Professional Documents
Culture Documents
Ke – 12
Contoh Aplikasi
STUDI PENGEREMAN MOTOR INDUKSI TIGA PHASA SEBAGAI
PENGGERAK ELEVATOR DI MENARA PEMBUTIR UREA PT. PUSRI
PALEMBANG
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Sujono ST, MT. MESIN LISTRIK III 1
STUDI PENGEREMAN MOTOR INDUKSI TIGA PHASA SEBAGAI PENGGERAK
ELEVATOR DI MENARA PEMBUTIR UREA PT. PUSRI PALEMBANG
Sistem pengereman merupakan hal penting pada suatu motor, pada elevator di
menara pembutir urea PT. PUSRI sistem pengereman yang dipergunakan masih
menggunakan sistem mekanik. Dengan sistem pengereman yang menggunakan
reangkaian elektronika diharapkan akan tercapai pengereman yang lebih soft
dengan pemberian arus DC sebesar 23,2 Ampere yang akan menghasilkan torka
sebesar 8,2087 Nm.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Sujono ST, MT. MESIN LISTRIK III 2
Teknik Elektro Minggu ke - 12
1. PENDAHULUAN
Penggunaan motor-motor listrik dalam dunia industri banyak pengaruhnya dalam
proses produksi. Dari berbagai jenis motor listrik yang ada, motor induksi adalah
yang paling banyak digunakan. Hal ini dikarenakan motor jenis ini banyak
memiliki keuntungan seperti :
• Konstruksi yang sederhana dan kokoh sehingga hampir tidak dapat dirusak
[1].
• Harganya rendah dan dapat diandalkan serta memiliki effisiensi yang cukup
tinggi [1].
• Perawatannya mudah.
Salah satu penggunaan motor induksi pada industri adalah sebagai penggerak
elevator. Inilah yang merupakan latar belakang mengapa PT. PUSRI Palembang
menggunakan motor induksi sebagai penggerak elevator yang ada pada menara
pembutir urea. Akan tetapi sistem pengereman yang digunakan masih termasuk
yang konvensional, padahal sistem pengereman merupakan salah satu hal
penting yang harus dipenuhi pada suatu elevator .Karena hal ini merupakan
faktor keamanan dan kenyamanan dari elevator tersebut.
Bagian yang diam dihubungkan dengan suatu sumber tegangan tiga phasa dan
akan menghasilkan medan magnet yang berputar dengan kecepatan sinkron.
Medan putar tersebut akan memotong batang konduktor pada rotor yang
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Sujono ST, MT. MESIN LISTRIK III 1
Teknik Elektro Minggu ke - 12
dimana :
Emaks. = ω . N ω maks
ω = 2 . π . f
maka :
E=2.π .f .ω maks ………… (3)
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Sujono ST, MT. MESIN LISTRIK III 2
Teknik Elektro Minggu ke - 12
Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya pada rotor cukup besar untuk
memikul kopel beban maka rotor akan berputar searah daengan medan putar
stator. Agar terinduksi diperlukan adanya perbedan relatif antara kecepatan
putar medan stator dengan medan putar rotor. Bila kecepatan medan putar
stator sama dengan sama dengan kecepatan medan putar rotor maka tegangan
tidak akan terinduksi dan arus tidakakan mengalir pada kumoaran jangkar
sehingga dengan demikian tidak dihasilkan kopel.
2.2. Slip
Slip merupakan perbedaan relatif kecepatan antara kecepatan putar rotor (nr)
dengan kecepatan putar stator (ns). Sehingga dirumuskan sebagai berikut :
ns − nr
s = x 100 % ………… (5)
ns
Perubahan kecepatan motor induksi mengakibatkan berubahnya harga slip dari
100 % pada saat mula (start) sampai 0 % pada saat diam (ns = nr).
Hubungan frekuensi dengan slip dapat dillihat sebagai berikut :
120 . f 1 P . ns
ns = atau f 1 = …………(6)
P 120
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Sujono ST, MT. MESIN LISTRIK III 3
Teknik Elektro Minggu ke - 12
P . ns ( n s − nr )
f2 = x ………… (8)
120 ns
n s − nr
dan karena s = x 100 %
ns
terlihat bahwa pada saat start dan rotor belum berputar, frekuensi pada stator
dan rotor sama. Dalam keadaan rotor berputar, frekuensi arus rotor
dipengaruhi oleh slip. Karena tegangan induksi dan kumparan rotor merupakan
fungsi frekuensi, maka harganya dipengaruhi oleh slip juga. Dengan demikian
dapat dilihat hubungan sebagai berikut [4]:
E2 = 4,44 . f . N . ω maks (tegangan induksi pada saat diam) ………… (9)
E2s = 4,44 . sf . N . ω maks (tegangan induksi pada saat berputar) ….. (10)
E2s = s . E2 ………… (11)
2.3. Torka
Torka yang terjadi pada motor induksi sebanding dengan hasil kali dari
fluks per kutub dengan arus pada stator. Akan tetapi perlu juga diperhatikan
faktor daya dari rotor. Sehingga persamaannya adalah [4] :
T ∝ φ I2 cos φ 2 atau
T = k φ I2 cos φ 2 ………… (12)
Dimana :
I2 = arus rotor pada kondisi diam
φ 2 = sudut antara tegangan induksi rotor dengan arus rotor
k = suatu konstanta
Dari pernyataan diatas jelas bahwa φ 2 meningkat (cos φ menurun) maka torka
pun akan menurun begitu pula sebaliknya bila φ 2 menurun maka torka akan
naik. Sedangkan pada kondisi berjalan jumlah torka yang ada sangat tergantung
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Sujono ST, MT. MESIN LISTRIK III 4
Teknik Elektro Minggu ke - 12
tegangan pada rotor, slip yang ada pada motor, tahanan dan reaktansi rotor
serta
3 sE 2
2R22 .......... .....
T2S = (14 )
2πNS R 2 + sX 2
2 2
kecepatan motor. Maka persamaan torka pada kondisi berjalan adalah :[1]
1. Pengereman mekanik
Pengereman mekanik sering disebut juga dengan pengereman
elektromagnetik yaitu pada saat terhubungnya motor dengan jala-jala atau
motor diputus dari tegangan jala-jala, kumparan solenoid akan kehilangan
sifat magnetnya yang mengakibatkan terjadinya pengereman karena adanya
massa pemberat yang dipasang pada ujung tangkai rem yang bekerja
menarik ban rem. Penggerak rem ini bermacam-macam salah satunya
adalah secara hidrolik yang menggunakan tekanan minyak yang dipompa.
Cara ini merupakan prinsip kerja dari rem yang sering dipakai oleh pesawat
pengangkut dan alat-alat berat.
2. Pengereman elektris
Pengereman elektris ini ada beberapa macam yaitu :
a. Pengereman regenerative
Motor dikatakan regenerative bila motor tersebut berubah kerja sebagai
gererative dan mengembalikan tenaganya pada jala-jala. Keadaan ini
dapat terjadi bila :
• Tegangan jala-jala menjadi turun
• Motor mengalami eksitasi lebih
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Sujono ST, MT. MESIN LISTRIK III 5
Teknik Elektro Minggu ke - 12
Dalam ketiga kondisi diatas arus phasa kumparan jangkar akan terbalik
hingga menghasilkan momen pengereman motor dimana sampai tercapai
suatu harga yang sama dari ggl lawannya dan tegangan jala-jala.
Pengereman regeneratif tidak akan menghentikan putaran motor dan
hanya efektif untuk menahan putaran motor akibat beban.
c. Pengereman dinamis
Pengereman ini dilakukan dengan cara memutuskan dua buah terminal
phasa motor dari jala-jala dan lalu dihubungkan dengan sumber DC
tegangan rendah. Biasanya sumber DC diperoleh dari suatu semi
konduktor rectifier yang terhubung dengan jala-jala melalui suatu
transformator. Arus DC yang dihubungkan pada kumparan stator akan
menghasilkan suatu medan statis. Maka dalam rotor akan diinduksikan
suatu gaya gerak listrik E, arus induksi I yang berbanding lurus dengan
putaran n. Torka yang dihasilkan sebanding dengan arus I dan fluks φ .
T ≈ Iφ ≈ n maka T≈ n
3. Analisa Pengereman
Sebelum memulai analisa pengereman yang ada pada penggerak elevator
tersebut ada baiknya ditinjau dulu data dan perhitungan dari motor induksi yang
dipergunakan.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Sujono ST, MT. MESIN LISTRIK III 6
Teknik Elektro Minggu ke - 12
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Sujono ST, MT. MESIN LISTRIK III 7
Teknik Elektro Minggu ke - 12
ns − nr
s = x 100 %
ns
250 − 175
s = x 100 % = 0,3
250
Dari hasil perhitungan slip tersebut terlihat bahwa semakin banyak kutub yang
berarti kecepatan makin rendah maka slip yang dihasilkan akan semakin besar.
Torka juga dipengaruhi oleh tegangan yang masuk pada rotor (E2) sehingga
perlu dicari juga berapa tegangan tersebut :
Reaktansinya adalah :
X2S = s . X2
= 0,08 . 0,26 = 0,0208 ohm
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Sujono ST, MT. MESIN LISTRIK III 8
Teknik Elektro Minggu ke - 12
Reaktansinya adalah :
X2S = s . X2
= 0,3 . 0,26 = 0,078 ohm
Dari hasil perhitungan di atas maka dapat dihitung persamaan torka pada kondisi
berjalan dengan persamaan 13
Torka untuk 6 kutub yaitu
3 sE 2 2
2R 2
T2S =
2πNS R 2 + sX 2
2 2
3 (35,2) 2 (0,06 ) 2
=
2π1000 (0,06 ) 2 + (0,0208 ) 2
= 0,487 Nm
3 sE 2 2
2R 2
T2S =
2πNS R 2 + sX 2
2 2
3 (132 ) 2 (0,06 ) 2
=
2π250 (0,06 ) 2 + (0,078 ) 2
= 12,313 Nm
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Sujono ST, MT. MESIN LISTRIK III 9
Teknik Elektro Minggu ke - 12
NS
T0 T1 T2
Waktu
(detik)
Gambar 2. Diagram
pengereman [3]
Berapa besarnya arus DC yang harus diinjeksikan adalah dua sampai tiga kali
dari arus beban penuh (full load) dari motor [3]. Sedangkan torka yang terjadi
yaitu : 2/3 dari torka motor.[3] Sehingga arus yang diinjeksikan yaitu :
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Sujono ST, MT. MESIN LISTRIK III 10
Teknik Elektro Minggu ke - 12
IDC = 2 x IFL
= 2 x 11,6 = 23,2 Ampere
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Sujono ST, MT. MESIN LISTRIK III 11