You are on page 1of 3

Abuguitas Publik di Century

Kasus Bank Century menempatkan publik pada situasi penuh ambiguitas atau mendua.
Di satu sisi, wacana cenderung menggiring masyarakat untuk meneriakkan kejelasan hukum.
Akan tetapi, di lain sisi, itu mempertinggi kekhawatiran akan kelangsungan pemerintahan.
Mayoritas publik mendukung upaya membongkar skandal yang diduga menyeret sejumlah
pejabat tinggi negeri ini, tetapi tensi politik yang meningkat dikhawatirkan akan mengguncang
stabilitas politik di negeri ini.

Publik mengharapkan gerakan yang lebih aktif, baik secara hukum maupun politik, untuk
mengungkap kasus Century. Nyaris semua responden (96,7 persen) menyatakan sikap setuju
agar kasus ini diungkap tuntas. Sebagian publik juga memercayai adanya keterlibatan sejumlah
elite, mulai dari pejabat di lingkaran partai politik hingga pejabat di lingkup pemerintahan.Meski
demikian, publik tidak mengharapkan pembongkaran kasus ini sampai membawa dampak lebih
jauh pada guncangan terhadap stabilitas perpolitikan di negeri ini.

Kegamangan publik tampak mendominasi respons mereka atas skandal perbankan yang
sangat kuat aroma politiknya itu. Pesan kuat yang ingin disampaikan publik adalah bahwa
gonjang-ganjing politik sebagai imbas terseretnya sejumlah nama pejabat negara dan partai
penguasa dalam kasus ini tidak perlu berimbas pada risiko pergantian kekuasaan. Harapan publik
pada stabilitas politik dan ekonomi di negeri ini tampak masih menjadi prioritas yang harus
diperjuangkan oleh semua kelompok.

Demikian kesimpulan dari hasil jajak pendapat Kompas yang menjaring 769 responden di
10 kota di Indonesia. Perhatian publik terhadap isu ini tampak dari minat publik mengikuti
pemberitaan tentang perkembangan penyelesaian kasus Bank Century. Hampir 70 persen
responden menyatakan kasus ini adalah isu yang paling sering mereka simak melalui berbagai
media selama seminggu terakhir. Masifnya pemberitaan soal kasus ini, secara langsung atau
tidak langsung, akan berimbas pada pembentukan opini publik.

Meski pengungkapan kasus menjadi agenda yang dituntut, publik tampak apatis pada
sistem penegakan hukum di negeri ini. Mereka ragu lembaga penegak hukum akan mampu
mengungkap kasus ini. Lebih dari 60 persen responden mengungkapkan kesangsian mereka, baik
terhadap kepolisian maupun kejaksaan.

Drama politik

Apatisme publik semacam ini boleh jadi sebagai imbas dari drama politik yang
dipertontonkan secara terbuka dalam kasus konflik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
dengan Kepolisian belum lama ini. Kisruh antarlembaga penegak hukum itu menunjukkan
rapuhnya sistem penegakan hukum di negeri ini. Apalagi sikap abu-abu penguasa tertinggi di
negeri ini yang seolah membiarkan kasus ini berujung dalam simpul kompromi politik.
Meskipun demikian, tampaknya publik masih menaruh harapan besar pada KPK untuk
dapat mengungkap jika terjadi tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh pejabat negara terkait
dengan kasus ini. Sedikitnya hal tersebut disuarakan oleh 65,4 persen responden dalam jajak
pendapat ini.

Hak angket

Skandal Century bermula dari kasus kalah kliring bank itu pada bulan November 2008.
Akibatnya, terjadi penarikan uang secara besar-besaran. Menteri Keuangan Sri Mulyani
melaporkan perkembangan Bank Century kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat
menghadiri KTT G-20 di Washington, Amerika Serikat. Seminggu kemudian, Bank Indonesia
menetapkan Bank Century sebagai bank gagal yang berdampak sistemik.Komite Stabilitas
Sistem Keuangan yang diketuai Menteri Keuangan memutuskan, pemerintah mengambil alih
Bank Century melalui Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Selama periode 23 November 2008 hingga 21 Juli 2009, LPS mengucurkan dana
sejumlah Rp 6,7 triliun dalam empat tahap. Kucuran dana-dana ini pada akhirnya menyiratkan
ketidakwajaran yang berujung pada munculnya dugaan keterlibatan sejumlah pejabat tinggi
negara dan orang-orang dekat presiden. DPR pun berinisiatif menggalang dukungan penggunaan
hak angket.

Sepanjang sejarah parlemen di negeri ini, penggunaan hak angket DPR untuk kasus Bank
Century menjadi penggalangan yang mendapat dukungan paling besar dari DPR. Pada awalnya,
usulan hak angket didukung oleh 139 anggota DPR dari delapan fraksi. Sementara tidak ada satu
anggota pun dari 148 anggota DPR Fraksi Partai Demokrat yang menyatakan dukungan pada
usulan hak angket.

Namun, sehari sebelum Sidang Paripurna DPR untuk membahas hak angket, Senin
(30/11), nyaris semua anggota Fraksi Partai Demokrat (144 dari 148 anggota) menyatakan
dukungan mereka pada usulan hak angket. Sidang paripurna pun secara aklamasi menyetujui
penggunaan hak angket, Selasa (1/12). Anggota DPR yang menandatangani usul hak angket
mencapai 503 dari 560 anggota DPR.

Hak angket menjadi begitu penting secara politik karena inilah salah satu kewenangan
legislatif dalam mengontrol kebijakan yang dibuat pemerintah. Seperti disebutkan dalam
penjelasan Pasal 27 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003, hak angket adalah hak DPR untuk
melakukan penyelidikan terhadap kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta
berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang diduga bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan.

Buka tabir

Gerakan politik dari para Wakil Rakyat ini seolah membuka tabir misteri aliran dana
talangan dalam proses penyelamatan Bank Century. Namun, lagi-lagi pesimisme publik sangat
kuat jika dihadapkan pada logika politik yang sering kali sulit dicerna jika terkait isu-isu yang
melibatkan elite-elite politik di negeri ini.
Sepanjang pemerintahan Yudhoyono sebelumnya, misalnya, sedikitnya DPR delapan kali
mengusulkan hak angket. Dari delapan usulan itu, hanya dua usul hak angket yang diterima
dalam rapat paripurna. Itu pun publik masih dibayangi oleh ketidakjelasan soal implikasi dan
tindak lanjut dari penggunaan hak angket tersebut.

Menyikapi ini, kelompok yang disebut-sebut terseret dalam kasus ini pun menyambutnya
dengan klarifikasi berupa argumen balik untuk melawan tudingan itu. Presiden Yudhoyono,
misalnya, dalam berbagai kesempatan menolak tudingan soal mengalirnya dana Century kepada
tim suksesnya dalam pemilu presiden yang lalu.

Bagaimanapun, bola panas kasus ini sekarang berada di wilayah politik Senayan. Logika
hukum lagi-lagi akan berhadapan dengan logika politik, yang berdasarkan pengalaman lebih
sering berakhir pada solusi kompromi.

Meragukan

Publik tampak masih meragukan kesungguhan lembaga DPR dalam membongkar habis
kasus ini. Nuansa kegamangan tampak dari respons publik yang terbagi pada dua kutub yang
berseberangan. Separuh responden menyuarakan keraguan mereka bahwa DPR lewat hak angket
akan mampu menjadi salah satu jembatan untuk membongkar kasus ini. Separuh lainnya
menyuarakan pendapat sebaliknya.

Keraguan publik bermuara pada kemungkinan beragamnya motif dukungan dari tiap-tiap
anggota Dewan.Tidak banyak responden yang menaruh keyakinan bahwa anggota Dewan yang
mereka pilih pada pemilu lalu akan benar-benar mewakili suara masyarakat. Hanya sekitar 36
persen responden yang menyuarakan keyakinan mereka.

Melihat peta kekuatan parlemen saat ini, dalam logika politik sulit membayangkan
pembongkaran kasus Century akan berjalan mulus. Bagaimanapun, komposisi elite partai yang
duduk di DPR-lah yang pada akhirnya berperan besar dalam pengambilan keputusan politik.
Sejauh ini, komposisi anggota DPR didominasi oleh partai penguasa.

You might also like