairan tubuh dalam waktu tanda-tanda vital pasien
asupan cairan yang 4 x 24 jam, dengan kriteria :  Kaji tanda dan gejala dehidrasi  Untuk mengetahui dengan
inadekuat  Bibir klien tidak kering dan atau hipovolemik cepat penyimpangan dari
pecah-pecah. keadaan normalnya
DS :  Suhu tubuh normal 36,5-  Monitor intake – output tiap 4 jam  Untuk mengetahui penyebab
 Klien mengatakan 37,5 0C. devisit volume cairan untuk
sedikit minum  Nadi 60-100 x/mnt. mengetahui keseimbangan

38
 Klien mengatakan  Tekanan darah dalam cairan
kemarin muntah rentang normal (100/70 –  Monitor tetesan infus klien tiap 2  Tetesan infus yang lancar
120/80 mmHg). jam memberikan kebutuhan
DO : cairan klien yang adekuat
 Klien minum dari
botol 4 teguk  Berikan cairan intravena Asering  Penting bagi klien yang
 Bibir tampak kering 20 tts/mnt sesuai program dokter. mengalami kekurangan cairan
dan pecah-pecah. tubuh, karena cairan
Terpasang infus. langsung kedalam pembuluh
 TTV : darah.
TD : 120/90 mmHg
S : 36,5 oC  Anjurkan pasien untuk banyak  Asupan cairan sangat
N : 76 x/mnt minum (2000-2500ml). diperlukan untuk menambah
RR : 18 x/mnt volume cairan tubuh.

Aktivitas klien terpenuhi


Keterbatasan aktivitas selama perawatan, dengan  Untuk mengetahui keadaan
b.d kelemahan fisik. kriteria :  Kaji tingkat immobilisasi klien klien, sehingga dapat
5 12-10-210  Kebutuhan personal mengetahui perubahan
DS : hygiene klien terpenuhi perkembangan kemampuan
 Klien mengeluh lemas secara mandiri. aktivitass klien
 Klien mengatakan  Klien mampu melakukan  Dekatkan barang-barang yang  Uempermudah klien dalam
aktivitasnya terbatas aktivitas sehari-hari diperlukan klien mengambil barang
DS : secara optimal. kebutuhannya.
 Klien tampak  Aktivitas tidak  Tingkatkan aktivitas perawatan diri  Partisipasi klien dalam

39
berbaring lemah di memerlukan bantuan klien dari perawatan diri parsial perawatan diri memperbaiki
tempat tidur orang lain sampai lengkap sesuai indikasi. fungsi fisiologisnya dan
 Aktivitas klien dibantu mengurangi kelelahan akibat
oleh perawat dan ketidak aktifan, dan juga
keluarga. memperbaiki harga diri dan
 Anjurkan klien agar mobilisasi kesejahtraan klien
secara aktif ditempat tidur.  Memulihkan kondisi klien
 Rencanakan priode istirahat teratur secara bertahap
sesuai jadwal harian klien  Periode istirat teratur
memungkinkan tubuh untuk
menghemat dan memulihkan
 Identifikasi dan dorong kemajuan energi.
klien pertahankan catatan  Dorongan dan realisasi
perkembangan. kemajuan dapat memberi
klien inisiatif untuk
 Jelaskan kepada klien pentingnya melanjutkan kemajuan.
mobilisasi.  Membantu mempercepat
pemulihan, melancarkan
 Libatkan keluarga dalam peredaran darah.
membantu aktivitas klien.  Keluarga dapat kooperatif
dalam membantu memenuhi
kebutuhan klien dan proses
penyembuhan.

40
IV. IMPEMENTASI KEPERAWATAN

No Tanggal DK Jam Implementasi Nama & TTD


.
1. 12-10-2010 I,II,III 07.50 Mengobservasi klien, KU klien tampak sakit Rendry
sedang, kesadaran compos mentis,
terpasang infuse untuk Combiplex di
lengan kiri tetsan lancar. Terpasang kateter
urin, terpasang drain penrous, cairan
berwarna kemerahan. Pasien mengeluh
nyeri pada daerah luka operasi dan ada
mual.
R : Klien tampak terbaring lemah di
tempat tidur
H : Klien kooperatif dengan sapaan.

II 08.00 Memberikan terapi injeksi : OMZ 2x20 mg Rendry


dan Vomceran 2x8 mg pada klien via IV
bolus.
R : Klien menerima terapi sesuai petunjuk
H : Klien tampak lebih tenang

V 08.15 Membantu memandikan klien di tempat Rendry


tidur.
R : Klien kooperatif
H : Klien merasa lebih segar.

I,III 08.50 Merapihkan dan membersihkan tempat Rendry


tidur dan lingkungan klien.
R : Klien kooperatif
H : Tempat tidur dan lingkungan tampak
rapi.

II 09.00 Mengobservasi makan pagi klien. Rendry


R : Klien mengatakan masih ada mual.
H : Klien makan cair (susu) ½ gelas
(100 cc)

I,III 09.30 Melakukan ganti verban klien. Luka tampak Rendry


bersih, ada cairan (pus) saat ditekan, luka
dibersihkan dengan NS 0,9% kemudian
oles dengan bethadine 10% dan tutup
dengan Bactigras.
R : Klien tampak takut dan kesakitan.
H : Luka dan verband tampak lebih bersih.

I 10.00 Melakukan Pengkajian. Rendry


R : Klien kooperatif saat anamnesa dan
pemeriksaan
H : Data pasien didapatkan.

I,III,IV 11.00 Mengukur TTV klien: Rendry


R : Klien kooperatif
H : TD: 120/90 mmHg
N: 82 x/mnt
S: 37 oC

41
2. 13-10-2010 III 07.50 Mengobservasi klien: KU tampak sakit Rendry
sedang, kesadaran: CM, terpasang infus
RL 30 tets/mnt di lengan kiri, tetesan
lancar, terpasang kateter urin, terpasang
drain penrous, cairan berwarna kuning
kemerahan. Klien mengatakan nyeri sedikit
bekurang hanya terasa sesaat ketika
diberikan obat, mual masih ada.
R :Klien kooperatif dengan pertanyaan
dan jawaban.
H : Klien masih terbaring di tempat tidur.

V 08.00 Membantu memandikan klien di tempat Rendry


tidur.
R : Klen kooperatif saat dimandikan
H : Klien tampak lebih segar setelah
dimandikan

I,III 08.40 Mengganti alat tenun kemudian Rendry


merapihkan tempat tidur.
R : Klien kooperatif untuk miring kanan
dan kiri
H : Tempat tidur bersih dan rapi.

II,IV 09.00 Mengobservasi makan pagi dan minum Rendry


klien, klien sudah mulai diet bubur saring.
R : Klien mengatakan masih sedikit-sedikit
makannya.
H : Klien menghabiskan ¼ porsi bubur
sumsum dan mengatakan sudah minum
sebanyak 4 teguk dari botol.

I,III 10.00 Melakukan ganti verband klien. Luka Rendry


tampak bersih, masih ada pus saat ditekan.
Luka dibersihkan dengan NS 0,9%,
kemudian dioles bethadine 10% dan ditutup
dengan bactigras.
R : Klien tampak meringis menahan sakit.
H : Luka dan verband menjadi bersih.

I,V 10.30 Melepas kateter urin klien. Rendry


R : Klien merasa takut dan kesakitan.
H : Klien masi merasa nyeri di daerah
saluran kencing.

I,III,IV 11.00 Mengukur TTV klien. Rendry


R : Klien kooperatif
H : TD: 120/90 mmHg
N: 80 x/mnt
S: 36,8 oC

II 12.30 Mengobservasi makan siang klien. Rendry


R : Klien masih sedikit-sedikit makannya
H : Klien menghabiskan ¼ porsi bubur.

42
3. 14-10-2010 I,IV 07.50 Mengobservasi klien: KU tampak sakt Rendry
sedang, kesadaran CM. Terpasang infus
RL 30 tetes/mnt di lengan kiri, tetesan
lancar. Masih terpasang kateter urin
dandrain penrous, cairan berwarna
kekuningan. Keluhan: nyeri sudah
berkurang, mual tidak ada, hanya makan
masih sedikit-sedikit sambil belajar makan.
R : Klien kooperatif
H : Klien sudah tampak lebih segar.

V 08.00 Membantu memandikan klien di tempat Rendry


tidur.
R : Klien kooperatif saat dimandikan.
H : Klien tampak lebih segar.

I,III 08.40 Merapihkan tempat tidur dan lingkungan. Rendry


R : Klien kooperatif saat dirapihkan.
H : Tempat tidur dan lingkungan tampak
lebih rapi.

II,IV 09.00 Mengobservasi makan dan minum klien. Rendry


R : Klien kooperatif menjawab.
H : Klien makan pagi bubur sumsum habis
½ porsi, klien pagi ini sudah minum
susu ½ gelas dan air putih ½ gelas.

I,III 09.30 Membantu mengganti verban klien. Luka Rendry


tampak bersih, masih ada sedikit pus saat
ditekan. Luka dibersihkan dengan NS 0,9%
dan dioles dengan bethadine 10%.
R : Klien masih sedikit menahan sakit saat
luka ditekan.
H : Luka dan verband menjadi lebih bersih.

I,IV 11.00 Mengobservasi TTV klien. Rendry


R : Klien kooperatif saat diukur TTV.
H : TD: 110/80 mmHg
N: 78 x/mnt
S: 37,0 oC

II 12.00 Memberikan obat oral pada klien : mucosta Rendry


(antacid, antiulcerant) 3x1 tab.
R : Klien belum selesai makan siang.
H : Klien mau meminum obat setelah
makan siang.

43
V. EVALUASI KEPERAWATAN

Tanggal DK Evaluasi Nama& TTD


12-10-2010 I S : klien mengatakan nyeri pada daerah luka operasi Rendry
O: klien tampak meringis kesakitan
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
II S : klien mengatakan mual dan perut terasa tidak enak Rendry
O: - klien makan cair habis ½ gelas (100 cc)
- klien masih tepasang nutrisi parenteral Combiplex
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
III S: klien mengatakan takut saat diganti verban Rendry
O: ada luka post operasi di perut dan ada luka pemasangan
drain penrous, dan keluar banyak pus saat luka ditekan
A: masalah belum teratasi.
P: intervensi dilanjutkan
IV S: klien mengatakan masih sedikit minum Roma
O: bibir dan kulit klien terlihat kering
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
V S: klien mengatakan lemas Rendry
O: - klien terbaring di tempat tidur
- aktivitas klien dibantu oleh perawat dan keluarga
A:masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
13-10-2010 I S: klien mengatakan masih ada nyeri di daerah luka operasi Rendry
O: klien tampak meringis kesakitan saat diganti verban
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
II S: klien mengatakan masih ada mual Rendry
O: klien hanya menghabiskan ¼ porsi bubur
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
III S: klien mengatakan sakit ketika luka ditekan untuk Rendry
mengeluarkan pus
O: ada pus saat luka operasi ditekan
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
IV S: klien mengatakan minumnya masih sedikit Rendry
O: - klien munum hanya 4 teguk dari botol
- terpasang infus RL 30 tetes/mnt
- bibir dan kulit klien kering

44
A: masalah sudah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
V S: klien mengatakan masih lemas Rendry
O: klien masih terlihat lemas dan aktivitas masih dibantu
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
14-10-2010 I S: klien mengatakan nyeri sudah berkurang Rendry
O: wajah klien tampak lebih rileks
A: masalah teratasi sebaian
P: intervensi dilanjutkan
II S: klien mengatakan sudah tidak ada mual, hanya makan baru Rendry
belajar sedikit-sedikit
O: klien menghabiskan ¼ porsi bubur
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
III S: klien mengatakan masih ada nyeri saat luka ditekan Rendry
O: masih ada sedikit pus dari luka operasi
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
IV S: klien mengatakan belum terlalu banyak minum Rendry
O: klien pagi minun ½ gelas
masih terpasang infus RL 30 tetes/mnt
bibir klien masih tampak kering
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
V S: klien mengatakan sudah tidak lemas Rendry
O: klien sudah mulai berjalan-jalan
aktivitas klien masih dibant sebagian
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan

BAB IV
PENUTUP

V.1 Kesimpulan

45
Kanker Kolorectal adalah keganasan di kolon / rectum. Colorectal Cancer atau lebih
dikenal sebagai Ca Colon dan rectal, adalah suatu bentuk keganasan yang terjadi pada colon,
rectum, dan appendix. Penyakit ini merupakan penyakit kedua yang mematikan di dunia.
Adapun faktor penyebab dari kanker ini antara lain adalah karena sedikit Olahraga,
kegemukan, alkohol, mengkonsumsi makanan tinggi protein hewani (seperti daging, jeroan),
umur > 50 tahun, adanya polip kolorectal, hereditas, adanya penyakit saluran pencernaan :
radang usus, ulcerative colitis, hemeroid, ras : terutama Eropa, Afrika, Amerika.
Reseksi kolon adalah prosedur pembedahan untuk mengangkat sebagian atau seluruh
kolon (Debakey, Michael E, 2009). Saat reseksi kolon, bagian kolon yang mengalami
gangguan diangkat dan dua bagian yang sehat akan disambungkan kembali disebut end-to-
end anastomosis. (Swierzewski, Stanley J, 2001).
Pasien dengan pembedahan colorectal umumnya dirawat di rumah sakit selama 1 – 2
minggu (Schoetz et al, 1997). Namun dengan menggunakan pathway pemulihan, pasien
dengan pembedahan colorectal bisa keluar dari rumah sakit dalam 2 – 5 hari setelah
pembedahan (Wind et al, 2006).

V.2 Saran
Mahasiswa tingkat dua semester 4 memahami dan mengerti mengenai konsep penyakit
kanker kolorektal, memahami tentang Pengertian, etiologi, faktor resiko, manifestasi klinik,
pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis, pengobatan pada keadaan khusus, serta
dapat memberikan Asuhan Keperawatan yang tepat pada klien dengan penyakit kanker kolon,
baik pre-operasi maupun pos-operasi.

DAFTAR PUSTAKA

 Ester, Monica. 2002. Keperawatan Medikal Bedah : Pendekatan Sistem Gastrointestinal.


Cet. 1. Jakarta : EGC.

46
 Inayah, Iin. 2004. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Pencernaan.
Ed.1. Jakarta : Salemba Medika.

 Sjamsuhidadjat. 2008. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2 ; Cet.1. jakarta : EGC.

 http://ardiwqblog.blogspot.com/2010/09/reseksi-dan-anastomosis-colon.html

 http://www.drarief.com/mengenal-kanker-kolon/

 http://usebrains.wordpress.com/2008/09/14/kanker-kolorektal/

 http://panmedical.wordpress.com/2010/03/24/fisiologi-dan-anatomi-kolon-defekasi/

 http://sinau-biologi.blogspot.com/2009/03/anatomi-usus-besar_6278.html.

47

You might also like