You are on page 1of 17

A.

PENGERTIAN KELOMPOK

Tidak ada pengertian universal tentang definisi kelompok. Tetapi, semua


kelompok harus memiliki 3 karakteristik secara umum, yaitu:

1. Sebuah kelompok adalah unit sosial dari dua atau lebih anggota yang terikat dalam
suatu lingkup waktu tertentu dan saling berinteraksi satu dengan yang lain. Dalam
kelompok kerja, interaksi ini sering terjadi dalam basis tatap muka, meski beberapa
kelompok terpisah secara geografi dan hanya berinteraksi melalui surat atau
percakapan di telepon.
2. Anggota-anggota dalam kelompok tergantung satu dengan yang lainnya. Dalam
berpendapat, setiap anggota menyadari bahwa mereka membutuhkan satu dengan
yang lain. Dalam lingkungan kerja, setiap orang menyadari bahwa pekerjaan tidak
dapat dikerjakan tanpa bantuan orang lain.
3. Anggota dari kelompok menerima kebanggaan dari perkumpulan mereka. Jika hal ini
tidak mereka dapatkan, mereka akan meminta untuk dipindahkan ke divisi lain atau
akan berhenti dari pekerjaan mereka.

Tipe-tipe kelompok dibedakan menjadi:

1. Functional Group
Functional group terdiri dari orang-orang yang melakukan suatu tugas yang sama.
Contoh-contoh dari functional group dalam lingkungan kerja seperti marketing,
production, dan finance. Pada bagian marketing sendiri masih terbagi atas kelompok
publikasi dan kelompok personal selling. Semua itu dirancang sedemikian rupa oleh
perusahaan dengan tujuan untuk promosi yang efisien.
2. Cross-Functional Group
Cross-Functional Group terdiri dari orang-orang dari dua atau lebih ruang lingkup
fungsional. Contohnya dalam desain dan membawa produk baru ke penjualan dan
memastikan semua itu berjalan berkesinambungan, perusahaan biasanya memakai
kemampuan dari cross-functional group yang anggota-anggotanya berasala dari ruang
lingkup yang berbeda.
3. Project Group
Project group terdiri dari orang-orang dari ruang lingkup dan latar belakang yang
berbeda. Tujuan dari kelompok ini adalah untuk mendapat hasil yang objektif dengan
optimalisasi waktu, biaya dan kualitas, setelah selesai maka anggota-anggota dari
kelompok ini kembali ke departemen masing-masing. Dalam kelompok ini terjadi
penggabungan kemampuan dari tiap anggota untuk mencapai tujuan dari proyek.
Contohnya yaitu pada pembangunan gedung pencakar langit dan pembangunan
jembatan.
4. Virtual Group
Virtual Group adalah kelompok yang bertemu tanpa semua anggota harus berada di
lokasi yang sama pada waktu yang sama pula. Beberapa cara untuk bertemu misalnya
melalui video conference, email, dan conference call.
Contohnya: perusahaan dengan R&D groups dapat bekerja sepanjang hari. Saat
pekerjaan sudah selesai, group desain di Jerman akan mengirikan hasil pekerjaannya
ke Amerika Serikat. Lalu dari Amerika Serikat akan dikirim lagi ke perusahaan R&D
di Jepang.
5. Interest-Friendship Group
Interest-Friendship Group dibentuk dengan basis dari kesamaan kepercayaan, atau
aktivitas. Contohnya: orang-orang yang sudah lama dalam sebuah organisasi
cenderung mempunyai banyak kontak dan mereka sering bertanya pada orang-orang
dari departemen yang lain untuk mempercepat proses atau membuat prioritas pada
pekerjaan mereka.

B. TAHAP-TAHAP PENGEMBANGAN KELOMPOK


1. Forming
Tahap forming pada pengembangan kelompok dikarakteristikan dari hasil untuk
mengindetifikasi apa yang perlu dilakukan dari sebuah kelompok dan bagaimana
semua itu dimulai. Pada tahap ini, anggota-anggota kelompok mengembangkan
interaksi; melihat ke dalam nilai, kepercayaan, dan sikap; dan mulai bekerja sesuai
dengan ekspetasi setiap anggota. Contohnya:
a. Setiap anggota bersikap sangat sopan
b. Setiap orang diam dan sedikit berkontribusi dalam diskusi kelompok untuk
mencoba menentukan ke mana mereka akan mencocokan skema-skema masalah.
c. Beberapa hasil dibuat oleh anggota-anggota untuk mempererat hubungan dan
pandangan masing-masing.
d. Hasil awal dibuat untuk menghimpun kekuatan dan membangun pengaruh di
dalam sebuah kelompok.
Pada tahap ini terjadi pengklarifikasian pandangan dan mencari kesamaan untuk
mengerti satu dengan yang lain.

2. Storming
Tahap storming dikarakteristikan dari konfrontasi, bertanya tentang arah kelompok
dan perkembangan, dan resistensi terhadap tugas.Pada tahap ini setiap anggota
kelompok percaya bahwa diperlukan memegang kendali, dan sering diartikan bahwa
tujuan dari kelompok sudah mulai melenceng dan terjadi pengurangan focus dan arah.
Contoh dari sikap kelompok pada tahap ini yaitu:
a. Beberapa anggota bertanya tentang perkembangan kelompok dan berkeingina
agar ketua kelompok menggunakan pendekatan langsung agar tujuan kelompok
tercapai.
b. Beberapa anggota bertanya tentang tujuan dari kelompok. Tugas, dan prosedur
dan ingin melihat perubahan.
c. Beberapa orang terlihat depresi karena tugas kelompok terlihat semakin sulit
daripada sebelumnya, dan setiap anggota mulai meragukan kemampuan
kelompok untuk mencapai kesuksesan.
Sikap ini mendorong kelomppok untuk berpikir kembali tentang pendekatan,
membuat perubahan, dan meneruskan pekerjaan. Dalam pendiskusian masalah, ketua
kelompok biasanya menghabiskan waktu yang lama untuk mendengar tantangan dan
complain dan dengan sabar merespon.

3. Norming
Tahap norming pada pengembangan kelompok dikarakteristikan dari persetujuan
sesuai dengan tanggung jawab dari tiap anggota, rasa untuk bekerja sama, dan
keinginan untuk mencapai tujuan kelompok. Kelompok yang mencapai tahap ini
mengetahui bagaimana untuk bekerja sebagai sebuah tim dan fokusnya pada
pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
Contoh dari sikap kelompok pada tahap ini termasuk:
a. Manajemen konflik secara efektif dari ketua kelompok dan anggota-anggota yang
lain.
b. Identifikasi secara jelas dan prioritas masalah dan rencana tindakan untuk
menyelesaikannya.
c. Keinginan dari setiap anggota untuk menerima tanggung jawab dan mengerjakan
tugas mereka.
d. Interaksi anggota secara efektif meningkatan frekuensi pertemuan yang efektif.
Pada tahap ini, anggota kelompok mulai mengembangkan kemampuan negosiasi,
kemampuan bernasehat, dan kemampuan untuk menyeimbangkan perbedaan dan
persamaan.

4. Performing
Tahap performing pada pengembangan kelompok dikarakteristikan dari keterbukaan
dan kolaborasi di antara anggota-anggota kelompok dan kemauan setiap anggota
untuk memperhatikan kinerja dan membuat perubahan yang diperlukan. Pada tahap
ini, kelompok berfungsi secara efektif pada individual maupun kelompok.
Contoh:
a. Keterbukaan pada masalah dan solusi
b. Kerja sama pada bagian dari semua anggota.
c. Penggunaan secara luas dari pengenalan dan pujian oleh anggota kelompok.
d. Integrasi secara personal dan tujuan kelompok.
Sebagai hasilnya, rasa untuk percaya muncul di antara setiap anggota kelompok dan
setiap orang bersikap positif dan produktif. Tidak semua kelompok dapat mencapai
tahap keempat ini. Bagi yang telah mencapai tahap ini, belajar bagaimana untuk
mendapat keseimbangan yang diperlukan antara kelompok dan individu dan menjadi
lebih toleransi yang menjadikan kelompok untuk mencapai tingkatan yang lebih
tinggi.

C. KARAKTERISTIK KELOMPOK

Semua kelompok memiliki karakteristik tertentu. Beberapa karakteristik yang


penting adalah peran, norma, status, cohesiveness, dan ukuran kelompok.

1. Peran (Role)
Peran adalah tindakan yang ditampilkan atau diharapkan. Di beberapa
organisasi, job descriptions menyediakan landasan dasar untuk menetapkan peran
seseorang. Walaupun deskripsi ini tidak meliputi semua hal dari pekerjaan
tersebut namun ini akan memberikan seseorang cukup informasi untuk memulai
melakukan pekerjaan.
Salah satu masalah serius terkait dengan job description adalah ketika
suatu pekerjaan tidak jelas baik karena job description-nya samar atau karena
tidak ada deskripsi spesifik yang tertulis secara jelas untuk pekerjaan tersebut.
Kita biasa menyebut hal ini dengan role ambiguity. Cara efektif untuk mencegah
role ambiguity adalah dengan memiliki job description yang jelas dan
digambarkan secara detail apa tanggung jawab dari pekerjaan tersebut dan tugas
dari masing-masing posisi atau jabatan.
Masalah kedua yang sering terjadi adalah role conflict. Ini terjadi karena
seseorang menghadapi situasi dimana dia menanggung dua peran dan kinerja
yang satu mengahalangi yang lain.

2. Norma (Norm)

Norma adalah aturan-aturan yang menggambarkan tindakan-tindakan yang


seharusnya diambil oleh anggota kelompok. Biasanya norma ini ruang lingkupnya
kecil dan berlaku hanya untuk kelompok tersebut.

Secara keseluruhan, kita dapat menyimpulkan tentang individu dan tingkat


kenyamanan mereka terhadap norma kelompok.

1. Orang dewasa cenderung kurang patuh daripada anak-anak.


2. Wanita, karena nilai budaya kita, cenderung lebih patuh daripada pria.
3. Orang berintelegensi tinggi cenderung kurang patuh daripada orang
berintelegensi rendah.
4. Jika semua anggota lain setuju terhadap sesuatu, orang yang tersisa biasanya
akan mengikuti anggota lainnya.
5. Jika seseorang di kelompok tidak setuju dengan yang lain tetapi menerima
dukungan salah satu dari mereka , orang tersebut akan sangat kecil
kemungkinannya untuk menyesuaikan.
6. Jika seseorang tidak mengerti apa yang terjadi, dia akan cenderung mengikuti
petunjuk dari anggota kelompok yang kelihatannya memiliki pengertian
tentang situasi yang dihadapi.

Jika ada individu yang tidak patuh terhadap norma mayor dari kelompok
akan tidak diakui keanggotaannya. Orang tersebut tidak diijinkan untuk
berpartisipasi di kegiatan kelompok dan ,di beberapa kasus, dikucilkan atau
mengalami berbagai bentuk pelecehan dari anggota yang lain.

Seorang pemimpin harus sadar tentang norma kelompok karena norma


kelompok memerankan peran penting dalam menentukan apa yang akan dan tidak
akan dilakukan oleh kelompok. Misalnya, jika norma dalam kelompok
mendorong produktivitas yang rendah maka pemimpin dapat mengembangkan
strategi baru dengan cara mempengaruhi kelompok untuk meningkatkan
produktivitas.

3. Status (status)

Status adalah suatu peringkat relatif dari individu di organisasi. Status


dapat diperoleh dengan berbagai cara.

Di lingkungan sekitar, Rockefeller memiliki status hanya dengan lahir


menjadi orang kaya dan keluarga yang mempunyai andil besar dalam lingkungan
social mereka. Di pekerjaan, seseorang dapat mendapatkan status melalui posisi
yang mereka raih. Misalnya, presiden dari organisasi memiliki status lebih tinggi
dari wakil presiden.

Orang lain mendapatkan status dari pekerjaan yang mereka lakukan.


Contoh, dalam suatu lembaga, advertising manager memiliki status lebih bagus
daripada purchasing manager.

Cara ketiga untuk mendapatkan status adalah dengan kepribadian.


Seseorang yang mudah bergaul dengan orang lain, mudah diajak kerja sama, dan
selalu mengatakan hal-hal yang baik lebih ditinggikan statusnya oleh anggota
kelompok yang lain dibandingkan dengan seseorang yang tidak bisa bekerja sama
dengan orang lain dikarenakan tidak ramah atau tidak menyenangkan.

Yang keempat yaitu dengan kompetensi kerja. Semakin baik seseorang


mengetahui pekerjaannya, semakin mungkin orang tersebut mendapatkan status
dari sesama anggota kelompok. Contohnya, di suatu kelompok yang memiliki
nilai produktifitas tinggi, individu yang berkontribusi paling besar akan dihargai
status tertinggi.

Di beberapa kelompok, kompetensi (apa yang orang dapat lakukan) adalah


yang terpenting namun di kelompok lain, job title (posisi yang dipegang orang
tersebut) adalah nilai terbaik dalam memperoleh status. Tiap kelompok memiliki
penentu nilai yang berbeda.

Untuk memahami secara penuh kepentingan dari status dalam kelompok,


penting untuk menyadari bahwa akan ada kemungkinan masalah status. Masalah
utama adalah inkongruensi status, yang terjadi ketika ada ketidakcocokan antara
status seseorang seharusnya dengan cara dia diperlakukan.

Permasalahan status yang kedua yaitu diskrepansi status, yang terjadi


ketika seseorang melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan status mereka di
kelompok. Misalnya, dalam suatu organisasi dimana ada perasaan tidak enak
antara pemimpin dan bawahan, anggota dari dua kelompok ini tidak berhubungan
dengan kelompok lainnya. Siapapun yang terlihat berteman dengan anggota
kelompok lain akan dianggap sebagai pengkhianat dan statusnya akan ditolak.
Jadi dapat kita simpulkan seperti ini: status diberikan kepada seseorang atas
berperilaku sesuai dengan harapan mereka yang membuat peringkat status
tersebut, dan kapan pun seseorang melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan
kategori ini, mereka sama saja dengan mengancam status mereka sendiri.

4. Kohesivitas (Cohesiveness)

Kedekatan atau atraksi interpersonal yang ada diantara anggota kelompok


dapat dikatakan kohesivitas. Jika kohesi tinggi, kepuasan anggota cenderung
tinggi, dan ada peningkatan kerjasama dalam kelompok. Sebaliknya, jika kohesi
rendah, sering ada ketidakpuasan dan anggota akan meninggalkan kelompok
tersebut. Akan tetapi, kohesivitas tidak menjamin produktivitas yang tinggi.

Kohesivitas kelompok menimbulkan dua tantangan utama kepada


manager. Yang pertama, manager perlu untuk berusaha lebih mendekati
kelompok yang produktifitasnya rendah untuk memotivasi mereka agar
meningkatkan norma atau nilai produktifitas mereka ke level yang dibentuk oleh
organisasi.

Yang kedua, manager harus melindungi kohesivitas kelompok yang


produktifitasnya tinggi. Perubahan di pekerjaan atau pemindahan orang ke dalam
atau keluar dari kelompok dapat mempengaruhi kohesi menjadi negative. Salah
satu contoh yang terkenal berkaitan dengan hal ini terdapat pada coal-mining
industry di Britania Raya, yang memperkenalkan teknologi dan prosedur baru ke
dalam pertambangan setelah Perang Dunia II. Sebelum perubahan, penambang
bekerja bersama dalam team,dan terdapat kohesi yang tinggi diantara kelompok
ini. Akan tetapi, teknologi baru mengacaukan aransemen ini. Dari yang awalnya
team kecil berubah menjadi besar dan merubah kohesifitas kelompok, dan
beberapa pekerjaan yang dulunya dilakukan oleh para penambang, sekarang
dilakukan oleh mesin. Pengaturan ini merusak kohesivitas kelompok, dan para
penambang mulai menurunkan produksi mereka. Sangat penting bagi perusahaan
untuk mereorganisasi beberapa sistem operasi mereka, kali ini, bagaimanapun,
untuk mengakomodasi penambang lebih baik.

Jelas, setiap organisasi perlu memikirkan antara teknologi dan manusia.


Jika terlalu menekankan pada teknologi , kohesifitas menurun dan produktifitas
ikut jatuh. Sebaliknya, jika manusia tidak dibantu dengan teknologi, maka
perusahaan akan rugi jika dibandingkan dengan perusahaan lain yang
menggunakan teknologi maju. Sebuah keseimbangan sangat diperlukan.

D. GROUP SIZE

Beberapa kelompok kerja ada yang cukup kecil (3 atau 4 orang), dimana lainnya
sangat besar (20 atau lebih). Penelitian membuktikan bahwa sebagaimana ukuran dari
suatu kelompok meningkat, cara para anggota berinteraksi pun berubah. Semakin besar
ukuran kelompok, waktu dan perhatian yang diberikan untuk membuat dan merawat
harmonisasi kelompok berkurang. Di kelompok yang besar, orang mulai lebih focus ke
menyelesaikan pekerjaan dan kurang peduli dengan bagaimana perasaan teman kerja
tentang aksi mereka.

Penelitian juga membuktikan bahwa ketika kelompok menjadi lebih besar,


turnover cenderung meningkat dan kepuasan cendurung menurun. Satu penjelasan yang
telah diajukan bahwa di dalam kelompok besar, orang kurang bisa untuk memenuhi
kebutuhan tingkat atas mereka, yang mana menjurus ke ketidakpuasan.

E. INTRAGROUP BEHAVIOR

Dua hal utama dalam kelompok yang menjadi perhatian utama bagi yang
mempelajari hubungan antar manusia: komunikasi dan pengambilan keputusan.

1. Komunikasi (communication)
Sistem social di kelompok untuk membantu mendikte cara bagaimana
informasi adalah pengertian dari komunikasi. Di kelompok yang kecil, seseorang
dapat memikul atau menerima lebih dari satu peran komunikasi. Di kelompok yang
besar, dua atau lebih orang dapat memikul atau menerima peran yang sama, ketika
yang lain tidak mempunyai peran yang spesifik. Lima peran umum tersebut adalah:
 The Opinion Leader bisa dianggap sebagai pemimpin tidak resmi dari
suatu kelompok. Orang ini biasanya lebih sering menerima informasi
penting daripada anggota lainnya dan yang paling bertanggung jawab
dalam menentukan tujuan dan aksi dari kelompok.
 The Gatekeeper mengatur aliran informasi ke anggota yang lain dari
kelompok. Jika gatekeeper memilih untuk tidak memberitahukan sesuatu
informasi, maka anggota lain akan kehilangan informasi karena the
gatekeeper adalah satu-satunya yang menyediakan informasi.
 The Liaison menghubungkan kelompok satu dengan kelompok lainnya.
Dia adalah sang contact person yang berkomunikasi dengan kelompok
laindan mendapatkan informasi dari mereka.
 The Isolate adalah orang yang dikucilkan oleh kelompok dan menerima
sangat sedikit informasi. Dia diperlakukan seperti orang luar, walaupun
dia anggota kelompok tersebut.
 The Follower adalah orang yang selalu mengikuti apapun pendapat
pemimpin kelompok. Dia adalah anggota yang loyal terhadap kelompok.
2. Pengambilan Keputusan (decision making)

Pengambilan keputusan di kelompok berhubungan dengan gaya,


pengambilan resiko, dan kreatifitas.

 Decision-Making Style
Ketika membuat keputusan, individu biasanya mempertunjukkan
gaya kepribadian seseorang yang mencerminkan bagaimana mereka
melihat apa yang terjadi diantara mereka dan bagaimana mereka
memproses informasi. Pengambilan keputusan ini ditentukan dari dua
dimensi: orientasi nilai dan toleransi ambiguitas. Dua orientasi ini, dengan
rendah dan tingginya dimensi masing-masing, menghasilkan empat
macam pengambilan keputusan –directive, analytical, conceptual, dan
behavioral.
Directive Style. Seseorang dengan gaya derivative memiliki
toleransi rendah untuk ambiguitas dan diorientasikan menuju tugas atau
masalah dan konsern teknikal di pengambilan keputusan mereka.
Analytical Style. Seorang analytical memiliki toleransi yang tinggi
terhadap ambiguitas dan tugas atau masalah yang kuat serta berorientasi
terhadap teknik.
Conceptual Style. Tipe ini memiliki toleransi tinggi untuk
ambiguitas dan untuk orang yang kuat serta konsern ke social.
Behavioral Style. Tipe ini memiliki toleransi yang rendah untuk
ambiguitas dan untuk orang yang kuat serta konsern di social.

 Risk Taking

Banyak penemuan penting yang tidak belum ditemukan dalam


resiko pengambilan keputusan dalam suatu kelompok. Pertama-tama ,
berkelompok akan lebih efektif daripada individu dalam pengambilan
keputusan. Contoh ketika menghadapi masalah yang ambigu,
berkelompok akan memunculkan banyak ide-ide dari informasi yang di
dapat dari anggota kelompok. Kedua, individual akan menyebabkan resiko
yang ditanggung lebih besar daripada berkelompok dalam pengambilan
keputusan biasa disebut risky-shift phenomenon. Tetapi dalam situasi
yang sama dimana individual yang berada dalam suatu kelompok juga
menanggung resiko yang lebih besar dalam kelompok. Hal ini dibuktikan
dengan questionaire mengenai “Experience Risk Taking”.

Penjelasan fenomena tersebut sebagai berikut :

1. Jika keputusan dibuktikan salah maka individu akan merasa sedikit


bersalah karena anggota yang terlibat juga menanggung kesalahan
tersebut.
2. Dalam kelompok diskusi, mengambil risiko orang cenderung lebih
berpengaruh daripada rekan-rekan konservatif mereka
3. Resiko adalah fungsi pengetahuan/ilmu. seseorang kurang tahu tentang
daerah tertentu atau masalah, risiko yang lebih besar ia menganggap
dalam mencoba untuk memperbaiki situasi. Karena kelompok berpikir
seringkali menyebabkan lebih dalam dalam mempertimbangkan .
4. mengambil resiko sosial diinginkan dalam budaya kita. Akibatnya,
individu dalam kelompok sering memilih tingkat risiko yang sama
dengan atau lebih besar dari rat-rata orang ambil.

Kita harus catat bagaimanapun kelompok tidak selalu mendorong


orang ubtk memilih resiko yang lebih besar. Terkadan mereka
memotivasi manager untuk lebih moderat dalam tujuannya.

 Creativity

Proses kreatif memiliki empat fase: preparation, incubation,


illumination, dan verification. Selama fase preparation, anggota kelompok
menyiapkan diri mereka untuk membuat keputusan. Selama fase
incubation, seseorang atau kelompok akan membiarkan alam bawah
sadarnya memikirkan masalah yang dihadapi. Tahap yang ketiga yaitu
illuminasi, dicirikan oleh realisasi kelompok dalam membuat keputusan
yang terbaik.Tahap yang keempat yaitu verifikasi, mengubah atau
menetapkan solusi akhir. Sering keputusan harus terhalang oleh masalah
kecil namun masih dapat dilaksanakan.

3. Brain Storming

Rata-rata anggota kelompok akan mengalami kesulitan untuk memacu kinerja


kelompoknya. Salah satu teknik yang sangat popular dan dapat dipakai untuk
menstimulat kemampuan berpikir kreatif adalah brainstorming. Sesi brainstorming
biasanya diawali dengan ketua kelompok menceritakan permasalahan yang perlu
dianalisis dan mendesak mereka agar dapat berpikir sekreatif dan seimaginatif mungkin.
Saat ada yang mengeluarkan ide, anggota yang lain terpacu untuk menambahkan atau
malah mengembangkan menjadi suatu ide baru. Cara ini dapat memacu setiap anggota
untuk mencari solusi terbaik untuk permasalahan. Dalam beberapa tahun terakhir ini,
penelitian mencoba cara brainstorming dengan media elektronik di mana orang
menggunakan komputer untuk berkomunikasi dan berbagi ide. Cara ini dilakukan untuk
menghasilkan pemikiran yang lebih kreatif. Cara ini mereduksi jumlah pertemuan
langsung sampai dengan 70%.

4. Left-Brain, Right-Brain Thinking

Beberapa tahun belakangan, penelitian lebih banyak difokuskan pada kreativitas


dan fungsi otak. Salah satunya adalah pada dominansi otak kiri atau dominansi otak
kanan. Otak kiri mengendalikan sisi tubuh bagian kanan dan sebaliknya otak kanan
mengendalikan sisi tubuh bagian kiri. Dominansi otak ini juga menentukan cara kerja
dari seseorang. Sebagai contohnya, orang-orang dengan dominansi otak kiri lebih
berpikir logis, rasional, detail, aktif, dan objektif. Di sisi lain, orang dengan dominasi
otak kanan lebih spontan, emosional, holistic, non-verbal, dan berpendekatan visual
terhadap sesuatu. Orang dengan dominansi otak kiri lebih menyukai pekerjaan yang rutin
atau pekerjaan yang memerlukan presisi, detail dan berulang-ulang. Sedangkan orang
dengan dominansi otak kanan menyukai pekerjaan yang tidak rutin atau suka mencari ide
dari hal-hal yang umum. Orang-orang dengan dominansi otak kiri kurang dapat berpikir
kreatif daripada orang dengan dominansi otak kanan. Beberapa perusahaan berusaha
untuk melatih agar setiap orang dapat menggunakan kedua belah otaknya.

F. INTERGROUP BEHAVIOR

Intergroup behavior adalah suatu interaksi antara 2 atau lebih dari beberapa
kelompok. Terkadang terjadi dalam satu departemen ataupun departemen lainnya. Dalam
suatu kejadian dan suatu alasan suatu koordinasi dibutuhkan untuk mencapai tujuan
organisasi.Tujuan intergroup behavior adalah untuk mencapai performa yang baik atau
tinggi dalam suatu departemen. Akan tetapi terkadang perlombaan kekuasaan atau
kekuatan berkembang diantar kelompok dan suatu pemecahan masalah dibutuhkan.

1. Mencapai Kinerja Tinggi Antargroup

Dalam hal ini bergantung dalam berbagai faktor. Pertama –tama setiap
kelompok harus tahu apa yang menjadi tujuan mereka dan tujuannya harus jelas.
Contoh, jika kelompok A dituntut gedung A, kelompok B bertanggung jawab atas
konstruksi B dan kelompok C bertugas untuk menggabungkan keduanya sebagai hasil
untuk penyelesaian produk maka A dan B harus berkoordinasi dengan C kapan harus
menghasilkan produk dan berapa jumlah yang harus dihasilkan agar hasilnya opimal.
Kedua, harus ada koordinasi dalam kelompok tersebut. Setiap kelompok mempunyai
peran yang vital dalam proses produksi. Ketiga, harus ada rencana jaga-jaga antara
kelompok. Maksudnya adalah apabila suatu kelompok menghadapi suatu masalah
sendiri. Sebagai contoh apabila kelompok A tertinggal kelompok yang lain disini
manager tahu dan segera melakukan pembenahan sebelum nasalah tersebut semakin
membesar dan tidak terkontrol. Jalan yang bisa diambil yaitu melalui monitoring
langsung ke lapangan ataupun membuat suatu hubungan atau koordinasi manager.
Jadi apabila kelompok A tertinggal akibat kehabisan bahan mentah , manager
langsung melakukan pengecekan terhadap departemen terkait untuk melihat bahan
apa yang dibutuhkan kelompok tersebut.

Seperti perencanaan dan hubungan kerja tadi dapat meningkatkan performa


Intergroup yang tinggi akan tetapi itu belum cukup karena bagaimanapun masalah
dapat membuat perkelahian satu kelompok dengan yang lain,sebuah kejadian yang
umum terjadi ketika perlombaan kekuatan/kekuasaan berkembang.

2. Perebutan kekuasaan

Perebutan kekuatan /kekuasaan dipengaruhi oleh semua aspek dan meskipun


hal ini dapat menjadi kerugian bagi efisiensi organisasi,namun tak akan pernah bisa
dipisahkan dari kebiasaan intergroup(intergroup behavior).

a. Menyediakan Pelayanan

Salah satu jalan yang paling umum dalam hal ini yaitu menyediakan
pelayanan kepada mereka yang mereka juga tidak dapat atau tidak akan
menyediakan bagi diri mereka sendiri. Contohnya banyak industri besar maupun
sedang disatukan atau diserikatkan(unionized). Untuk menyepakati dengan
anggota serikat, masing-masing perusahaan mempunyai industri hubungan
departmen yang bertugas menegosiasikan kontrak dengan anggota kesatuan.
Akan tetapi biasanya kontrak yang berjalan terkadang merugikan hak-hak anggota
serikat yang bekerja. Jadi kebanyakan departemen mencari departemen hubungan
industri untuk menjelaskan dan membantu menyelesaikan masalah yang timbul
berkaitan dengan hal tersebut atau isu-isu yang berkembang.

b. Penggabungan Kepentingan

Penggabungan kepentingan adalah hal kedua yang berkaitan langsung


dengan perebutan kekuatan/kekuasaan. Jika suatu kelompok mempunyai persn
dalam sebuah proses pengabungan kepentingan yang menyangkut kelompok
banyak, maka kelompok lainnya pun akan bergantung.

Berdasarkan pertimbangan kasus firma manufaktur yang khusus


memproduksi kekuatan alat-alat untuk industri. Proses memerlukan lima langkah
yaitu pembuatan(manufacture), penggabungan(assembly), pengecatan(painting),
inspeksi kualitas(quality inspection) dan pengemasan(packing). Enam komponen
utama dibuat dan dikirim ke salah satu kelompok assembly dan setiap yang
dikirim adalah produk yg identik. Kemudian dilanjutan ke kelompok pengecatan
lalu dikirim ke inspeksi kualitas untuk dilihat apakah pengecatan itu baik dan
produknya layak. Apabila lolos uji maka akan dilanjutkan ke nagian pengemasan
tapi apabila barang tersebut gagal maka akan diidentifikasi masalahnya. Dari sini
kita melihat bahwa inspeksi kualitas mempunyai peran yang sangat besar dalam
penggabungan kepentingan itu semua. Apabila orang-orang inspeksi kualitas
bergerak lambat maka akan merugikan semua organisasi dan sebaliknya.

c. Alokasi Dana

Yang ketiga adalah alokasi dana yang mana dalam perebutan


kekuatan/kekuasaan biasanya dalam tingkat departmen suka menaikkan
dana(budget). Ketika kondisi ekonomi baik dan rata-rata naik 10 persen, mereka
akan berani menaikkan 15 sampai 20 persen. Namun apabila penjualan mereka
tidak terlalu bagus dan budget dikurangi 10 persen maka mereka akan
mempertahankan alokasi mereka yang sebenarnya.

Salah satu jalan yang paling efektif dalam menyukseskan persaingan dana
adalah menunjukan management terbaik mereka bahwa departemen tersebut telah
menunjukan management terbaik mereka dibanding departemen lainnya.
Contohnya, kelomok manufaktur berargumen bahwa mereka telah mengurangi
ongkos produksi namun kualitas barang lebih baik dari sebelumnya. Sama halnya
ketika departemen pemasaran mengatakan bahwa penjualan dollar dari iklan naik
sehinnga budget harus dinaikkan dan lain-lain. Begitupun semua kelompok yang
ada di dalamnya. Jelas dengan begini akan ada pihak yang dirugikan. Contoh
manufaktur mendapat tambahan budget sekitar 20 persen, hal ini akan membuat
kelompok pemasaran dan keuangan tidak senang dan ketika kelompok marketing
mendapat tambahan budget juga akan membuat kelompok produksi dan keuangan
merasa tidak senang karena budget yang mereka butuhkan harus dialokasikan ke
kelompok yang lain.

Hal ini yang menyebabkan goal conflict yaitu dimana tujuan suatu
kelompok yang merupakan suatu kesatuan mencapai tujuannya namun merugikan
kelompok yang lain. Hal ini umum terjadi dalam persaingan kekuatan/kekuasaan.
Ditambah lagi dapat menyebakan kerugian terhadap kesejahteraan suatu
kelompok.

3. Penyelesaian Konflik

Manager yang cerdik peduli terhadap persaingan kekuatan/kekuasaan tapi


juga menyadari banyak cara yang dapat dilakukan utuk menghilangkan efek negatif
yang biasa disebut conflict resolution. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk
menyelesaikan konflik intergroup . Ada empat cara yang umum digunakan yaitu
konfrontasi, kolaborasi , kompromi dan mengubah struktur organisasi.

a. Konfrontasi

Konfrontasi meliputi pemecahan masalah secara langsung( empat mata).


Manager dapat menggunakan cara ini dengan memanggil masing-masing ketua
dari setiap kelompok untuk menyampaikan ketidakpuasannya dengan cepat dan
mudah. Setelah hal itu dilakukan biasanya manager akan mengatasinya dengan
cara memepererat kebersamaan diantara kelompok-kelompok lainnya seperti
menambah interaksi yang terjadi. Cara ini merupakan salah satu cara yang paling
efektif dalam menyelesaikan konflik dalam suatu kelompok.

b. Kolaborasi

Terkadang suatu tujuan tidak akan tercapai oleh satu atau dua kelompok
dimana semua yang terlibat belum terkait dengan baik. Hal ini yang disebut
dengan kolaborasi dimana dibutuhkan seluruh partisipasi seluruh pihak yang
terkait dengan baik.

c. Kompromi

Ketika masing-masing pihak menyerah, maka tidak ada kelompok yang


menang secara jelas. Disinilah terjadi kompromi. Maksudnya ketika ada sesuatu
yang telah dibicarakan sebelumnya akan hal situasi yang tidak jelas terjadi atau
situasi yang tidak diinginkan. Contohnya pegawai yang telat lima hari berturut-
turut tidak akan dipecat namun dalam perjanjiannya tidak akan dibayarkan
gajinya.

d. Mengubah Struktur Organisasi

Jika manager menemukan masalah yakni suatu kelompok yang tidak dapat
menjalankan tugasnya dengan kelompok lain secara bersama-sama dengan baik
namun akan menjadikan suatu masalah baru, manager dapat memutuskan untuk
mengubah struktur organisasi tersebut. Contoh, kelompok quality control tidak
cocok bekerja dengan kelompok lainnya, manager dapat memindahkan kelompok
quality control ke tempat lain yang tepat dan cocok buat mereka. Sehingga
mereka lebih senang dan nyaman dalam bekerja.
PERTANYAAN

1. Dalam kasus apa biasanya Power Struggles terjadi?


A. Confrontation
B. Compromise
C. Budget Allocation
D. Collaboration

2. Dalam hal apa biasanya penyelesaian masalah melibatkan keseluruhan elemen dalam
suatu organisasi ?
A. Compromise
B. Confrontation
C. Providing Service
D. Collaboration

3. Dalam komunikasi suatu kelompok, yang bertugas sebagi penyambung informasi ke


anggota kelompok adalah…
A. Leader
B. Gatekeeper
C. Liaison
D. Follower

4. Jika dalam suatu kelompok, ketika seseorang melakukan sesuatu yang tidak sesuai
dengan status mereka di kelompok, maka ini dinamakan…..
A. Status Incongruence
B. Status Discrepancy
C. Status Ambiguity
D. Job Competence

5. Apa perbedaan orang dengan left brain thinking dan orang dengan right brain thinking?
A. Orang dengan left brain thinking dalam mengambil keputusan lebih didasarkan pada
perasaan daripada orang dengan right brain thinking.
B. Orang dengan left brain berpikir lebih detail dibandingkan orang dengan right brain.
C. Orang dengan right brain lebih lebih menyukai hal secara verbal.
D. Orang dengan right brain menyukai hal-hal yang sudah rutin atau sudah ada prosedurnya.
TUGAS KELOMPOK
GROUP BEHAVIOR
Diampu oleh:
Dr. Magda Bhinnety, M.Si, Psi.

Anggota Kelompok :

1. Dwindra Arief Julianto (10/297750/TK/36337)


2. Hertanto (10/304768/TK/37382)
3. Ni Putu Agustin Putriani (10/302142/TK/37308)

PRODI TEKNIK INDUSTRI

JURUSAN TEKNIK MESIN DAN INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

2011

You might also like