You are on page 1of 12

Petikan Summary Khotbah Jumat

Hadhrat Khalifatul Masih V atba.


Tanggal 22 April 2011
“INI adalah bahan bacaan di dalam Mesjid Al-Hidayah Kebayoran Lama Selatan.
Ia boleh diperbanyak lagi atau di[foto]kopi ulang sesuai kebutuhan.”
(Kebayoran—Ahad, 7 Mei 2011)

K
EBENARAN & Keimanan
yang Diharapkan Sang
Pendiri Jemaat
Ahmadiyah
Hadhrat Mirza Ghulam
Ahmad ‗Imam Mahdi–dan–
Almasih Yang Dijanjikan‘
(Masih Mau‘ud) a.s. dari para
pengikutnya ialah menghidupkan
ketakwaan yang bukan merupakan
hal baru.
Hadhrat Masih Mau‘ud a.s.
bersabda, ―Saya dikirim sehingga masa
kebenaran dan keimanan «datang sekali lagi» dan ketakwaan
tumbuh di dalam setiap hati.‖ Sabda beliau tentang ‗datang sekali
lagi‘ menandakan penggenapan ‗sebelumnya telah terjadi‘.
Namun, penggenapan seperti masa itu akan datang lagi. Tugas
Hadhrat Masih Mau‘ud a.s. untuk menghidupkannya kembali.
Setiap Ahmadi yang menyatakan baiat kepada Hadhrat
Masih Mau‘ud a.s., maka di dalam pelaksanaannya, ia berupaya
menghormati syarat-syarat baiat. Jika tidak, maka apa artinya
hanya sekedar pengakuan sebagai Ahmadi. Sebaliknya, dengan

1/12
KEBENARAN & Keimanan yang Diharapkan Sang Pendiri Jemaat Ahmadiyah

melaksanakan syarat baiat, itu membuktikan pengakuannya


sebagai seorang ahmadi.
Sebenarnya, kita sepenuhnya mengetahui kedatangan masa
«kebenaran dan keimanan yang disertai ketakwaaan» adalah
beriringan dengan kemenangan dan keagungan Allah swt.,
Junjungan kita saw. dan Islam sebagai syariat yang sempurna.
Sebagaimana Alquran Surah Al-Mâ'idah ayat ke-4 (QS 5:4)
menyatakan, ―…Pada hari ini, telah Aku sempurnakan agamamu
bagimu dan telah kuridai Islam menjadi agama bagimu.‖.
Berdasarkan ayat ini tidak ada satupun Ahmadi dapat jauh
membayangkan bahwa Hadhrat Masih Mau‘ud a.s. membawa
ajaran baru.
Menjadi Ahmadi yang meyakini Hadhrat Masih Mau‘ud
a.s. adalah perlu pembuktian apakah kita telah berupaya membuat
perubahan-perubahan di dalam keimanan yang Alquran telah
ajarkan dan para Sahabat Nabi saw. telah contohkan? Sudahkah
kita berupaya mempertahankan kebenaran itu di dalam diri seperti
halnya banyak orang beriman pada masa Muhamad saw.
mengalami perubahan revolusioner? Sudahkan kita memahami
riwayat ketakwaan yang kita baca dan dengar dari contoh
kehidupan para Sahabat?
Hadhrat Masih Mau‘ud a.s. telah membawa perubahan
revolusioner serupa dan beliau berkali-berkali menyampaikan
riwayat tentang para Sahabat beliau r.a.. Beliau a.s. bersabda,
―Saya dikirim hingga masa kebenaran dan keimanan datang sekali
lagi serta ketakwaan tumbuh pada setiap hati.‖
Hadhrat Masih Mau‘ud a.s. bersabda, ―Mengikuti amalan-
amalan (sunah) di masa lalu (Rasulullah saw.), inilah alasan
kedatangan saya sebenarnya.‖
Hadhrat Masih Mau‘ud a.s. menyebut para pengikutnya
sebagai ―cabang-cabang hijau dari pohonku‖. Amalan-amalan
yang telah beliau sebutkan di sini akan membuat kita menjadi
―cabang-cabang hijau‖, karena beliau a.s. menyebut amalan-

2/12
PETIKAN Summary Khotbah Jumat Hudhur atba. Tanggal 22 April 2011

amalan ini sebagai alasan keberadaannya. Bukan cabang pohon


yang meghasilkan buah manis beracun atau cabang mati yang tetap
menempel di pohonnya. Cabang kering akan selalu dipotong dari
pohonnya. Kita perhatikan, hal ini menjadi alasan kuat dan selalu
menjadi alasan tanggung jawab kita.
Saat Hudhur mendengar dan membaca tentang cerita para
mubayyi‘in baru, keimanan beliau makin menyala. Hudhur juga
mendengar tangisan lemah dari mereka yang leluhurnya adalah
tokoh ahmadi, namun sayangnya,
kondisi mereka menyedihkan dan
menyakitkan, tidak mengikuti
amalan-amalan dari para "RUH itu
leluhurnya. Pada saat ini, menjadi hanya bisa
ahmadi keturunan telah
membuatnya lalai. Semestinya, diperoleh saat
melihat hati sendiri dan introspeksi kita melakukan
diri. Jika tidak, maka kita sedang
menepi menuju kelalalaian yang introspeksi diri
Allah larang—benar-benar Dia dan tidak ada
larang. Akankah pintu kembali
tertutup untuk kita? pertentangan
Hadhrat Masih Mau‘ud a.s. antara kata
menekankan pada himbauan dan
tulisan-tulisan beliau yang dan perbuatan."
mengandung ruh kebenaran
Ahmadiyah. Ruh itu hanya bisa
diperoleh saat kita melakukan introspeksi diri dan tidak ada
pertentangan antara kata dan perbuatan. Beliau berulangkali
menyebutkan bahwa di dalam penampilan, Ahmadi dan muslim-
muslim lainnya adalah sama. Sama di dalam sebutan sebagai
muslim, mengucapkan syahadat, dan di dalam mengikuti ajaran
Alquran. Begitupula, sama di dalam sekadar pengakuan-pengakuan
saja tentunya adalah sangat tidak disukai Allah. Beliau a.s.

3/12
KEBENARAN & Keimanan yang Diharapkan Sang Pendiri Jemaat Ahmadiyah

menyebutkan, ―Pengakuan tidaklah akan berarti bila tanpa disertai


bukti nyata berupa perubahan kondisi. Karenanya, seringkali saya
merasakan kesedihan yang mendalam.‖
Hadhrat Masih Mau‘ud a.s. mengharapkan bentuk bukti
nyata dari kita. Berintrospeksi dirilah. Karena, kita berada pada
tempat yang lebih baik di dalam menjaga amalan sendiri. Nasihat
dari yang lain dapat seringkali membuat seseorang tersinggung dan
egoisme pun muncul. Pula, kita telah berbaiat. Saat kita
berinstrospeksi, kita harus menyadari Allah sedang menyaksikan
kita setiap saat.
Selemah apa pun seorang Ahmadi, selalu ada percikan
cahaya ghairat (kecintaan/kecemburuan). Kapanpun kesadaran
muncul, ghairat berkembang. Kita menghargai rasa kekhawatiran
yang Hadhrat Masih Mau‘ud a.s. rasakan. Mereka yang
memperoleh kesadaran bagaikan cabang kering yang berubah
menjadi cabang-cabang yang berkembang. Ada yang menulis
kepada Hudhur atba. bahwa dengan haru mereka mengalami
perubahan rohani yang diharapkan Hadhrat Masih Mau‘ud a.s.
kepada para pengikutnya. Saat seorang hamba meminta
pertolongan Allah, maka Dia yang memiliki cinta melebihi cinta
seorang ibu kepada anaknya akan berlari dan memeluknya; dan
deminya, dunia bisa diubah. Allah swt. telah memberikan kita
kesempatan emas untuk mengisi kehidupan di dunia dan di Hari
Akhir.
Hadhrat Masih Mau‘ud a.s. menyatakan kekhawatiran—
seperti yang disebut di atas—saat mereka mengelilingi beliau
mencari keberkatannya yang memiliki standar kerohanian tinggi.
Namun demikian, nilai pengharapan Hadhrat Masih Mau‘ud a.s.
tidak sesuai dengan keadaan beberapa pengikut beliau. Beliau a.s.
bersabda saat itu, ―Saya begitu sedih mendalam oleh kedukaan
saya.‖
Mengingat bagaimana akan tertekannya kondisi seseorang
yang lemah, meskipun beliau a.s. tidak hadir saat ini bersama kita,

4/12
PETIKAN Summary Khotbah Jumat Hudhur atba. Tanggal 22 April 2011

Allah telah mewahyukan kondisi demikian kepada beliau tepat


dengan keadaan keluarga para sahabatnya saat ini. Kondisi rohani
para pendahulu Jemaat adalah mengabaikan kehidupan dunia.
Keadaan mereka adalah hanya demi hidup bersama dengan
Hadhrat Masih Mau‘ud a.s.. Sehingga, mereka layak memberikan
keutamaan kepada keimanannya daripada kepada dunia. Namun,
hanya sedikit yang demikian. Mereka yang di luar itu menjadi
lemah. Kita harus mengingatkan kembali riwayat para pendahulu
Jemaat dengan lebih intens tentang tujuan yang kita harus raih.
Kita harus merefleksikan
keseluruhan cara kehidupan
mereka, menemukan alasan baiat
mereka. Dengan demikian, kita "KITA harus
akan berada pada peraihan tujuan
hidup.
merefleksikan
Beberapa hari yang lalu keseluruhan
putra tertua tokoh Jemaat yang
bernama Moodi Khan
cara kehidupan
menceritakan tentang ayahnya mereka,
kepada Hudhur atba.. Moodi Khan menemukan
telah memperoleh gelar ‗B.Sc.‘
dari Universitas Aligarh tepat pada alasan baiat
waktunya. Saat itu sangat sedikit mereka."
dari muslim muda yang belajar
sains. Wakil penasihat
menawarinya pekerjaan di
universitas. Ia pun ditawari sebuah pekerjaan bagus dari orang
Inggris dan disarankan untuk bekerja di Pelayanan Sipil Bangsa
India. Dia tidak menginginkan tenggelam di dalam duniawi, lebih
baik baginya adalah menyapu sepanjang jalan Qadian. Demikan
rupa kedudukan pendahulu di dalam keunggulan kecintaan kepada
agama. Namun, terdapat keadaan sebaliknya di antara mereka yang
menyebabkan Hadhrat Masih Mau‘ud a.s. gelisah.

5/12
KEBENARAN & Keimanan yang Diharapkan Sang Pendiri Jemaat Ahmadiyah

Sebaiknya, kita memberikan perhatian terhadap kondisi diri


sendiri, menghargai keluarga, dan melihat bagaimana para
pendahulu Jemaat membuat perubahan kesucian di dalam diri
mereka; tuluslah berjanji tidak akan mencemarkan nama baik para
pendahulu; tingkatkan standar ketakwaan dan cenderunglah
menuju ghairat agama.
Tanda-tanda bangsa yang hidup adalah bangsa yang tidak
membiarkan nilai moral (kearifan) mereka mati. Dengan adanya
orang yang terlahir kemudian dan mencapai nilai-nilai demikian,
maka para mubayyi‘in pun akan mendapatkan standar kecintaan
yang terus menyala di Jemaat. Untuk tujuan ini, berinstrospeksi
tetap diperlukan untuk direfleksikan di dalam kondisi keluarga,
isteri, dan anak-anaknya.
Hadhrat Masih Mau‘ud a.s. bersabda, isteri mengetahui
lebih baik keadaan suaminya dalam ucapan maupun tindakan. Jika
lelaki itu benar, maka demikian pula perempuan yang ada di
bawah naungannya. Jika tidak demikian, patut dipertanyakan
upayanya memperbaiki pasangannya. Ingatlah reformasi kaum
perempuan menjamin reformasi generasi berikutnya. Dengan
demikian, kaum lelaki perlu memperhatikan keadaan mereka demi
generasi muda. Contoh yang diberikan ayah dan ibu maupun suami
dan isteri memegang peranan.
Hadhrat Masih Mau‘ud a.s. bermaksud menjelaskan bahwa
Allah melarang para Sahabat Hadhrat Masih Mau‘ud a.s. memiliki
banyak kelemahan. Para Sahabat begitu jauh/luhur di dalam segi
kecintaan dan ketulusannya. Kecintaan, ketulusan, dan ‗perasaan
memiliki Jemaat‘ para Sahabah saat itu membuat kagum. Sedikit
dari mereka yang tidak mencapai standar kerohanian Hadhrat
Masih Mau‘ud a.s..
Beliau a.s. tidak menginginkan kelemahan walau sedikit.
Di dalam pertemuan yang sama, beliau menggarisbawahi
kesedihan beliau, sabdanya, ―Kita lihat, Jemaah ini telah membuat
banyak perubahan jauh. Kini, saya melihat kecintaan, ketulusan,

6/12
PETIKAN Summary Khotbah Jumat Hudhur atba. Tanggal 22 April 2011

dan ‗rasa memiliki Jemaat‘ yang terkadang membuat saya kagum


dan takjub.‖
Kebanyakan—para Sahabat—menunjukkan kecintaan
melebihi kita. Mereka memiliki ciri-ciri tersebut di atas. Seorang
nabi mengharapkan standar tinggi pada masanya. Masa yang
sedang kita lalui adalah masa di mana Almasih Yang Dijanjikan
pun berada dan kita belum menyaksikan pengenapan banyak
nubuatan dalam hal ini. Bila kita berharap menyaksikan para
Sahabat Awalin, kita pun harus meningkat di dalam ketakwaan dan
ketulusan. Walaupun begitu, semoga di masa ini terdapat banyak
ketulusan dan kesetiaan yang sedang menembus ruh generasi
mendatang.
Beberapa khotbah yang
lalu, Hudhur atba. pernah "KITA pun
mengemukakan tentang para
Ahmadi yang berkhidmat di harus
dalam memberikan pengamanan meningkat di
di Pakistan pasca peristiwa
Lahore. Menurut informasi yang dalam
diterima, di antara mereka ada ketakwaan dan
yang merasa kelelahan dan
menunjukkan kelalaian setelah ketulusan."
melakukan tugas panjang
sehingga masalah ini menjadi
perhatian.
Saat Sadr Khuddam Pakistan memerintahkan kepada para
khaddim, Hudhur atba. menerima banyak surat ungkapan
ketulusan dan kesetiaan tentang pemenuhan janji mereka. Mereka
mengatakan, tidak peduli walau lelah, mereka tidak berpikir
bagaimana nanti. Banyak kaum perempuan menulis kepada
Hudhur atba., mereka gembira mengirim saudara laki-laki, suami,
ataupun anak-anak mereka untuk melakukan tugas Jemaat
sepulang dari tempat kerjaan.

7/12
KEBENARAN & Keimanan yang Diharapkan Sang Pendiri Jemaat Ahmadiyah

Ketulusan dan kesetiaan menimbulkan rasa memiliki.


Hudhur atba. mengingatkan kita, meski selama melakukan
kewajiban dan tugas Jemaat, Allah jangan dilupakan: Mendirikan
shalat tetap dikerjakan pada waktunya. Selama jam tugas, mereka
harus senantiasa berzikir kepada Allah swt.. Kekuatan terbesar kita
adalah Allah. Pertolongan apapun yang kita peroleh, itu didapatkan
dari Allah. Apapun akan terjadi melalui kehendak-Nya. Kita hanya
bisa melakukan upaya zahir. Kita tak boleh lalai di dalam doa.
Hadhrat Masih Mau‘ud a.s. bersabda bahwa Allah telah
berfirman dalam QS [An-Naĥl] 16:129, ―Sesungguhnya Allah
bersama orang-orang yang bertakwa dan melakukan amal baik.‖
Mereka yang bertakwa dan mensucikan diri serta menjauhi
syaithan, akan mendapat perlindungan dan dukungan Allah. Para
Ahmadi harus takut/cinta kepada Allah agar meridai kita.
Hadhrat Masih Mau‘ud a.s. bersabda, Allah telah
memberitahukan kepada beliau dan memberikan kabar suka
kepada Jemaat. Allah rida kepada mereka yang tidak munafik
sedikitpun atau tidak takut dan tidak menghindari semua tingkat
ketaatan.

KETAATAN memiliki ragam bentuk dan standar. Ada


ketaatan atas perintah Allah dan ada juga ketaatan kepada tatanan
yang diridai-Nya. Contoh terbaik dalam ketaatan ini ada di dalam
Jemaat yaitu yang diberikan oleh Hadhrat Khalifatul Masih I r.a..
Suatu hari di Qadian, ketika Hadhrat Kahalifatul Masih I
r.a. berada di kliniknya, beliau menerima telegram dari Hadhrat
Masih Mau‘ud a.s. di kota Delhi yang memintanya segera datang.
Hadhrat Khalifatul Masih I r.a. mengirimkan pesan kepada
keluarganya bahwa beliau pergi, kemudian segera meninggalkan
kliniknya. Beliau tidak membawa perbekalan dan tidak membawa
apapun. Beliau tetap pergi ke stasiun kereta api. Kereta kebetulan
tertunda keberangkatannya. Pada saat itu, beliau berjumpa dengan
seorang kenalan beliau yang memintanya mengobati seseorang

8/12
PETIKAN Summary Khotbah Jumat Hudhur atba. Tanggal 22 April 2011

yang sedang sakit. Ongkos keretapun bisa terpenuhi dengan


pembayaran yang beliau dapatkan setelah mengobati.
Saat Hadhrat Khalifatul Masih I r.a. tiba di hadapan
Hadhrat Masih Mau‘ud a.s., beliau akhirnya mengetahui bahwa
tidak ada hal yang mendesak akan kedatangannya. Orang yang
ditugasi mengirim telegramlah yang mencantumkan demikian.
Namun beliau r.a. tetap duduk di sana dengan gembira tanpa
mengeluh. Begitulah orang-orang yang disukai Allah.
Di dalam nizam Jemaat,
ketaatan mencakup kepada
Khalifah dan orang-orang yang " DI dalam
memegang tanggung jawab
terkecil di dalam nizam. Itulah pemerintahan
bentuk keberlangsungan ketaatan dunia ada
kepada Allah dan Nabi Besar
Hadhrat Rasulullah saw.. hukum serta
Hadhrat Rasulullah saw. aturan pada
bersabda, ―Barangsiapa yang
mentaati amirku, maka ia telah setiap
mentaatiku. Dan barangsiapa tingkatnya,
mentaatiku, maka ia telah mentaati
Allah.‖ dan penting
Di dalam menjalankan bagi kita untuk
organisasi duniawi dan organisasi
rohani harus ada sistem yang mematuhinya."
mengatur. Di dalam pemerintahan
dunia ada hukum serta aturan pada
setiap tingkatnya, dan penting bagi kita untuk mematuhinya.
Pemerintah memberlakukan hukum menurut kewenangannya. Di
dalam sistem rohani, dasar ketaataan adalah ketulusan, kesetiaan,
dan keridaan Allah. Inilah mengapa Allah menyatakan bahwa
mereka yang taat kepada setiap tingkat kepemimpinan adalah

9/12
KEBENARAN & Keimanan yang Diharapkan Sang Pendiri Jemaat Ahmadiyah

orang-orang yang disukai-Nya. Sesungguhnya, mereka mencari


keridaan-Nya.
Contoh sempurna dari penggenapan janji khilafat
termaktub di dalam Alquran Surah An-Nûr ayat ke-56 (QS 24:56).
Ayat ini merujuk kepada jemaah kita.
Di dalam dua ayat sebelum ayat ini, difirmankan, ―Dan
mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sekuat-kuat
sumpahnya bahwa jika engkau perintahkan kepada mereka
niscayalah mereka akan keluar segera. Katakanlah ‗Janganlah
bersumpah! Apa yang diminta darimu adalah ketaatan kepada apa
yang benar.‘ Sesungguhnya, Allah itu Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.‘‘ (QS 24:54).
Di dalam ayat tersebut, Allah swt. telah memberikan
contoh ketaatan orang-orang beriman, ―…Kami mendengar dan
kami taat…‖ (QS 2:286). Standar tinggi ini yang orang beriman
mesti miliki. Kita berjanji bahwa senantiasa akan mematuhi setiap
keputusan yang ma‘ruf. Tetapi, ketika keputusan dibuat, ada yang
bertindak bertentangan dengan itu. Orang beriman sejati bukan
hanya melakukan janji namun juga taat di dalam kondisi apa pun.
Terkait keitaatan kepada keputusan-keputusan yang ma‘ruf,
Khilafat Ahmadiyah tidak pernah membuat keputusan yang
bertentangan dengan perintah Allah. Jika setiap Ahmadi teguh di
dalam keyakinannya terhadap Khilâfat Manhaj ‗Alâ Nubuwwah,
kemudian dia juga yakin bahwa Khalifah tidak akan pernah
memberikan perintah yang bertentangan dengan syariah, maka
Nizam Jemaat akan berjalan dengan dukungan Khilafat. Dan,
jikapun mereka melakukan suatu kekeliruan, maka khalifah pada
zaman tersebut akan memperbaiki saat permasalahan itu dibawa
kepada khalifah. Saat kita berdoa, kita pun harus mendoakan diri
kita: Semoga tetap taat dengan cara terbaik sehingga kita tetap
berada di antara mereka yang kepadanya Allah rida.
Terkadang, karena kepentingan pribadi, beberapa orang
mengungkapkan ketidapercayaannya kepada Nizam, contohnya

10/12
PETIKAN Summary Khotbah Jumat Hudhur atba. Tanggal 22 April 2011

berkenaan dengan permasalahan hukum. Dewan Qadha meminta


bila merasa keberatan orang-orang bisa menulis penolakan atau
beberapa keberatan. Lalu, hal ini direspon dengan asumsi negatif
bahwa sebuah keputusan telah dibuat untuk menentang mereka.
Tujuan orang-orang ini tidak benar dari awal. Mereka meminta
mencoba suatu sistim dan jika sistim itu tidak sesuai dengan
kehendak mereka, mereka mencari
sistem lain, yaitu pengadilan. Jika
sistem itu tidak memuaskan
mereka, mereka bisa kembali ke "SETIAP
Dewan Qadha. Di dalam situasi
demikian Jemaat tidak menangani
Ahmadi harus
masalah ini, mereka mengabaikan berupaya
ketaatan dan menunjukkan
ketidakpercayaan kepada Nizam.
menjadi orang
Allah menyatakan bahwa Dia yang
tidak menyukai orang-orang kepadanya
demikian meskipun dia Anggota
Jemaat. Seseorang tidak dapat Allah
mencari keuntungan dari kebaikan meridainya
Jemaat yang Allah telah
anugerahkan kepada orang-orang karena di
Jemaat melalui keberkatan pundaknya
Jemaat-Nya. Setiap Ahmadi harus
berupaya menjadi orang yang terletak
kepadanya Allah meridainya keselamatan...."
karena di pundaknya terletak
keselamatan dan begitupula bagi
anak keturunannya.
Berkenaan para pengurus, menjelang akhir khotbah,
Hudhur atba. menekankan bahwa mereka adalah kepanjangan
tangan dari Khalifah. Mereka harus memenuhi pentingnya berlaku
adil yang dilandasi ketakwaan kepada Allah. Jika seseorang

11/12
KEBENARAN & Keimanan yang Diharapkan Sang Pendiri Jemaat Ahmadiyah

mendapat kesulitan karena seorang pengurus, maka pengurus itu


bersalah. Karena, dia tidak memenuhi amanat yang dimandatkan
Allah kepadanya. Setiap Ahmadi, apapun tingkatannya, harus
senantiasa ingat bahwa dia akan memuliakan Janji Baiat dan di
dalam amalannya dalam situasi apapun akan taat karena kebenaran
dan ketakwaan.
Hadhrat Masih Mau‘ud a.s. bersabda, ada sejumlah besar
pengikutnya yang tidak menyenangkannya kecuali mereka tetap di
bawah ketaatan kepada baiatnya. Semoga Allah menganugerahi
kita kemampuan untuk bisa memenuhi harapan Hadhrat Masih
Mau‘ud a.s..[] (ALISLAM/IIN/ALI)

Penerjemah: Iin Qurrotul Ain binti T. Hidayatullah/Kemang-Bogor, 25 April 2011


Editor: Rahmat Ali ‘Daeng Mattiro’/Kebayoran-Jakarta, 7 Mei 2011
«http://rahmatalidm.blogspot.com»

-------oooOooo-------

12/12

You might also like