You are on page 1of 15

LAPORAN TETAP

HIGIENE SANITASI DAN KEAMANAN INDUSTRI PANGAN

HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP)

Oleh
Kelompok VIII
Prima Septika Dewi
05081007037

TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA
2011
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan teknologi yang semakin cepat mendorong masyarakat bergerak
dengan cepat untuk menyelesaikan masalah yang terjadi, khususnya pada produk
pangan. Masalah yang ditimbulkan dalam tantangan era teknologi adalah bagaimana
memperoleh produk pertanian yang secara ekonomis layak, secara teknis mungkin
diprodukrif, secara sosial didinginkan oleh komsumen, dan secara ekologis sehat
tanpa menimbulkan pencemaran lingkungan.
Semakin meningkatnya tuntutan konsumen akan keamanan makanan yang
akan mereka santap, maka perlu dilakukan upaya untuk mengidentifikasi dan
menganalisis HACCP dalam proses pengolahan makanan. Banyaknya usaha kecil
dan menengah di bidang pengadaan makanan seperti catering, kantin, warung makan,
lesehan di pinggir jalan dan di kaki lima yang kurang terdidik dalam masalah
keamanan makanan dapat mengakibatkan timbulnya kasus-kasus keracunan makanan
yang beberapa bulan terakhir ini banyak terjadi di Indonesia. Untuk itu, perlu adanya
upaya untuk memberikan pengertian dan pemahaman kepada para pelaku di bidang
pengadaan makanan. Salah satu cara yang digunakan untuk pendekatan adalah
melalui pemberian tugas kepada mahasiswa mengenai analisa HACCP pada
beberapa usaha pengadaan makanan.
Banyaknya kejadian keracunan yang disebabkan korban mengonsumsi
produk-produk katering yang tidak terdaftar atau industri rumah tangga disebabkan
oleh tidak adanya kesiapan industri rumah tangga untuk menerima pesanan dalam
jumlah besar. Dari pengalaman yang ada, yang sering keracunan adalah yang
memesan dari katering level bawah, karena terjadi kontaminasi silang. Oleh karena
itu perlu adanya pengawasan preventif dan penindakan. Salah satu hal yang paling
penting dilakukan dalam kaitan ini adalah pendidikan keamanan pangan untuk
konsumen guna meningkatkan kesadaran masyarakat. Mereka harus tahu dan
memahami bahwa penyakit karena pangan disebabkan oleh bahaya kimia, bahaya
biologi, bahaya fisik, dan mana makanan yang bebas bahaya.
Untuk mencegah terjadinya kasus keracunan makanan yang semakin marak
terjadi diperlukan sistem keamanan pangan terpadu yang melibatkan tiga jejaring,
yaitu Food Intelligence, yang mengkaji risiko keamanan pangan; Food Safety
Control, yang mengawasi keamanan pangan; dan Food Safety Promotion, yang
mengkomunikasikan keamanan pangan. Food Intelligence adalah jejaring yang
menghimpun informasi kegiatan pengkajian risiko keamanan pangan dari lembaga
terkait (data surveilan, inspeksi, riset keamanan pangan, dsb). Food Safety Control
adalah jejaring kerja sama antar lembaga dalam kegiatan yang terkait dengan
pengawasan keamanan pangan (standardisasi dan legislasi pangan, inspeksi dan
sertifikasi pangan, pengujian laboratorium, ekspor-impor, dan sebagainya). Food
Safety Promotion adalah jejaring keamanan pangan, meliputi pengembangan bahan
promosi (poster, brosur) dan kegiatan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan
keamanan pangan untuk industri pangan, pengawas keamanan pangan, dan
konsumen.

B. Tujuan

Mengetahui titik kritis proses produksi pangan yang menggunakan metode


HACCP (Hazard Analisis Critical Control Point) untuk berbagai proses produksi
produk pangan, khususnya pangan tradisional.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ikan Lele
Lele atau ikan keli, adalah sejenis ikan yang hidup di air tawar. Lele mudah
dikenali karena tubuhnya yang licin, agak pipih memanjang, serta memiliki kumis
yang panjang, yang mencuat dari sekitar bagian mulutnya (Anonim, 2004)
Lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin, kecuali lele laut yang
tergolong ke dalam marga dan suku yang berbeda (Ariidae). Habitatnya di sungai
dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air.
Bahkan ikan lele bisa hidup pada air yang tercemar, misalkan di got-got dan selokan
pembuangan (Anonim, 2004)
Ikan lele bersifat nokturnal, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam
hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap.
Di alam, ikan lele memijah pada musim penghujan (Anonim, 2004). Banyak jenis
lele yang merupakan ikan konsumsi yang disukai orang. Sebagian jenis lele telah
dibiakkan orang, namun kebanyakan spesiesnya ditangkap dari populasi liar di alam.
Lele dumbo yang populer sebagai ikan ternak, sebetulnya adalah jenis asing yang
didatangkan (diintroduksi) dari Afrika.
Lele dikembangbiakkan di Indonesia untuk konsumsi dan juga untuk menjaga
kualitas air yang tercemar. Seringkali lele ditaruh di tempat-tempat yang tercemar
karena bisa menghilangkan kotoran-kotoran. Lele yang ditaruh di tempat-tempat
yang kotor harus diberok dulu istilahnya sebelum siap untuk dikonsumsi. Diberok itu
ialah maksudnya dipelihara pada air yang mengalir selama beberapa hari dengan
maksud untuk membersihkannya(Anonim, 2004)

B. Ikan Mujair

Mujair adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Penyebaran alami ikan ini
adalah perairan Afrika dan di Indonesia pertama kali ditemukan oleh Pak Mujair di
muara Sungai Serang pantai selatan Blitar, Jawa Timur pada tahun 1939. Meski
masih menjadi misteri, bagaimana ikan itu bisa sampai ke muara terpencil di selatan
Blitar, tak urung ikan tersebut dinamai ‘mujair’ untuk mengenang sang penemu.
Nama ilmiahnya adalah Oreochromis mossambicus, dan dalam bahasa Inggris
dikenal sebagai Mozambique tilapia, atau kadang-kadang secara tidak tepat disebut
Java tilapia (Anonim, 2005)
Mujair juga sangat peridi. Ikan ini mulai berbiak pada umur sekitar 3 bulan,
dan setelah itu dapat berbiak setiap 1½ bulan sekali. Setiap kalinya, puluhan butir
telur yang telah dibuahi akan dierami dalam mulut induk betina, yang memerlukan
waktu sekitar seminggu hingga menetas. Hingga beberapa hari setelahnya pun mulut
ini tetap menjadi tempat perlindungan anak-anak ikan yang masih kecil, sampai
anak-anak ini disapih induknya. Dengan demikian dalam waktu beberapa bulan saja,
populasi ikan ini dapat meningkat sangat pesat. Apalagi mujair cukup mudah
beradaptasi dengan aneka lingkungan perairan dan kondisi ketersediaan
makanan(Anonim, 2005)

C. Ikan Nila

Ikan Nila adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Ikan ini diintroduksi dari
Afrika pada tahun 1969, dan kini menjadi ikan peliharaan yang populer di kolam-
kolam air tawar dan di beberapa waduk di Indonesia. Nama ilmiahnya adalah
Oreochromis niloticus, dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Nile Tilapia
(Anonim, 2009).
Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh
memanjang dan pipih kesamping dan warna putih kehitaman. Ikan nila berasal dari
Sungal Nil dan danau-danau sekitarnya. Sekarang ikan ini telah tersebar ke negara-
negara di lima benua yang beriklim tropis dan subtropis. Sedangkan di wilayah yang
beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik Ikan nila disukai oleh berbagai
bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti daging ikan kakap merah. Bibit ikan
didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar
pada tahun 1969. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini
disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia. Nila adalah nama khas Indonesia
yang diberikan oleh Pemerintah melalui Direktur Jenderal Perikanan(Anonim, 2009)
Ikan nila dan mujair merupakan sumber protein hewani murah bagi konsumsi
manusia. Karena budidayanya mudah, harga jualnya juga rendah. Budidaya
dilakukan di kolam-kolam atau tangki pembesaran. Pada budidaya intensif, nila dan
mujair tidak dianjurkan dicampur dengan ikan lain karena memiliki perilaku agresif.
Nilai kurang bagi ikan ini sebagai bahan konsumsi adalah kandungan asam
lemak omega-6 yang tinggi sementara asam lemak omega-3 yang rendah. Komposisi
ini kurang baik bagi mereka yang memiliki penyakit yang berkait dengan peredaran
darah (Anonim, 2009)

D. Ikan Patin

Budidaya ikan patin (Pangasius hypopthalmus) mulai berkembang pada tahun


1985. Tidak seperti ikan mas dan ikan nila, pembenihan Patin Siam agak sulit.
Karena ikan ini tidak bisa memijah secara alami. Pemijahan Patin Siam hanya bisa
dilakukan secara buatan atau lebih dikenal dengan istilah kawin suntik (induce
breeding).
Pematangan gonad ikan patin dilakukan di kolam tanah. Caranya, siapkan
kolam ukuran 100 m2, keringkan selama 2 – 4 hari dan perbaiki seluruh bagian
kolam; isi air setinggi 50 – 70 cm dan alirkan secara kontinyu, masukan 100 ekor
induk ukuran 3 – 5 kg, beri pakan tambahan berupa pellet tenggelam sebanyak 3
persen/hari. Pematangan gonad ikan patin juga bisa dilakukan di bak. Caranya,
siapkan bak tembok ukuran panjang 8 m, lebar 4 m dan tinggi 1 m, keringkan selama
2 – 4 hari, isi air setinggi 60 – 80 cm dan alirkan secara kontinyu, masukan 50 ekor
induk, beri pakan tambahan (pelet) sebanyak 3 persen/hari. Catatan induk jantan dan
betina dipelihara terpisah.

E. Air

Air menjadi sumber kehidupan utama bagi segenap makhluk di muka bumi.
selain laut dan danau, sungai menjadi salah satu tempat air berada dan mengalir.
Dengan demikian maka sungai menjadi unsur alam yang paling penting bagi segenap
kehidupan. (Subiyakto, 2009).
Kualitas air dapat dinilai dengan cara melihat kondisi sungai,lingkungan di
sekitarnya dan makroinvertebrata yang hidup di dalamnya, memang lebih mudah
dibandingkan dengan uji lainnya. perlu memperoleh pelatihan singkat untuk
memahami faktor-faktor yang mempengaruhinya, proses pelaksanaannya agar data
yang diperoleh lebih dapat dipercaya, dan menentukan langkah-langkah selanjutnya
yang harus dilakukan.
Escherichia coli terdapat secara normal dalam alat-alat pencernaan manusia
dan hewan. Bakteri ini adalah gram negative, bergerak, berbentuk batang, bersifat
fakultatif anaerob dan termasuk golongan Enterobacteriaceae. Suatu serotype
tertentu bersifat entropathogenic dan dikenal sebagai penyebab diare pada orang
dewasa. Organisme ini berbeda di dapur dan tempat-tempat persiapan bahan pangan
melalui bahan baku dan selanjutnya masuk ke makanan yan telah dimasak melalui
tangan, permukaan alat-alat, tempat-tempat masakkan dan peralatan lainnya. Masa
inkubasi adalah 1-3 hari dan gejala-gejala menyerupai gejala-gejala keracunan bahan
pangan yang tercemar demam, dingin, sakit kepala, kejang perut, dan diare berair
atau disentri (Amin, 1999).

F. Kayu Bakar

Bahan bakar yang lazim digunakan dalam pengasapan adalah kayu, dapat berupa
serbuk gergaji, serabut kelapa, merang, ampas tebu, dan lain sebagainya (kayu
bakau, kayu bekas kotak kemasan, serbuk akasia, dan serbuk mangga). Jenis kayu
yang dipakai untuk pengasapan adalah kayu yang lambat terbakar, banyak
mengandung senyawa-senyawa yang mudah terbakar, dan menghasilkan asam.
Adapun kayu yang baik adalah yang keras, murah, dan mudah didapat. Jenis dan
kondisi kayu juga menentukan jumlah asap yang dihasilkan. Asap yang dihasilkan
dari pembakaran kayu keras, seperti kayu bakau, rasamala, serbuk dan serutan kayu
jati serta tempurung kelapa akan berbeda komposisinya dengan asap yang dihasilkan
dari pembakaran kayu lunak. Pada umumnya, kayu keras akan menghasilkan aroma
yang lebih unggul, lebih kaya kandungan aromatik dan lebih banyak mengandung
senyawa asam dibandingkan kayu lunak.

III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu


Praktikum ini dilaksanakan di Toko Ikan Sale ”Cek Erna” yang berlokasi di
Musi Dua Kamis, tanggal 13 April 2011 pukul 13.00 s.d selesai.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah : 1) air, 2) ikan, 3) kayu
bakar.
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah : 1) baskom, 2) pisau, 3)
tungku, 4) perekam suara.

C. Cara Kerja
Cara kerja pada praktikum ini yaitu
1. Setiap kelompok akan mengamati jenis pangan yang telah ditentukan.
2. Produk di identifikasi secara menyeluruh meliputi nama produk, komposisi,
karakteristik, umur simpan, konsumen, komsumsi, dan cara pengolahan.
3. Divertifikasi bagan alir sebagai acuan dalam penetapan langkah-langkah
penerapan prinsip HACCP.
4. Dilaksanakan analisa identifikasi resiko bahaya terhadap produk (dibuat
dalam bentuk tabel dan penjelasan)
5. Diidentifikasi bahaya berdasarkan tiap-tiap proses.
6. Hasil analsisa digunakan untuk ditetapkannya titik-titik kendali kritis.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Pengasapan adalah salah satu cara pengawetan ikan yang dapat dilakukan
dengan peralatan yang sederhana dan mudah didapat serta murah harganya. lkan
yang diolah dengan cara pengasapan dapat menjadi awet disebabkan oleh beberapa
faktor; diantaranya berkurangnya kadar air ikan sampai di bawah 40 persen, adanya
senyawa-senyawa di dalam asam kayu yang menghambat pertumbuhan
mikroorganlsme pembusuk, dan terjadinya koagulasi protein pada permukaan ikan
yang mengakibatkan jaringan pengikat menjadi lebih kuat dan kompak sehingga
tahan terhadap serangan mikroorganisme. Senyawa-senyawa antimikroba yang
terdapat di dalam asap kayu misalnya berbagai macam aldehida, alkohol, keton,
asam dan sebagainya. Pengasapan juga dapat memperbaiki penampakan ikan karena
permukaan ikan menjadi mengkilat. Ikan asap yang bermutu tinggi dapat dihasilkan
dengan menggunakan jenis kayu keras ( non-resinous) atau sabut dan tempurung
kelapa, sebab kayu-kayu yang lunak akan menghasilkan asap yang mengandung
senyawa-senyawa yang dapat menyebabkan hal-hal dan bau yang tidak diinginkan.
Proses pengasapan yang dilakukan di toko ikan sale “Cek Erna”
menggunakan sara pengasapan tradisional. Ikan yang telah disiang dan dibersihkan
kemuadian dicuci dilakukan preparasi dengan pengeringan yang bertujuan untuk
menghilangkan air pencucian. Kemudian ikan-ikan tersebut disusun dalam rak
pengasapan yang dialiri oleh asap yang berasal dari pembakaran kayu bakar. Kayu
yang digunakan dalam proses pengasapan merupakan jenis kayu keras.
Tinggi rendahnya efisiensi proses pengeringan dipengaruhi oleh kelembaban
udara sekelilingnya, bila udara dingin yang masuk kedalam unit pengasapan
dipanasi, maka beratnya kan menjadi lebih ringan daripada udara di luar, dan udara
ini akan masuk atau naik dengan cepat ke unit pengasapan dan melewati ikan-ikan
didalamnya. Banyaknya uap air yang diserap oleh udara tergantung suhunya, jadi
bila udara dingin dipanasi maka kapasitas pengeringan akan lebih tinggi.Dalam
keadaan lembab, udara jenuh yang telah panas tidak dapt dipanasi lagi secara cepat
untuk mengurangi kandungan uap airnya dan oleh karena itu kapasitas menurun.
Pada tahap pengasapan, kecepatan penguapan air tergantung pada kapasitas
pengering udara dan asap juga kecepatan pengaliran asap. Pada tahap kedua, dimana
permukaan ikan sudah agak kering suhu ikan akan mendekati suhu udara dan
asap.Kecepatan pengeringan akan menjadi lambat karena air harus merembes dahulu
dari lapisan dalam daging ikan,bila pengeringan mula-mula dilakukan pada suhu
yang terlalu tingi dan terlalu cepat, maka permukaan ikan akan menjadi keras dan
akan menghambat penguapan air selanjutnya dari lapisan dalam,sehingga
kemungkinan daging ikan bagian dalam tidak mengalami efek pengeringan.
Asap mengandung senyawa fenol dan formal dehida, masing-masing bersifat
bakterisida (membunuh bakteri). Kombinasi kedua senyawa tersebut juga bersifat
fungisida (membunuh kapang). Kedua senyawa membentuk lapisan mengkilat pada
permukaan daging. Panas pembakaran juga membunuh mikroba, dan menurunkan
kadar air daging. Pada kadar air rendah daging lebih sulit dirusak oleh mikroba. Asap
juga mengandung uap air, asam formiat, asam asetat, keton alkohol dan 4 karbon
dioksida. Rasa dan aroma khas produk pengasapan terutama disebabkan oleh
senyawa fenol (quaiacol, 4-mettyl-quaiacol, 2,6-dimetoksi 1 fenol) dan senyawa
karbonil, sedangkan kombinasi fenol dan formaldehid membentuk lapisan damar
sehingga produk yang diawetkan menjadi mengkilat. Panas dari pembakaran juga
membunuh mikroba dan menurunkan kadar air.
Asap yang dihasilkan dari pembakaran kayu keras akan berbeda
komposisinya dengan asap yang dihasilkan dari pembakaran kayu lunak. Pada
umumnya kayu keras akan menghasilkan aroma yang lebih unggul, lebih kaya
kandungan aromatik dan lebih banyak mengandung senyawa asam dibandingkan
kayu lunak (Girard, 1992) Asap memiliki kemampuan untuk mengawetkan bahan
makanan karena adanya senyawa asam, fenolat dan karbonil. Seperti yang dilaporkan
Darmadji, dkk (1996) yang menyatakan bahwa pirolisis tempurung kelapa
menghasilkan asap cair dengan kandungan senyawa fenol sebesar 4,13 %, karbonil
11,3 %, dan asam 10,2 %.

V. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari hasil kunjungan ketempat pembuatan ikan sale adalah
sebagai berikut :
1. Ikan salai adalah salah satu cara pengawetan makanan terutama ikan dan daging.
2. Ikan salai dibuat dengan cara pengasapan ikan dengan menggunakan asap yang
dihasilkan dari kayu bakar.
3. Kayu bakar yang digunakan dalam pembuatan ikan salai merupakan jenis kayu
keras.
4. Kandungan fenol dan senyawa lain pada kayu keras yang digunakan
memepengaruhi rasa, aroma dan penampakan dari ikan salai yang dihasilkan.
5. Pembuatan ikan salai memiliki titik kritis yaitu pada saat penyajian, jika ikan
langsung dikonsumsi tanpa pemasakan kembali.

Daftar Pustaka

Anonim. 2004. Lele. (online) (http//. id.wikipedia.org. diakses 01-5-2011).

Anonim. 2005. Ikan Mujair. (online) (http//. id. wikipedia.net. diakses 1-05-2011).

Anonim. 2009. Ikan nila. (online) (http//. id.wikipedia.org. diakses 14-11-2011).

Anonim. 2010. Pengasapan Ikan. (online). (http://ayu1508.


wordpress.com/2010/05/10/pengasapan-ikan/ diakses 01-05-2011).
Anonim. 2009. Pengawetan dengan teknik pengasapan. (online).
(http://am3thystx.blogspot.com/2009/01/pengawetan-dengan-teknik-
pengasapan.html diakses 01-05-2011).

Widyani,R dan Tety Suciaty. 2009. Prinsip Pengawetan Pangan. (online).


(http://politeknikketapang.blogspot.com/2009/03/pengasapan.html?
zx=272ae461b80454ab diakses 01-05-2011).

Syarief, Rizal. 1988. Pengetahuan Bahan Untuk Industri Pertanian. Pt Mediyatama


Sarana Perkasa. Jakarta.

Wooton, Edwards. 2008. Ilmu Pangan. Departemen of education and culture. Jakarta.

LAMPIRAN

Tabel 1. Identifikasi produk


Nama Komposisi Cara Pengolahan Karakteristik Umur
Produk Simpan
Ikan Sale Ikan Patin, Ikan Ikan disiang dan Warna coklat Satu bulan
Cek Erna baung Sungai, dibersihkan, dibuang terbakar, aroma
Ikan baung laut, isi perutnya dan asap, bentuk
Ikan lambak, dicuci dengan ikan utuh atau
Ikan Lele, Ikan menggunakan air dibelah, rasa
lais bersih. Ikan dibelah hambar.
menjadi 2 jika
ukurannya besar dan
dibiarkan utuh jika
ukurannya kecil. Ikan
dialaikan dalam
panggangan dengan
api kecil. Pengalaian
ikan dilakukan
selama satu hari satu
malam. Pengalaian
dilakukan dengan
kayu yang keras
bukan kayu apung.
Ikan yang sudah
dialaikan kemudian
disimpan pada suhu
ruang dan kering.
Tidak ditambahkan
bumbu pada proses
pembuatan ikan sale

2. Diagram Alir Proses Pengolahan

Penerimaan Penerimaan
ikan air

Sisik ikan, jeroan dan


Penyiangan dan insang dibersihkan
pembelahan ikan
Air bersih
Pencucian ikan

Kayu bakar, panggangan Pengasapan ikan Satu hari satu


malam

Penyimpanan dan
penjualan

Lampiran 1
Tabel 2. Identifikasi Resiko Bahaya
Kelompok Bahaya Karakteristik Bahaya
Bahaya A -
Bahaya B Adanya bahaya fisik dan biologis dari bahan utama (ikan).

Bahaya C -
Bahaya D Penyimpanan pada suhu ruang tanpa ditutup membuat
produk dapat terkontaminasi bahaya fisik,kimia dan
mikrobiologis
Bahaya E Pengemasan dilakukan saat penjualan sehingga
kontaminan dapat masuk melalui tangan pedagang atau
konsumen
Bahaya F -
Lampiran 2
Kategori resiko bahaya adalah III dengan karakteristik mengandung 3
diantara karakteristik bahaya dari B-F
Tabel 3. Identifikasi Bahaya
Identifikasi Ikan
Bahaya
Jenis Bahaya Bahaya B Bahaya D Bahaya E
Sebab Bahaya Ikan Penyimpanan Proses penjualan
mengandung dilakukan diruang dapat terjadi
bakteri terbuka kontaminasi dari
salmonella tangan pedagang
Bahaya Potensial Biologis Biologis Biologis
Kategori Bahaya Food safety Food safety Food safety
Signifikan Yes Yes Yes
Bahaya Potensial
Alasan timbulnya Dapat Dapat Dapat mengakibatkan
Bahaya mengakibatkan mengakibatkan kontaminasi yang
kontaminasi kontaminasi yang menyebabkan sakit
yang menyebabkan perut
menyebabkan sakit perut
sakit perut
Upaya Pembinaan pada Pelatihan kepada Penyuluhan tentang
Pencegahan pembuat/penjual penjual tentang cara kemas yang baik
melakukan proses
proses preparasi penympanan
bahan dengan
benar

Lampiran 3
Tabel 4. CCP
CCP
Nama Produk
Bahan mentah Komposisi/formulasi

Ikan Sale Bukan CCP CCP

You might also like