You are on page 1of 2

Source: sahabatnestle.co.

id
Oleh: Dra. Mayke S. Tedjasaputra, MSi
Psikolog dan play therapist
--------------------------------------------------------------------------------
Perkembangan seseorang adalah hasil dari faktor bawaan dan lingkungan (nature vs
nurture). Setiap individu adalah makhluk yang unik dan setiap tahap perkembagnan
memiliki karakteristik yang khas. Faktor bawaan mencakup ciri-ciri fisik,
kecerdasan, bakat, temperamen (yang akan menentukan bagaimana seseorang
bertindak, bereaksi, bersikap dari satu situasi ke situasi lain yang sifatnya relatif
menetap).

 Faktor lingkungan sangat berperan untuk melakukan perubahan, dalam artian


memaksimalkan potensi yang dimiliki anak, dan hal-hal yang kurang berkembang.
Juga untuk meminimalkan hal-hal yang negatif pada diri anak (temperamen
“sulit”, gangguan perkembangan/hendaya yang diidap oleh anak). Peran
lingkungan adalah mengoptimalkan dimensi perkembangan mencakup faktor biologis
(fisik, motorik), kognitif (bahasa, berpikir, daya nalar, daya ingat, dll), psikososial
( kemandirian, bagaimana anak bersikap, berperilaku, kesadaran akan diri, harga
diri, percaya diri, dll). Sebagai contoh, anak akan belajar bagaimana mencintai orang
lain kalau mereka dicintai oleh (terutama) orangtuanya.

Konteks dimana anak dibesarkan sangat besar pengaruhnya, kalau anak dibesarkan
dalam konteks kekerasan, maka perilaku kekerasan akan menjadi bagian dari dirinya.
Sebaliknya kalau anak dibesarkan dalam konteks yang positif, dimana hubungan
antar anggota keluarga harmonis, memberikan contoh perilaku yang positif,
memfokuskan pada tiga dimensi pengembangan anak secara seimbang, peka
terhadap hal yang terjadi di lingkungannya, maka anak akan berkembang lebih
positif. Aktivitas anak disesuaikan dengan tahapan usia, kemampuan, dan keunikan
anak.

Perhatian, kasih sayang, sensitivitas dan responsivitas orang tua sangat berperan.
Orangtua peka akan kebutuhan anak, mengapa anak berperilaku tertentu untuk
menarik perhatian orangtuanya. Dari sinilah anak akan merasa dirinya sebagai orang
yang penting, diperhatikan (bukan dimanjakan), memiliki harga diri dan rasa percaya
diri yang tinggi. Orang tua tahu kapan membolehkan anak menjatuhkan pilihannya
sendiri dan kapan tidak. Pada anak usia Balita, dalam aspek psikososial, anak perlu
belajar benar-salah, boleh dan tidak boleh. Hal ini berkaitan dengan karakteristik
anak usia Balita yang biasanya negativistik, mengapa demikian? Karena dia sudah
sadar akan eksistensi dirinya yang berbeda dari orang lain. Dari sini pula akan
berkembang autonomi, jadi seni dalam mendidik anak adalah bagaimana menimbang-
nimbang sampai batas mana anak dibolehkan dan sampai batas mana tidak
dibolehkan. Bagaimana mengalhkan keinginan anak yang tidak dibenarkan dan
memberikan alternatif sehingga autonomi anak tidak sampai dimatikan.

Di usia Balita. Fokus utama untuk mengembangkan dimensi kognitif adalah dalam hal
bahasa dan memfokuskan perhatian pada apa yang sedang berlangsung. Mengapa
bahasa penting? Karena bahasa adalah alat untuk berkomunikasi, mengarahkan
pikiran seseorang, ekspresi diri yang paling utama dalam komunitas manusia. Kalau
anak tidak paham bahasa dan tidak dapat mengungkapkan idenya melalui bahasa,
bagaimana dia akan mempelajari hal-hal lainnya?

Fokus utama dalam aspek psikososial adalah menumbuhkan keyakinan diri sebagai
anak yagn mampu berbuat sesuatu terhadap lingkungannya sehingga anak merasa
percaya diri. Yang melandasi hal ini adalah perlakuan orang tua sejak dia bayi. Anak
merasa ada orang yang bisa dia andalkan untuk memenuhi semua kebutuhannya,
lekat dengan ibu-ayahnya (sebisa mungkin orangtua). Kalau anak merasa dirinya
lekat secara aman dengan prangtuanya, hal ini akan berdampak jangka panjang,
misalnya keinginan untuk meraih prestasi yang baik, memilih pasangan hidup, dst.

You might also like