You are on page 1of 11

Analisis Peningkatan Perpindahan Kalor dan Peningkatan

Daya Pemompaan pada Alat Penukar Kalor


Jenis Shell and Tube

M. Nasir and Hasan Maksum*)

ABSTRACT
The research will analyze the convection heat transfer coefficient
and pumping power of the heat exchanger that can be expressed in Nusselt
number and friction factors. The research used of a shell and tube heat
exchanger, with one shell and two tube pass. The experiment were carried
out by varying Reynolds number from 13,566 to 42,278. Hot water was
introduced to the tube with inlet temperature of 69 oC and air, as the test
fluid, flows through the shell. Experimental results showed that the increase
of the heat transfer coeficient and friction factor are strongly influenced by
the swirl flow generated by the largest angle of baffle slope. The empirical
correlation of the Nusselt number and the friction factor can be expressed
as: Nu = 2.56 Re0.51 (sin )0,41 and
f = 275 Re-0.49 (sin )0.34
for : 13,566 < Re < 42,278 and 200    900.
Key words; shell and tube, coefficient of heat transfer, and pumping power

PENDAHULUAN
Alat penukar kalor (heat exchanger) merupakan alat yang
banyak digunakan dalam industri, khususnya industri proses,
manufaktur, dan industri kimia. Alat penukar kalor adalah suatu alat
yang dapat menghasilkan perpindahan kalor dari suatu fluida ke
fluida lain. Proses perpindahan kalor itu terjadi antara dua fluida
yang dipisahkan oleh suatu batas dan mempunyai temperatur yang
berbeda. Salah satu konstruksi alat penukar kalor yang banyak
digunakan adalah jenis shell and tube.
Demikian besarnya peranan dan penggunaan alat penukar
kalor dalam dunia industri, sehingga penelitian-penelitian yang
diarahkan dengan maksud untuk mengoptimalkan fungsi dan
unjuk kerja termal alat penukar kalor hingga kini tetap
dikembangkan.

*) Dosen Jurusan Teknik Otomotif FT UNP


Sebuah alat penukar kalor yang baik harus dapat menjamin
terjadinya transfer energi kalor dari suatu fluida ke fluida lain, yang
menghasilkan laju perpindahan kalor yang setinggi mungkin dengan
harga konstruksi yang rendah.
Demikian besarnya peranan dan penggunaan alat penukar
kalor dalam dunia industri, sehingga penelitian-penelitian yang
diarahkan dengan maksud untuk mengoptimalkan fungsi dan unjuk
kerja termal alat penukar kalor hingga kini tetap dikembangkan .
Ada beberapa jenis alat penukar kalor yang telah dikenal dan
diproduksi dengan luas sesuai dengan standar TEMA (Turbular
Exchanger Manufacturers Association). Salah satu alat penukar kalor
yang banyak digunakan dalam dunia industri terutama industri kimia
adalah jenis shell and tube (selongsong dan pipa). Berbeda dengan
alat penukar kalor double pipe (pipa ganda) yang lebih sederhana
karena hanya terdiri dari 1 selongsong dan 1 pipa, maka pada jenis
shell and tube ini terdiri dari 1 selongsong dengan 2 pipa atau lebih,
yang dilengkapi dengan beberapa sekat yang biasa disebut baffle.
Alat penukar kalor jenis shell and tube biasanya menggunakan
baffle, yang berfungsi sebagai penyangga tube, sebagai pengarah
aliran fluida di dalam shell dan untuk meredam getaran pada tube.
Baffle umumnya terpasang dalam shell secara tegak lurus terhadap
sumbu shell, sehingga menyebabkan aliran menjadi turbulen dan
meningkatkan perpindahan kalor konveksi yang terjadi. Peningkatan
perpindahan kalor konveksi, selalu diikuti oleh hal yang tidak
menguntungkan, yaitu peningkatan penurunan tekanan (pressure
drop) yang terjadi di sepanjang aliran. Penurunan tekanan tersebut
menunjukkan faktor gesekan dan peningkatan daya pemompaan
yang terjadi, sebagai akibat dari gesekan fluida pada baffle.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengamati pengaruh
sudut kemiringan baffle terhadap peningkatan unjuk kerja termal
dan penurunan tekanan pada alat penukar kalor jenis shell and tube,
yang dinyatakan dalam bentuk persamaan korelasi empirik antara
bilangan Nusselt (Nu) dan faktor gesekan (f) dengan bilangan
Reynolds (Re) dan sudut kemiringan pemasangan baffle ().
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi
dalam perencanaan alat penukar kalor yang lebih optimal dan efisien,
terutama yang berkaitan dengan posisi pemasangan baffle.
Ozisik (1985) mengemukakan bahwa teknik untuk
meningkatkan laju perpindahan kalor konveksi di dalam pipa dapat
dilakukan antara lain; (1) membuat permukaan pipa menjadi lebih
kasar, misalnya melalui proses pengecoran dan pengelasan, (2)
memperluas permukaan konveksi, seperti pemasangan fin, dan (3)
pemasangan piranti tertentu di dalam pipa untuk meningkatkan
turbulensi aliran fluida, seperti plat dipilin dan pegas spiral.
Pemacuan laju perpindahan kalor dengan cara-cara tersebut di atas
selalu diikuti dengan peningkatan penurunan tekanan.
Sejalan dengan itu, Incropera dan Dewitt (1990) juga
mengemukakan beberapa teknik untuk memacu perpindahan kalor
konveksi pada aliran fluida di dalam pipa (internal flow), yaitu
dengan cara meningkatkan turbulensi aliran fluida dan memperluas
permukaan konveksi. Teknik untuk meningkatkan turbulensi aliran
fluida dapat dilakukan dengan cara pemberian piranti tertentu yang
disisipkan pada aliran fluida di dalam pipa, seperti; kawat spiral,
pita spiral, plat dipilin, anulus bergalur, dan ring spiral. Selanjutnya,
Bergles (1997) mengemukakan beberapa cara untuk meningkatkan
laju perpindahan kalor konveksi antara lain; memperluas permukaan
konveksi, membuat permukaan menjadi lebih kasar, memberi
perlakuan pada pipa, membuat pusaran pada aliran, membuat
pembesaran dan pengecilan pada saluran, pemberian zat aditif pada
fluida, dan memberi getaran pada fluida.
Penelitian yang menyangkut fungsi dan keberadaan baffle
pada alat penukar kalor jenis shell and tube telah banyak dilakukan,
diantaranya; Tinker (Sauders, 1988) yang mengamati pola aliran
dalam shellside. Tinker membedakan aliran tersebut menjadi aliran
utama yang paling efektif melakukan pertukaran kalor dan aliran-
aliran bocor serta aliran bypass. Mukherjee (1996) menyarankan
untuk memilih ukuran-ukuran baffle spacing yang disesuaikan
dengan ukuran baffle cut agar didapatkan luas penampang aliran
yang kurang lebih sama. Mukherjee lalu menganjurkan baffle cut
terbaik yaitu sebesar 25%. Disisi lain, menurut Kern (1983) dengan
pemasangan baffle, maka aliran menjadi lebih turbulen, sehingga
koefisien perpindahan kalor konveksi yang terjadi lebih besar bila
dibandingkan dengan tanpa baffle.
METODE PENELITIAN
Skema peralatan penelitian yang digunakan seperti terlihat
dalam gambar 1. Peralatan percobaan terdiri dari bagian penenang
dan bagian pengujian. Bagian pengujian mempunyai panjang 1.250
mm yang didahului dengan bagian penenang dengan panjang 1.800
mm. Pipa percobaan dengan diameter luar 7/8 inci, sedangkan
sebagai shell dengan diameter dalam 57 mm. Penelitian ini
dilaksanakan pada kisaran bilangan Reynolds antara 13.566 sampai
dengan 42.278. Setiap kali pengamatan, laju alir air dibuat dengan
konstan yaitu 150 lt/jam dengan empat variasi sudut kemiringan
baffle, masing-masing 900, 700, 500, dan 200. Air panas dialirkan ke
dalam tube yang dipertahankan pada suhu 690C dan udara bebas
sebagai fluida kerja dialirkan ke dalam shell.

Manometer
P
Heater
Isolasi

TEST SECTION
Keran
Flowmeter
Flowmeter

Keran

Kompresor Pompa Tanki Air

Gambar 1 : Skema Peralatan Eksperimen


Faktor gesekan dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut;
p De 1
f =
( N b  1) Ds 2  s .Vs2
.................................................(1)
dimana: p adalah penurunan tekanan disepanjang pipa, f faktor
gesekan,  massa jenis fluida, V kecepatan aliran fluida, dan De
adalah diameter ekuivalen pipa.
Bilangan Reynolds dihitung dengan menggunakan
persamaan;
V De
Re = ............................................................................
v
(2)
dimana; Re adalah bilangan Reynolds dan υ viskositas kinematik
fluida.
Diameter equivalen shell (De) ditentukan dengan
menggunakan persamaan:

De =

4 S T2  d 2 / 4


4 S T2  d 2
d d
…………………….(3) (3)
dimana: S adalah keliling dari penampang pipa dan d diameter luar
pipa dalam
Jumlah kalor yang diserap oleh udara dalam shellside dihitung
dengan rumus;
q = m Cp (Tout-Tin ) ................................................................(4)
dimana; q adalah laju perpindahan kalor konveksi, m adalah massa
fluida yang mengalir, Tin (T1) adalah temperatur udara masuk T out
(T2) adalah temperatur udara keluar, dan Cp adalah kalor jenis fluida.

Laju perpindahan kalor konveksi dari dinding luar tube ke


udara di dalam shellside adalah;
q = h Ao F Tlm…………………………………….……(5)
(5)
dimana :
Ao = dan {(2L + M) – 1,5 Nb.p}………………………...(6)
(6)
dimana Ao adalah luas permukaan bagian luar dan F adalah
nilai faktor koreksi
Bilangan Nusselt yang terjadi dihitung dengan persamaan:
h D h ..........................................................................(7)
Nu 
k
Koefisien perpindahan kalor konveksi (h) rerata dihitung
berdasarkan prinsip kesetimbangan energi antara persamaan (5)
dengan (6), yaitu:
m Cp (Tout-Tin ) = h Ao F Tm ................................................(9)
sehingga :
m C p (Tout  Tin )
h .....................................................(10)
Ao FTm

Beda temperatur rerata logaritmis (Logaritmic Mean


Temperature Difference = LMTD) dihitung dengan persamaan
berikut.
(T  Tin )  (Twm  Tout................(11)
)
T  LMTD  wm
m
(Twm  Tin )
ln
(Twm  Tout )
dimana; Tin adalah temperatur udara masuk, Tout temperatur
udara keluar, dan Twm temperatur rata-rata permukaan luar
dinding pipa.
Melalui persamaan (10) diperoleh koefisien perpindahan kalor
konveksi (h) dan digunakan untuk menentukan bilangan Nusselt
pada persamaan (7).
Secara matematis hubungan antara koefisien perpindahan
kalor konveksi (Nu) dan faktor gesekan (f) dengan variabel yang
mempengaruhinya adalah;
Nu = a1 Reb1 (sin )c1 .......................................................(12)
f = a2 Re.b2 (sin )c2 .........................................................(13)
Dimana Nu adalah bilangan Nusselt, Re bilangan Reynolds, sin 
sudut kemiringan baffle, dan f adalah faktor gesekan.
Harga dari a1, a2, b1, b2, c1, dan c2, didapat berdasarkan analisis
data percobaan dengan ”Multiple linear regression”

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Dalam penelitian ini, koefisien perpindahan kalor konveksi
dan faktor gesekan diperoleh dengan cara menghitung data hasil
pengukuran temperatur dan pengukuran penurunan tekanan dengan
menggunakan persamaan-persama di atas.
Untuk menggambarkan kedudukan faktor gesekan (f) dan kedudukan
Bilangan Nusselt (Nu) pada masing-masing Bilangan Reynolds (Re),
maka dibuat grafik hubungan antara hubungan Nu dengan Re dan f
dengan Re.

1. Hubungan antara Nu dengan Re


200
Sudut 20
Bilangan Nusselt (Nu)

160
Sudut 50
Sudut 70
120 Sudut 90

80

40

0
0 10000 20000 30000 40000 50000
Bilangan Reynolds (Re)
Gambar 2. Hubungan antara Nu dengan Re Aliran Fluida

Gambar 2 menunjukkan semakin besar sudut kemiringan


baffle () menyebabkan semakin besar perpindahan kalor konveksi.
Hal ini terjadi, dengan pembesaran sudut kemiringan baffle
menyebabkan peningkatan bidang frontal (frontal area) dan
terjadinya penambahan luasan wake. Luasan wake yang bertambah
menunjukkan peningkatan turbulensi di dalam aliran. Akibat
peningkatan turbulensi, menyebabkan peningkatan komponen
kecepatan ke arah radial dan menghasilkan efek pengadukan yang
lebih agresif, sehingga transportasi energi ke arah radial menjadi
lebih besar dan koefisien perpindahan kalor konveksi menjadi
meningkat.

2. Formulasi Korelasi Empirik Nu


Berdasarkan hasil perhitungan dengan regresi linear berganda
diperoleh persamaan korelasi empirik untuk bilangan Nusselt, yaitu:
Nu = 2,56 Re0,51 (sin )0,41 ...............................................(14)
Galat rerata 4,6 % pada kisaran : 13.566 < Re < 42.278 dan 200 
  900.
3. Hubungan antara Faktor Gesekan (f) dengan Re

0.0250
Sudut 20
Faktor gesekan (f)

0.0200
Sudut 50
0.0150 Sudut 70
Sudut 90
0.0100
0.0050
0.0000
0 10000 20000 30000 40000 50000
Bilangan Reynolds (Re)

Gambar 3. Hubungan antara f dengan Re

Gambar 3 menunjukkan semakin besar sudut kemiringan


baffle menyebabkan semakin besar faktor gesekan. Hal ini terjadi,
dengan pembesaran sudut kemiringan baffle, menyebabkan
peningkatan hambatan tekan (pressure drag) dan penambahan
luasan wake. Luasan wake yang bertambah, menunjukkan
peningkatan ketidakseimbangan tekanan antara bagian depan dengan
bagian belakang baffle secara simetris. Hal ini menunjukkan
terjadinya peningkatan penurunan tekanan (P) di sepanjang aliran,
yang berarti meningkatkan pula faktor gesekan (f).

4. Formulasi Korelasi Empirik f


Berdasarkan hasil perhitungan dengan regresi linear berganda
diperoleh persamaan korelasi empirik untuk faktor gesekan (f),
yaitu:
f = 275 Re-0,49 (sin )-0,34 ………………………...……( 15)
Dengan galat rerata 3,4 % untuk kisaran berikut : 13.566 < Re <
42.278 dan 200    900.

5. Peningkatan Daya Pemompaan


Kemiringan baffle terbukti berpengaruh dalam meningkatkan
perpindahan kalor. Namun akibat kemiringan baffle tersebut
mengakibatkan terjadi peningkatan pressure drop dan memperbesar
gaya gesek di sepanjang aliran, sehingga untuk mengalirkan udara
dengan debit yang sama dibutuhkan daya pemompaan lebih tinggi.
Berikut ini ditunjukkan hubungan antara laju perpindahan kalor (q)
dengan peningkatan daya pemompaan (DP) untuk variasi sudut
kemiringan baffle(), yang diperlihatkan dalam gambar 4.
Laju Perpindahan Kalor

200
Laju Perpindahan Kalor (Watt)

200 Sudut 20
150 Sudut 50
Sudut 70
(Watt)

150 Sudut 90
100

10050
Sudut 20
Sudut 50
0 Sudut 70
50
0 1 2 3 4 5 Sudut
6 90 7
0 Daya Pemompaan (Watt)
0 1 2 3 4 5 6 7
Daya Pemompaan (Watt)

Gambar 4. Hubungan antara laju perpindahan kalor dengan


peningkatan daya pemompaan dengan variasi sudut
kemiringan baffle

Gambar 4 di atas memperlihatkan bahwa semakin besar sudut


baffle menyebabkan semakin besar laju perpindahan kalor (q) yang
terjadi. Namun peningkatan laju perpindahan kalor ini diikuti oleh
peningkatan daya pemompaan (pumping power). Hal ini terjadi,
dengan pembesaran ukuran sudut baffle menyebabkan semakin
besar luasan bidang frontal (frontal area), sehingga mengakibatkan
semakin besar gangguan dan hambatan yang terjadi pada aliran
fluida. Akibatnya untuk mengalirkan udara dengan debit yang sama,
dibutuhkan daya pemompaan yang lebih besar. Namun, dari gambar
di atas menunjukkan bahwa peningkatan daya pemompaan tersebut
relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan peningkatan laju
perpindahan kalor.
SIMPULAN

1. Perpindahan kalor konveksi dalam bentuk bilangan Nusselt pada


aliran fluida di dalam Alat Penukar Kalor jenis shell and tube,
akan meningkat bersama dengan peningkatan bilangan Reynolds
dan pembesaran sudut kemiringan baffle. Koefisien perpindahan
kalor konveksi yang terjadi ternyata lebih besar pada posisi
sudut kemiringan baffle terbesar ( = 900) dan akan semakin
berkurang dengan berkurangnya sudut kemiringan baffle.
2. Faktor gesekan yang terjadi pada aliran fluida di dalam Alat
Penukar Kalor jenis shell and tube, akan meningkat bersama
dengan penurunan bilangan Reynolds dan pembesaran sudut
kemiringan baffle. Dengan demikian peningkatan perpindahan
kalor konveksi yang terjadi selalu diikuti oleh peningkatan
penurunan tekanan.
3. Daya pemompaan yang terjadi pada aliran fluida di dalam Alat
Penukar Kalor jenis shell and tube, akan meningkat bersama
dengan penurunan bilangan Reynolds dan pembesaran sudut
kemiringan baffle. Dengan demikian peningkatan perpindahan
kalor konveksi yang terjadi selalu diikuti oleh peningkatan daya
pemompaan.

KEPUSTAKAAN
Bergles, A.E.,(1997), Heat Transfer Enhancement:The
Encouragement and Accomodation of High Heat fluxes,
ASME J. of Heat Transfer, 119, 8-19.
Incropera, F.P. & Dewitt, D.P, (1990), Fundamentals of Heat and
Mass Transfer, John Willey and sons, New York.
Kern, D.Q., 1983, Process Heat Transfer”, 2nd Edition, McGraw-
Hill, NewYork.
Mukherjee, R., (1996), Don’t Let Baffling Baffle You, Chem. Eng.
Progress, 96, 72-79.
Mukherjee, R., (1996), Effectively Design Shell and Tube Heat
Exchanger, Chem. Eng. Progress, 98, 21-37.
Ozisik, M. N, (1985), Heat Transfer : A Basic Approach,
McGraw-Hill, NewYork.
Sauders, E.A.D.,n (1988), Heat Exchanger Selection, Design and
Construction, Longman Scientific and Technical, England.
Taborek at.al (1983), Heat Exchangers Theory and Practice,
Hemisphere Publishing Corporation, Washington.

You might also like