You are on page 1of 17

Permasalahan Gizi Di Indonesia

Bakal Makin Banyak Orang Kurang Gizi Akibat Krisis


Global
WASHINGTON -- Harga bahan bakar dan makanan yang melambung akan
menambah 44 juta orang yang kekurangan gizi, demikian laporan yang disiarkan
Bank Dunia, Rabu.

Meskipun kenaikan harga bahan bakar dan makanan tak bergejolak dalam beberapa
bulan belakangan, harga tetap jauh lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa tahun
sebelumnya dan memperlihatkan sedikit tanda penurunan mencolok, demikian antara
lain isi laporan itu --yang diberi judul Rising food and fuel prices: addressing the
risks to future generations. Jumlah kekurangan gizi di seluruh dunia akan menjadi
967 juta orang.

Keluarga miskin di seluruh dunia terus terdorong ke tebing kelangsungan hidup,


sehingga jutaan anak mengalami kerusakan kesehatan yang tak dapat diperbaiki. Saat
banyak keluarga mengurangi pengeluaran, juga terdapat resiko sangat besar bagi
kondisi pendidikan anak-anak miskin.

"Meskipun perhatian rakyat di negara maju terpusat pada krisis keuangan, banyak
orang lupa bahwa krisis kemanusiaan dengan cepat terurai di negara berkembang.
Kondisi itu mendorong orang miskin ke tebing kelangsungan hidup," kata Presiden
Bank Dunia Robert B. Zoellick.

Ia memperingatkan, "Krisis keuangan hanya akan menambah sulit negara


berkembang melindungi rakyat mereka yang paling rentan dari dampak kenaikan
harga bahan bakar dan makanan."

Laporan tersebut, yang direncanakan disiarkan Ahad untuk Komite Pembangunan


dalam Pertemuan Tahunan Bank Dunia dan IMF, menekankan krisis bahan bakar dan
makanan dapat memiliki dampak jangka panjang pada negara dan orang miskin.

Pada Mei, Bank Dunai meluncurkan program keuangan cepat bernilai 1,2 miliar dolar
AS guna membantu negara miskin menanggulangi krisis makanan. Sejak itu,
sebanyak 850 juta dolar AS telah disediakan untuk mendanai program pembenihan,
penanaman pohon dan makanan.

Pada April, Zoellick menyerukan Kesepakatna baru bagi Kebijakan Pangan Global,
yang meliputi tindakan jangka pendek, menengah dan panjang untuk memberi
bantuan segera bagi petani dan orang miskin dan pada saat yang sama dilakukan
peningkatan produksi makanan.- (ant/fif/ah)
Kasus Gizi Buruk Anak Kembali Merebak
viktor, 26 February 2009
Kasus gizi buruk pada anak kembali merebak di Kabupaten Kulon Progo, DI
Yogyakarta . Selama dua bulan terakhir, puluhan anak dilaporkan telah menderita gizi
buruk, bahkan salah seorang di antaranya sampai dirawat di rumah sakit daerah
karena kondisinya kritis.

Di Kecamatan Kokap, misalnya, terdapat 23 anak yang menderita gizi buruk. Camat
Kokap Santoso, Rabu (25/2), mengatakan angka itu diperoleh dari hasil laporan
petugas Puskesmas Kokap I sebanyak 16 anak dan Puskesmas Kokap II sebanyak
tujuh anak.

Sementara itu di Kecamatan Sentolo, terutama di Desa Demangrejo, Srikayangan,


Tuksono, dan Salamrejo, sebanyak delapan anak dilaporkan telah menderita gizi
buruk. Selain itu, masih ada 32 anak lain yang saat ini berstat us rawan gizi buruk.
Keempat desa tersebut merupakan wilayah dengan jumlah warga miskin terbanyak di
Sentolo.

Seorang penderita gizi buruk dari Kecamatan Girimulyo bahkan sampai harus
dilarikan ke RSUD Wates karena kondisi tubuhnya terus melemah. Sejak Jumat
pekan lalu, Aan Nugroho (5) , warga Dusun Ngesong, Desa Purwosari, dirawat di
ruang isolasi Bangsal Cempaka RSUD Wates karena sakit demam dan berat tubuhnya
hanya 9,2 kilogram.
Tidak hanya itu, Aan juga menderita sariawan akut yang menyebar di bi bir hingga
rongga dalam mulut. Staf perawat RSUD Wates Yogo mengatakan sariawan itu
membuat Aan sulit makan. Kami juga sudah berupaya memberi makan pasien dengan
memasang selang melalui hidung. Akan tetapi, pasien terus melawan, sehingga saat
ini pemenuhan nutrisinya murni mengandalkan cairan infus, kata Yogo.

Ayah Aan, Parjiyo (40), mengaku tidak mampu memenuhi gizi anaknya karena
pendapatannya sebagai pemulung sampah sangat tidak mencukupi. Sehari-hari,
Parjiyo hanya mendapat uang kurang dari R p 10.000. Uang itu hanya cukup untuk
membeli nasi dan sayur dengan lauk seadanya. Parjiyo dan Aan pun hanya makan 1-2
kali sehari.

Direktur RSUD Wates Bambang Haryatno menjamin seluruh biaya perawatan Aan
hingga ia sembuh. Menurut Bambang, ia akan menggunakan dana dari pos
pembiayaan pasien miskin yang tidak terdaftar sebagai peserta jaminan kesehatan
masyarakat . Tahun 2009, pemerintah daerah menganggarkan Rp 600 juta dalam
APBD untuk pos tersebut.

Dinas Kesehatan Kulon Progo mencatat sepanjang tahun 2008, dari jumlah 26.852
anak berusia di bawah lima tahun, sebanyak 704 di antaranya menderita kekurangan
gizi. Kepala Dinas Kesehatan Lestaryono mengatakan pihaknya sudah berusaha
mengantisipasi peningkatan jumlah penderita gi zi buruk dengan mengintensifkan
program pemberian makanan tambahan melalui posyandu-posyandu di setiap dusun.

Penanganan kasus gizi buruk atau kekurangan gizi, lanjut Lestaryono, harus
dilakukan bertah ap. Sebab, bisa jadi gizi buruk merupakan akibat dari penyakit lain
yang diidap oleh anak tersebut. Jika benar demikian, maka penyakit itu harus
disembuhkan terlebih dulu, baru kemudian anak diberikan makanan yang bergizi
cukup dan seimbang.

Faktor kemiskinan keluarga juga berpengaruh. Namun, apabila orangtua memiliki


pengetahuan yang cukup akan cara pemenuhan gizi anak dari berbagai sumber
makanan yang ada di lingkungan sekitar rumahnya, maka anak akan terhindar dari
ancaman gizi buruk, kata Lestaryono.

KEKURANGAN GIZI MENGANCAM ANAK INDONESIA


Akhir-akhir ini fenomena kenakalan remaja makin meluas. Bahkan hal ini sudah
terjadi sejak dulu. Para pakar psikolog selalu mengupas masalah yang tak pernah
habis-habisnya ini. Kenakalan Remaja, seperti sebuah lingkaran hitam yang tak
pernah putus. Sambung menyambung dari waktu ke waktu, dari masa ke masa, dari
tahun ke tahun dan bahkan dari hari ke hari semakin rumit. Masalah kenalan remaja
merupakan masalah yang kompleks terjadi di berbagai kota di Indonesia. Sejalan
dengan arus modernisasi dan teknologi yang semakin berkembang, maka arus
hubungan antar kota-kota besar dan daerah semkain lancar, cepat dan mudah. Dunia
teknologi yang semakin canggih, disamping memudahkan dalam mengetahui
berbagai informasi di berbagai media, disisi lain juga membawa suatu dampak negatif
yang cukup meluas diberbagai lapisan masyarakat.

Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam


menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada
masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu
singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara
psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak
terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya.
Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak
menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungannya,
seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri.
Mengatasi kenakalan remaja, berarti menata kembali emosi remaja yang tercabik-
cabik itu. Emosi dan perasaan mereka rusak karena merasa ditolak oleh keluarga,
orang tua, teman-teman, maupun lingkungannya sejak kecil, dan gagalnya proses
perkembangan jiwa remaja tersebut. Trauma-trauma dalam hidupnya harus
diselesaikan, konflik-konflik psikologis yang menggantung harus diselesaikan, dan
mereka harus diberi lingkungan yang berbeda dari lingkungan sebelumnya.
Pertanyaannya : tugas siapa itu semua ? Orang tua-kah ? Sedangkan orang tua sudah
terlalu pusing memikirkan masalah pekerjaan dan beban hidup lainnya. Saudaranya-
kah ? Mereka juga punya masalah sendiri, bahkan mungkin mereka juga memiliki
masalah yang sama. Pemerintah-kah ? Atau siapa ? Tidak gampang untuk
menjawabnya. Tetapi, memberikan lingkungan yang baik sejak dini, disertai
pemahaman akan perkembangan anak-anak kita dengan baik, akan banyak membantu
mengurangi kenakalan remaja. Minimal tidak menambah jumlah kasus yang ada.”
(sumber Whandi.net/1 jan 1970).

Kenakalan remaja, merupakan salah si anak? atau orang tua? Karena ternyata banyak
orang tua yang tidak dapat berperan sebagai orang tua yang seharusnya. Mereka
hanya menyediakan materi dan sarana serta fasilitas bagi si anak tanpa memikirkan
kebutuhan batinnya. Orang tua juga sering menuntut banyak hal tetapi lupa untuk
memberikan contoh yang baik bagi si anak. Sebenarnya kita melupakan sesuatu
ketika berbicara masalah kenakalan remaja, yaitu hukum kausalitas. Sebab, dari
kenakalan seorang remaja selalu dikristalkan menuju faktor eksternal lingkungan
yang jarang memerhatikan faktor terdekat dari lingkungan remaja tersebut dalam hal
ini orangtua. Kita selalu menilai bahwa banyak kasus kenakalan remaja terjadi karena
lingkungan pergaulan yang kurang baik, seperti pengaruh teman yang tidak benar,
pengaruh media massa, sampai pada lemahnya iman seseorang.
Ketika kita berbicara mengenai iman, kita mempersoalkan nilai dan biasanya
melupakan sesuatu, yaitu pengaruh orangtua. Didikan orangtua yang salah bisa saja
menjadi faktor sosiopsikologis utama dari timbulnya kenakalan pada diri seorang
remaja. Apalagi jika kasus negatif menyerang orangtua si remaja, seperti
perselingkuhan, perceraian, dan pembagian harta gono-gini. Mungkin kita perlu
mengambil istilah baru, kenakalan orangtua.

Orang tua, sering lupa bahwa prilakunya berakibat pada anak-anaknya. Karena
kehidupan ini tidak lepas dari contek-menyontek prilaku yang pernah ada. Bisa juga
karena ada pembiaran terhadap perilaku yang mengarah pada kesalahan, sehingga
yang salah menjadi kebiasaan. Para orang tua jangan berharap anaknya menjadi baik,
jika orang tuanya sendiri belum menjadi baik. Sebenarnya nurani generasai ingin
menghimbau “Jangan ajari kami selingkuh, jangan ajari kami ngomong jorok,
tidak jujur, malas belajar, malas beribadah, terlalu mencintai harta belebihan dan lupa
kepada Sang Pencipta
Mendengar sebutan remaja, maka terbesit sejumlah perilaku remaja yang bernada
negatif. Tawuran pelajar, penggunaan obat-obatan terlarang, pergaulan
bebas, atau kecenderungan mencari kenikmatan tanpa mau berusaha
adalah hal negatif yang sering kita dengar sekarang ini. Fenomena
kenakalan remaja memang menarik untuk dibecarakan. Sisi yang
menarik bukanlah karena pemberitaan tentang perilaku remaja yang
ganjil itu bisa mendongkrak media massa atau acara televisi, tetapi yang
lebih penting adalah karena tindakan kenakalan remaja dianggap
menyimpang dan mengganggu ketertiban masyarakat.
“Maraknya tawuran antar remaja selama bulan puasa hingga menelan
korban puluhan jiwa merupakan cermin semakin minimnya sosok
panutan yang bisa menjadi teladan masyarakat khususnya generasi
muda di tanah air” (suara merdeka,18 september 2008). Berita tersebut
merupakan contoh dari sebagian kecil kenakalan yang dilakukan
remaja sekarang.
Tidak kalah dengan di media massa, acara berita kriminal di stasiun
televisi banyak dipenuhi berita perkelahian, tawuran antar pelajar, atau
perkelahian antar geng beberapa waktu yang lalu,kita semua
dihebohkan dengan adanya aksi geng Nero yang begitu brutal
melakukan kekerasan kepada sesama remaja. Ironisnya, pelaku dari
geng tersebut adalah remaja putri.
Sungguh sangat memprihatinkan jika hal tersebut terus terjadi. Hal
seperti diatas adalah sedikit gambaran tentang kondisi remaja
sekarang.Padahal kita tahu, bahwa remaja adalah cikal bakal penerus
bangsa. Jika remaja di negara kita melakukan tindakan seperti itu,
tentunya bangsa ini akan segera runtuh. Lalu yang menjadi pertanyaan
adalah mengapa remaja bisa terlibat dalam kenakalan remaja? Apa
yang melatarbelakangi hal itu semua? Sebelum menjawab hal tersebut,
kita sebaiknya mengetahui tentang dunia
remaja.
Remaja yang dalam bahasa aslinya
“adolescence” berasal dari bahasa latin
adolescere yang berarti “ tumbuh atau tumbuh
untuk mencapai kematangan”. Menurut Piaget
(Hurlock,1991) yang dikutip oleh Mohammad
Ali dalam bukunya Psikologi Remaja
Perkembangan Peserta Didik mengatakan
bahwa secara psikologis, remaja adalah suatu
usia dimana individu menjadi terintegrasi ke
dalam masyarakat dewasa, suatu usia di mana
anak tidak merasa bahwa dirinya berada di
bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan
merasa sama, atau paling tidak sejajar.
Remaja sebenarnya tidak memiliki tempat jelas. Mereka bukan lagi
termasuk golongan anak-anak, tetapi juga belum juga diterima secara
penuh untuk masuk kedalam golongan orang dewasa. Seringkali kita
kenal bahwa masa remaja adalah masa “mencari jati diri” atau masa
”topan dan badai”, mereka belum mampu mengusai dan memfungsikan
secara maksimal fungsi fisik dan psikisnya. Pada umumnya remaja
memiliki rasa ingin tahu yang besar, hali itu mendorong remaja untuk
berpetualang, menjelajah sesuatu, mencoba sesuatu yang belum
dialaminya. Mereka sering mengkhayal, dan merasa gelisah, serta
berani melakukan pertentangan jika dirinya merasa disepelekan atau
tidak dianggap. Untuk itu mereka memerlukan keteladanan, konsistensi,
serta komunikasi yang tulus dan empatik dari orang dewasa. Jika
keinginan tersebut mendapatkan bimbingan dan penyaluran yang baik,
maka akan menghasilkan kreatifitas yang bermanfaat. Jika tidak,
dikhawatirkan dapat menjurus kepada hal negatif (kenakalan
remaja).Seringkali mereka melakukan perbuatan menurut normanya
sendiri karena terlalu banyak menyaksikan ketidakkonsistenan yang
dilakukan oleh orang dewasa/orang tua di masyarakat. Apa yang
dikatakan orang dewasa ternyata tidak sesuai dengan fakta di lapangan.
Hal seperti diatas merupakan pemicu mengapa remaja melakukan hal-
hal sesuai dengan normanya sendiri, bahkan mereka tidak
memperdulikan norma-norma yang berlaku di masyarakat bahkan
agama.
Kenakalan remaja biasa disebut dengan istilah Juvenile berasal dari
bahasa Latin juvenilis, yang artinya anak-anak, anak muda, ciri
karakteristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada periode remaja,
sedangkan delinquent berasal dari bahasa latin “delinquere” yang
berarti terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya
menjadi jahat, nakal, anti sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat
ribut, pengacau peneror, durjana dan lain sebagainya. Juvenile
delinquency atau kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau
kenakalan anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial
pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk
pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk perilaku
yang menyimpang. Istilah kenakalan remaja mengacu pada suatu
rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial
sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal.(Kartono, 2003).
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
kecenderungan kenakalan remaja adalah kecenderungan remaja untuk
melakukan tindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan
kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang
lain. Kenakalan remaja merupakan salah satu bentuk penyimpangan
yang dilakukan remaja karena tidak sesuai dengan kebiasaan, tata
aturan, dan norma sosial yang berlaku.
Bentuk-bentuk kenakalan remaja antara lain : bolos sekolah, merokok,
berkelahi / tawuran, menonton film porno, minum minuman keras, seks
diluar nikah,menyalahgunakan narkotika, mencuri, memperkosa,
berjudi, membunuh,kebut-kebutan dan banyak lagi yang lain.
Dari beberapa referensi yang saya baca bahwa hal yang menjadi pemicu
dan mempengaruhi timbulnya kenakalan remaja antara lain :
Pengaruh teman sebaya¬
Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan adalah merupakan satu
bentuk prestasi tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi nilai
mereka di mata teman-temannya. Remaja lebih banyak bergaul dan
menghabiskan waktu dengan teman sebayanya. Jika remaja mempunyai
masalah pribadi atau masalah dengan orang tuanya, maka ia akan lebih
sering membicarakan dengan teman-temannya karena mereka merasa
lebih nyaman berbagi dengan teman dibanding dengan keluarga. Teman
sebaya merupakan faktor penting dalam mengatasi perubahan dan
permasalahan yang mereka hadapi. Pengaruh teman sangatlah besar
dalam pembentukan watak dan kepribadian remaja, karena remaja akan
cenderung bersikap sesuai dengan teman sebayanya atau kelompoknya.
Proses keluarga¬
Faktor keluarga sangat berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan
remaja. Kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian
orangtua terhadap aktivitas anak, kurangnya penerapan disiplin yang
efektif, kurangnya kasih sayang orangtua dapat menjadi pemicu
timbulnya kenakalan remaja. Pengawasan orangtua yang tidak
memadai terhadap keberadaan remaja dan penerapan disiplin yang
tidak efektif dan tidak sesuai merupakan faktor keluarga yang penting
dalam menentukan munculnya kenakalan remaja. Perselisihan dalam
keluarga atau stress yang dialami keluarga juga berhubungan dengan
kenakalan. Pola pengasuhan anak juga berpengaruh besar, anak yang
nakal kebanyakan berasal dari keluarga yang menganut pola menolak
karena mereka selalu curiga terhadap orang lain dan menentang
kekuasaan.(Dwi Narwoko,2007:p.94)
Media Massa¬
Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam waktu
singkat, informasi tentang peristiwa-peristiwa, pesan, pendapat, berita,
ilmu pengetahuan dan lain sebagainya dengan mudah diterima. Oleh
karena itu media massa seperti surat kabar, TV, film, majalah
mempunyai peranan penting dalam proses transformasi nilai-nilai dan
norma-norma baru terhadap remaja. Mereka akan cenderung mencoba
dan meniru apa yang dilihat dan ditontonnya. Tayangan adegan
kekerasan dan adegan yang menjurus ke pornografi, ditengarai sebagai
penyulut perilaku agresif remaja, dan menyebabkan terjadinya
pergeseran moral pergaulan, serta meningkatkan terjadinya berbagai
pelanggaran norma susila. (Dwi Narwoko,2007:p.96)
Untuk membentengi diri dari pengaruh diatas agar kita tidak ikut andil
dalam kenakalan remaja maka hendaknya kita melakukan upaya
pencegahan. Dari kita sendiri, kita harus meningkatkan dan
membangun kehidupan iman sesuai dengan agama dan keyakinan yang
kita anut, artinya kita harus sungguh-sungguh menjalankan ajaran-
ajaran dan perintah agama dengan baik. Dari segi orang tua harus
membimbing, membina, dan mengarahkan kehidupan keagamaan
anaknya sejak dini.
Untuk menumbuhkan moral remaja menurut Blatt dan Kohlberg yang
dikutip oleh Muhammad al-Mighwar dalam jurnal psikologi remaja
mengajukan konsep konflik-kognitif: Caranya para remaja di bentuk
menjadi berbagai kelompok yang masing-masing terdiri dari sepuluh
orang. Mereka diberi tema-tema dilema moral yang bisa menciptakan
konflik kognitif kemudian di aktifkan untuk berdiskusi secara tebuka.
Seorang guru mendukung kelompok tertentu kemudian mendukung
argumentasi kelompok lain secara bergiliran hingga terjadi konflik.
Dengan begitu para remaja diuji untuk mengetahui sejauh mana
perkembangan dan konsistensi moralnya.
Dari paparan di atas penulis menyimpulkan bahwa kenakalan remaja
merupakan problemetika yang pelu diperhatikan dan ditanggulangi
dengan serius, karena remaja adalah generasi penerus bangsa. Masa
depan bangsa ini berada di tangan mereka semua. Sejak dini mereka
perlu diberikan pondasi iman yang kuat, serta dibesarkan di lingkungan
yang baik.
Berikut wbw berikan beberapa tips untuk mengatasi dan mencegah kenakalan remaja,
yaitu:

- Perlunya kasih sayang dan perhatian dari orang tua dalam hal apapun.

- Adanya pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang. contohnya: kita boleh
saja membiarkan dia melakukan apa saja yang masih sewajarnya, dan apabila
menurut pengawasan kita dia telah melewati batas yang sewajarnya, kita sebagai
orangtua perlu memberitahu dia dampak dan akibat yang harus ditanggungnya bila
dia terus melakukan hal yang sudah melewati batas tersebut.

- Biarkanlah dia bergaul dengan teman yang sebaya, yang hanya beda umur 2 atau 3
tahun baik lebih tua darinya. Karena apabila kita membiarkan dia bergaul dengan
teman main yang sangat tidak sebaya dengannya, yang gaya hidupnya sudah pasti
berbeda, maka dia pun bisa terbawa gaya hidup yang mungkin seharusnya belum
perlu dia jalani.

- Pengawasan yang perlu dan intensif terhadap media komunikasi seperti tv, internet,
radio, handphone, dll.

- Perlunya bimbingan kepribadian di sekolah, karena disanalah tempat anak lebih


banyak menghabiskan waktunya selain di rumah.

- Perlunya pembelanjaran agama yang dilakukan sejak dini, seperti beribadah dan
mengunjungi tempat ibadah sesuai dengan iman kepercayaannya.

- Kita perlu mendukung hobi yang dia inginkan selama itu masih positif untuk dia.
Jangan pernah kita mencegah hobinya maupun kesempatan dia mengembangkan
bakat yang dia sukai selama bersifat Positif. Karena dengan melarangnya dapat
menggangu kepribadian dan kepercayaan dirinya.

- Anda sebagai orang tua harus menjadi tempat CURHAT yang nyaman untuk anak
anda, sehingga anda dapat membimbing dia ketika ia sedang menghadapi masalah.

Read more: Kenakalan Remaja, Faktor Penyebab dan Tips Menghadapinya |


Blog.Wahyu-Winoto.Com http://blog.wahyu-winoto.com/2010/05/kenakalan-remaja-
faktor-penyebab-dan.html#ixzz1N4QrjUGA
KENAKALAN PELAJAR (Dipengaruhi Oleh Sistem Sekolah Dan Keluarga)
KENAKALAN PELAJAR

(Dipengaruhi Oleh Sistem Sekolah Dan Keluarga)

Buku ini mengangkat masalah remaja yang


berada pada masa transisi baik perubahan fisik yang berhubungan dengan tubuh dan
kematangan alat reproduksi, maupun perubahan psikologi dan mental yang
berhubungan dengan perilaku dan kepribadian, serta perubahan social yang
berhubungan dengan cara bergaul dengan lingkungan di luar keluarga.
WHO: 54 Persen Kematian Balita Disebabkan Kurang Gizi
Kamis, 29 Juli 2010 13:10
0 Komentar

54 Persen Kematian Balita Disebabkan Kurang Gizi

Medan, KABARSUMUT.com - Berdasarkan data World Health Organisation


(WHO), sebuah badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menangani bidang
kesehatan bahwa 54 persen pemicu kematian bayi maupun Balita di seluruh dunia
disebabkan karena kurangnya asupan gizi. Hal itu dikemukakan Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara (Provsu) Dr Candra Syafei SpOG pada Safari
Jurnalistik Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat Sesi IV dengan tuan rumah
PWI Cabang Sumut di Hotel Garuda Plaza, Medan, Rabu (28/7) tadi sore.

Menurut Candra, melihat angka kematian bayi yang masih tergolong tinggi itu
menjadi kewajiban semua pihak untuk serius menangani persoalannya. Tidak hanya
peran pemerintah di sisi leading sektor tapi juga peran swasta sebagai pendukung
serta adanya kesadaran masyarakat yang tinggi.

"Akibat-akibat dari dampak kurang gizi terutama ketika seorang ibu sedang hamil
dan setelah bayi lahir akan sangat membahayakan masa depan anak. Selain berakibat
pada cacad atau lemah fisik, tapi juga akan melemahkan fungsi otak sehingga anak
menjadi bodoh," ungkapnya.

Dia menjelaskan, Provinsi Sumatera Utara, upaya atau langkah-langkah yang


ditempuh pemerintah daerah untuk mengatasi masalah kekurangan gizi hingga kini
terus bergulir dan berproses menuju peningkatan yang lebih baik sejalan visi misi
Gubsu agar rakyat tidak sakit.

"Melalui langkah-langkah yang dilakukan Pemprovsu dengan melibatkan


stakeholder, hingga tahun 2010 capaian jumlah Balita gizi kurang terus mengalami
penurunan. Jika untuk rata-rata nasional berada pada kisaran 18,4 persen, Sumut telah
berhasil menurunkannya hingga berada di bawah 15 persen," paparnya.

Hal tersebut, tidak terlepas dari kebijakan teknis yang dilakukan melalui upaya
komprehensif dengan sasaran prioritas pada ibu hamil, ibu bersalin, bayi 0-6 bulan,
anak 6-24 bulan dan anak usia 2-5 tahun. Kemudian menerapkan standar pemberian
makanan bagi bayi dan anak serta meneruskan suplementasi gizi pada Balita, remaja,
ibu hamil dan ibu nifas.

"Sementara dari sisi strategi operasional dilakukan peningkatan kinerja Posyandu


melalui kerjasama lintas sektor dan program untuk penyediaan dukungan operasional,
peningkatan kapasitas kader serta dukungan sarana prasarana," jelasnya.

Dia menambahkan, meningkatkan cakupan pemberian air susu ibu (ASI) ekslusif,
pemberian makanan tambahan, serta meningkatkan kapasitas masyarakat, Puskesmas
dan rumah sakit. Selain itu, juga melakukan pelayanan gizi pada ibu hamil berupa
pemberian tablet Fe, bubuk tabur gizi dan skrining yang terintegrasi dengan
pelayanan kesehatan ibu.

"Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menggunakan garam beryodium dan


pemenuhan terhadap obat gizi, serta penguatan surveilen gizi di kabupaten/kota
dilaksanakan dengan meningkatkan kapasitas petugas melalui pelatihan, orientasi dan
fasilitasi teknis terpadu," tuturnya.

Dia juga menambahkan, khusus dalam penanggulangan masalah gizi, pemerintah


provinsi Sumatera Utara juga melakukan penanganan yang serius. Bagi pasien gizi
buruk dilakukan tindakan rawat inap dan rawat jalan. Sementara untuk penanganan
gizi kurang dilakukan pemberian makanan tambahan sampai benar-benar pulih.
Sedangkan langkah pencegahan dilakukan pemantauan rutin di Posyandu.(z)
Baru satu hari dirawat di rumah sakit, seorang bayi penderita kurang
gizi, Saefulloh Ramdhani (6 Bulan) dibiarkan terlantar di rumahnya di blok
Kagok Desa Gabus Kulon Kec. Gabus Wetan Kab. Indramayu
Orang tua bayi, Nurmala Dewi (16 Tahun), mengaku terpaksa
membawa pulang bayinya lantaran tidak memiliki biaya perawatan. Pihak
Rumah Sakit menyatakan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM)
DIANGGAP TIDAK BERLAKU, karena tidak dilampiri Kartu Tanda Penduduk
(KTP) milik ibu bayi sehingga Saefulloh harus dirawat dengan biaya umum.
Ditemui di rumahnya, Dewi mengatakan sejak 3 (tiga) minggu terakhir
anaknya mengalami panas tinggi disusul dehidrasi berat. Karena khawatir,
Dewi lalu membawa Saefulloh ke bidan desa dan Puskesmas setempat. Atas
saran bidan dan dokter Puskesmas, Dewi lalu membawa anaknya ke RSUD
Pantura M.A. Sentot Patrol Kabupaten Indramayu
Di RSUD M. A. Sentot Saefulloh kemudian dirawat di ruang kelas 3
(tiga) dengan menggunakan fasilitas SKTM, namun selang sehari dirawat,
pihak rumah sakit malah mempermasalahkan SKTM yang dibawa Dewi dan
menyatakan tidak berlaku. “Saya dipaksa masuk pasien umum sehingga
kehilangan hak sebagai warga miskin untuk memperoleh pengobatan gratis”.
Tukas Dewi
Karena protes keluarga menyoal tidak berlakunya SKTM tidak
digubris pihak rumah sakit, Dewi memutuskan untuk membawa pulang
anaknya dengan alasan tidak memiliki biaya untuk perawatan. Melalui salah
seorang kerabatnya, Bambang Adi Sutrisno (23 Tahun), bayi Saefulloh
kemudian dibawa pulang. Sebelum pulang, Bambang mengaku membayar
biaya perawatan selama satu hari kepada Rumah Sakit Rp 1,1 juta. Menurut
Bambang uang tersebut merupakan hasil pinjaman dari seseorang.
“Saat itu sebenarnya saya meminta meminta waktu kepada petugas
SKTM di Rumah sakit untuk menunda kekurangan administrasi karena
perkantoran libur. Tapi mereka (petugas) keukeuh dan memaksa agar
Saefulloh masuk dalam kelompok pasien umum dengan biaya yang sangat
besar”. Ujar Bambang
Kasus “diusirnya” bayi penderita kurang gizi mengejutkan Direktur
RSUD M. A. Sentot, dr. Deden Boni Koswara. Ketika dikonfirmasi, Deden
membantah keras bahwa pihaknya mengusir Saefulloh karena alasan
kelengkapan administrasi SKTM. Ia juga membantah pihak rumah sakit
meminta pulang Saefulloh, apalagi memaksa orang tua bayi malang itu untuk
pindah menjadi pasien umum.
MILIKI STANDAR
Menurut Deden, petugas dibagian SKTM sebenarnya menyarankan
agar Saefulloh tetap dalam perawatan dokter, sementara administrasinya
menyusul kemudian, “Seharusnya bayi tetap dirawat, sedangkan mengenai
kelengkapan dokumen bisa diurus pada saat perkantoran buka. Jadi kami
sama sekali tidak pernah mengusir apalagi memaksa untuk pindah ke pasien
umum”. Tegas Deden
Ditambahkan Deden, pihak rumah sakit sebenarnya memiliki standar
baku prosedur penggunaan SKTM bagi warga miskin. Yakni, warga miskin
yang dirawat diberikan kesempatan 2x24 jam untuk melengkapi kekurangan
administrasinya.
Namun jika terkendala waktu, pihak rumah sakit juga tetap
memberikan kelonggaran dan tidak meminta warga miskin untuk masuk
dalam pasien umum. Menanggapi kasus Saefulloh, Deden kemudian
memerintahkan stafnya menjemput kembali bayi penderita gizi kurang untuk
kembali dirawat di RSUD M. A. Sentot.
Dengan menggnakan ambulan, Saefulloh didampingi ibunya tiba di
RSUD M. A. Sentot dan menempati bangsal perawatan kelas 3 (tiga). “Dari
hasil diagnosa kami, Saefulloh menderita KEP (Kekurangan Energi Protein)
tingkat II sehingga diperlukan perawatan insentif. Beratnya pun tidak normal
untuk bayi seusia dia”. Ujar Deden (Hendra Sumiarsa/ “KC”)

You might also like