Professional Documents
Culture Documents
Pertanyaan:
1. Selama ini di kalangan umat Islam ada yang berpendapat shalat lail berbeda
2. Dalam melaksanakan shalat lail atau qiyamu Ramadhan, di kalangan umat Islam
ada yang mengawalinya dengan shalat dua rakaat dan ada pula yang langsung
Nabi saw?
3. Apakah do’a iftitah pada shalat dua rakaat sebelum qiyamu Ramadhan tersebut
hanya satu-satunya seperti yang tercantum dalam HPT?
Shalat lail adalah shalat sunat yang biasa dilakukan oleh Nabi saw pada waktu
malam hari. Menurut Muhammadiyah shalat lail disebut juga shalat tahajjud, witir,
Shalat lail disebut shalat tahajjud karena shalat tersebut dilaksanakan setelah
bangun tidur. Disebut shalat witir karena dalam melaksanakan shalat tersebut diakhiri
dilaksanakan hanya pada waktu malam. Disebut qiyamu Ramadhan karena shalat
tersebut dilakukan pada bulan Ramadhan dan istilah yang sering digunakan untuk
1
shalat lail di bulan Ramadhan adalah shalat tarawih, karena dalam shalat malam
tersebut dilaksanakan dengan bacaan yang bagus dan lama dan setelah empat rakaat
pertama dan kedua ada istirahat sebentar. (al-'Utsaimin, Majalis Syahr Ramadhan)
Untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu dibaca ulang hadits-hadits Nabi saw
sebagai berikut:
2
Artinya: "Diriwayatkan dari Zaed bin Khalid al-Juhany ia berkata, sungguh saya
mencermati shalat Rasulullah saw. pada suatu malam, beliau shalat dua rakaat yang
ringan-ringan, kemudian shalat dua rakaat yang panjang (lama) sekali, lalu shalat
dua rakaat yang lebih pendek dari dua rakaat sebelumnya, lalu shalat dua rakaat
yang lebih pendek dari dua rakaat sebelumnya, lalu shalat dua rakaat yang lebih
pendek dari dua rakaat sebelumnya, lalu shalat dua rakaat yang lebih pendek dari
dua rakaat sebelumnya, lalu kemudian melakukan witir. Maka demikianlah, shalat
tigabelas rakaat." [HR Abu Dawud, bab fi Shalat al-Lail]
َصلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم اللَّْيلَة ِ ِ ٍِ ِ
َ صالَةَ َر ُسول اهلل َ ت أَل َْرُم َق َّن ُ َع ْن َزيْد بْ ِن َخالد اجْلُ َهيِن ِّ قَ َال ُق ْل-5
ِ صلَّى رْك َعَتنْي ِ َخ ِفي َفَتنْي ِ مُثَّ رْك َعَتنْي ِ طَ ِويلََتنْي ِ طَ ِويلََتنْي َّ ِ ِ ول
َّ َ اهلل
َ َ َ َصلى اهللُ َعلَْيه َو َسل َم ف ُ َف َق َام َر ُس
طَ ِويلََتنْي ِ مُثَّ َرْك َعَتنْي ِ َومُهَا ُدو َن اللََّتنْي ِ َقْبلَ ُه َما مُثَّ َرْك َعَتنْي ِ َومُهَا ُدو َن اللََّتنْي ِ َقْبلَ ُه َما مُثَّ َرْك َعَتنْي ِ َومُهَا
ما جاء ىف كم: [ابن ماجه.ًث َع ْشَرةَ َرْك َعة َ َك ثَال َ ُدو َن اللََّتنْي ِ َقْبلَ ُه َما مُثَّ َرْك َعَتنْي ِ مُثَّ أ َْوَتَر فَتِْل
]يصلى بالليل
Artinya: "Diriwayatkan dari Zaed bin Khalid al-Juhany ia berkata, sungguh saya
mencermati shalat Rasulullah saw. pada suatu malam, beliau shalat dua rakaat yang
ringan-ringan, kemudian shalat dua rakaat yang panjang (lama) sekali, lalu shalat
dua rakaat yang lebih pendek dari dua rakaat sebelumnya, lalu shalat dua rakaat
yang lebih pendek dari dua rakaat sebelumnya, lalu shalat dua rakaat yang lebih
pendek dari dua rakaat sebelumnya, lalu shalat dua rakaat yang lebih pendek dari
dua rakaat sebelumnya,lalu kemudian melakukan witir. Maka demikianlah, shalat
tigabelas rakaat." [HR Ibnu Majah, bab Maa Ja-a fi Kam Yushalli bi al-Lail]
ِ ِ ِ ُ عن عائِ َشةَ قَالَت َكا َن رس-6
َ ُصلَّى اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم إِذَا قَ َام م ْن اللَّْي ِل ي
صلِّي ا ْفتَتَ َح َ ول اهلل َُ ْ َ َْ
] [رواه امحد. ِ صالَتَهُ بَِرْك َعَتنْي ِ َخ ِفي َفَتنْي َ
Artinya: "Diriwayatkan dari Aisyah, ia berkata: Adalah Rasulullah saw. apabila akan
melaksanakan shalat lail, beliau memulai shalatnya dengan (shalat) dua rakaat yang
ringan-ringan." [HR Ahmad]
ولِ ت صالَةُ رس
ُ َ َ ْ َف َكان
ِ ِ
َ الرمْح َ ِن أَنَّهُ َسأ ََل َعائ َشةَ َرض َي اهللُ َعْن َها َكْي َّ َع ْن أَيِب َسلَ َمةَ بْ ِن َعْب ِد-7
ضا َن َوالَ يِف َغرْيِِه َعلَى إِ ْح َدى َ يد يِف َرَمُ ت َما َكا َن يَِز ِ
َ صلَّى اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم يِف َرَم
ْ َضا َن َف َقال َ اهلل
ِ
صلِّي أ َْرَب ًعا فَالَ تَ َس ْل َع ْن ُح ْسنِ ِه َّن ِهِل ِ
َ ُصلِّي أ َْرَب ًعا فَالَ تَ َس ْل َع ْن ُح ْسن ِه َّن َوطُو َّن مُثَّ يَ َُع ْشَرَة َرْك َعةً ي
: باب من قام رمضان، كتاب صالة الرتاويح، [رواه البخارى.صلِّي ثَالَثًا ِهِل
َ َُوطُو َّن مُثَّ ي
]1874
Artinya: "Diriwayatkan dari Abu Salamah Ibn ‘Abdul Rahman bahwa ia bertanya
kepada ‘Aisyah ra bagaimana shalat Rasulullah saw di bulan Ramadlan. ‘Aisyah
menjawab: Baik di bulan Ramadlan ataupun bukan bulan Ramadlan Rasulullah saw
melakukan shalat (lail) tidak lebih dari sebelas raka’at. Beliau shalat empat raka’at;
dan jangan ditanyakan tentang baik dan panjangnya shalat yang beliau lakukan.
Kemudian shalat lagi empat raka’at; (demikian pula) jangan ditanyakan tentang baik
dan panjangnya shalat yang beliau lakukan. Lalu beliau shalat tiga raka’at." [HR al-
Bukhari, Kitab Shalat at-Tarawih, Bab Man Qama Ramadhan]
3
ُصلَّى اهلل
ِ ِ
َ صالَةُ َر ُسول اهلل َ ت ْ َف َكان
ِ َّ َع ْن أَيِب َسلَ َمةَ بْ ِن َعْب ِد-8
َ الرمْح َ ِن أَنَّهُ َسأ ََل َعائ َشةَ َكْي
ضا َن َوالَ يِفَ يد يِف َرَم ُ صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم يَِز ِ ُ علَي ِه وسلَّم يِف رمضا َن قَالَت ما َكا َن رس
َ ول اهلل َُ َ ْ َ ََ َ َ َ ْ َ
ِهِل ِ ِ
َ ُصلِّي أ َْرَب ًعا فَالَ تَ ْسأ َْل َع ْن ُح ْسن ِه َّن َوطُو َّن مُثَّ ي
َصلِّي أ َْرَب ًعا فَال َ َُغرْيِه َعلَى إِ ْح َدى َع ْشَرَة َرْك َعةً ي
ِهِل ِ
، كتاب صالة املسافرين وقصرها: [رواه مسلم.صلِّي ثَالَثًا َ ُتَ ْسأ َْل َع ْن ُح ْسن ِه َّن َوطُو َّن مُثَّ ي
)1219 :باب صالة الليل وعدد ركعات النىب ىف الليل
Artinya: "Diriwayatkan dari Abu Salamah Ibn ‘Abdul Rahman bahwa ia bertanya
kepada ‘Aisyah ra bagaimana shalat Rasulullah saw di bulan Ramadlan. ‘Aisyah
menjawab: Baik di bulan Ramadlan ataupun bukan bulan Ramadlan Rasulullah saw
melakukan shalat (lail) tidak lebih dari sebelas raka’at. Beliau shalat empat raka’at;
dan jangan ditanyakan tentang baik dan panjangnya shalat yang beliau lakukan.
Kemudian shalat lagi empat raka’at; (demikian pula) jangan ditanyakan tentang baik
dan panjangnya shalat yang beliau lakukan. Lalu beliau shalat tiga raka’at." [HR
Muslim]
Keterangan:
Hadits pertama (hadits riwayat Muslim dari Aisyah) menjelaskan bahwa Nabi
saw apabila beliau bangun malam untuk melakukan shalat lail, beliau memulai
shalatnya dengan (shalat) dua rakaat yang ringan-ringan.
Hadits kedua dan ketiga (hadits riwayat Muslim dan Abu Dawud dari Abu
Hurairah) menjelaskan bahwa beliau bersabda: apabila salah seorang akan melakukan
shalat lail hendaklah memulai shalatnya dengan (shalat) dua rakaat yang ringan-
ringan.
Hadits keempat dan kelima (hadits riwayat Abu Dawud dan Ibnu Majah dari
Zaed bin Khalid al-Juhany menceritakan berdasarkan pencermatan Zaed bin Khalid
al-Juhany bahwa Rasulullah melakukan shalat dua rakaat yang ringan-ringan
kemudian dua rakaat, dua rakaat, dua rakaat, dua rakaat, dua rakaat yang kesemuanya
panjang-panjang lalu melaksanakan witir (satu rakaat)
Hadits keenam (hadits riwayat Ahmad dari Aisyah) menjelaskan bahwa
Rasulullah saw apabila melakukan shalat lail membukanya dengan dua rakaat yang
ringan-ringan.
Hadits ketujuh dan kedelapan (hadits riwayat al-Bukhari dan Muslim dari
Salamah bin Abdirrahman) menjelaskan bahwa menurut Aisyah, shalat lail Rasulullah
baik pada bulan Ramadhan atau di luar bulan Ramadhan tidak lebih dari sebelas
rakaat dan kedua hadits tersebut tidak menjelaskan adanya shalat iftitah.
Dari hadits-hadits di atas dapat disimpulkan bahwa kalau kita lihat sepintas,
seakan-akan hadits-hadits tersebut saling bertentangan satu sama lainnya. Satu
riwayat Aisyah menyebutkan bahwa Nabi shalat lail sebelas raka’at sedang riwayat
lain, yaitu Zaed bin Khalid al-Juhaniy menjelaskan bahwa Nabi saw shalat lail tiga
belas raka’at. Sebenarnya hadis-hadis tersebut tidak saling bertentangan, tetapi bisa
dipahami secara utuh bahwa kalau dalam hadis disebutkan tiga belas raka’at, maka
masuk di dalamnya dua raka’at khafifatain.
4
Dalam buku Himpunan Putusan Tarjih (HPT) beberapa hadits Nabi saw yang
dijadikan dasar dalam HPT tentang persoalan ini (hal. 346-352), dan dapat
disimpulkan bahwa:
khafifatain).
2. Beberapa tuntunan dalam tata cara pelaksanaan shalat iftitah tersebut adalah;
a. Adanya bacaan do’a iftitah pada rakaat pertama dalam shalat khafifatain (baca
diktum putusan No. 19 hal. 342 dengan berdasarkan dalil No. 19 hal. 350).
b. Bacaan yang dibaca pada tiap-tiap raka’at, yaitu pada rakaat pertama setelah
pada raka’at kedua hanya membaca surat al-Fatihah (baca diktum putusan No.
5
ُّ َض َع يَ َدهُ َعلَى َرأْ ِسي َكأَنَّهُ مَي ِِ ِ ِ
س أُذُيِن َ ت إِىَل َجْنبِه َعلَى يَ َسا ِرِه فَ َج َعلَيِن َعلَى مَي ينه مُثَّ َو ُ قَ َام َف ُق ْم
ٍ ِ ِ ِ ِ
صلَّى َ َّصلَّى َرْك َعَتنْي ِ َخفي َفَتنْي ِ قَ ْد َقَرأَ في ِه َما بِأ ُِّم الْ ُق ْرآن يِف ُك ِّل َرْك َعة مُثَّ َسلَّ َم مُث
َ ََكأَنَّهُ يُوقظُيِن ف
ِ ول
اهلل َف َق َام َفَرَك َع َ الصالَةُ يَا َر ُس
َّ ال َ صلَّى إِ ْح َدى َع ْشَرَة َرْك َعةً بِالْ ِوتْ ِر مُثَّ نَ َام فَأَتَاهُ بِالَ ٌل َف َق
َ َحىَّت
] [رواه ابو داود.َّاس ِ صلَّى لِلن َ ََّرْك َعَتنْي ِ مُث
Keterangan:
Hadits pertama (hadits riwayat al-Bukhari dari Aisyah) dan hadits kedua
(hadits riwayat Abu Dawud dari Abu Hurairah) menjelaskan bahwa Ibnu Abbas
pernah bermalam di tempat Maemunah, ketika waktu telah habis dua pertiga malam
atau setengah malam Nabi saw bangun dari tidurnya kemudian berwudlu lalu berdiri
(untuk melaksanakan shalat) dan ia (Ibnu Abbas) berdiri di sebelah kirinya dan beliau
memindahkan Ibnu Abbas ke sebelah kanannya kemudian beliau melaksanakan shalat
dua rakaat ringan-ringan. Dan dari kedua hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan shalat khafifatain sebagaimana pelaksanaan qiyamu Ramadhan sebelas
rakaat dapat dilaksanakan secara berjamaah.
apa yang telah diputuskan oleh Majlis Tarjih pada tahun 1972 yang tercantum dalam
Himpunan Putusan Tarjih (HPT), dengan cara membandingkan teks matan hadis Nabi
saw yang terdapat dalam HPT dan membuka kembali kitab yang dijadikan rujukan
oleh HPT dalam pengambilan keputusan atau dengan membaca hadis-hadis lain yang
kemungkinan bisa dijadikan sebagai pegangan dalam menetapkan do’a iftitah yang
Dalam HPT hal. 342 disebutkan bahwa pada raka’at pertama dari shalat
Dengan beralasan pada dalil no. 19 hal. 350 yang redaksinya sebagai berikut:
6
َّ ات لَْيلَ ٍة َفَت َو ِ ِ حِل
ِ ث خ َذي َفةَ ب ِن الْيم
ُ فَأََتْيتُه،صلِّى
َ ُضأَ َوقَ َام ي َ ت النَّىِب َّ صلعم َذ
ُ أََتْي:ال
َ َان ق َ َ ْ ْ ُ َْو َدي
Dari uraian di atas jelas bahwa hadis tersebut diriwayatkan oleh Ath-Thabrany
Setelah dibuka kembali kitab Majma’ az-Zawaid yang dijadikan rujukan oleh
HPT, ternyata ada perbedaan redaksi teks matan hadis yang dikemukan oleh HPT
dengan apa yang terdapat dalam kitab Majma az-Zawaid wa Manba' al-Fawaid dan
karangan Nuruddin Ali bin Abi Bakar al-Haisamy, Jilid 2 hal. 107, redaksinya sebagai
berikut:
] [رواه الطرباىن ىف األوسط ورجاله موثّقون.َوالْ ِكرْبِيَ ِاء َوالْ َعظَ َم ِة
berikut:
7
صلِّى ّ ات لَْيلَ ٍة َفَت َو
َ ُضأَ َوقَ َام ي
ِ
َ صلَّى اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم َذ
َ َّ ت النَّيِب
ُ ال أََتْي
ِ و عن خ َذي َفةَ ب ِن الْيم
َ َان ق ََ ْ ْ ُ ْ َ َ
Do’a iftitah yang terdapat dalam teks matan hadis kitab Majma’ az-Zawaid wa
Manba’ al-Fawaid sama persis redaksinya, dan apabila kita membandingkan teks
hadis Nabi saw yang terdapat dalam HPT dan kitab Majma’ az-Zawaid tersebut, ada
beberapa perbedaan. Kalau teks hadis yang terdapat dalam kitab Majma’ az-Zawaid
tersebut dijadikan dasar, maka teks hadis yang terdapat dalam HPT hendaknya
disesuaikan dengan teks hadis yang terdapat dalam kedua kitab tersebut karena dalam
teks tersebut ada beberapa lafaz tambahan, yaitu al-Mulk, al-‘Izzati dan ada
Jadi, do'a iftitah yang dibaca pada shalat dua rakaat khafifatain tersebut adalah:
.اهلل ِذى الْ َملَ ُك ْو ِت َواجْلََب ُرْو ِت َوالْ ِكرْبِيَاء َوالْ َعظَ َم ِة
ِ سبحا َن
َ ُْ
Selanjutnya, apabila kita membuka kitab-kitab hadis lain, maka ditemukan do’a
iftitah lain yang biasa dibaca oleh Nabi saw ketika melakukan shalat lail. Do’a iftitah
س َح َّدثَنَا ِع ْك ِرَمةُ بْ ُن َع َّما ٍر َح َّدثَنَا حَيْىَي بْ ُن أَيِب َكثِ ٍري َح َّدثَيِن أَبُو َسلَ َمةَ بْ ُن َعْب ِد
َ ُعُ َم ُر بْ ُن يُون
صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ِ ٍ ِّ ف قَ َال سأَلْت عائِشةَ أ َُّم الْمؤِمنِني بِأ
ٍ الرمْح ِن ب ِن عو
َ َي َش ْيء َكا َن نَيِب ُّ اهلل َ ُْ َ َ ُ َ ْ َ ْ َ َّ
8
يلي ْفتَتِح صالَتَه إِ َذا قَام ِمن اللَّي ِل قَالَت َكا َن إِ َذا قَام ِمن اللَّي ِل ا ْفتَتَح صالَتَه اللَّه َّم ر َّ ِ
ب َجْبَرائ ََ َ ُ ُ َ َ ْ ْ ْ َ ْ ْ َ ُ َ ُ
َّك َت ْه ِدي َم ْن تَ َشاءُ إِىَل فِيما َكانُوا فِ ِيه خَي ْتلِ ُفو َن اه ِديِن لِما اختلِ ِ
ف ف ِيه ِم ْن احْلَ ِّق بِِإ ْذنِ َ
ك إِن َ َ ُْ َ ْ َ َ
اط ُم ْستَ ِقي ٍم[ .مسلم ،كتاب صالة املسافرين وقصرها ،باب الدعاء ىف صالة الليل:
ِصر ٍ
َ
]1289
س قَ َال َح َّد َثنَا ِع ْك ِرَمةُ بْ ُن َع َّما ٍر اس بْ ُن َعْب ِد الْ َع ِظي ِم قَ َ
ال أَْنبَأَنَا عُ َم ُر بْ ُن يُونُ َ َخَبَرنَا الْ َعبَّ ُ
( )2أ ْ
َّك َت ْه ِدي حَت ُكم ب ِعب ِاد َك فِيما َكانُوا فِ ِيه خَي ْتلِ ُفو َن اللَّه َّم اه ِديِن لِما اختلِ ِ
ف ف ِيه ِم ْن احْلَ ِّق إِن َ
َ ُْ َ ُ ْ َ َ ْ ُ َنْي َ َ
اط ُم ْستَ ِقي ٍم[ .النسائ ،كتاب قيام الليل وتطوع النهار ،باب بأى شيئ
من تَ َشاء إِىَل ِصر ٍ
َ َْ ُ
9
10