You are on page 1of 1

A.

Latar Belakang
Indikator dalam mengukur derajat kesehatan masyarakat diantaranya adalah Angka Kematian
Ibu dan Angka Kematian Bayi. Hal ini disebabkan karena ibu dan bayi merupakan kelompok
yang mempunyai tingkat kerentanan yang besar terhadap penyakit dan kematian. Dalam rencana
Strategi Nasional Making Pregnancy Safer, target dari dampak kesehatan untuk bayi baru lahir
adalah menurunkan angka kematian neonatal dari 25 per 1000 kelahiran hidup (tahun 1997)
menjadi 15 per 1000 kelahiran hidup. Hasil SKRT 2001 (Survei Kesehatan Rumah Tangga) di
Indonesia kematian neonatal kelompok umur 8-28 hari tertinggi adalah infeksi sebesar 57,1%
(termasuk tetanus, sepsis, pneumonia, diare), proporsi kematian karena tetanus neonatorum yaitu
9,5% (Depkes RI, 2003).
Berdasarkan hasil laporan bulanan kesehatan ibu dan anak (LB3–KIA) di kabupaten Pidie,
selama tahun 2010 jumlah kasus kematian maupun kesakitan akibat tetanus neonatorum yaitu 5
kasus, sedangkan pada periode Januari hingga Desember 2009 ada 2 kasus. Dilihat dari hasil
laporan Imunisasi periode Januari sampai dengan Oktober 2010, Puskesmas Kembang Tanjong
cakupan Imunisasi TT1 sebesar 17,83%, TT2 sebesar 83,09%, TT3 sebesar 7,13%, TT4 sebesar
0%, TT5 sebesar 0% dengan sasaran ibu hamil 3365 jiwa, maka cakupan Puskesmas Kembang
Tanjong masih rendah (Subdin P2P Dinkes X, 2010).
Penyakit Tetanus adalah penyakit menular yang tidak ditularkan dari manusia ke manusia secara
langsung. Penyebabnya adalah sejenis kuman yang dinamakan Clostridium Tetani, kuman ini
terutama spora atau bijinya banyak berada di lingkungan. Basilus Clostridium Tetani, tersebar
luas di tanah dalam bentuk spora, binatang seperti kuda dan kerbau bertindak sebagai harbour
atau persinggahan sementara. Kumantetanus dalam kehidupannya tidak memerlukan/kurang
oksigen (anaerob). Tetanus timbul akibat masuknya spora Clostridium Tetani masuk lewat
pertahanan alamiah tubuh, seperti kulit, mukosa, sebagian besar lewat luka tusuk, luka bakar
kotor, patah tulang terbuka dan tali pusat (Achmadi. U.F, 2009). MeskipunTetanus Neonatorum
terbukti sebagai salah satu penyebab kesakitan dan kematian neonatal, sesungguhnya dapat
dicegah, pencegahan yang dilakukan diantaranya adalah pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid
(TT) serta perawatan tali pusat yang memenuhi syarat kesehatan. Imunisasi TT seharusnya
diperoleh wanita usia subur sebanyak 5 kali, kenyataannya masih belum optimal, hal ini
dipengaruhi faktor perilaku (Behavior Clauses) manusia dari tingkat kesehatan, ditentukan oleh
pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi orang/masyarakat yang bersangkutan disamping
lingkungan fisik, ketersediaan fasilitas, (sarana-sarana kesehatan) sikap dan perilaku para
petugas kesehatan (Notoadmodjo, S. 2003).
Dengan adanya kejadian kasus TN (Tetanus Neonatorum), tahun 2009 sebanyak 5 kasus dan
tahun 2010 sebanyak 1 kasus di kabupaten Pidie, khususnya di desa (Meunasah Krueng),
merupakan masalah yang sangat kompleks. Data sensus penduduk kabupaten Pidie tahun 2000,
rata-rata pendidikan sangat rendah yaitu 354.208 jiwa tidak tamat SD, tamat SD sebanyak
198.458 jiwa (BPS dengan Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Pidie, 2010), sehingga
informasi tentang Imunisasi Tetanus Toksoid sangat terbatas.
Oleh karena itu dengan adanya kasus Tetanus Neonatorum (TN) di kabupaten Pidie, serta
cakupan Imunisasi di Puskesmas X periode Januari sampai dengan Oktober 2010 yang rendah,
maka penulis ingin meneliti mengenai hubungan pengetahuan tentang Imunisasi TT dengan
status Imunisasi TT di daerah Puskesmas Kembang Tanjong.

You might also like