You are on page 1of 13

1.

0 MUKADDIMAH

Surah Al Furqaan merupakan surah yang ke-25 di dalam Al Qur'an.Surah ini


mempunyai 77 ayat dan diturunkan di Makkah juga antara surah yang diturunkan
sebelum Rasulullah s.a.w. berhijrah ke Madinah.Surah ini terdiri daripada ayat-ayat
yang diturunkan di Makkah secara keseluruhannya tetapi ada juga sebahagian
daripadanya diturunkan di Madinah. Surah Makkiyah kebiasaannya pendek, dengan
ayat yang pendek, dan selalunya terletak di juz-juz terakhir di dalam Al-Quran. Surah ini
dinamakan Al Furqaan yang bermaksud pembeza, diambil dari kata Al Furqaan yang
terdapat pada ayat pertama surah ini.Maksud Al Furqaan dalam ayat ini ialah Al Quran
(nama lain bagi Al Qur'an). Al Quran dinamakan Al Furqaan kerana Al-Quran
membezakan antara yang hak dengan yang batil. Oleh sebab itu terdapat ayat-ayat
yang membezakan antara kebenaran keesaan Allah s.w.t. dengan kebatilan
kepercayaan syirik.

Antara isi kandungan surah ini adalah mengenai keimanan iaitu Allah Maha
Besar, hanya Allah sahaja yang berkuasa ke atas langit dan bumi, Allah tidak memiliki
anak mahupun sekutu, Al Quran benar-benar diturunkan dari Allah, ilmu Allah meliputi
segala sesuatu, Allah bersemayam di atas Arsy,Nabi Muhammad s.a.w. adalah hamba
Allah yang diutus keseluruh alam,rasul- rasul itu adalah manusia biasa tetapi peroleh
wahyu dari Allah, pada hari kiamat akan terjadi peristiwa-peristiwa luar biasa antaranya
terbelahnya langit, turunnya malaikat ke bumi, dan orang-orang berdosa dihalau ke
neraka dengan berjalan di atas muka mereka sendiri.

Selain itu surah Al-Furqan turut menceritakan tentang celaan-celaan orang-orang


kafir terhadap Al Quran, kejadian-kejadian alamiyah sebagai bukti keesaan dan
kekuasaan Allah, hikmah Al Quran diturunkan secara beransur-ansur; sifat-sifat orang
musyrik antaranya seperti mempertuhankan hawa nafsu, tidak mempergunakan akal,
serta sifat-sifat hamba Allah yang sebenarnya.

1
2.0 Surah dan terjemahan

‫َّح ِيم‬ ِ ‫بِ ۡس ِم ٱهللِ ٱلر َّۡح َم ٰـ ِن ٱلر‬


َ‫ َوٱلَّ ِذين‬ )٦٣( ‫وا َسلَ ٰـ ۬ ًما‬ ْ ُ‫ض ه َۡو ۬نًا َوإِ َذا َخاطَبَهُ ُم ۡٱل َج ٰـ ِهلُونَ قَال‬ ‫أۡل‬
ِ ‫َو ِعبَا ُد ٱلر َّۡح َم ٰـ ِن ٱلَّ ِذينَ يَمۡ ُشونَ َعلَى ٱ َ ۡر‬
َ‫اب َجهَنَّ َۖ‌م إِ َّن َعـ َذابَهَا َكــان‬ َ ‫ف َعنَّا َعـ َذ‬ ۡ ‫ٱصـ ِر‬ ۡ ‫) َوٱلَّ ِذينَ يَقُولُــونَ َربَّنَــا‬٦٤( ‫يَبِيتُونَ لِ َربِّ ِهمۡ ُس َّج ۬ ًدا َوقِيَ ٰـ ۬ ًما‬
َ‫ڪانَ بَ ۡين‬ َ ‫ُوا َو‬ ْ ‫وا َولَمۡ يَ ۡقتُر‬ ْ ُ‫وا لَمۡ ي ُۡس ِرف‬ ْ ُ‫ َوٱلَّ ِذينَ إِ َذٓا أَنفَق‬ )٦٦( ‫) إِنَّهَا َسٓا َء ۡت ُم ۡستَقَ ۬ ًّرا َو ُمقَا ۬ ًما‬٦٥( ‫غ ََرا ًما‬
ِّ ‫ـٱل َح‬
‫ق‬ ۡ ‫س ٱلَّتِى َحـ َّر َم ٱهَّلل ُ إِاَّل بِـ‬ َ ‫ َوٱلَّ ِذينَ اَل يَ ۡد ُعونَ َم َع ٱهَّلل ِ إِلَ ٰـهًا َءا َخ َر َواَل يَ ۡقتُلُــونَ ٱلنَّ ۡف‬ )٦٧( ‫ك قَ َوا ۬ ًما‬ َ ِ‫َذٲل‬
)٦٩( ‫ف لَهُ ۡٱل َع َذابُ يَ ۡو َم ۡٱلقِيَ ٰـ َم ِة َويَ ۡخلُ ۡد فِيِۦه ُمهَانًــا‬ َ ‫ي‬ )٦٨( ‫ق أَثَا ۬ ًما‬
ۡ ‫ُض ٰـ َع‬ َ ‫ونَ‌ َو َمن يَ ۡف َع ۡل َذٲلِكَ يَ ۡل‬
ۚ ُ‫َواَل يَ ۡزن‬
‫ت َو َكانَ ٱهَّلل ُ َغفُو ۬ ًرا َّر ِحي ۬ ًمـ ا‬ ‌ٍ ۗ ۬ ‫ص ٰـلِ ۬ ًحا فَأُوْ لَ ٰـ ٓ ِٕٕٮِـكَ يُبَ ِّد ُل ٱهَّلل ُ َسئِّـََٔـاتِ ِهمۡ َح َسنَ ٰـ‬ ۬
َ ً‫َاب َو َءا َمنَ َو َع ِم َل َع َمال‬ َ ‫إِاَّل َمن ت‬
‫ور َوإِ َذا‬ ُّ َ‫ َوٱلَّ ِذينَ اَل يَ ۡشـهَ ُدون‬ )٧١( ‫ يَتُـوبُ إِلَى ٱهَّلل ِ َمتَا ۬بًـ ا‬ ‫ص ٰــلِ ۬ ًحا فَإِنَّهُ ۥ‬
َ ‫ٱلـز‬ َ ‫ـل‬ َ ‫ـاب َو َع ِم‬ َ ‫ َو َمن تَـ‬ )٧٠(
( ‫ص ۬ ًّما َو ُعمۡ يَا ۬نًـ ا‬ ُ ‫وا َعلَ ۡيهَا‬ ْ ُّ‫ت َربِّ ِهمۡ لَمۡ يَ ِخر‬ ْ ‫ڪر‬
ِ ‫ُوا بِٔـََٔـايَ ٰـ‬ ِّ ‫ َوٱلَّ ِذينَ إِ َذا ُذ‬ )٧٢( ‫ڪ َرا ۬ ًما‬ ِ ‫وا‬ ْ ُّ‫وا بِٱللَّ ۡغ ِو َمر‬ ْ ُّ‫َمر‬
٧( ‫ٱج َع ۡلنَــا لِ ۡل ُمتَّقِينَ إِ َما ًمــا‬ ۡ ‫ َوٱلَّ ِذينَ يَقُولُــونَ َربَّنَــا ه َۡب لَنَــا ِم ۡن أَ ۡز َوٲ ِجنَــا َو ُذ ِّري َّٰـ ـتِنَا قُ ـ َّرةَ أَ ۡعي ۬ ٍُن َو‬ )٧٣
‫ َخ ٰـلِ ِدينَ فِيهَ ۚا‌ َح ُسن َۡت ُم ۡستَقَ ۬ ًّرا‬ )٧٥( ‫ُوا َويُلَقَّ ۡونَ ِفيهَا ت َِحيَّ ۬ةً َو َسلَ ٰـ ًما‬ ْ ‫صبَر‬ َ ‫أُوْ لَ ٰـ ٓ ِٕٕٮِـكَ ي ُۡجز َۡونَ ۡٱل ُغ ۡرفَةَ بِ َما‬ )٤
)٧٧( ‫ُون لِزَا ۢ َما‬ ُ ‫ڪ ۖمۡ‌ فَقَ ۡد َك َّذ ۡبتُمۡ فَ َس ۡوفَ يَڪ‬ ُ ‫) قُ ۡل َما يَ ۡعبَ ُؤ ْا بِ ُكمۡ َربِّى لَ ۡواَل ُدعَٓا ُؤ‬٧٦( ‫َو ُمقَا ۬ ًما‬
63. Dan hamba-hamba tuhan yang Permurah ialah mereka yang berjalan di bumi dengan sopannya, dan
apabila orang-orang yang bodaoh menhadapkan perkataan kepadanya dijawabnya selamat. 64. Dan
mereka yang pada malam hari menyembah Tuhan sujud dan berdiri. 65. Dan mereka berkata: “Wahai
Tuhan kami! Jauhkanlah kiranya dari kami seksaaan neraka, sesungguhnya seksaan neraka itu satu
bancana.” 66. Sesungguhnya ituklah kediaman dan tempat tinggal yang amat buruk. 67. Dan mereka itu,
apabila membelanjakan hartanya, tiada melampaui batas dan tiada pula bersifat kikir, tetapi pertengahan
antaraanya. 68. Dan mereka itu, tiada memuja Tuhan yang lain disamping Allah dan tiada membunuh
jiwa yang dilarang Allah (membunuhnya). Melainkan untuk keadilan, dan mereka tiada melakukan
perzinaan. Dan siapa yang mengerjakan semua itu nescaya akan mendapat hukuman. 69. Kepanya dilipat
gandakan seksaan pada hari kiamat, dan mereka tetap disana dalam keadaan terhina. 70. Kecuali orang
yang telah bertaubat dan mengerjakan perbuatan yang baik, maka kejahatan orang-orang itu diganti Allah
dengan kebaikan. Dan Allah itu Maha pengampun dan Maha penyayang. 71. Dan orang yang bertaubat
dan mengerjakan perbuatan baik maka sesungguhnya dia kembali kepada Allah dengan diterima baik. 72.
Dan mereka yang tidak mahu menjadi saksi palsu, dan apabila melalui perkara yang sia-sia, mereka
berlalu dengan hormatnya. 73. Mereka itu, apabila mereka diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan,
mereka tidak bersikap menulikan telinga dan membutakan mata. 74. Dan mereka itu berkata: “Wahai
Tuhan kami! Kurniakanlah kepada kami isteri dan keturunan, menjadi cahaya mata, dan jadikanlah kami
pemimpin bagi orang yang memelihara dirinya dari kejahatan” 75. Mereka mendapat tempat yang tinggi,
sebagai pembalasan dari kesabaran mereka, dan di sana mereka akan mendapat penghormatan selamat
datang dan kebahagiaan. 76. Mereka kekal di sana. Alangkah baik kediaman dan tempat tinggalnya! 77.
Katakan: “Tuhanku tidak akan memerhatikan kamu, kalau tiada doa (ibadah) kamu. Sesungguhnya kamu
telah mendustakanNya, kerana itu hukuman pasti datang.”

2
3.0 HURAIAN AYAT

3.1 TAWADHU’

Tawadhu’ adalah lawan dari sifat takabbur. Tawadhu’ adalah sifat yang selalu
merendah, merupakan sifat yang sangat disukai oleh Allah. Jika orang yang memiliki
sifat ini adalah orang yang sangat disukai oleh Allah, maka orang yang memiliki sifat
takabbur adalah orang yang sangat dibenci oleh Allah SWT.

“Tidak akan masuk syurga orang yang di dalam hatinya terdapat sifat sombong
meskipun hanya sebesar biji sawi. Sebaliknya,tidak akan masuk neraka orang yang di
dalam hatinya terdapat iman walaupun juga hanya sebesar biji sawi” (HR Muslim dalam
Shahih-nya, Kitabul Iman, Bab: Tahrimul Kibri wa Bayanuhu)

Firman Allah pada Surah Al-Furqaan ayat 63:


“Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang
berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa
mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik." (Q.S. Al-Furqaan: 63)

Takabbur adalah orang yang menganggap dirinya besar, padahal dia tidak besar.
Orang yang mengaku memiliki banyak hal, tapi sebenarnya ia tidak memiliki apa-apa.
Untuk menjadikan diri kita tawadhu’ adalah dengan berpandangan bahwa apa yang kita
miliki tidak ada arti apa-apa dibandingkan dengan yang dimiliki oleh Allah SWT.

Sifat sombong adalah sifat yang merupakan fitrah yang diberikan Allah kepada
setiap manusia. Tidak ada seorangpun yang tidak memiliki sifat sombong. Hanya ada
orang yang membiarkan kesombongannya menjadi subur, dan ada juga yang boleh
menahan kesombongannya, sehingga kesombongannya tidak pernah muncul.(Asy-
Syaikh Husain bin ‘Audah Al-Awayisyah:2009:22-24)

Pertanyaannya, mampukah kita bersikap tawadhu’? Jika kita tidak berhati-hati,


maka sikap tersebut akan menjadi subur,dan akan berkembang dengan sendirinya.
Karena itulah, menurut Rasulullah, sombong terhadap orang yang sombong itu adalah

3
sebuah kebajikan sedekah. Mengapa? Karena kalau kita menahan kesombongan
seseorang, sebenarnya kita mendekatkan orang tersebut kepada surga. Karena, jika
ada kesombongan di dalam hati seseorang, maka diharamkan kepadanya untuk
mendapatkan surga. Jika kita sombong terhadap orang yang sombong sehingga orang
tersebut menjadi tidak sombong, maka sebenarnya kita telah menjauhkannya dari
neraka dan mendekatkannya kepada surga. (Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, M.A,:2008)

Abu Said al-Khudarii ra pernah berkata: Jadilah kalian seperti Nabi SAW, beliau
SAW menjahit bajunya yang sobek, memberi makan sendiri untanya, memperbaiki
rumahnya, memerah susu kambingnya, membuat sandalnya, makan bersama-sama
dengan pembantu-pembantunya, memberi mereka pakaian, membeli sendiri
keperluannya di pasar dan memikulnya sendiri ke rumahnya, beliau menemui orang
kaya maupun miskin, orang tua maupun anak-anak, mengucapkan salam lebih dulu
pada siapa yang berpapasan baik tua maupun anak, kulit hitam, merah, maupun putih,
orang merdeka maupun hamba sahaya sepanjang termasuk orang yang suka shalat.
Dalam surah Luqman ayat 18-19 Allah menerangkan dua sifat atau kebiasaan yang
harus dijauhi; dan dua sifat atau kebiasaan yang harus diamalkan:

 Dua sifat atau kebiasaan yang harus dijauhi ialah: pertama, memalingkan muka
dari manusia. Kedua, berjalan di muka bumi dengan angkuh atau sombong.
Kemudian Allah menyatakan bahwa Dia tidak senang kepada orang-orang yang
berlaku sombong dan membanggakan diri. Dalam salah satu hadis Rasulullah
disebutkan bahwa orang yang dalam hatinya terdapat secuil sifat sombong dapat
menghalanginya memasuki surga.
 Dua sifat atau kebiasaan yang harus diamalkan yaitu: pertama, bersikap
sederhana dalam berjalan dan bertindak. Dan kedua, melembutkan suara ketika
berbicara. Selanjutnya, Allah menegaskan bahwa seburuk-buruk suara adalah
suara keledai.

“Allah azza wa jalla berfirman, ‘Kesombongan adalah selendang-Ku dan


keangkuhan merupakan pakaian-Ku. Oleh kerana itu, siapa yang merenggut salah
satunya dari sisi-Ku maka akan Aku lemparkannya ke dalam neraka.(HR Abu Dawud)
(Dr. Saad Riyadh:2007:117)

4
3.2 TAHAJUD

Firman Allah pada Surah Al-Furqaan ayat 64: Dan mereka yang pada malam hari
menyembah Tuhan sujud dan berdiri. .( Al-Furqaan: 64)

Tahajud bermaksud solat tengah malam selepas bangun dari tidur iaitu sewaktu
keadaan senyap sunyi dikala semua manusia sedang nyenyak tidur. Firman Allah swt
dalam surah al-Muzzammil ayat 1-4: “Wahai orang-orang yang berselimut, bangunlah
untuk solat pada malam hari walaupun sedikit daripadanya (iaitu) ½ atau kurangilah
daripada ½ itu sedikit, atau lebih daripada ½ itu dan bacalah al-Quran itu dengan
perlahan-lahan. [Dato’ Ismail Kamus, 2009, 129-130]

Bagi orang-orang yang soleh, mereka merindui malam ibarat pengantin menanti
malam pertama. Kerana waktu malam adalah masa untuk mereka bermesra-mesra
dengan Tuhannya

Kalau sepasang kekasih mencari waktu malam untuk memadu kasih, maka tidak
hairan kalau orang-orang yang soleh juga menggunakan waktu malam untuk memadu
cinta sejati dengan Allah swt. Al Fudhail bin Iyadh berkata, "Apabila terbenam matahari
maka aku gembira dengan gelap. Dan apabila terbitnya matahari maka aku berdukacita
kerana datangnya manusia kepadaku!" Abu Sulaiman pula berkata, "Jikalau tidaklah
kerana malam nescaya aku tidaklah menyukai tinggal di dunia ini."

Selain dari keheningan malam yang ada pada waktu malam, Allah juga
menurunkan malaikat-malaikat pada malam hari untuk memberi rahmat kepada hamba-
hamba-Nya yang sedang beribadah. Malaikat akan turun ke bumi mencari manusia-
manusia yang menghidupkan malam dengan ibadah untuk diberi rahmat dan diamin
atau disampaikan doanya. Pada waktu malam juga akan ada satu detik di
mana barangsiapa yang berdoa ketika itu akan dikabulkan segala hajatnya. Solat yang
didirikan pada waktu malam juga lebih banyak manfaat dan lebih ganjaran pahalanya.

Sabda Rasulullah bermaksud: "Dua rakaat yang dikerjakan oleh hamba pada
waktu tengah malam adalah lebih baik baginya dari dunia dan isinya. Dan kalaulah
tidak memberi kesukaran kepada umatku, nescaya aku wajibkan kedua rakaat itu atas

5
mereka." Sabda Rasulullah lagi yang bermaksud: "Kerjakan solat dua rakaat dalam
kegelapan malam untuk kesuraman kubur."

Maka sebaik-baik pengisian waktu malam ialah dengan mendirikan ibadah solat.
Allah memberi perhatian kepada golongan ini kerana mereka telah sanggup meninggal
keenakan dan keselesaan beristirehat untuk bangun mengabdikan diri sebagai seorang
hamba. Di tengah-tengah kesejukan dan kedinginan malam, maka golongan ini telah
membasuh diri dengan wuduk dan berdiri serta sujud kepada Allah swt. Untuk
melakukan pekerjaan ini bukannya mudah. Ia memerlukan kegigihan pada hati serta
hidup cintanya dengan Tuhan. Sebab itu Allah menyediakan sebuah syurga bagi
hamba-hambaNya yang menghidupkan malam. Meskipun itu adalah janji dari Allah swt.
kepada kita namun kepayahan untuk menghidupkan malam lebih ketara lagi kerana
syaitan turut memainkan peranan dengan bersungguh-sungguh menghalang manusia
melakukannya. (Pesona Solat Tahajud. Muhammad Salleh Ph.D.2010)
Rasulullah saw bersabda maksudnya: "Diikat oleh syaitan di atas seseorang
kamu dengan tiga ikatan apabila ia sedang tidur. Maka syaitan memukul tiap-tiap
tempat ikatan tersebut sepanjang malam sehingga tertidurlah kamu. Kalau kamu
terbangun dan berzikir kepada Allah swt nescaya terbukalah satu ikatan.
Kalau berwuduk nescaya terbukalah satu ikatan lagi dan kalau bersolat nescaya
terbukalah semuanya. Sehingga kamu menjadi rajin dan baik jiwanya. Kalau tidak yang
demikian nescaya menjadi keji jiwa dan malas." Bila dilihat dari segi halangan-halangan
yang terpaksa ditempuhi oleh seseorang yang mahu menghidupkan malam dengan
ibadah, maka tidak salah kalau diletakkan mereka dalam golongan manusia
yang berjiwa gigih dan hidup cintanya dengan Allah s.w.t. Golongan ini juga telah
mewarisi pekerjaan orang-orang soleh.

Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud: "Haruslah kamu bangun


malam kerana itu adalah kebiasaan orang-orang soleh sebelum kamu. Sesungguhnya
bangun malam adalah mendekatkan diri kepada Allah, serta dapat menghilangkan
segala dosa, menyembuhkan segala penyakit yang dialami dan mengelakkan dari
melakukan dosa”.

6
3.3 TAUBAT

Firman Allah pada Surah Al-Furqaan ayat 71: Dan orang yang bertaubat dan
mengerjakan perbuatan baik maka sesungguhnya dia kembali kepada Allah dengan
diterima baik. (Al-Furqaan:71 )

Sabda Rasulullah s.a.w. sebagaimana yang diriwayatkan oleh Musa Al-Asy’ari


r.a., maksudnya: “Sesungguhnya Allah membuka tangan-Nya pada malam hari untuk
menerima taubat orang yang melakukan dosa pada siang hari dan membuka tangan-
Nya pada siang hari untuk menerima taubat orang yang melakukan dosa pada malam
hari. Keadaan ini (penerimaan taubat) berterusan sehinggalah matahari terbit dari barat
(kiamat).” (Riwayat Muslim)

Taubat menurut bahasa ialah kembali. Manakala menurut syarak taubat ialah
kembali daripada sesuatu yang ditegah oleh Allah s.w.t. kepada sesuatu yang dipuji
oleh Allah s.w.t.

Syeikh Abu al-Qasim Karim Hawazin al-Qusyairi dalam Risalah al-Qusyairi


menyatakan bahawa taubat merupakan jalan pendakian utama dan pertama bagi setiap
muslim, apatah lagi bagi mereka yang melalui jalan para sufi.

Imam al-Ghazali dalam karya terakhirnya, Minhaj al-‘Abidin telah menyatakan


bahawa taubat merupakan satu tindakan hati. Ia bermaksud tindakan yang dilakukan
sebagai usaha pembersihan hati daripada segala maksiat yang menybabkan hati
terhijab daripada allah s.w.t.

Namun menurut al-‘Arif Billah Sahl Abdullah al-Tustari pula, taubat adalah
meninggalkan sifat bertangguh-tangguh daripada taubat itu sendiri. Ini bermaksud
seorang hamba Allah itu semestinya sentiasa membersihkan hatinya daripada segala
maksiat dan kelalaian.

Seorang ulama sufi, Syeikh al-Busyanji ketika ditanya tentang hakikat taubat,
beliau menjawab: “Taubat itu adalah apabila kamu mengenangkan dosa-dosamu,
kemudian kamu tidak merasakan kemanisan ketika mengingatinya(lantaran penyesalan

7
dan kesedihan terhadap dosa-dosa itu), maka taubatmu adalah benar.” (Rashidy Jamil
al-Rashid ; 2010 : 34)

Inilah takrif taubat para hamba terhadap Rabnya menurut perbahasan dan
pandangan para ulama sufi yang telah melalui perjalanan makrifat mereka menuju Allah
s.w.t.

Untuk menjadikan sesuatu taubat itu sah mestilah memenuhi tiga syarat iaitu
menyesal di atas keterlanjuran yang telah dilakukan,meninggalkan serta-merta
keterlanjuran itu dan berazam tidak akan kembali lagi melakukan apa yang pernah
dilakukannya. Jika maksiat yang dilakukan itu ada kaitan dengan hak orang lain, syarat
yang keempat ialah mengembalikan hak itu kepada orang yang berhak.( Che Zuina
Ismail ; 2006 : 69)

Kalau kita benar-benar mahukan keredhaan saat berangkat pulang menuju Allah
s.w.t. nanti, maka taubat daripada segala dosa adalah kefardhuani agama yang mesti
dan pasti kerana ia diperintahkan oleh al-Quran dan dianjurkan oleh hadis. Kefardhuan
taubat juga disepakati oleh seluruh ulama sama ada dari mazhab zahiriah, mazhab
batiniah (kebatinan), ulama fiqh (fuqaha) mahupun ulama suluk.

Maka keberangkatan pulang kepada Allah tanpa persediaan taubat harus


dihindari. Seandainya dibiarkan dosa menimbun tanpa taubat, maka perjalanan pulang
ke kampung abadi nanti banyak masalahnya. Seandainya Allah tidak merezekikan
taubat kepada seseorang menjelang sakaratnya, maka itu sudah dikira sebesar-besar
musibah!

Antara ilmu asas tentang taubat yang kita harus ketahui adalah, selain Allah
memerintahkan kita bertaubat, Dia juga memerintahkan kita supaya me’nasuha’kan
taubat itu. (Amaluddin Mohd Napiah ; 2009 : 111) Dalam kata-kata lain, taubat yang
kita persembahkan kepada Allah s.w.t. mestilah tubat nasuha. Tubat nasuha adalah
taubat yang murni dan tulus lahir batinnya.

Dalam surah at-Tahrim ayat 8 ada menyatakan, perintah taubat adalah wajib
selagi tidak terdapat perintah lain yang mengalihkannya daripada hukum wajib ini.

8
Maka, sudah nyata tiada kelihatan disini satu hukum lain yang me’nasakh’ serta
mengalihkan kewajipannya. Maka kewajipan bertaubat itu kekal tegas sampailah
tibanya hari kiamat.

Dalam sebuah hadith sahih, Rasulullah s.a.w. bersabda:

“Semua orang di antara kalian pasti pernah melakukan dosa dan sebaik-baik orang
yang melakukan dosa adalah mereka yang mahu bertaubat.”

Dalam riwayat sahih yang lain, Rasulullah s.a.w. bersabda:

“Sesungguhnya seorang hamba yang melakukan dosa kemudian berkata: “Ya


Allah,ampunilah dosaku, kerana tiada lagi yang dapat mengampuni dosa, kecuali
engkau.” Setelah itu kembali melakukan dosa dan berkata: “Ya Allah, ampunilah
dosaku, kerana tiada lagi yang dapat yang mengampuni dosa, kecuali engkau.” Setelah
itu kembali melakukan dosa dan berkata: “Ya Allah, ampunilah dosaku, kerana tiada
lagi yang dapat yang mengampuni dosa, kecuali engkau.” Maka Allah ‘Azza Wa Jalla
berfirman: “HambaKu tahu dirinya mempunyai Tuhan yang boleh menyeksa hambaNya
kerana berbuat dosa atau mengampuni dosa hambaNya, maka silakan hambaKu
melakukan apa yang disukai.”

Maksud kedua-dua hadith ini bahawa Allah akan mengampuninya selama hamba itu
bertaubat, meminta ampun dan menyesali perbuatannya. (Dr. ‘Aidh Bin Abdullah al-
Qarni:2007)

9
3.4 PENYEJUK HATI

Firman Allah pada Surah Al-Furqaan ayat 74: Dan mereka itu berkata: “Wahai Tuhan kami!
Kurniakanlah kepada kami isteri dan keturunan, menjadi cahaya mata, dan jadikanlah kami pemimpin
bagi orang yang memelihara dirinya dari kejahatan” ( Al-Furqaan: 74)

Allah berfirman; Dan orang-orang yang berkata, ‘’Ya Rabb kami,


anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri serta keturunan kami sebagai penyenang hati
kami’’ .Mereka merupakan golongan yang memohon daripada tulang sulbi mereka,
keturunan yang taat dan melakukan ibadat hanya kerana Allah, selain tidak
menyukutukanNya. Beberapa pendapat mengenai ayat ini seperti Ibnu Abbas menafsir
bahawa, ‘’Iaitu keturunan yang berlaku taat hanya kepada Allah, sehingga menjadi
penyejuk mata mereka di dunia akhirat. Selain itu, Ikrimah pula memberi tafsiran,
‘’Mereka tidak diharapkan sebagai orang yang pandai meskipun tampan, sebaliknya
cukup dengan ketaatan terhadap Allah. Apabila ditanyakan kepada Al-Hasan Al-Bashri
mengenai ayat ini, jawapannya adalah, ‘’Iaitu Allah melihat hambaNya yang muslim
daripada isterinya, saudara, serta anaknya dalam berlaku taat terhadap Allah. Demi
Allah, tidak ada sesuatu yang dapat menyejukkan mata seseorang muslim melainkan
melihat anak yang dilahirkan,serta saudara yang mengasihinya kerana ketaatannya
terhadap Allah.

Firman Allah mengenai penyejuk hati ini turut disokong Ibnu Juraij dengan
berkata, ‘’Mereka menunaikan ibadah kepadaMu, lalu memperbaiki pengabdian
kepadaMu serta tidak membangkang. Pada pandangan Abdulrahman bin Zaid bin
Aslam pula, firman Allah itu bererti memohon kepada pencipta dikurniakan kepada isteri
serta keturunan mereka hidayah terhadap ajaran Islam. Imam Ahmad pernah berkata,
‘’Ma’mar bin Basyir, Abdullah bin Al-Mubarak, Shafwan bin Amr, Abdulrahman bin
Jubair bin Nufair serta ayahnya telah bercerita, ‘’Suatu hari kami duduk bersama
Miqdad bin Al-Aswad,di mana seorang lelaki berkata, ‘’Beruntunglah kepada kedua
lelaki ini kerana telah melihat Rasulullah. Kami berharapkan dapat melihat apa yang
telah anda lihat dan turut menyaksikan apa yang telah anda saksikan. Maka Miqdad
berasa marah, aku berasa kagum kerana tidak ada perkataan lain melainkan kebaikan
yang diucapkan. Kemudian Miqdad menghadap kepada lelaki tadi lalu berkata,

10
‘’Mengapa seseorang mengharapkan berada pada sesuatu keadaan, sedangkan Allah
tidak menghadirkannya kepada keadaan itu. Seseorang tidak mengetahui sekiranya dia
berada pada keadaan itu, bagaimana jadinya? Demi Allah, sesungguhnya banyak kaum
yang berada pada zaman Rasulullah, tetapi akhirnya Allah campakkan mereka kedalam
Neraka Jahannam. Ini kerana mereka tidak menerima serta tidak mengimani Rasullah
kerana enggan menerima kebenarannya. Adakah kalian tidak bersyukur kepada Allah
yang mengeluarkan kalian daripada kandungan ibu kalian. serta kalian hanya mengenal
Allah dan bukannya berhala pada zaman Jahiliyyah. Malahan Allah menceritakan
kebenaran melalui nabi kalian, sedangkan bencana telah menimpa yang lain pada
zaman Jahiliyyah. Allah telah mengutuskan Rasulullah ketika amat buruk keadannya.
Nabi dibangkitkan pada masa fatrah iaitu pada zaman Jahiliyyah yang mereka
beranggapan pada masa itu tiada agama yang amat baik selain penyembahan berhala.
Maka Rasulullah didatangkan bersama-sama Al-Furqan yang dapat membezakan
antara yang hak dengan yang bathil, memisahkan antara ayah dengan anaknya apabila
mereka melihat ayah atau anaknya sebagai kafir. Allah yang Maha Penyayang
membuka hatinya untuk mengetahui sekiranya yang dikasihinya celaka pada ketika itu,
pasti ia akan keNeraka dan apabila hatinya tidak tenteram apabila mengetahui orang
yang dikasihinya berada di Neraka Jahannam.(Dr Abdullah bin Muhammad:2007)

Allah pula mengingatkan mereka dengan berfirman; Dan orang-orang yang


berkata, ‘’YaRabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan
kami sebagai penyejuk hati kami’’, mereka adalah golongan yang diredhai Allah. Allah
turut berfirman, ‘’Dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa’’. Ibnu
Abbas, Al-Hasan, As-Suddi, Qatadah dan Ar-Rabi’ bin Anas menafsirkan firman
tersebut sebagai, ‘’Mereka adalah golongan yang ditauladani dalam perkara kebaikan’’.
Mereka turut menambah, ‘’Mereka juga adalah para petunjuk yang peroleh petunjuk
serta menyeru kearah kebaikan’’. Mereka berasa senang hati apabila ibadah mereka
bersambung kepada anak-anak serta keturunan mereka serta cahaya hidayah yang
diperoleh dapat dimanfaat kepada yang lain sehingga banyaklah pahala dan akhirnya ia
kembali semula kepada kebaikan. Oleh sebab itu, Abu Hurairah berkata dalam Shahih
Muslim; Rasullah bersabda, ‘’Apabila anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah

11
segala amalnya kecuali tiga hal. Iaitu, anak soleh yang mendoakannya, ilmu yang
bermanfaat daripadanya, ataupun sedekah yang mengalir pahalanya.

4.0 KESIMPULAN……

Sebagai kesimpulan surah furqan ini, Tuhan dengan perantaraan Rasul-Nya


menyuruh menyampaikan kepada orang-orang yang selama ini lalai dan lengah yang
belum juga mendapat pegangan hidup, belum juga melatih diri.

“Katakanlah olehmu, Tuhanku tidak akan memperhatikan kamu kalau tidaklah


kerana doamu atau ibadat kamu. Kamu telah mendustakan. Oleh sebab itu maka
siksaan Tuhan atas dirimu adalah hal yang pasti”

Tuhan telah menunjukkan jalan yang harus ditempuh oleh orang yang telah insaf
akan kurnia, Rahman dan Rahim. Orang-orang yang dapat menuruti garis yang telah
ditentukan Tuhan itu patutlah merasa bahagia kerana dia telah diberi pegangan hidup
dan diberi penjelasan kemana harus dituju. Orang yang masih kafir dan ragu ada juga
mempunyai keinginan untuk mendapat hidup yang bahagia dan mendapat syurga yang
dijanjikan. Tetapi dalam penutup surah ini sudah dijelaskan bahawa, selama kamu
masih menyembah kepada yang selain Allah, selama kamu masih mempersekutukan
nya dengan yang lain, selama kamu masih mendustakan seruan-seruan yang dibawa
oleh Utusan Allah janganlah kamu harap nasibmu akan berubah. Jalan yang salah itu
pasti berujungkan azab dan siksa.

Akan terasa pulalah oleh kita nikmat menjadi hamba Allah apabila syarat-syarat
dan latihan hidup yang telah digariskan dalam ayat al-Quran dapat kita kerjakan
setapak demi setapak, selangkah demi selangkah. Itulah yang menentukan nilai
peribadi kita sebagai seorang muslim.

12
5.0 BIBLIOGRAFI

1. Prof.Dr.Shaikh Abdulmalik bin Abdulkarim Amrullah (HAMKA) (1981). Tafsir Al-


Azhar Juzu’ XVII:Yayasan Latimojong,Surabaya.
2. Amaluddin Mohd Napiah(2009). Bawa Hatimu Kepada Tuhan. Selangor: Galeri
Ilmu Sdn. Bhd.
3. Asy-Syaikh Husain bin ‘Audah Al-Awayisyah(2009):22-24, Judul: Hakikat
Kesombongan Adalah Menolak Kebenaran dan Merendahkan
Manusia .Maktabah Al-Ghuroba’
4. Che Zuina Ismail(2007).Pengantar Asas-asas Islam. Kuala Lumpur: Pusat
Penerbitan Universiti (UPENA), UiTM
5. Dr Abdullah bin Muhammad(2007).Tafsir Ibnu Katsir,Jilid 6,Jakarta Pustaka
imam Asy-Syafi’i.
6. Dr. ‘Aidh Bin Abdullah al-Qarni(2007). Jangan Bersedih, Setelah Kesulitan Pasti
Ada Kemudahan. Kuala Lumpur:Al-Hidayah Publications
7. Dr. Saad Riyadh(2007)Jiwa Dalam Bimbingan Rasulullah,Gema Insani,Jakarta.
8. Indahnya Hidup Bersyariat. Dato’Ismail Kamus. Mac 2009. Puchong, Selangor :
Telaga Biru Sdn Bhd.
9. Pesona Solat Tahajud. Muhammad Salleh Ph.D.. 2010. Batu Caves, Selangor :
PTS Millennia Sdn Bhd.
10. Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, M.A(2008). Kajian Tafsir Surah Al-Furqan (25):
63-77: Jakarta.
11. Rashidy Jamil al-Rashid (2010). Majalah Solusi, isu 24. Rawang: Telaga Biru
Sdn.Bhd.

13

You might also like