You are on page 1of 34

BAB XI

MITOKONDRIA
Adnan (UNM, 2011)

A. PENDAHULUAN
Energi yang langsung dikonsumsi oleh sel adalah energi
dalam bentuk adenosin trifosfat atau ATP. Substansi yang kaya
energi tersebut diubah menjadi adenosin difosfat atau ADP dan
selanjutnya diubah menjadi adenosin monofosfat atau AMP.
Peristiwa tersebut dikenal dengan nama hidrolisis ATP. Rumus
kimia ATP ditunjukkan pada Gambar-11.1.

Gambar-11.1 Rumus kimia ATP

Sel memiliki tiga jalur utama untuk menghasilkan energi


utama dalam bentuk ATP, yaitu:
1. ATP dihasilkan di dalam sitosol selama glikolisis;
2. ATP dihasilkan di dalam kloroplas dengan me-manfaatkan
energi matahari;

209
3. ATP dihasilkan di dalam mitokondria melalui reaksi oksidasi
substrat.

B. TEORI ENDOSIMBIOSIS
Para pakar biologi sel sependapat bahwa mitokon-dria
berasal dari bakteri aerobik yang mengadakan endosimbiosis
dengan eukariot anaerobik. Endosimbiosis adalah jika
organisme dari suatu species hidup didalam organisme dari
species yang lain. Proses yang terjadi adalah sel-sel bakteri
aerobik tertelan oleh sel eukariot anaerobik namun bakteri
aerobik tidak mengalami pencernaan. Bakteri aerobik yang
tertelan selanjutnya hidup di dalam sel eukariot.
Eukariot mensuplai bakteri dengan proteksi dan komponen-
komponen karbon, sedangkan bakteri mensuplai eukariot
dengan energi ATP. Beberapa bukti yang mendukung teori
tersebut adalah:(i) Mitokondria dapat menggandakan diri
menye-rupai pembelahan biner pada bakteri, (ii) DNA
mitokondria menyerupai DNA prokariot, berupa molekul sirkular
tunggal dan ribosom pada mitokondria dibuat dari sub unit
dengan koofisien sedimentasi yang lebih menyerupai ribosom
prokariot dibandingkan dengan eukariot, (iii) Ukuran
mitokondria hampir sama dengan ukura bakteri. (iv) Mitokondria
memiliki membran ganda, memiliki kemi-ripan dengam
membran sejumlah prokariota, dan (v) urutan DNA pada
mitokondria tertutup dan memiliki kemiripan dengan DNA
proteobakteril (vi) Mitokondria memiliki kemiripan fisik dengan
prokariota.
Mitokondria pertama kali diamati dan diisolasi dari sel pada
tahun 1850 oleh Kollicker melalui pengamatannya pada
jaringan otot lurik serangga. Ia menemukan adanya granula-
granula dengan struktur yang bebas dan tidak berhubungan
secara langsung dengan struktur internal sel. Pada tahun
1890, Altmann mengidentifikasi granula-granula tersebut dan Ia
berikan nama bioblast. Istilah tersebut diganti dengan
mitokondria (Yunani: mito yang berarti benang dan chondrion
yang berarti granula) sebab penampakan granula-granula

210
tersebut menyerupai benang bila diamati dengan menggunakan
mikroskop cahaya.

Sumber : http://www.biology.hawaii.edu/301/Lecture%20Powerpoints/Lecture
%207 %20Evolution%20and%20analyses%20of%20life%
20histories.ppt

Gambar-11.2 Pompa hidrogen pada lisosom (Allar, 2005)

Pada tahun 1900, Michaelis menunjukkan bahwa di dalam


mitokondria berlangsung reaksi-reaksi oksidatif. Pada tahun
1911, Warburg menemukan bahwa mitokon-dria mengandung
enzim-enzim yang mengkatalisis reaksi-reaksi oksidatif sel.
Pada tahun 1911, Kingsbury mendu-kung bahwa mitokondria
merupakan tempat spesifik untuk reaksi-reaksi oksidasi. Pada
tahun 1930, Sir Hans Krebs menjelaskan beberapa reaksi
siklus asam trikarboksilat atau daur Krebs. Dari tahun 1950,

211
Lehninger, Green, Kennedy, dan Hogeboom dan lain-lain
menunjukkan secara jelas reaksi-reaksi seperti oksidasi asam
lemak, fosforilasi oksidatif serta sifat-sifat lain mitokondia
(Sheeler dan Bianchii, 1983).

C. STRUKTUR MITOKONDRIA
Mitokondria dijumpai baik pada sel hewan maupun pada sel
tumbuhan. Ukuran mitokondria kira-kira sama dengan ukuran
rata-rata bakteri basil. Mitokondria hati secara umum agak
memanjang dengan diameter kira-kira 0,5-1,0 µm dan panjang
kira-kira 3 µm. Umumnya panjang mitokondria dapat mencapai
7 µm (Sheeler & Bianchi, 1983; Thorpe, 1984).

Gambar-11.3 Mitokondria
Di dalam sel mitokondria terletak secara acak seperti pada
hati atau tersusun teratur dengan pola-pola tertentu seperti
pada sel sperma. Contoh yang paling umum adalah susunan
yang teratur dari mitokondria diantara serabut-serabut di dalam
otot lurik. Mitokondria umumnya ditemukan pada tempat-
tempat di dalam sel yang membutuhkan energi dalam jumlah
yang besar, misalnya pada otot lurik dan flagel sperma. Untuk
melaksanakan fungsinya, sangat tergantung pada persediaan
ATP yang dihasilkan oleh mitokondria.

212
Gambar-11.4 Susunan mitokondria pada sel otot lurik
(Thorpe, 1984)

Gambar-11.5 Susunan mitokondria pada ekor sel sperma


(Thorpe, 1984)

Jumlah mitokondria per sel sangat bervariasi diantara


berbagai tipe sel, mulai dari nol sampai ratusan ribu. Algae tak
berwarna, Leucothrix dan Vitreoscilla, tidak memiliki
mitokondria. Spermatozoa tertentu dan flagella seperti
Chromulina hanya mengandung satu mitokondria per sel. Hati
memiliki mitokondria rata-rata 800 per sel dan beberapa telur
landak laut dan amoeba raksasa Chaos chaos mengandung
500.000 mitokondria per sel. Dalam beberapa hal, tampaknya
terdapat hubungan antara jumlah mitokondria per sel dan
keperluan metabolisme sel.

213
Gambar-11.6 Struktur Mitokondria (Thorpe, 1984)

Mitokondria dibatasi oleh membran ganda, yaitu membran


dalam dan membran luar. Setiap membran memiliki ciri khas
sebagai unit membran. Membran dalam tidak berhubungan
dengan membran luar. Membran dalam membagi organel
menjadi dua bagian yaitu matriks dan ruang antar membran.
Matriks berisi cairan menyerupai gel, sedangkan ruang
antar membran berisi cairan yang encer. Membran dalam
memiliki permukaan yang lebih luas dibandingkan dengan
membran luar, karena membran dalam terlipat-lipat dan masuk
ke dalam matriks membentuk tonjolan-tonjolan yang dinamakan
krista. Dengan demikian, secara struktural terdapat perbedaan
antara membran dalam dengan membran luar. Selain itu,
membran dalam berbeda dengan membran luar dari segi
permiabilitasnya. Membran luar permiabel terhadap berbagai
substansi yang mempunyai berat molekul berkisar 5.000 dalton.
Sebaliknya permiabilitas membran dalam terbatas, khususnya
terhadap substansi-substansi dengan berat molekul berkisar
100-150 dalton (Sheeler & Bianchi, 1983).
Struktur morfologi mitokondria yang paling bervariasi adalah
krista. Dalam satu tipe sel, mereka pada umumnya uniform dan
khas pada sel. Akan tetapi, susunan dari bentuk-bentuk yang
berbeda terdapat dalam tipe-tipe sel yang berbeda.
Umumnya mitokondria memiliki krista yang berbentuk
lamella atau tubuler. Pada bentuk lamella, krista relatif sejajar

214
dan teratur, sedang pada krista yang berbentuk tubular
memperlihatkan tubulus-tubulus yang terorientasi pada matriks.
Pada beberapa mitokondria, susunan tubulusnya teratur,
misalnya pada Amoeba Chaos chaos.
Menurut Sheeler & Bianchi (1983), struktur mitokondria
dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (i) krista susunannya
menyerupai lembaran misalnya krista pada mitokondria sel hati,
(ii) krista dengan susunan yang sangat rapat menyerupai
tumpukan uang logam misalnya pada mitokondria sel ginjal,
dan (iii) krista dengan susunan seperti jala yang dibentuk oleh
saluran-saluran yang saling beranastomosis.

Gambar-11.7 Struktur krista mitokondria (Sheler dan


Bianchii,1983)

D. KOMPOSISI KIMIA MITOKONDRIA


Pada mitokondria utuh, air merupakan komponen utama
yang dominan dan ditemukan di seluruh mitokondria kecuali
dalam lapisan bilayer lipida. Air selain berperan dalam reaksi-
reaksi kimia, juga berperan sebagai medium fisik dimana
metabolit dapat berdifusi diantara sistim-sistim enzim.
Komponen utama mitokondria adalah protein. Persentase
protein yang sebenarnya berkaitan dengan jumlah membran
dalam yang ada. Membran dalam terdiri atas protein, baik
protein enzimatik maupun protein struktural. Pada beberapa
mitokondria, membran dalam mengandung kira-kira 60% dari

215
total protein organel. Berdasarkan distribusi enzim di dalam
mitokondria hati tikus, telah terbukti bahwa membran dalam
mengandung 21% dari total protein mitokondria dan membran
luar 40%. Menurut perhitungan ini, kurang lebih 67% protein
terdapat pada matriks dan biasanya ditemukan dalam ruang
intraseluler.
Protein mitokondria dapat dikelompokkan menjadi dua
bentuk, yaitu bentuk terlarut dan bentuk tidak terlarut. Protein
terlarut terutama terdiri atas enzim-enzim matriks dan protein
perifer membran atau protein intrinsik membran tertentu.
Protein tidak terlarut biasanya menjadi bagian integral
membran. Beberapa dari protein ini merupakan protein
struktural serta beberapa protein enzim.
Komposisi lipida mitokondria tergantung dari sumber
mitokondrianya. Namun demikian, fosfolipida merupakan
bentuk yang dominan. Umumnya fosfolipida terdiri dari ¾ dari
total lipida (Tabel-11.1).

Tabel-11.1
Kandungan lipida mitokondria yang diisolasi dari berbagai
organ hewan (dalam mg/g) (Thorpe, 1984)
Organ Total Lipida Koleste Fosfolipida
Lipida Netral rol
Jantung 400 - - 335
manusia
Jantung sapi 320 18 4 283
Ginjal sapi 240 17 11 190
Hati sapi 180 16 4 145
Hati marmut - - - 159
Fosfatidilamin dan fosfatidiletanolamin umumnya merupa-
kan fosfatidil dalam jumlah yang besar pada mitokondria.
Namun demikian, ditemukan kadar kardio-lipin dan kolesterol
dengan konsentrasi yang rendah (Tabel-11.2)

216
Tabel-11.2
Komposisi fosfolipida mitokondria yang diisolasi dari berbagai
sumber (% total fosfolipida) (Thorpe, 1984)
Fosfatid
Fosfatidil il Kardiol Fosfatidil
Sumber
kolin etanola ipin inositol
min
Jantung 43 34 18 5
manusia
Jantung babi 36 25 13 23
Jantung sapi 41 37 19 3
Ginjal sapi 40 38 19 4
Hati sapi 43 35 13 5

Distribusi fosfolipida dalam membran luar dan membran


dalam mitokondria ditunjukkan pada Tabel-11.3.
Tabel 11.3
Komposisi fosfolipida membran dalam dan membran luar
mitokondria hati (% fosfolipida dalam setiap fraksi)
(Thorpe, 1984)
Marmut Tikus
Sumber
M. dalam M. luar M. dalam M. luar
Fosfatidil 44,50 55,20 41,00 39,00
kolin
Fosfatidil 25,30 27,70 35,00 31,00
etanolamin
Kardiolipin 21,50 3,20 21,00 3,00
Fosfatidil 4,20 13,50 - -
inositol
Fosfatidil - - 2,00 17,00
serin
Perbedaan distribusi lipida memiliki arti penting, baik dari
segi struktural maupun fungsional. Namun secara detail belum
jelas.

217
Sejumlah molekul organik sederhana yang berbeda
berasosiasi dengan membran mitokondria. Beberapa dari
molekul ini adalah molekul redoks yang ikut serta dalam
transpor elektron. Ubiquinon (koenzim Q), flavin (FMN dan
FAD), dan nukleotida piridin (NAD+) secara normal terikat
membran, dan kadang-kadang berasosiasi pada hampir
sebahagian besar membran dalam.

E. KOMPARTEMEN ENZIM
Kurang lebih 100 enzim telah diidentifikasi berhubungan
dengan mitokondria. Kira-kira 37% dari enzim-enzim tersebut
adalah oksidoredoks, 11% enzim ligase dan kurang dari 9%
enzim hidrolase. Pada mem-bran dalam, terda-pat suksinat
dehidrogenase yang merupakan enzim maker, enzim-enzim
transfer elektron dan fosforilasi oksidatif berasosiasi dengan
membran dalam.

Gambar-11.8 Komprtemen enzim pada mitokondria


(Thorpe,1984)

218
Matriks mengandung sekumpulan enzim yang merupakan
mediator reaksi siklus asam trikarboksilat (TCA) dan berkaitan
dengan sintesis protein dan asam nukleat. Semua en-zim-
enzim TCA bebas di dalam mat-riks kecuali suksinat
dehidrogenase, yang merupakan satu komponen membran
dalam. Jadi untuk piruvat, dioksidasi sempurna menjadi CO2
dan H2O di dalam matriks. Metabolisme suksinat harus
mengadakan kontak dengan membran dalam sebelum
dioksidasi menjadi fumarat

Gambar-11.9 Siklus TCA. Suksinat dehidrogenase


merupakan satu-satunya enzim yang
terikat membran (Thorpe, 1984)

219
F. GLIKOLISIS
Respirasi seluler merupakan rangkaian peristiwa yang
berlangsung melalui pemecahan glukosa menjadi asam piruvat,
perubahan asam piruvat menjadi asetil KoA, daur krebs dan
rantai pernapasan. Walaupun glikolisis berlangsung di dalam
sitoplasma, namun sebagai rangkaian dari proses respirasi
seluler, maka pada uraian berikut ini juga akan dibahas
mengenai glikolisis.
Glikolisis adalah proses penguraian molekul heksosa yang
memiliki enam atom karbon dan berlangsung secara enzimatis
untuk menghasilkan dua molekul asam piruvat yang memilki
tiga atom karbon. Glikolisis merupakan jalur utama dari
katabolisme glukosa yang berlang-sung di dalam sitoplasma sel
hewan, sel tumbuhan dan sel mikroba (Lehninger, 1994).
Glukosa dapat diperoleh melalui pemecahan polisakarida
seperti pati dan glikogen melalui kerja enzim fosforilase.
Disakarida seperti sukrosa dan maltosa dihidrolisis oleh
sakarose menghasilkan monosakarida.
Pemecahan glukosa menjadi dua molekul piruvat
berlangsung melalui 11 tahapan reaksi. Glikolisis dapat dibagi
menjadi dua fase yaitu (i) fase persiapan, dan (ii) fase produksi
energi dalam bentuk ATP. Fase persiapan terdiri atas lima
tahapan reaksi. Heksosa lain seperti D-fruktosa, D-Galaktosa,
dan D-mannosa dapat masuk ke dalam fase persiapan glikolisis
setelah mengalami fosfo-rilasi. Fase produksi energi "
berlangsung melalui lima tahapan reaksi berikutnya. Dalam
peristiwa ini dihasilkan 4 molekul ATP.
Pada tahap awal glikolisis, glukosa diubah menjadi fruktosa
1,6 bifosfat dengan memanfaatkan dua molekul ATP. Fruktosa
1,6 bifosfat dipecah menjadi 2 molekul senyawa 3 C yaitu
dihidroksi aseton fosfat dan gliseral-dehida 3 fosfat yang
keduanya merupakan isomer gliseraldehida 3 fosfat.
Selanjutnya mengalami reaksi dengan Pi kemudian diikuti
dengan reaksi reduksi pembentukan NADP dari NAD dan
terbentuk asam 1,3 difosfogliserat.

220
Glukosa 6 Fosfat

Fruktosa 6 Fosfat

Fruktosa 1,6 difosfat

Gambar-11.10 Fase Persiapan glikolisis

1,3 difosfogliserat selanjutnya mengalami perubahan


melalui pembentukan senyawa-senyawa intermedit secara
berturut-turut yaitu: Asam 3 fosfogliserat, asam 2 fosfogliserat,
fosfoenol piruvat dan asam piruvat. Pada perubahan asam 1,3
difosfogliserat menjadi 3 fosfogliserat dan dari fosfoenol piruvat
menajdi asam piruvat dirangkaikan dengan pembentukan ATP
dari ADP dan Pi yang dilepaskan. Seluruh reaksi perubahan
gluko-sa sehingga terbentuk asam piruvat melibatkan berbagai
enzim sesuai substrat yang bereaksi. Seluruh rangkaian
respirasi menghasil-kan 2 molekul ATP dan 2 NADPH.
Selama berlangsungnya glikolisis, terdapat 3 jenis transfor-
masi kimia yang berbeda, yaitu:
1. Pemecahan kerangka karbon glukosa mengha-silkan asam
piruvat.
2. Fosforilasi ADP menjadi ATP oleh senyawa fosfat berenergi
tinggi yang dibentuk selama glikolisis.
3. Pemindahan atom hidrogen atau elektron.

221
Menurut Sheeler dan Bianchii (1983), ada empat ciri utama
gliklisis, yaitu:
1. Gula pertama menglami dua kali fosforilasi. Pada gula
seperti glukosa, fruktosa dan man-nosa membutuhkan dua
molekul ATP per mol monosakarida. Sedangkan gula yang
diturunkan dari glikogen atau pati, hanya membutuhkan
satu mol ATP permol glukosa equivalen. Jadi fosfat an
organik dibutuhkan selama fosfo-rilasi polisakarida.
2. Gula difosfat berkarbon enam dipecah oleh enzim aldolase
menghasilkan gliseraldehida-3-fosfat dan dihidroksi aseton
fosfat (DHAP) yang masing-masing beratom karbon tiga.
Selanjut-nya DHAP diubah menjadi gliseraldehida-3-fosfat.
3. Oksidasi dan fosforilasi subtrat yang utama dikatalisis oleh
enzim gliseraldehida-3-fosfat dehidrogenase. 2 mol
hidrogen dilepaskan per mol subtrat dan reduksi dua mol
koenzim NAD+. Pada reaksi yang sama fosfat an organik
diga-bungkan ke asam.
4. Tahap akhir glikolisis. Molekul-molekul intermediat meng-
alami defosforilasi yang diikuti dengan pembentukan ATP.

Gambar-11.11 Glikolisis tahap kedua

222
Tahap-tahap reaksi kimia glikolisis secara kseluruhan
ditunjukkan sebagai berikut:
1. Reaksi pemindahan fosfat. Enzim kinase memindahkan
fosfat dari ATP suatu akseptor. Enzim heksokinase pada
umumnya lebih spesifik untuk memindahkan fosfat ke
glukosa.

2. Konversi aldosa ke ketosa. Reaksi ini dibantu oleh enzim


fosfoheksosa isomerase

3. Reaksi pemindahan fosfat. Reaksi ini dibantu oleh enzim


fosfofruktokinase.

4. Pemecahan karbohidrat enam karbon menjadi 3 carbon.


Reaksi ini dibantu oleh enzim aldolase.

223
5. Perubahan DHAP menjadi PGAL dengan bantuan enzim
triosa fosfat isomerase.

6. Fosforilasi gliseraldehida 3 fosfat menjadi 1,3-bifosfogliserat


dengan bantuan enzim gliseraldehida 3 fosfat dehidro-
genase.

7. Defosforilasi 1,3-bifosfogliserat menjadi 3 fosfogliserat


dengan bantuan enzim fosfogliserat kinase.

224
8. Perubahan 3-fosfogliserat menjadi 2-fosfogliserat dengan
bantuan enzim fosfogliserat mutase.

9. Hidrolisis 2-fosfogliserat menjadi fosfoenolpruvat dengan


bantuan enzim enolase.

10. Defosforilasi fosfoenolpiruvat mejadi piruvat dengan


bantuan enzim piruvat kinase.

G. FERMENTASI
Pada pristiwa glikolisis, glukosa secara bertahap diubah
menjadi asam piruvat. Asam piruvat selanjutnya dapat diubah
menjadi sejumlah produk, tergantung pada kondisi metabolisme
sel secara umum. Misalny asam piruvat diubah menjadi asetil
KoA untuk memasuki daur asam sitrat dalam kondisi aerob atau

225
dikonversi menjadi etanol atau asam laktat dalam kondisi
anaerob.

Gambar-11.12 Kemungkinan proses lanjut asam piruvat

G.1. Fermentasi Etanol


Fermentasi etanol dari asam piruvat berlangsung dalam
keadaan anaerob. Proses ini dapat berlangsung pada ragi dan
beberapa beberapa mikroorganisme lainnya.

Gambar-11.12 Fermentasi alkohol

226
Reaksi ini dikatalisis oleh piruvat dekarboksilase. Proses
fermentasi etanol berlangsung dua tahap, yaitu: Tahap pertama
dekarboksilasi piruvat menjadi asetaldehida dan tahap kedua
adalah reduksi asetaldehida menjadi etanol oleh NADH dengan
bantuan enzim alkohol dehidrogenase.

Gambar-11.13 Fermentasi alkohol

Gambar-11.14 Koenzim NAD

Hasil akhir konversi gula menjadi etanol disebut fermentasi


alkohol. Hasil bersih proses anaerob ini adalah:
Glukosa + 2Pi + 2ADP + 2H+ 2 etanol +2CO2 +
2ATP+2H2O
Hal penting untuk diperhatikan adalah bahwa NAD+ dan
NADH tidak muncul dalam persamaan ini, meskipun sangat
penting untuk reaksi keseluruhan. NAD+ yang dihasilkan pada
reduksi asetaldehida menjadi etanol dipakai pada oksidasi
giseraldehida 3 fosfat (Stryer, 2000)

227
G.2. Fermentasi Asam Laktat

Gambar-11.15 Fermentasi alkohol

Laktat biasanya dibentuk dari piruvat pada berbagai mikro-


organisme, tetapi juga dapat berlangsung pada organisme
tingkat tinggi seperti pada manusia bila jumlah oksigen terbatas
seperti pada otot disaat berlari cepat. Reduksi piruvat oleh
NADH membentuk laktat dikatalisis oleh laktat dehidrogenase.

Gambar-11.16 Fermentasi laktat

Reaksi keseluruhan pada konversi glukosa menjadi laktat


adalah:
glukosa + 2Pi + 2AP 2 laktat + 2ATP+2H2O

Asam laktat dan asam piruvat, di dalam sel dapat digunakan


sebagai prazat untuk sintesis glukosa. Peristiwa ini dinamakan
glukoneogenesis Asam laktat dan asam piruvat juga dapat
digunakan sebagai prazat untuk pembentukan polisakarida lain,
misalnya glikogen atau pati. Peristiwa ini merupakan peristiwa

228
anabolisme. Lintasan reaksinya ditunjukkan pada Gambar-
11.17.

Gambar-11.17 Perubahan asam laktat dan piruvat


menjadi glukosa atau polisakarida lain

229
Perlu diketahui bahwa walaupun glukosa dapat dipecah
menjadi asam piruvat atau menjadi asam laktat, dan sebaliknya
asam laktat dapat dijadikan prazat untuk pembentukan glukosa
maupun polisakarida lainnya, namun pada peristiwa tersebut
glikolisis bukanlah kebalikan dari glukoneogenesis.

H. DEKARBOSILASI OKSIDATIF PIRUVAT


Asam piruvat sebagai senyawa produk akhir glikolisis akan
mengalami reaksi dekarboksilasi oksidatif apabila cukup
oksigen dan menghasilkan asetil-KoA. Proses ini berlangsung
di dalam matriks mitokondria. Proses ini merupakan peng-
hubung antara glikoliis dengan siklus asam trikarboksilat.
Reaksi-reaksi dekarboksilasi oksidatif piruvat berlangsung
dengan bantuan enzim kompleks, yaitu kmpleks piruvat
dehidrogenase. Kompleks enzim ini terdiri atas tiga macam
enzim yang tersusun secara terpadu (lihat Tabel-11.4)

Tabel-11.4
Sub unit kompleks piruvat dehidrogenase
Gugus
Enzim Singkatan
Prostetik
Thiamine
Piruvate
E1 pyrophosphate
dehydrogenase
(TPP)
Dihydrolipoyl
E2 Lipoamide
Transacetylase
Dihydrolipoyl
E3 FAD
Dehydrogenase

230
Pyruvate Dehydrogenase
O O HSCoA O
H 3C C C O− H 3C C S CoA + CO2
pyruvate acetyl-CoA
NAD+ NADH

dimethylisoalloxazine O O
H H H
C N C − + C N C
H3C C C C NH 2e +2H H3C C C C NH

H3C C C C C O H3C C C C C O
C N N C N N
H H H
CH2 CH2

HC OH HC OH

HC OH HC OH
FAD Adenine
FADH2
Adenine
HC OH O O HC OH O O

H2C O P O P O Ribose H2C O P O P O Ribose

O- O- O- O-

FAD (Flavin Adenine Dinucleotide) dibentuk dari


riboflavin. Cincin dimetilisoalloksasine mengalami oksidasi atau
reduksi. FAD adalah gu secara permanent pada bagian E3.
Reaksi: FAD + 2 e- + 2 H+ FADH2

Thiamine pyrophosphate (TPP) adalah turunan dari tiamin


atau vitamin B1.

231
S CH2
CH2
NH
S CH lipoic acid O lysine
CH2 CH2 CH2 CH2 C NH (CH2)4 CH

lipoamide C O

2e− + 2H+
HS CH2
CH2
NH
HS CH O
CH2 CH2 CH2 CH2 C NH (CH2)4 CH
dihydrolipoamide C O

S CH2
CH2
NH
S CH lipoic acid O lysine
CH2 CH2 CH2 CH2 C NH (CH2)4 CH

lipoamide C O

− +

232
Gambar-11.18 Pembentukan asetil KoA

I. SIKLUS KREBS
Terdapat hubungan yang erat diantara organisasi struktur
mitokondria dengan beberapa fungsi-fungsi metabolisme yang
spesifik. Dewasa ini, lokasi berbagai jenis enzim di dalam
mitokondria telah diketahui dan secara umum terdapat
keterkaitan fungsional antara membran luar, membran dalam,
ruang intermembran, dan matriks.
Sejumlah hasil telaah yang mendalam telah dipelajari di
dalam mitokondria antara lain oksidasi substrat, rantai respirasi

233
dan fosforilasi oksidatif. Hasil-hasil reaksi metabolisme yang
berlangsung di dalam sitosol seperti pembentukan piruvat
selama glikolisis memasuki mitokondria untuk dioksidasi di
dalam daur krebs. Enzim-enzim yang mengkatalisis reaksi-
reaksi tersebut terletak di dalam matriks atau pada permukaan
membran dalam yang menghadap matriks kecuali suksinat
dehidrogenase. Hasil akhir dari oksidasi yang berlangsung di
dalam daur krebs adalah CO2, dan air. Selain itu dihasilkan
sejumlah komponen-komponen tertentu seperti NADH yang
berpartisipasi di dalam rantai respirasi atau rantai transpor
elektron dan secara khusus berhubungan dengan membran
dalam mitokondria. Hasil dari reaksi-reaksi yang berlangsung
selama rantai respirasi adalah reduksi O2 untuk membentuk
H2O. Selain itu selama berlangsungnya rantai respirasi juga
berlangsung fosforilasi oksidatif yang mengubah ADP menjadi
ATP.
Piruvat dan berbagai molekul-molekul sederhana yang lain
yang dihasilkan selama metabolisme di dalam sitosol berdiffusi
melalui membran luar mitokondria masuk ke dalam ruang
intermembran. Selanjutnya memasuki membran dalam untuk
melangsungkan tiga reaksi utama yaitu daur krebs, oksidasi
reduksi rantai respirasi dan fosforilasi oksidatif. Piridin
nukleotida yang tereduksi selama berlangsungnya reaksi-reaksi
di dalam sitosol (misalnya NADH yang dihasilkan dalam
lintasan glikolisis, NADPH yang dihasilkan dalam lintasan
pentosa fosfat), juga dapat melintasi membran luar mitokondria.
Ringkasan reaksi-reaksi yang terjadi di dalam daur Krebs
ditunjukkan pada Gambar-11.19.

234
Gambar-11.19 Siklus Krebs

Daur Krebs memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan


rantai respirasi. Di dalam rantai respirasi berlangsung reaksi
oksidasi reduksi yang menghantarkan elektron dan H+ ke O2
untuk membentuk air. Seiring dengan berlangsungnya rantai
respirasi, juga berlangsung fosforilasi oksidatif yang mengubah
ADP menjadi ATP (Gambar-11.20).

235
Gambar-11.20 Reaksi oksidasi reduksi dalam rantai
respirasi (Sheeler & Bianchi, 1983)
Masalah yang muncul adalah karena berbagai koenzim
dalam bentuk tereduksi seperti NADH dan NADP tidak dapat
melintasi membran dalam mitokondria. Nukleotida piridin dalam
bentuk tereduksi dihasilkan dalam sejumlah reaksi-reaksi
metabolisme yang berlangsung di dalam sitosol dan reoksidasi
NADH yang berlangsung di dalam mitokondria. Untuk itu, ada
dua mekanisme yang ditempuh, yaitu (i) shuttle gliserolfosfat
dan (ii) shuttle malat-aspartat .

236
Gambar-11.21 Shuttle gliserolfosfat

Gambar-11.22 Shuttle malat aspartat

I.1. Transpor Elektron dan Fosforilasi Oksidatif


Pada tahap glikolisis metabolisme asam piruvat dan siklus
Krebs, terjadi 5 kali reaksi dehidrogenase substrat dengan
mereduksi NAD+ menjadi NADH dan satu kali reaksi
dehidrogenase terjadi dengan mereduksi FAD menjadi FADH.
Substrat yang teroksidasi (3-fosfogliseraldehida, asam
piruvat, asam a-ketoglutarat, asam suksinat, dan asam malat)
mulai-mula akan bereaksi dengan NAD. Substrat akan

237
melepaskan 2 elektron dan 2 ke NAD mengakibatkan NAD
akan tereduksi menjadi NADH2. NADH2 atau memindahkan 2
elektron dan 2 H+ ke FAD atau FMN yang mengakibatkan FAD
tereduksi menjadi FADH2 atau FMNH2 dan sebahagian
energinya digunakan untuk sintesa 1 molekul ATP dari ADP
dan Pi.

NADH + H+ + ADP + Pi + ½ O2 NAD + H2O + ATP

FADH2 atau FMNH2 selanjutnya memindahkan 2 elektron


dan 2 H+ ke suatu enzim yang mengandung besi (Fe) yang
terikat pada gugus SH. Hal ini mengakibatkan enzim tersebut
tereduksi dan menyebabkan Fe+++ (fero) teroksidasi menjadi
Fe++ (feri). Selanjutnya dari enzim ini memindahkan 2 elektron
dan 2 H+ ke ubiquinon (UQ).

Gambar-11.23 Model transpor elektron dan fosforilasi


oksidatif pada rantai respirasi

2 Fe2+ + 2 H+ + ½ O2 2 Fe3+ + H2O

Pada tahap terakhir dari rantai transfer elektron dalam rantai


respirasi ini melibatkan ion tembaga (Cu++) antara komponen
Fe dengan sit a dan sit a3. Setiap NADH2 dalam transpor
elektron akan diproduksi 3 molekul ATP, sedang untuk setiap
molekul FADH2 hanya diproduksi 2 molekul ATP karena FADH2
masuk ke dalam sistem angkutan setelah NADH2. pembawa
elektron berikutnya. Demikian seterusnya terjadi pemindahan

238
elektron dan H+ ke pembawa elektron berikutnya dan secara
bergantian terjadi reduksi dan oksidasi sampai pada pembawa
elektron terakhir dari rantai respirasi.
Enzim dan pembawa elektron pada rantai respirasi terdiri
dari beberapa komponen yaitu lemak, protein strukturil,
flavoprotein, ubiquinon, dan sitokrom. Lemak dan protein
strukturil dalam rantai respirasi baru jelas peranannya dalam
rantai transpor elektron, sedang sitokrom, ubiquinon, dan
flavoprotein mengkatalisis irutan tahap reaksi transfer elektron
dalam rantai transpor elektron Ubiquinon disebut pula koenzim
Q (Ko-Q) merupakan senyawa seperti halnya plastoquinon
yang terdapat dalam khloroplas.
Sitokrom merupakan suatu protein yang mengandung besi
dalam cincin porfirin. Sitokrom dalam rantai transfer elektron
dibedakan atas sitokrom b, sitokrom c, dan sitokrom oksidase
yang terdiri dari sitokrom a dan sitokrom a3. Trnasfer elektron
dari ubiquinon ke sitokrom c dan dari sit a ke sit a3 terjadi
pembebasan energi yang selanjutnya digunakan untuk sintesa
ATP. Pada sitokrom a3 elektron ditransfer ke O2 yang selanjut-
nya tereduksi menjadi air.

I.2. Efisiensi Respirasi


Setelah diketahui seluruh tahap reaksi kimia respirasi, maka
dapat dihitung tingkat efisiensi respirasi. Dari seluruh rangkaian
respirasi diperoleh bahwa setiap 2 molekul heksosa (glukosa) 2
molekul asam piruvat pada tahap glikolisis. Pada tahap reaksi
glikolisis diperoleh 1 NADH2/NADPH2 dan 2 ATP, sedang pada
dehidrogenase oksidatif piruvat diperoleh 1 NADH2 untuk setiap
molekul asam piruvat. Pada tahap reaksi glikolisis diperoleh 3
NADH2, 1 FADH2 dan 1 molekul GTP yang dapat menghasilkan
1 ATP untuk setiap molekul asetil Ko-A. Dengan demikian,
maka reaksi-reaksi yang terjadi pada respirasi aerob diperoleh;
2(1+1+3) NADPH2 = 11 NADPH2; 2x1 FADH2 = 2 FADH2 dan
2x2 ATP = 4 ATP.

239
Pada proses pengangkutan elektron melalui rentai respirasi
aerob, diperoleh bahwa setiap NADPH2 serta dengan 3 ATP
dan setiap 1 FADH2 diperoleh 2 ATP (lihat Gambar 53), sedang
rincian produksi ATP pada glikolisis dekarboksilasi oksidasi
piruvat dan siklus Krebs diperlihatkan pada Gambar 54.
Dengan demikian, maka diperoleh 11 x 3 ATP = 30 ATP, 2x2
ATP = 4 ATP dan 4 ATP terbentuk secara langsung. Energi
yang dimanfaatkan dalam berbagai metabolisme adalah energi
yang terkandung dalam ikatan P yang ketiga dari ATP.

Fosforila Fosforilasi
Konsumsi Jalur metabolisme si tingkat
ATP tingkat ETS
substrat
1 glukosa
1 ATP .......................................
............
1 ATP .......................................
............
2 fosfogliseralde
hid
................................
......................
4 atau 6
ATP

2 asam
difosfogliserin
.......................
2 ATP
.......................
2 ATP
2 piruvat
.......................
......................
6 ATP
2 asetil KoA

2 as. Sitrat
.......................
......................
6 ATP
2 α-ketoglutarat
.......................
......................
6 ATP
2 suksinil KoA
.......................
2 GTP
(ATP)
2 Suksinat

240
.......................
......................
4 ATP
2 fumarat
.......................
......................
6 ATP
2 oksaloasetat
2 ATP 6 ATP 32 atau 34
ATP

Dengan memperhatikan berbagai reaksi yang berlangsung


sejak di dalam sitosol hingga di dalam mitokondria serta kedua
mekanisme shuttle di atas, maka untuk satu molekul glukosa
yang mengalami oksidasi secara sempurna akan menghasilkan
ATP kotor sebanyak 38 atau 40 dan menghasilkan ATP bersih
sebanyak 36 atau 38 (Gambar-11.24).

Gambar-11.24 Ringkasan produksi ATP bila satu molekul


glukosa mengalami oksidasi secara
sempurna (Sheeler & Bianchi, 1983)

241
I.3. Mitokondria sebagai Organel Semi Otonom
Peranan mtDNA dalam mitokondria sama dengan peranan
DNA dari sel eukariotik yang menghasilkan rRNA, tRNA, dan
mRNA. Selanjutnya, ditranslasi menjadi protein. Walaupun
peranannya sama, tetapi produksinya tidak sama.
Mitokondria merupakan organel semi otonom (Gambar-
11.25) dalam hal ini, terjadi hubungan fungsional antara inti dan
mitokondria.

Gambar-11.25 Hubungan fungsional antara inti dengan


mitokondria (Thorpe, 1984)
Mekanisme transkripsi dan translasi pada mitokondria
tergantung pada genetik inti. Bahan-bahan tertentu seperti
rRNA, tRNA, dan mRNA, tidak tergantung pada inti. Protein -
protein tertentu yang ditentukan oleh inti misalnya protein
ribosom, RNA polimerase, DNA polimerase, tRNA-aminoasil
sintetase, dan faktor-faktor sintesis protein. Dari gambaran di
atas, jelas bahwa untuk aktivitas mitokondria, beberapa
kebutuhannya masih tergantung pada inti. Namun beberapa
kebutuhan yang lain tidak tergantung pada inti. Oleh sebab itu,
mitokondria dianggap sebagai organel semiotonom.

242

You might also like