You are on page 1of 30

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari

Transaksi di bursa saham New York Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Permasalahan tersebut kemudian menyebabkan timbulnya kelangkaan (Ingg: scarcity).

Adam Smith diakui sebagai bapak dari ilmu ekonomi Kata "ekonomi" sendiri berasal dari kata Yunani (oikos) yang berarti "keluarga, rumah tangga" dan (nomos), atau "peraturan, aturan, hukum," dan secara garis besar diartikan sebagai "aturan rumah tangga" atau "manajemen rumah tangga." Sementara yang dimaksud

dengan ahli ekonomi atau ekonom adalah orang menggunakan konsep ekonomi dan data dalam bekerja. Secara umum, subyek dalam ekonomi dapat dibagi dengan beberapa cara, yang paling terkenal adalah mikroekonomi vs makroekonomi. Selain itu, subyek ekonomi juga bisa dibagi menjadi positif (deskriptif) vs normatif, mainstream vs heterodox, dan lainnya. Ekonomi juga difungsikan sebagai ilmu terapan dalam manajemen keluarga, bisnis, dan pemerintah. Teori ekonomi juga dapat digunakan dalam bidang-bidang selain bidang moneter, seperti misalnya penelitian perilaku kriminal, penelitian ilmiah, kematian, politik, kesehatan, pendidikan, keluarga dan lainnya. Hal ini dimungkinkan karena pada dasarnya ekonomi seperti yang telah disebutkan di atas adalah ilmu yang mempelajari pilihan manusia. Banyak teori yang dipelajari dalam ilmu ekonomi diantaranya adalah teori pasar bebas, teori lingkaran ekonomi, invisble hand, informatic economy, daya tahan ekonomi, merkantilisme, briton woods, dan sebagainya. Ada sebuah peningkatan trend untuk mengaplikasikan ide dan metode ekonomi dalam konteks yang lebih luas. Fokus analisa ekonomi adalah "pembuatan keputusan" dalam berbagai bidang dimana orang dihadapi pada pilihan-pilihan. misalnya bidang pendidikan, pernikahan, kesehatan, hukum, kriminal, perang, dan agama. Gary Becker dari University of Chicago adalah seorang perintis trend ini. Dalam artikel-artikelnya ia menerangkan bahwa ekonomi seharusnya tidak ditegaskan melalui pokok persoalannya, tetapi sebaiknya ditegaskan sebagai pendekatan untuk menerangkan perilaku manusia. Pendapatnya ini kadang-kadang digambarkan sebagai ekonomi imperialis oleh beberapa kritikus. Banyak ahli ekonomi mainstream merasa bahwa kombinasi antara teori dengan data yang ada sudah cukup untuk membuat kita mengerti fenomena yang ada di dunia. Ilmu ekonomi akan mengalami perubahan besar dalam ide, konsep, dan metodenya; walaupun menurut pendapat kritikus, kadang-kadang perubahan tersebut malah merusak konsep yang benar sehingga tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Hal ini menimbulkan pertanyaan "apa seharusnya dilakukan para ahli ekonomi?" The traditional Chicago School, with its emphasis on economics being an empirical science aimed at explaining real-world phenomena, has insisted on the powerfulness of price theory as the tool of analysis. On the other hand, some economic theorists have formed the view that a consistent economic theory may be useful even if at present no real world economy bears out its prediction.

Daftar isi
[sembunyikan]

1 Sejarah perkembangan ilmu ekonomi 2 Metodologi 3 Lihat pula 4 Pranala luar

Sejarah perkembangan ilmu ekonomi


Adam Smith sering disebut sebagai yang pertama mengembangkan ilmu ekonomi pada abad 18 sebagai satu cabang tersendiri dalam ilmu pengetahuan. Melalui karya besarnya Wealth of Nations, Smith mencoba mencari tahu sejarah perkembangan negara-negara di Eropa. Sebagai seorang ekonom, Smith tidak melupakan akar moralitasnya terutama yang tertuang dalam The Theory of Moral Sentiments. Perkembangan sejarah pemikiran ekonomi kemudian berlanjut

dengan menghasilkan tokoh-tokoh seperti Alfred Marshall, J.M. Keynes, Karl Marx, hingga peraih hadiah Nobel bidang Ekonomi tahun 2006, Edmund Phelps. Secara garis besar, perkembangan aliran pemikiran dalam ilmu ekonomi diawali oleh apa yang disebut sebagai aliran klasik. Aliran yang terutama dipelopori oleh Adam Smith ini menekankan adanya invisible hand dalam mengatur pembagian sumber daya, dan oleh karenanya peran pemerintah menjadi sangat dibatasi karena akan mengganggu proses ini. Konsep invisble hand ini kemudian direpresentasikan sebagai mekanisme pasar melalui harga sebagai instrumen utamanya. Aliran klasik mengalami kegagalannya setelah terjadi Depresi Besar tahun 1930-an yang menunjukkan bahwa pasar tidak mampu bereaksi terhadap gejolak di pasar saham. Sebagai penanding aliran klasik, Keynes mengajukan teori dalam bukunya General Theory of Employment, Interest, and Money yang menyatakan bahwa pasar tidak selalu mampu menciptakan keseimbangan, dan karena itu intervensi pemerintah harus dilakukan agar distribusi sumber daya mencapai sasarannya. Dua aliran ini kemudian saling "bertarung" dalam dunia ilmu ekonomi dan menghasilkan banyak varian dari keduanya seperti: new classical, neo klasik, new keynesian, monetarist, dan lain sebagainya. Namun perkembangan dalam pemikiran ini juga berkembang ke arah lain, seperti teori pertentangan kelas dari Karl Marx dan Friedrich Engels, serta aliran institusional yang pertama dikembangkan oleh Thorstein Veblen dkk dan kemudian oleh peraih nobel Douglass C. North.

Metodologi
Sering disebut sebagai The queen of social sciences, ilmu ekonomi telah mengembangkan serangkaian metode kuantitatif untuk menganalisis fenomena ekonomi. Jan Tinbergen pada masa setelah Perang Dunia II merupakan salah satu pelopor utama ilmu ekonometri, yang mengkombinasikan matematika, statistik, dan teori ekonomi. Kubu lain dari metode kuantitatif dalam ilmu ekonomi adalah model General equilibrium (keseimbangan umum), yang menggunakan konsep aliran uang dalam masyarakat, dari satu agen ekonomi ke agen yang lain. Dua metode kuantitatif ini kemudian berkembang pesat hingga hampir semua makalah ekonomi sekarang menggunakan salah satu dari keduanya dalam analisisnya. Di lain pihak, metode kualitatif juga sama berkembangnya terutama didorong oleh keterbatasan metode kuantitatif dalam menjelaskan perilaku agen yang berubah-ubah.

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari

Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia


Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah dirapikan, tolong hapus pesan ini.

Sejarah Perkembangan Teori Ekonomi adalah suatu pemikiran kapitalisme yang terlebih dahulu yang harus dilacak melalui sejarah perkembangan pemikiran ekonomi dari era Yunani kuno sampai era sekarang. Aristoteles adalah yang pertama kali memikirkan tentang transaksi ekonomi dan membedakan diantaranya antara yang bersifat "natural" atau "unnatural". Transaksi natural terkait dengan pemuasan kebutuhan dan pengumpulan kekayaan yang terbatasi jumlahnya oleh tujuan yang dikehendakinya. Transaksi un-natural bertujuan pada pengumpulan kekayaan yang secara potensial tak terbatas. Dia menjelaskan bahwa kekayaan unnatural tak berbatas karena dia menjadi akhir dari dirinya sendiri ketimbang sebagai sarana menuju akhir yang lain yaitu pemenuhan kebutuhan. Contoh dati transaksi ini disebutkan adalah perdagangan moneter dan retail yang dia ejek sebagai "unnatural" dan bahkan tidak bermoral. Pandangannya ini kelak akan banyak dipuji oleh para penulis Kristen di Abad Pertengahan. Aristotles juga membela kepemilikan pribadi yang menurutnya akan dapat memberi peluang seseorang untuk melakukan kebajikan dan memberikan derma dan cinta sesama yang merupakan bagian dari jalan emas dan kehidupan yang baik ala Aristotles. Chanakya (c. 350-275 BC) adalah tokoh berikutnya. Dia sering mendapat julukan sebagai Indian Machiavelli. Dia adalah professor ilmu politik pada Takshashila University dari India kuno dan kemudian menjadi Prime Minister dari kerajaan Mauryan yang dipimpin oleh Chandragupta Maurya. Dia menulis karya yang berjudul Arthashastra (Ilmu mendapatkan materi) yang dapat dianggap sebagai pendahulu dari Machiavelli's The Prince. Banyak masalah yang dibahas dalam karya itu masih relevan sampai sekarang, termasuk diskusi tentang bagaiamana konsep manajemen yang efisien dan solid, dan juga masalah etika di bidang ekonomi. Chanakya juga berfokus pada isu kesejahteraan seperti redistribusi kekayaan pada kaum papa dan etika kolektif yang dapat mengikat kebersamaan masyarakat. Tokoh pemikir Islam juga memberikan sumbangsih pada pemahaman di bidang ekonomi. ibn Khaldun dari Tunis (13321406) menulis masalah teori ekonomi dan politik dalam karyanya Prolegomena, menunjukkan bagaimana kepadatan populasi adalah terkait dengan pembagian tenaga kerja yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi yang sebaliknya mengakibatkan pada penambahan populasi dalam sebuah lingkaran. Dia juga memperkenalkan konsep yang biasa disebut dengan Khaldun-Laffer Curve (keterkaitan antara tingkat pajak dan pendapatan pajak dalam kurva berbentuk huruf U). Perintis pemikiran barat di bidang ekonomi terkait dengan debat scholastic theological selama Middle Ages. Masalah yang penting adalah tentang penentuan harga barang. Penganut Katolik dan Protestan terlibat dalam perdebatan tentang apa itu yang disebut harga yang adil di dalam ekonomi pasar. Kaum skolastik Spanyol di abad 16 mengatakan bahwa harga yang adil tak lain adalah harga pasar umum dan mereka umumnya mendukung filsafat laissez faire. Selanjutnya pada era Reformation pada 16th century, ide tentang perdagangan bebas muncul yang kemudian diadopsi secara hukum oleh Hugo de Groot atau Grotius. Kebijakan ekonomi di Europe selama akhir Middle Ages dan awal Renaissance adalah memberlakukan aktivitas ekonomi sebagai barang yang ditarik pajak untuk para bangsawan dan gereja. Pertukaran ekonomi diatur dengan hukum feudal seperti hak untuk mengumpulkan pajak jalan begitu juga pengaturan asosiasi pekerja (guild) dan pengaturan religious dalam masalah penyewaan. Kebijakan ekonomi seperti itu didesain untuk mendorong perdagangan pada wilayah tertentu.

Karena pentingnya kedudukan sosial, aturan-aturan terkait kemewahan dijalankan, pengaturan pakaian dan perumahan meliputi gaya yang diperbolehkan, material yang digunakan dan frekuensi pembelian bagi masing-masing kelas yang berbeda. Niccol Machiavelli dalam karyanya The Prince adalah penulis pertama yang menyusun teori kebijakan ekonomi dalam bentuk nasihat. Dia melakukannya dengan menyatakan bahwa para bangsawan dan republik harus membatasi pengeluarannya, dan mencegah penjarahan oleh kaum yang punya maupun oleh kaum kebanyakan. Dengan cara itu maka negara akan dilihat sebagai murah hati karena tidak menjadi beban berat bagi warganya. Selama masa Early Modern period, mercantilists hampir dapat merumuskan suatu teori ekonomi tersendiri. Perbedaan ini tercermin dari munculnya negara bangsa di kawasan Eropa Barat yang menekankan pada balance of payments. Tahap ini kerapkali disebut sebagai tahap paling awal dari perkembangan modern capitalism yang berlangsung pada periode antara abad 16th dan 18th, kerap disebut sebagai merchant capitalism dan mercantilism. Babakan ini terkait dengan geographic discoveries oleh merchant overseas traders, terutama dari England dan Low Countries; European colonization of the Americas; dan pertumbuhan yang cepat dari perdagangan luar negeri. Hal ini memunculkan kelas bourgeoisie dan menenggelamkan feudal system yang sebelumnya. Merkantilisme adalah sebuah sistem perdagangan untuk profit, meskipun produksi masih dikerjakan dengan non-capitalist production methods. Karl Polanyi berpendapat bahwa capitalism belum muncul sampai berdirinya free trade di Britain pada 1830s. Di bawah merkantilisme, European merchants, diperkuat oleh sistem kontrol dari negara, subsidies, and monopolies, menghasilkan kebanyakan profits dari jual-beli bermacam barang. Dibawah mercantilism, guilds adalah pengatur utama dari ekonomi. Dalam kalimat Francis Bacon, tujuan dari mercantilism adalah : "the opening and well-balancing of trade; the cherishing of manufacturers; the banishing of idleness; the repressing of waste and excess by sumptuary laws; the improvement and husbanding of the soil; the regulation of prices" Diantara berbagai mercantilist theory salah satunya adalah bullionism, doktrin yang menekankan pada pentingnya akumulasi precious metals. Mercantilists berpendapat bahwa negara seharusnya mengekspor barang lebih banyak dibandingkan jumlah yang diimport sehingga luar negeri akan membayar selisihnya dalam bentuk precious metals. Mercantilists juga berpendapat bahwa bahan mentah yang tidak dapat ditambang dari dalam negeri maka harus diimport, dan mempromosikan subsidi, seperti penjaminan monopoli protective tariffs, untuk meningkatkan produksi dalam negeri dari manufactured goods. Para perintis mercantilism menekankan pentingnya kekuatan negara dan penaklukan luar negeri sebagai kebijakan utama dari economic policy. Jika sebuah negara tidak mempunyai supply dari bahan mentahnnya maka mereka harus mendapatkan koloni darimana mereka dapat mengambil bahan mentah yang dibutuhkan. Koloni berperan bukan hanya sebagai penyedia bahan mentah tapi juga sebagai pasar bagi barang jadi. Agar tidak terjadi suatu kompetisi maka koloni harus dicegah untuk melaksanakan produksi dan berdagang dengan pihak asing lainnya. Selama the Enlightenment, physiocrats Perancis adalah yang pertama kali memahami ekonomi berdiri sendiri. Salah satu tokoh yang terpenting adalah Francois Quesnay. Diagram ciptaannya yang terkenal, tableau economique, oleh kawan-kawannya dianggap sebagai salah satu temuan ekonomi terbesar setelah tulisan dan uang. Diagram zig-zag ini dipuji sebagai rintisan awal bagi

pengembangan banyak tabel dalam ekonomi modern, ekonometrik, multiplier Keynes, analisis input-output, diagram aliran sirkular dan model keseimbangan umum Walras. Tokoh lain dalam periode ini adalah Richard Cantillon, Jaques Turgot, dan Etienne Bonnot de Condillac. Richard Cantillon (1680-1734) oleh beberapa sejarawan ekonomi dianggap sebagai bapak ekonomi yang sebenarnya. Bukunya Essay on the Naturof Commerce ini General (1755, terbit setelah dia wafat) menekankan pada mekanisme otomatis dalam pasar yakni penawaran dan permintaan, peran vital dari kewirausahaan, dan analisis inflasi moneter pra-Austrian yang canggih yakni tentang bagaimana inflasi bukan hanya menaikkan harga tetapi juga mengubah pola pengeluaran. Jaques Turgot (1727-81) adalah pendukung laissez faire, pernah menjadi menteri keuangan dalam pemerintahan Louis XVI dan membubarkan serikat kerja (guild), menghapus semua larangan perdagangan gandum dan mempertahankan anggaran berimbang. Dia terkenal dekat dengan raja meskipun akhirnya dipecat pada 1776. Karyanya Reflection on the Formation and Distribution of Wealth menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang perekonomian. Sebagai seorang physiocrats, Turgot membela pertanian sebagai sektor paling produktif dalam ekonomi. Karyanya yang terang ini memberikan pemahaman yang baik tentang preferensi waktu, kapital dan suku bunga, dan peran enterpreneur-kapitalis dalam ekonomi kompetetitif. Etienne Bonnot de Condillac (1714-80) adalah orang yang membela Turgot di saat-saat sulit tahun 1775 ketika dia menghadapi kerusuhan pangan saat menjabat sebagai menteri keuangan. Codillac juga merupakan seorang pendukung perdagangan bebas. Karyanya Commerce and Government (terbit sebulan sebelum The Wealth of Nation, 1776) mencakup gagasan ekonomi yang sangat maju. Dia mengakui manufaktur sebagai sektor produktif, perdagangan sebagai representasi nilai yang tak seimbang dimana kedua belah pihak bisa mendapat keuntungan, dan mengakui bahwa harga ditentukan oelh nilai guna, bukan nilai kerja. Tokoh lainnya, Anders Chydenius (17291803) menulis buku The National Gain pada 1765 yang menerangkan ide tentang kemerdekaan dalam perdagangan dan industri dan menyelidiki hubungan antara ekonomi dan masyarakat dan meletakkan dasar liberalism, sebelas tahun sebelum Adam Smith menulis hal yang sama namun lebih komprehensif dalamThe Wealth of Nations. Menurut Chydenius, democracy, kesetaraan dan penghormatan pada hak asasi manusia adalah jalan satu-satunya untuk kemajuan dan kebahagiaan bagi seluruh anggota masyarakat. Mercantilism mulai menurun di Great Britain pada pertengahan 18th, ketika sekelompok economic theorists, dipimpin oleh Adam Smith, menantang dasar-dasar mercantilist doctrines yang berkeyakinan bahwa jumlah keseluruhan dari kekayaan dunia ini adalah tetap sehingga suatu negara hanya dapat meningkatkan kekayaannya dari pengeluaran negara lainnya. Meskipun begitu, di negara-negara yang baru berkembang seperti Prussia dan Russia, dengan pertumbuhan manufacturing yang masih baru, mercantilism masih berlanjut sebagai paham utama meskipun negara-negara lain sudah beralih ke paham yang lebih baru. Pemikiran ekonomi modern biasanya dinyatakan dimulai dari terbitnya Adam Smith's The Wealth of Nations, pada 1776, walaupun pemikir lainnya yang lebih dulu juga memberikan kontribusi yang tidak sedikit. Ide utama yang diajukan oleh Smith adalah kompetisi antara berbagai penyedia barang dan pembeli akan menghasilkan kemungkinan terbaik dalam distribusi barang dan jasa karena hal itu akan mendorong setiap orang untuk melakukan spesialisasi dan peningkatan modalnya sehingga akan menghasilkan nilai lebih dengan tenaga kerja yang tetap. Smith's thesis berkeyakinan bahwa sebuah sistem besar akan mengatur dirinya sendiri dengan menjalankan aktivits-aktivitas masing-masing bagiannya sendiri-sendiri tanpa harus

mendapatkan arahan tertentu. Hal ini yang biasa disebut sebagai "invisible hand" dan masih menjadi pusat gagasan dari ekonomi pasar dan capitalism itu sendiri. Smith adalah salah satu tokoh dalam era Classical Economics dengan kontributor utama John Stuart Mill and David Ricardo. John Stuart Mill, pada awal hingga pertengahan abad 19th, berfokus pada "wealth" yang didefinisikannya secara khusus dalam kaitannya dengan nilai tukar obyek atau yang sekarang disebut dengan price. Pertengahan abad 18th menunjukkan peningkatan pada industrial capitalism, memberi kemungkinan bagi akumulasi modal yang luas di bawah fase perdagangan dan investasi pada mesin-mesin produksi. Industrial capitalism, yang dicatat oleh Marx mulai dari pertigaan akhir abad 18th, menandai perkembangan dari the factory system of manufacturing, dengan ciri utama complex division of labor dan routinization of work tasks; dan akhirnya memantapkan dominasi global dari capitalist mode of production. Hasil dari proses tersebut adalah Industrial Revolution, dimana industrialist menggantikan posisi penting dari merchant dalam capitalist system dan mengakibatkan penurunan traditional handicraft skills dari artisans, guilds, dan journeymen. Juga selam masa ini, capitalism menandai perubahan hubungan antara British landowning gentry dan peasants, meningkatkan produksi dari cash crops untuk pasar lebih daripada yang digunakan untuk feudal manor. Surplus ini dihasilkan dengan peningkatan commercial agriculture sehingga mendorong peningkatan mechanization of agriculture. Peningakatan industrial capitalism juga terkait dengan penurunan mercantilism. Pertengahan hingga akhir abad sembilan belas Britain dianggap sebagai contoh klasik dari laissez-faire capitalism. Laissez-faire mendapatkan momentum oleh mercantilism di Britain pada 1840s dengan persetujuan Corn Laws dan Navigation Acts. Sejalan dengan ajaran classical political economists, dipimpin oleh Adam Smith dan David Ricardo, Britain memunculkan liberalism, mendorong kompetisi dan perkembangan market economy. Pada abad 19th, Karl Marx menggabungkan berbagai aliran pemikiran meliputi distribusi sosial dari sumber daya, mencakup karya Adam Smith, juga pemikiran socialism dan egalitarianism, dengan menggunakan pendekatan sistematis pada logika yang diambil dari Georg Wilhelm Friedrich Hegel untuk menghasilkan Das Kapital. Ajarannya banyak dianut oleh mereka yang mengkritik ekonomi pasar selama abad 19th dan 20th. Ekonomi Marxist berlandaskan pada labor theory of value yang dasarnya ditanamkan oleh classical economists (termasuk Adam Smith) dan kemudian dikembangkan oleh Marx. Pemikiran Marxist beranggapan bahwa capitalism adalah berlandaskan pada exploitation kelas pekerja: pendapatan yang diterima mereka selalu lebih rendah dari nilai pekerjaan yang dihasilkannya, dan selisih itu diambil oleh capitalist dalam bentuk profit. Pada akhir abad 19th, kontrol dan arah dari industri skala besar berada di tangan financiers. Masa ini biasa disebut sebagai "finance capitalism," dicirikan dengan subordination proses produksi ke dalam accumulation of money profits dalam financial system. Penampakan utama capitalism pada masa ini mencakup establishment of huge industrial cartels atau monopolies; kepemilikan dan management dari industry oleh financiers berpisah dari production process; dan pertumbuhan dari complex system banking, sebuah equity market, dan corporate memegang capital melalui kepemilikan stock. Tampak meningkat juga industri besar dan tanah menjadi subject of profit dan loss oleh financial speculators. Akhir abad 19th juga muncul "marginal revolution" yang meningkatkan dasar pemahaman ekonomi mencakup konsep-konsep seperti marginalism dan opportunity cost. Lebih lanjut, Carl Menger menyebarkan gagasan tentang

kerangka kerja ekonomi sebagai opportunity cost dari keputusan yang dibuat pada margins of economic activity. Akhir 19th dan awal 20th capitalism juga disebutkan segagai era "monopoly capitalism," ditandai oleh pergerakan dari laissez-faire phase of capitalism menjadi the concentration of capital hingga mencapai large monopolistic atau oligopolistic holdings oleh banks and financiers, dan dicirikan oleh pertumbuhan corporations dan pembagian labor terpisah dari shareholders, owners, dan managers. Perkembangan selanjutnya ekonomi menjadi lebih bersifat statistical, dan studi tentang econometrics menjadi penting. Statistik memperlakukan price, unemployment, money supply dan variabel lainnya serta perbandingan antar variabel-variabel ini, menjadi sentral dari penulisan ekonomi dan menjadi bahan diskusi utama dalam lapangan ekonomi. Pada quarter terakhir abad 19th, kemunculan dari large industrial trusts mendorong legislation di U.S. untuk mengurangi monopolistic tendencies dari masa ini. Secara berangsur-angsur, U.S. federal government memainkan peranan yang lebih besar dalam menghasilkan antitrust laws dan regulation of industrial standards untuk key industries of special public concern. Pada akhir abad 19th, economic depressions dan boom and bust business cycles menjadi masalah yang tak terselesaikan. Long Depression dari 1870s dan 1880s dan Great Depression dari 1930s berakibat pada nyaris keseluruhan capitalist world, dan menghasilkan pembahasan tentang prospek jangka panjang capitalism. Selama masa 1930s, Marxist commentators seringkali meyakinkan kemungkinan penurunan atau kegagalan capitalism, dengan merujuk pada kemampuan Soviet Union untuk menghindari akibat dari global depression. Macroeconomics mulai dipisahkan dari microeconomics oleh John Maynard Keynes pada 1920s, dan menjadi kesepakatan bersama pada 1930s oleh Keynes dan lainnya, terutama John Hicks. Mereka mendapat ketenaran karena gagasannya dalam mengatasi Great Depression. Keynes adalah tokoh penting dalam gagasan pentingnya keberadaaan central banking dan campur tangan pemerintah dalam hubungan ekonomi. Karyanya "General Theory of Employment, Interest and Money" menyampaikan kritik terhadap ekonomi klasik dan juga mengusulkan metode untuk management of aggregate demand. Pada masa sesudah global depression pada 1930s, negara memainkan peranan yang penting pada capitalistic system di hampir sebagian besar kawasan dunia. Pada 1929, sebagai contoh, total pengeluaran U.S. government (federal, state, and local) berjumlah kurang dari sepersepuluh dari GNP; pada 1970s mereka berjumlah mencapai sepertiga. Peningkatan yang sama tampak pada industrialized capitalist economies, sepreti France misalnya, telah mencapai ratios of government expenditures dari GNP yang lebih tinggi dibandingkan United States. Sistem economies ini seringkali disebut dengan "mixed economies." Selama periode postwar boom, penampakan yang luasa dari new analytical tools dalam social sciences dikembangkan untuk menjelaskan social dan economic trends dari masa ini, mencakup konsep post-industrial society dan welfare statism. Phase dari capitalism sejak awal masa postwar hingga 1970s memiliki sesuatu yang kerap disebut sebagai state capitalism, terutama oleh Marxian thinkers. Banyak economists menggunakan kombinasi dari Neoclassical microeconomics dan Keynesian macroeconomics. Kombinasi ini, yang sering disebut sebagai Neoclassical synthesis, dominan pada pengajaran dan kebijakan publik pada masa sesudah World War II hingga akhir 1970s. pemikiran neoclassical mendapat bantahan dari monetarism, dibentuk pada akhir 1940s dan awal 1950s oleh Milton Friedman yang dikaitkan dengan University of Chicago dan juga supply-side economics.

Pada akhir abad 20th terdapat pergeseran wilayah kajian dari yang semula berbasis price menjadi berbasis risk, keberadaan pelaku ekonomi yang tidak sempurna dan perlakuan terhadap ekonomi seperti biological science, lebih menyerupai norma evolutionary dibandingkan pertukaran yang abstract. Pemahaman akan risk menjadi signifikan dipandang sebagai variasi price over time yang ternyata lebih penting dibanding actual price. Hal ini berlaku pada financial economics dimana risk-return tradeoffs menjadi keputusan penting yang harus dibuat. Masa postwar boom yang lama berakhir pada 1970s dengan adanya economic crises experienced mengikuti 1973 oil crisis. stagflation dari 1970s mendorong banyak economic commentators politicians untuk memunculkan neoliberal policy diilhami oleh laissez-faire capitalism dan classical liberalism dari abad 19th, terutama dalam pengaruh Friedrich Hayek dan Milton Friedman. Terutama, monetarism, sebuah theoretical alternative dari Keynesianism yang lebih compatible dengan laissez-faire, mendapat dukungan yang meningkat increasing dalam capitalist world, terutama dibawah kepemimpinan Ronald Reagan di U.S. dan Margaret Thatcher di UK pada 1980s. Area perkembangan yang paling pesat kemudian adalah studi tentang informasi dan keputusan. Contoh pemikiran ini seperti yang dikemukakan oleh Joseph Stiglitz. Masalah-masalah ketidakseimbangan informasi dan kejahatan moral dibahas disini seperti karena mempengaruhi modern economic dan menghasilkan dilema-dilema seperti executive stock options, insurance markets, dan Third-World debt relief.
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_teori_ekonomi" Kategori: Sejarah ekonomi | Sejarah ilmu pengetahuan Kategori tersembunyi: Artikel yang belum dirapikan Oktober 2010 Peralatan pribadi Masuk log / buat akun

Ruang nama Varian Tampilan Baca Sunting Versi terdahulu Halaman Pembicaraan

Tindakan Cari
Top of Form

Istimew a:Pencari

Bottom of Form

Navigasi Halaman Utama Perubahan terbaru Peristiwa terkini Halaman sembarang

Komunitas Warung Kopi Portal komunitas Bantuan

Wikipedia Tentang Wikipedia Pancapilar Kebijakan Menyumbang

Cetak/ekspor Buat buku Unduh sebagai PDF Versi cetak

Kotak peralatan Pranala balik Perubahan terkait Halaman istimewa Pranala permanen Kutip halaman ini Halaman ini terakhir diubah pada 10:54, 11 Oktober 2010. Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi/Berbagi Serupa Creative Commons; ketentuan tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.

Sejarah PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM


oleh: hakimbao More About : sejarah eknomiislam
Sejarah PEMIKIRA

Pengarang : ADIWARMAN KARIM

Summary rating: 2 stars (71 Tinjauan) Kunjungan : 6161 kata:900

perekonomian syariah saat mulai mengalami peningkatan,....sudah saatnya ekonomi islam bangkit kita mungkin lupa akan sistem ekonomi kita dahulu; tapi dengan semboyan PERJUANGAN MENEGAKKAN EKONOMI ISLAM ADALAH PERJUANGAN INGATAN MELAWAN LUPA, insya Allah suatu saat ekonomi islam berjaya..dibawah ini saya ringkaskan salah satu peikiran ekonom muslim zaman sebelum ADAM SMITH

Al-Ghazali (450-505 H / 1058-1111 M) A. Riwayat Hidup Nama lengkap Imam Al-Ghazali adalah Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali. Panggilan, Laqob atau gelar Al-Ghazali Zain ad Diin ath Thusy adalah Hujjatul Islam atau Hujjatul Islam Abu Hamid. Lahir pada tahun 450 H / 1058 M. Tepatnya pertengahan abad ke lima Hijriah, dan wafat pada tahun 505 H / 1111 M, tepatnya pada tanggal 14 Jumadil Ats Tsani, hari senin di Thus, sebuah kota di Khurasan (Iran) tempat kelahirannya Uang Menurut Al-Ghazali Konsep keuangan Al-Ghazali merupakan konsep yang unik karena aspek sufistik mengandung dan berpengaruh didalamnya. Konsep keuangan tersebut berdasarkan fungsinya di abad pertengahan, dalam kitab Ihya 'Ulumuddin dalam bab as-Syukru, dimana membicarakan masalah uang yang dipergunakan manusia sebagai nikmat dari Allah swt, dengan system barter. Asal Usul Uang (Nature of Money) Sejarah perkembangan uang menurut Al-Ghazali, dimulai dari barter (al-Mufawwadah) hingga pada penggunaan logam mulia, yaitu : emas (al-Dzahab) dan Perak (al-Fidzah). a. sistem barter (barter system) barter (al-Mufawwadah) dilakukan dengan cara langsung menukarkan barang dengan barang. Melakukan kegiatan tukar menukar barang dengan jalan "tukar ganti" (Muqayyadah), yakni memberikan suatu barang yang dibutuhkan orang lain dan untuk mendapatkan barang gantian yang dibutuhkan. Sebelum pertukaran dengan uang berkembang , barang-barang diperdagangkan dengan barter ini. Menurut Marilu Hurt, barter adalah pertukaran barang dengan barang : telor dengan buah, kain dengan keranjang, dan lembu (sapi) dengan bulu. Menurut Al-Ghazali dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia telah melakukan kegiatan bisnisnya melalui transaksi jual beli. Ia mengakui bahwa dulu perdagangan atau jual beli telah dikenal banyak orang, akan tetapi cara sederhana yang mereka pergunakan adalah dengan cara saling tukar menukar barang dengan barang yang dimiliki oleh orang lain. Karena saat itu mata uang tidak ada, yakni seperti halnya mata uang sekarang. Al-Ghazali mengatasi permasalahan dengan penggunaan system. Timbul pertanyaan : bagaimana cara pembuatan mata uang, dari bahan apa supaya tahan lama dan siapa yang membuat uang tersebut ? Pada dasarnya system barter terbatas pada beberapa jenis barang saja. Tetapi lama kelamaan setelah masyarakat mengenal spesialisasi, cara barter semakin tidak sesuai lagi, karena sulit sekali untuk menemukan pihak lain yang kebetulan sekaligus, yakni : 1) 2) 3) 4) mempunyai barang yang sama yang dibutuhkan membutuhkan apa yang kita tawarkan dengan nilai yang kira-kira sama atau dapat dibandingkan bersedia menukarkannya

sehingga system barter tersebut perlu direvisi, Al-Ghazali kemudian menganjurkan membentuk supaya ada lembaga keuangan yang kemudian mengurus tentang pembuatan dan percetakan uang tersebut. Dan lembaga keuangan sekaligus pencetak uang yang disebut Dar al-Darb

(lembaga percetakan). Berfungsi sebagai aktivitas moneter terpusat, guna mengefektifkan fungsifungsi administrasi negara. b. Uang Barang (Commodity Money) Al-Ghazali secara tegas mengatakan bahwa pakaian, makanan, binatang dan barang-barang sejenis lain dapat ditukarkan seperti halnya fungsi uang. Oleh karena itu, hakikat uang barang atau commodity money adalah barang-barang yang dipergunakan untuk transaksi barter[8]. Dalam pandangan Al-Ghazali, setiap manusia membutuhkan akan barang-barang, makanan, pakaian dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Akan tetapi keterbatasan mereka untuk memiliki semuanya; sehingga apa yang dia punya ditukar dengan milik orang lain. Oleh karena itu, uang barang (Commodity Money) sebagai pengganti dari penggunaan system barter merupakan generalisasi dari barang-barang yang telah disepakati umum untuk dipakai. Misalnya pisau pernah digunakan sebagai mata uang di Cina. Barang yang dijadikan (difungsikan) sebagai uang syaratnya harus mudah dipakai, dibawa, serta umum menjadi suatu kebutuhan c. Uang Logam Gagasan Al-Ghazali dengan teori evaluasi uangnya dapat memberikan gambaran jelas tentang terjadinya perpindahan (transformasi) dari system perekonomian (transaction) barter menuju perekonomian yang menggunakan system mata uang logam, yaitu dinar dan dirham. MakaAl-Ghazali berkesimpulan bahwa menggunakan uang sebagaimana yang disyariatkan agama, yakni dengan cara bermuamalah yang baik adalah salah satu dari bentuk syukur nikmat. Sebaliknya, jika tidak maka ia berbuat dzalim, bahkan menjadi pengikar (kufur nikmat). Fungsi Uang (function of Money) Menurut Al-Ghazali fungsi uang hanya sebagai :
1. Medium of Exchange (for transaction) 2. Unit of Account

Menurut Pemikiran konvensional fungsi uang sebagai berikut :


1. Medium of Exchange (satuan alat tukar) 2. Unit of Account (satuan pengukur) 3. Store of value (penyimpan nilai)

Medium of Exchange uang menjadi media untuk merubah barang dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain, sehingga uang tidak bisa dijadikan komoditi. Uang dalam liquiditasnya dapat memudahkan sebagai alat untuk pembayaran dalam semua bentuk transaksi. Unit of Account uang sebagai pengukur terhadap pertukaran dari barang lain, misalnya : untuk mengetahui apakah 5 buah baju sama dengan 1 kue ? Al-Ghazali juga mengatakan, " Uang itu seperti cermin, cermin tidak mempunyai warna tetapi dapat merefleksikan warna". Uang tidak memiliki harga tetapi uang dapat merefleksikan semua harga. Fungsi uang berdasarkan pemikiran konvensional : Store of Value yang merupakan konsekuensi logis dari pengakuan teori konvensional terhadap adanya motif money demand for speculation, islam secara tegas menolak fungsi tersebut. Islam

hanya memperbolehkan uang dipergunakan untuk transaksi dan untuk berjaga-jaga, namun menolak penggunaan uang untuk motif spekulasi. Al-Ghazali mengingatkan, "memperdagangkan uang ibarat memenjarakan fungsi uang. Jika banyak uang diperdagangkan, niscaya tinggal sedikit uang yang dapat berfungsi sebagai uang". nah itu sekilas tentang isi buku ini dan sekilas tentang pemikiran ekonom muslim zaman unuk lebih lanjutnya silahkan baca buku SPEI karya Adiwarman karim yaaa........

Diterbitkan di: Agustus 23, 2008 Diperbarui: Oktober 05, 2010 Mohon Resensi ini 12345 dinilai : Nilai : 12345

Terima kasih atas penilaian anda


More About : sejarah eknomiislam
[X]

Creative Commons Attribution 3.0 License Use this Review Lebih lanjut tentang: Sejarah PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM

Arab Pra Islam ARAB SEBELUM ISLAM DAN INFUSI ISLAM Oleh : Taufik A.Latar Belakang Bangsa Arab sebelum lahirnya Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai bangsa yang sudah memiliki kemajuan ekonomi. Letak geografis yang yang cukup strategis membuat Islam yang diturunkan di makkah menjadi cepat disebarluaskan ke berbagai wilayah disamping juga didorong oleh faktor cepatnya laju perluasan wilayah yang dilakukan umat Islam dan bahkan bangsa Arab telah dapat mendirikan kerajaan diantaranya Saba, Main dan Qutban serta Himyar yang semuanya berasa di wilayah Yaman. Di sisi lain, kenyataan bahwa alQuran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan diturunkan dalam konteks geografis Arab, mengimplikasikan sebuah asumsi bahwa suatu pemahaman yang komprehensif terhadap al-Quran hanya mungkin dilakukan dengan sekaligus

melacak pemaknaan dan pemahaman pribadi, masyarakat dan lingkungan mereka yang menjadi audiens pertama al-Quran, yaitu Muhammad dan masyarakat Arab saat itu dengan segala kultur dan tradisinya. Dan untuk memiliki pengertian yang sebenar-benarnya tentang asal mula Islam, maka satu hal yang perlu diketahui adalah bagaimana keadaan Arab sebelum adanya Islam, Muhammad, dan sejarah Islam terdahulu. B. Masyarakat Arab sebelum Masuknya Islam 1. Kondisi Sosial Ekonomi Arab Pra Islam Bangsa Arab termasuk rumpun dari bangsa Caocasoid dalam sebuah ras mediterranean yang meliputi wilayah sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arabia dan Irania. Bangsa Arab memiliki pola hidup yang berpindah-pindah karena tanahnya terdiri dari gurun pasir, mereka berpindah-pindah mengikuti tumbuhnya stepa (padang rumput yang tumbuh secara sporadis di tanah Arab) di sekitar oasis (genangan air setelah turun hujan). Risalah yang dibawa Muhammad memiliki keterkaitan yang erat dengan milie dunia perniagaan masyarakat perkotaan Arab ketika itu. Tanah air pertama Islam, Makkah, merupakan pusat perniagaan yang sangat makmur. Sementara tanah air keduanya, Yatsrib - atau kemudian berganti nama dan lebih populer dengan Madianah adalah oase kaya yang juga merupakan kota niaga. Sekalipun tidak sebesar Makkah Madinah memiliki peran sentral yang amat vital dalam evolusi eksternal misi kenabian Muhammad SAW, namun milie komersial Makkahlah yang tampaknya paling mendominasi ungkapan-ungkapan alQuran. Pada penghujung abad ke-6, para pedagang besar kota Makkah telah memperoleh kontrol monopoli atas perniagaan yang lewat bolak-balik dari pinggiran pesisir barat Arabia ke Laut Tengah. Kafila-kafilah dagang yang biasanya pergi ke selatan di musim dingin dan ke utara di musim panas, dirujuk dalam al-Quran (106:2). Rute ke selatan adalah Yaman, tetapi biasanya juga diperluas ke Abisinia. sementara rute ke utara adalah ke Siria. Ditangan kafilah-kafilah dagang inilah orang-orang Makkah mempertaruhkan eksistensinya yang asasi. Di lembah kota Makkah yang tandus pertanian maupun peternakan adalah impian indah di siang bolong kota ini sangat bergantung pada impor bahan makanan. karena itu, kehidupan ekonominya yang khas adalah di bidang perniagaan dan kemungkinan besar hanya bersifat moniter. Dan ciri-ciri utama tatanan sosial Arab sebelum Islam adalah sebagai berikut: 1. Mereka menganut faham kesukuan 2. mereka memiliki tata sosial politik yang tertutup dengan partisipasi warga yang terbatas karena faktor keturunan lebih penting dari pada kemampuan. 3. mereka mengenal hirarkhi sosial yang kuat 4. mereka cendrung merendahkan kedudukan perempuan Empat bersaudara anggotaa suku Quraisy dari keluarga Abd al-Manaf Hasyim, alMuththallib, Abd al-Syam dan Naufal dikabarkan telah memperoleh jaminan keamanan dari sejumlah penguasa-penguasa Bizantium, Persia, Abisinia dan Himyari. Hasyim dilaporkan memperolah jaminan keamanan dari sejumlah penguasa, termasuk dari Qasyhar Bizantium; Al-Muththallib juga memperoleh perjanjian yang sama dari penguasa Yaman; Abd al-Syams mendapatkannya dari penguasa Abisinia; dan Naufal memperolehnya dari Kisra Persia. Jaminan keamana sejenis juga diperoleh dari suku-suku Arab di sepanjang perjalanan keempat

bersaudara anggota suku Quraisy itu. Jadi, bisa dikatakan bahwa Imperium niaga orang-orang Makkah dalam kenyataannya dibangun keluarga Abd Manaf lewat fakta-fakta perniagaan mereka. Supremasi kaum Quraisy di dunia perniagaan, dalam kenyataannya, memiliki fondasi religius. Mereka berdiam di dalam suatu kawasan yang di pandang suci seluruh suku Arab. Suku-suku ini bahkan rela meregang nyawa mempertahankan gagasan tentang kesucian makkah. Lebih jauh mereka juga merupakan penjaga kabah, dengan batu hitam (al-h}ajar al-aswad) beserta segala berhala di dalamnya, yang merupakan tempat suci yang diziarahi orang dari berbagai penjuru Arabia Barat. Jadi, kabah jelas merupakan tempat suci yang memiliki posisi sentral bagi suku-suku di Arabia Barat, dan hal ini tentunya sangat menguntungkan bagi aktivitas niaga yang dijalankan orang-orang makkah. C. Kehidupan Keagamaan Masyarakat Arab sebelum Islam Sebelum Islam penduduk Arab menganut agama yang bermacam-macam, dan Jazirah Arab telah dihuni oleh beberapa ideolgi, keyakinan keagamaan. Agamaagama yang ada pada saat itu antara lain : 1. Yahudi. Agama ini dianut orang-orang Yahudi yang berimigrasi ke Jazirah Arab. Daerah Madinah, Khaibar, Fadk, Wadi Al Qura dan Taima menjadi pusat penyebaran pemeluknya. Yaman juga dimasuki ajaran ini, bahkan Raja Dzu Nuwas Al Himyari juga memeluknya. Bani Kinanah, Bani Al Haarits bin Kaab dan Kindah juga menjadi wilayah berkembangnya agama Yahudi ini. 2. Nashara (Kristen). Agama ini masuk ke kabilah-kabilah Ghasasinah dan Al Munadzirah. Ada beberapa gereja besar yang terkenal. Misalnya, gereja Hindun Al Aqdam, Al Laj dan Haaroh Maryam. Demikian juga masuk di selatan Jazirah Arab dan berdiri gereja di Dzufaar. Lainnya, ada yang di And dan Najran. Adapun di kalangan suku Quraisy yang menganut agama Nashrani adalah Bani Asad bin Abdil Uzaa, Bani Imri-il Qais dari Tamim, Bani Taghlib dari kabilah Rabiah dan sebagian kabilah Qudhaah. 3. Majusiyah Sebagian sekte Majusi masuk ke Jazirah Arab di Bani Tamim. Diantaranya, Zaraarah dan Haajib bin Zaraarah. Demikian juga Al Aqra bin Haabis dan Abu Sud (kakek Waki bin Hisan) termasuk yang menganut ajaran Majusi ini. Majusiyah juga masuk ke daerah Hajar di Bahrain. 4. Syirik (Paganisme). Kepercayaan dengan menyembah patung berhala, bintangbintang dan matahari yang oleh mereka dijadikan sebagai sesembahan selain Allah. Penyembahan bintang-bintang juga muncul di Jazirah Arab, khususnya di Haraan, Bahrain dan di Makkah, mayoritas Bani Lakhm, Khuzaah dan Quraisy. Sedangkan penyembahan matahari ada di negeri Yarnan. 5. Al Hunafa Meskipun pada waktu hegemoni paganisme di masyarakat Arab sedemikian kuat, tetapi masih ada beberapa orang yang dikenal sebagai Al Hanafiyun atau Al Hunafa. Mereka tetap berada dalam agama yang hanif, menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya serta menunggu datangnya kenabian. Diantara beberapa agama / kepercayaan tersebut yang paling terkenal adalah penyembahan terhadap berhala yang jumlahnya mencapai lebih dari 360 buah, sehingga menyesaki lingkungan Kabah. Dan setiap qabilah di Arab memiliki berhala sebagai sesembahan mereka sendirisendiri. Di antara berhala yang paling populer di kalangan mereka ialah : 1. Wadd. Adalah nama patung milik kaum nabi Nuh yang berasal dari nama seorang shalih

dari mereka. Ditemukan kembali oleh Amru bin Luhai di Jeddah dan diberikan kepada Auf bin Adzrah dan ditempatkan di Wadi Al Quraa di Dumatul Jandal dan disembah oleh bani kalb bin Murrah. Patung ini ada sampai datangnya Islam kemudian dihancurkan Khalid bin Walid dengan perintah Rasulullah. 2. Suwaa (Adalah salah satu patung kaum nabi Nuh yang ditemukan kembali dan diberikan kepada Mudhor bin Nizaar dan diserahkan kepada bani Hudzail serta ditempatkan di Rohaath sekitar 3 mil dari Makkah. 3. Yaghuts (Adalah salah satu patung kaum nabi Nuh yang ditemukan kembali dan diberikan kepada Naim bin Umar Al Muradi dari Majhaj dan ditempatkan di Akmah atau Jarsy di Yaman, disembah oleh bani Majhaj dan bani Anam dari kabilah Thaiyi. 4. Yauq (Adalah salah satu patung kaum nabi Nuh yang ditemukan kembali dan diberikan kepada kabilah Hamadan dan ditempatkan di Khaiwaan, disembah oleh orang-orang Hamadan. 5. Nasr (Adalah salah satu patung kaum nabi Nuh yang ditemukan kembali dan diberikan kepada kabilah Himyar dan ditempatkan di Saba disembah oleh bani Dzi Al Kilaa dari kabilah Himyar dan sekitarnya. 6. Manaah (Adalah salah satu patung berhala yang ditempatkan di pantai laut dari arah Al Musyallal di Qadid antara Makkah dan Madinah. Patung inisangat diagungkan oleh suku AlAus dan Al Khazraj. Rasulullah mengutus Ali bin Abi Thalib untuk menghancurkannya pada penaklukan kota Makkah. 7. Laata (Laata adalah kuburan orang shalih yang ada di Thaif yang dibangun dengan batu persegi empat. Bangsa Arab seluruhnya sangat mengagungkannya dan sekarang tempatnya adalah di menara masjid Thaif. Ada yang mengatakan bahwa Laata adalah nama seorang yang membuat masakan Sawiiq untuk jamaah haji, lalu ia meninggal kemudian kuburannya disembah. Ketika bani Tsaqif masuk Islam maka Rasulullah mengutus Al Mughiroh bin Syubah untuk menghancurkannya dan kuburan ini dibakar habis. 8. Al Uzza (Al Uzza adalah satu pohon yang disembah. la lebih baru dari Al Laata, ditempatkan di Wadi Nakhlah di atas Dzatu Irqin. Mereka dulu mendengar suara keluar dari Al Uzza. Berhala ini sangat diagungkan Quraisy dan Kinanah. Ketika Rasulullah menaklukan Makkah, beliau mengutus Khalid bin Al Walid untuk menghancurkannya. Ternyata ada tiga pohon dan ketika dirobohkan yang ketiga, tiba-tiba muncul wanita hitam berambut kusut dalam keadaan rneletakkan kedua tangannya di bahunya menampakkan taringnya. Di belakangnya, ada juru kuncinya. Kemudian Khalid penggal lehernya dan pecah, ternyata ia adalah seekor merpati, lalu Khalid bin Al Walid membunuh juru kuncinya. 9. Hubal (Merupakan patung yang paling besar di Kabah. Diletakkan di tengah Kabah. patung ini terbuat dari batu aqiq merah dalam rupa manusia. Dibawa Amru bin Luhai dari Syam. Isaaf dan Naailah (Dua patung berhala yang ada di dekat sumur Zamzam. Dua patung ini berasal dari sepasang orang Jurhum yang masuk ke Kabah dan berbuat fujur, lalu dikutuk menjadi dua batu, seiring perjalanan waktu, keduanya disembah. 10. Am Anas atau Amiya Anas (Ini adalah berhala Bani Khaulaan. Mereka membagi-bagi hasil ternak dan pertaniannya menjadi dua bagian; sebagian untuk Allah dan sebagian untuk berhalanya ini. 11. Saad (Ini adalah berhala milik Bani Mulkaan bin Kinaanah. 12. Dzul Khalashah (Ini adalah berhala milik kabilah Khatsam, Bajilah dan Daus yang berada di Tubaalah, daerah antara Makkah dan Yaman. Begitulah gambaran keadaan agama di Jazirah

Arabiyah sebelum datangnya Islam. Mereka masih mengimani rububiyah Allah dan menganggap Allah sebagai sesembahannya juga dan sebagai Dzat Pencipta. Sumber kepercayaan tersebut adalah risalah samawiyah yang yang dikembangkan dan disebarkan di jazirah Arab terutama risalah nabi Ibrahim dan Ismail. D. Kebudayaan Arab Pra Islam Wilayah Timur Tengah menurut Ali Mufrodi meliputi Turki, Iran, Israel, Libanon, Yordania, Syiria, Mesir dan kerajaan-kerajaan yang ada di kawasan Teluk Persia. Turki yang berbudaya Turki dan Iran yang berbudaya Persia tidak dianggap berkebudayaan Arab karena memiliki kebudayaan sendiri-sendiri demikian juga Mesir yang sudah memiliki budaya Firaun, sedangkan yang masuk kawasan kebudayaan Arab terdiri dari Timur Tengah Afrika Utara seperti Maroko, Aljazair, Tunisia dan Libia. yang menurut Haekal antara budaya dan peradaban tersebut tidak pernah saling mempengaruhi perkembangannya kecuali setelah adanya akulturasi dan asimilasi dengan peradaban Islam. Meskipun belum terdapat sistem pendidikan, masyarakat Arabia pada saat itu tidak mengabaikan kemajuan kebudayaan. Mereka sangat terkenal kemahirannya dalam bidang sastra yaitu bahasa dan syair. Bahasa mereka sangat kaya sebanding dengan bahasa Eropa sekarang ini. Keistimewaan bangsa Arabia di bidang bahasa merupakan kontribusi mereka yang cukup penting terhadap perkembangan dan penyebaran agama Islam. E. Situasi Politik Arab Pra Islam Sebelum kelahiran islam, ada tiga kekuatan politik besar yang perlu dicatat dalam hubungannya dengan Arab; yaitu kekaisaran Nasrani Byzantin, kekaisaran Persia yang memeluk agama Zoroaster, serta Dinasti Himyar yang berkuasa di Arab bagian selatan. Setidaknya ada dua hal yang bisa dianggap turut mempengaruhi kondisi politik jazirah Arab, yaitu interaksi dunia Arab dengan dua adi kuasa saat itu, yaitu kekaisaran Byzantin dan Persia serta persaingan antara yahudi, beragam sekte dalam agama Nasrani dan para pengikut Zoroaster. Tradisi kehidupan gurun yang keras serta perang antar suku yang acap kali terjadi ini nantinya banyak berkaitan dalam penyebaran ide-ide Islami dalam al-Quran, seperti jihad, sabar, persaudaraan (ukhuwwah), persamaan, dan yang berkaitan dengan semua itu. Pada masa sebelum islam yamg diajarkan disebar luaskan ke bangsa arab oleh Rasulullah SAW, orang arab sering kali terjali peperangan antar suku diantaranya dikenak dengan perang fujjar karena terjadi beberapa akali antar suku, yang pertama perang antara suku kinanah dan hawazan, kemuadian quraisy dan hawazan serta kinanah dan hawazan lagi. Dan peperangan ini nterjadi 15 tahun sebelum rasul diutus. Kekaisaran Bizantium dan Kekaisaran Romawi Timur dengan ibu kota Konstantinopel - merupakan bekas Imperium Romawi dari masa klasik. Pada permulaan abad ke-7, wilayah imperium ini telah meliputi Asia kecil, Siria, Mesir dan sebagian daeah Itali serta sejumlah kecil wilayah di pesisir Afrika Utara juga berada di bawah kekuasaannya. Saingan berat Bizantium dalam perebutan kekuasaan di Timur Tengan adalah persia. Ketika itu, imperium ini berada di bawah kekuasaan dinasti Sasanid (sasaniyah). Ibu kota persia adalah al-Madanain,

terletak sekitar dua puluh mil di sebalah tenggara kota bagdad yang sekarang. Wilayah kekuasaannya terbentang dari Irak dan Mesopotamia hingga pedalaman timur Iran dewasa ini serta Afganistan. Menjelang lahirnya Nabi Muhammad SAW, penguasaan Abisinia di Yaman Abraham, atau lebih populer di rujuk dalam literatur Islam sebagai Abrahah melakukan invasi ke Makkah, tetapi gagal menaklukkan kota tersebut lantara epidemi cacar yang menimpa bala tentaranya, Ekpedisi ini- merujuk Alquran dala msurat 105 pada prinsipnmya memiliki tujuan yang seacar sepenuhnya bearda didlam kerangkapolitik internasional ketika itu. yaitu upaya Bizantyum untuk menyatukan suku-suku Arab dibawah pengaruhnya guna menantang Persia. sementara para sejarawan muslim menambahkan tujuan lain untuknya. Menurut mereka ekpedisi tersebut- terjadi kira-kira pada 552dimaksudkan untuk menghancurkan Kabah dalam rangka menjadikan gereja megah di Sana, yang dibangun Abrahah, sebagai pusat ziarah pusat keagamaan di Arabia. F. Infusi Arab Pra Islam terhadap Islam Umar bin Khttab berkata ( Seseorang tidak akan dapat mengetahui Islam secara komprehensip tanpa mengenal kehidupan pada masa jahiliyah). Ungkapan ini cukup beralasan karena masa jahiliyah pada dunia arab merupakan masa dimana Islam yang dibawa Muhammad dikenalkan di masyarakat Arab, sehingga kita tidak akan dapat mampu mengungkap dan mengetahui islam dari berbagai segi jika tidak bisa mengenal dan memahami sejarah jahiliyah secara benar. Ungkapan jahiliyah dapat diartikan dengan dua hal; jahiliyah yang memiliki arti zaman kebodohan kebalikan dari pandai, ini merupakan pengertian yang ditinjau secara akal, sedangkan jika tilihat dari sisi kejiwaan dan kepribadian, jahiliyah berarti orang yang keras hati dan tidak dapat menerima kebenaran, hanya saja mereka tidak pernah menyebutkannya dalam kesehariannya sebagai orang jahiliyah dan julukan ini deberikan oleh Allah dalam al-quran yang merupaka sifat yang pertama kali diberikan kepada orang arab sebelum islam datang. Secara definitive arti jahiliyah adalah mengingkari kebenaran adanya Tuhan dan mengikuti pada selain jalan Tuhan. Orang arab dahulu memiliki pola pikir yang sempit akan tetapi memiliki hawa nafsu yang sangat kuat sehingga tidak dapat dipungkiri bagaimana kondisi psikis dan pola pikirnya ketika pertama kali menedengar bahwa Muhammad diutus menjadi rasul akan tetapi sedikit-demi sedikit pemahaman dan pola pikir jahiliyah yang awalnya kaku ketiak Islam datang mulai disadarkan dan angkat pada derajat yang lebih baik. Pernah bertanya seperti apakah Mekah sebelum Muhamad lahir? Ya, kota Mekah ini merupakan kota yang sangat menarik, yang adalah sebuah kota pusat perdagangan, juga tempat dimana dari berbagai budaya melebur jadi satu, seakan tidak ada perbedaan. Para pedagang atau saudagar disana pun banyak yang berbeda agama. Kaum Quraish disana memuja Hubal, Al-ilah, dan tiga anak perempuan Al-ilah. Sebuah batu hitam yang berasal dari surga mempunyai penghargaan tinggi dan ditempatkan disudut Kaabah, yang mana Kaabah merupakan pusat pemujaan 360 berhala menurut. Dalam Ensiklopedia Islam (edisi Eliade) mengatakan orang-orang, Islam terdahulu,

bersembahyang lima waktu menghadap ke Mekah dan berpuasa selama setengah hari dalam sebulan penuh. Kaum Quraish juga berpuasa, yaitu setiap tanggal 10 Muharram. Muhamad pun memerintahkan yang sama juga, namun kemudian hari hal tersebut merupakan suatu pilihan. Arab sebelum adanya Islam mengadakan ziarah/naik haji (umrah) ke Mekah. Dalam kitab Fiqh al-Sunnah mengatakan mereka yang tidak melakukan Umrah adalah dosa terbesar di bumi. Di Mekah mereka menutupi Kaabah dengan kain dan mereka mempunyai bulan suci dimana tidak ada perang sebelum Islam. Khususnya, diantara berhala yang dipuja di Mekah, salah satu disebut Allah. Berhala yang istimewa ini adalah Tuhan/dewanya suku bangsa Quraish, dan mempunyai tiga anak perempuan. Jika dibandingkan dengan empat dari lima rukun Islam, Orang Mekah sebelum Muhammad ada berpuasa di hari yang sama, memberi sedekah mereka, berdoa menghadap ke Mekah, dan melakukan naik haji (umrah) ke Mekah. DAFTAR PUSTAKA Al-Azami, M.M, The History The Quranic Text, Jakarta : Gema Insani, 2005. Abu Faaris, Abdul Qadir, AlSirah An Nabawiyah Fi Dhui Al Mashadir Al-Ashliyah. Al-Kalbi, Hisha>m Ibn, Kita>b al-As}na>m, edited by Ahmad Zaki Pasha, (Kairo: tp, 1927). Ali, Jawad, Tarikh alArab Qabl al-Islam, (Iraq: Matba' al-Ilm al-Iraqi, 1955),Vol. V. Al-Alusi, Sayyid Mahmud Shakir, Bulugh al-Irb-fi Ahwal al 'Arab (Kairo, tp, tt.) Vol. II. Al-Ghazali, Muhammad, Fiqh al-Sirah (Kairo: dar alkutub al-hadithah, 1976). CD Program, AlMaktabah al-Sha>milah, S{ah}ih{ al-Bukha>ri> Encyclopaedia of Religion and Ethics, Article "Ancient Arab", Vol. 1, 661. Faiz, Fahruddin, Hermeneutika Al-Quran, Yogyakarta : el-SAQ Press, 2005 http://moenawar.multiply.com/journal/item/7_ftnref1 Fahruddin Faiz, Hermeneutika Al-quran, Yogyakarta : el-SAQ Press, 2005 http://moenawar.multiply.com/journal/item/7-ftnref2 Pangabean, Samsul Rizal, Rekontruksi Sejarah Al-Quran, Yogyakarta : FKBA, 2001 http://moenawar.multiply.com/journal/item/7-ftnref4 Al-Azami, M.M, The History The Quranic Text, Jakarta : Gema Insani, 2005 http://moenawar.multiply.com/journal/item/7-ftnref5 Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1993 http://www.muslimhope.com/Indonesian/AsalMulaIslam_OriginsOfIslam_Indonesian. htm (Pebruari 2005) http://blog.vbaitullah.or.id/2006/07/09/754-keadaankeagamaan-bangsa-arab-sebelum-terbitnya-islam-22/ (10 Sept 2008) Haekal, Muhammad Husain, Sejarah Hidup Muhammad (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1997) Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004) Kathi>r, Ibn, al-Bida>ya wa al-Niha>ya (Cairo: 1932), Vol. II. Mufrodi, Ali, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab (Jakarta: Logos, 1997). Moenawwar Khaliel, Ulumul Qur'an; Kondisi Arab pra Islam, dalam http://moenawar.multiply.com/journal/item/7-_ftn5 (22 April 2008) Panggabean, Samsul Rizal, Rekontruksi Sejarah Al-Quran, Yogyakarta : FKBA, 2001. Philip K. Hitti, The Arabs: A Short History (Washington, D.C., Regnery Gateway, 1985) Qutub, Muhammad, Kaifa Naktub al-Ta>ri>kh al-Isla>mi> (Beirut: Dar al-Syuruq, 1992). Ridha, Muhammad, Tarikh al-Insaniyah wa Abtaluha (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1987). Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada. iiim

Diposkan oleh Taufik Siraj di 15:06 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz Label: SEJARAH ISLAM copyright@taufik-siraj.blogspot.com. Template Simple. Didukung oleh Blogger.
Published October 18, 2010 Islamic Thought Leave a Comment

Abstract. This article attempts to show phenomena occurred in Arabic countries especially in Hejaz before Islamic era and their relations and effects to the teachings and the believers of Islam in many aspects such as social, culture, religion, economy, and politics. It aims to advance our understanding of urgencies of historical study of Islam, especially its earliest time so that we find many new historical inventions related to Islamic doctrines. Finally, some conclusions are offered. Keywords: Jahiliya, ancient Byzantium, Roman, Persia, and Arab, trade, Islam, social, culture, religion, belief, economy, politics Pendahuluan Mengkaji tentang Islam akan lebih sempurna bila kita mengkaji Arab pra-Islam terlebih dahulu, karena Islam lahir di tengah-tengah masyarakat Arab yang sudah mempunyai adat istiadat yang diwariskan dari generasi ke generasi. Apalagi ia muncul di kota terpenting bagi mereka yang menjadi jalur penting bagi lalu lintas perdagangan mereka kala itu, dan dibawa oleh Muhammad (570-632 M) yang merupakan salah satu keturunan suku terhormat dan memiliki kedudukan terpandang di antara mereka secara turun-temurun dalam beberapa generasi, Quraysh. Quraysh adalah suku penguasa di atas suku-suku lainnya di Mekah, sebuah kota yang di dalamnya terdapat bangunan suci tua yang memiliki daya tarik yang melebihi tempat-tempat pemujaan lainnya di daerah Arab. Sebagian penulis sejarah Islam biasanya membahas Arab Pra-Islam sebelum menulis sejarah Islam pada masa Muhammad (570-632 M) dan sesudahnya. Mereka menggambarkan runtutan sejarah yang saling terkait satu sama lain yang dapat memberikan informasi lebih komprehensif tentang Arab dan Islam tentang geografi, sosial, budaya, agama, ekonomi, dan politik Arab praIslam dan relasi serta pengaruhnya terhadap watak orang Arab dan doktrin Islam. Kajian semacam ini memerlukan waktu dan referensi yang tidak sedikit, bahkan hasilnya bisa menjadi sebuah buku tersendiri yang berjilid-jilid seperti al-Mufaal f Trkh al-Arab qabla al-Islm karya Jawd Al. Oleh karena itu, kita hanya akan mencukupkan diri pada pembahasan datadata sejarah yang lebih familiar dan gampang diakses mengenai hal itu. Untuk melacak asal-usul orang Arab, mereka merunut jauh ke belakang yaitu pada sosok Ibrahim dan keturunannya yang merupakan keturunan Sam bin Nuh, nenek moyang orang Arab. Secara geneaologis, para sejarahwan membagi orang Arab menjadi Arab Baydah dan Arab Bqiyah. Arab Baydah adalah orang Arab yang kini tidak ada lagi dan musnah. Di antaranya adalah Ad, Thamud, asm, Jadis, Ahab al-Ras, dan Madyan. Arab Bqiyah adalah orang Arab yang hingga saat ini masih ada. Mereka adalah Bani Qan dan Bani Adnn. Bani Qan adalah orang-orang Arab ribah (orang Arab asli) dan tempat mereka di Jazirah Arab. Di antara

mereka adalah raja-raja Yaman, Munadharah, Ghassan, dan raja-raja Kindah. Di antara mereka juga ada Azad yang darinya muncul Aus dan Khazraj. Sedangkan Bani Adnn, mereka adalah orang-orang Arab Mustaribah, yakni orang-orang Arab yang mengambil bahasa Arab sebagai bahasa mereka. Mereka adalah orang-orang Arab bagian utara. Sedangkan tempat asli mereka adalah Mekah. Mereka adalah anak keturunan Nabi Ismail bin Ibrahim. Salah satu anak Nabi Ismail yang paling menonjol adalah Adnn. Muhammad adalah keturunan Adnn. Dengan demikian beliau adalah keturunan Ismail. Menurut Ibnu Hishm (w. 218 H), semua orang Arab adalah keturunan Ismail dan Qan. Tetapi menurut sebagian orang Yaman, Qan adalah keturunan Ismail dan Ismail adalah bapak semua orang Arab. Secara geografis, Jazirah Arab dibagi menjadi dua bagian. Pertama, jantung Arab. Ia adalah wilayah yang berada di pedalaman. Tempat paling utama adalah Najd. Kedua, sekitar Jazirah. Penduduknya adalah orang-orang kota. Wilayah yang paling penting adalah Yaman di bagian selatan, Ghassan di sebelah utara, Ihsa` dan Bahrain di sebelah timur, dan Hijaz di sebelah Barat. Dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa sebenarnya apa yang dimaksud dengan Arab di sini bukanlah daerah di mana penduduknya berbahasa Arab seperti Mesir, Sudan, Maroko, dan lainlain tetapi hanya mencakup dua bagian daerah di atas. Sebelum Islam, Jazirah Arab dikelilingi oleh dua kekuatan besar dan berpengaruh yang selalu terlibat peperangan dan berebut pengaruh ke daerah sekitarnya, yaitu imperium Bizantium pewaris Rumawi sebagai representasi agama Nasrani dan kekaisaran Persia sebagai representasi agama Majusi. Aspek Sosial-Budaya Arab Pra-Islam Sebagian besar daerah Arab adalah daerah gersang dan tandus, kecuali daerah Yaman yang terkenal subur. Wajar saja bila dunia tidak tertarik, negara yang akan bersahabat pun tidak merasa akan mendapat keuntungan dan pihak penjajah juga tidak punya kepentingan. Sebagai imbasnya, mereka yang hidup di daerah itu menjalani hidup dengan cara pindah dari suatu tempat ke tempat lain. Mereka tidak betah tinggal menetap di suatu tempat. Yang mereka kenal hanyalah hidup mengembara selalu, berpindah-pindah mencari padang rumput dan menuruti keinginan hatinya. Mereka tidak mengenal hidup cara lain selain pengembaraan itu. Seperti juga di tempat-tempat lain, di sini pun [Tihama, Hijaz, Najd, dan sepanjang dataran luas yang meliputi negeri-negeri Arab] dasar hidup pengembaraan itu ialah kabilah. Kabilah-kabilah yang selalu pindah dan pengembara itu tidak mengenal suatu peraturan atau tata-cara seperti yang kita kenal. Mereka hanya mengenal kebebasan pribadi, kebebasan keluarga, dan kebebasan kabilah yang penuh. Keadaan itu menjadikan loyalitas mereka terhadap kabilah di atas segalanya. Seperti halnya sebagian penduduk di pelosok desa di Indonesia yang lebih menjunjung tinggi harga diri, keberanian, tekun, kasar, minim pendidikan dan wawasan, sulit diatur, menjamu tamu dan tolong-menolong dibanding penduduk kota, orang Arab juga begitu sehingga wajar saja bila ikatan sosial dengan kabilah lain dan kebudayaan mereka lebih rendah. Ciri-ciri ini merupakan fenomena universal yang berlaku di setiap tempat dan waktu. Bila sesama kabilah mereka loyal karena masih kerabat sendiri, maka berbeda dengan antar kabilah. Interaksi antar kabilah tidak menganut konsep kesetaraan; yang kuat di atas dan yang lemah di bawah. Ini tercermin, misalnya, dari tatanan rumah di Mekah kala itu. Rumah-rumah Quraysh sebagai suku penguasa dan terhormat paling dekat dengan Kabah lalu di belakang mereka menyusul pula rumah-rumah kabilah yang agak kurang penting kedudukannya dan diikuti oleh yang lebih rendah lagi, sampai kepada tempat-tempat tinggal kaum budak dan sebangsa kaum gelandangan. Semua itu bukan berarti mereka tidak mempunyai kebudayaan sama-sekali.

Sebagai lalu lintas perdagangan penting terutama Mekah yang merupakan pusat perdagangan di Jazirah Arab, baik karena meluasnya pengaruh perdagangannya ke Persia dan Bizantium di sebelah selatan dan Yaman di sebelah utara atau karena pasar-pasar perdagangannya yang merupakan yang terpenting di Jazirah Arab karena begitu banyaknya, yaitu Uk, Majnah, dan Dz al-Majz yang menjadikannya kaya dan tempat bertemunya aliran-aliran kebudayaan. Mekah merupakan pusat peradaban kecil. Bahkan masa Jahiliah bukan masa kebodohan dan kemunduran seperti ilustrasi para sejarahwan, tetapi ia merupakan masa-masa peradaban tinggi. Kebudayaan sebelah utara sudah ada sejak seribu tahun sebelum masehi. Bila peradaban di suatu tempat melemah, maka ia kuat di tempat yang lain. Man yang mempunyai hubungan dengan Wd al-Rfidn dan Syam, Saba` (955-115 SM), Anb (400-105 SM) yang mempunyai hubungan erat dengan kebudayaan Helenisme, Tadmur yang mempunyai hubungan dengan kebudayaan Persia dan Bizantium, imyar, al-Mundharah sekutu Persia, Ghassan sekutu Rumawi, dan penduduk Mekah yang berhubungan dengan bermacam-macam penjuru. Fakta di atas menunjukkan bahwa pengertian Jahiliah yang tersebar luas di antara kita perlu diluruskan agar tidak terulang kembali salah pengertian. Pengertian yang tepat untuk masa Jahiliah bukanlah masa kebodohan dan kemunduran, tetapi masa yang tidak mengenal agama tauhid yang menyebabkan minimnya moralitas. Pencapaian mereka membuktikan luasnya interaksi dan wawasan mereka kala itu, seperti bendungan Marib yang dibangun oleh kerajaan Saba`, bangunan-bangunan megah kerajaan imyar, ilmu politik dan ekonomi yang terwujud dalam eksistensi kerajaan dan perdagangan, dan syiir-syiir Arab yang menggugah. Sebagian syiir terbaik mereka dipajang di Kabah. Memang persoalan apakah orang Arab bisa menulis atau membaca masih diperdebatkan. Tetapi fakta tersebut menunjukkan adanya orang yang bisa mambaca dan menulis, meski tidak semuanya. Mereka mengadu ketangkasan dalam berpuisi, bahkan hingga Islam datang tradisi ini tetap ada. Bahkan al-Quran diturunkan untuk menantang mereka membuat seindah mungkin kalimat Arab yang menunjukkan bahwa kelebihan mereka dalam bidang sastra bukan main-main, karena tidak mungkin suautu mukjizat ada kecuali untuk membungkam hal-hal yang dianggap luar biasa. Agama Arab Pra-Islam Paganisme, Yahudi, dan Kristen adalah agama orang Arab pra-Islam. Pagan adalah agama mayoritas mereka. Ratusan berhala dengan bermacam-macam bentuk ada di sekitar Kabah. Mereka bahwa berhala-berhala itu dapat mendekatkan mereka pada Tuhan sebagaimana yang tertera dalam al-Quran. Agama pagan sudah ada sejak masa sebelum Ibrahim. Setidaknya ada empat sebutan bagi berhala-hala itu: anam, wathan, nuub, dan ubal. anam berbentuk manusia dibuat dari logam atau kayu. Wathan juga dibuat dari batu. Nuub adalah batu karang tanpa suatu bentuk tertentu. ubal berbentuk manusia yang dibuat dari batu akik. Dialah dewa orang Arab yang paling besar dan diletakkan dalam Kabah di Mekah. Orang-orang dari semua penjuru jazirah datang berziarah ke tempat itu. Beberapa kabilah melakukan cara-cara ibadahnya sendiri-sendiri. Ini membuktikan bahwa paganisme sudah berumur ribuan tahun. Sejak berabadabad penyembahan patung berhala tetap tidak terusik, baik pada masa kehadiran permukiman Yahudi maupun upaya-upaya kristenisasi yang muncul di Syiria dan Mesir. Yahudi dianut oleh para imigran yang bermukim di Yathrib dan Yaman. Tidak banyak data sejarah tentang pemeluk dan kejadian penting agama ini di Jazirah Arab, kecuali di Yaman. Dz Nuws adalah seorang penguasa Yaman yang condong ke Yahudi. Dia tidak menyukai penyembahan berhala yang telah menimpa bangsanya. Dia meminta penduduk Najran agar masuk agama Yahudi, kalau tidak akan dibunuh. Karena mereka menolak, maka digalilah sebuah parit dan dipasang api di dalamnya. Mereka dimasukkan ke dalam parit itu dan yang tidak mati

karena api, dibunuh dengan pedang atau dibuat cacat. Korban pembunuhan itu mencapai dua puluh ribu orang. Tragedi berdarah dengan motif fanatisme agama ini diabadikan dalam alQuran dalam kisah orang-orang yang membuat parit. Adapun Kristen di Jazirah Arab dan sekitarnya sebelum kedatangan Islam tidak ternodai oleh tragedi yang mengerikan semacam itu. Yang ada adalah pertikaian di antara sekte-sekte Kristen yang meruncing. Menurut Muammad bid al-Jbir, al-Quran menggunakan istilah Nar bukan al-Masyah dan al-Mas bagi pemeluk agama Kristen. Bagi pendeta Kristen resmi (Katolik, Ortodoks, dan Evangelis) istilah Nar adalah sekte sesat, tetapi bagi ulama Islam mereka adalah awryn. Para misionaris Kristen menyebarkan doktrinnya dengan bahasa Yunani yang waktu itu madhhab-madhhab filsafat dan aliran-aliran gnostik dan hermes menyerbu daerah itu. Inilah yang menimbulkan pertentangan antara misionaris dan pemikir Yunani yang memunculkan usaha-usaha mendamaikan antara filsafat Yunani yang bertumpu pada akal dan doktrin Kristen yang bertumpu pada iman. Inilah yang melahirkan sekte-sekte Kristen yang kemudian menyebar ke berbagai penjuru, termasuk Jazirah Arab dan sekitarnya. Sekte Arius menyebar di bagian selatan Jazirah Arab, yaitu dari Suria dan Palestina ke Irak dan Persia. Misionaris sekte ini telah menjelajahi penjuru-penjuru Jazirah Arab yang memastikan bahwa dakwah mereka telah sampai di Mekah, baik melalui misionaris atau pedagang Quraysh yang mana mereka berhubungan terus-menerus dengan Syam, Yaman, da abashah. Tetapi salah satu sekte yang sejalan dengan tauhid murni agama samawi adalah sekte Ebionestes. Salah satu corak beragama yang ada sebelum Islam datang selain tiga agama di atas adalah anfyah, yaitu sekelompok orang yang mencari agama Ibrahim yang murni yang tidak terkontaminasi oleh nafsu penyembahan berhala-berhalam, juga tidak menganut agama Yahudi ataupun Kristen, tetapi mengakui keesaan Allah. Mereka berpandangan bahwa agama yang benar di sisi Allah adalah anfyah, sebagai aktualisasi dari millah Ibrahim. Gerakan ini menyebar luas ke pelbagai penjuru Jazirah Arab khususnya di tiga wilayah Hijaz, yaitu Yathrib, aif, dan Mekah. Di antara mereka adalah Rhib Ab mir, Umayah bin Ab al-alt, Zayd bin Amr bin Nufayl, Waraqah bin Nawfal, Ubaydullah bin Jash, Kaab bin Lu`ay, Abd al-Muallib, Asad Ab Karb al-amr, Zuhayr bin Ab Salma, Uthmn bin al-uwayrith. Tradisi-tradisi warisan mereka yang kemudian diadopsi Islam adalah: penolakan untuk menyembah berhala, keengganan untuk berpartisipasi dalam perayaan-perayaan untuk menghormati berhala-berhala, pengharaman binatang sembelihan yang dikorbankan untuk berhala-berhala dan penolakan untuk memakan dagingnya, pengharaman riba, pengharaman meminum arak dan penerapan vonis hukuman bagi peminumnya, pengharaman zina dan penerapan vonis hukuman bagi pelakunya, berdiam diri di gua hira sebagai ritual ibadah di bulan ramaan dengan memperbanyak kebajikan dan menjamu orang miskin sepanjang bulan ramaan, pemotongan tangan pelaku pencurian, pengharaman memakan bangkai, darah, dan daging babi, dan larangan mengubur hidup-hidup anak perempuan dan pemikulan beban-beban pendidikan mereka. Ekonomi dan Politik Arab Pra-Islam Sebagaimana telah disinggung di atas bahwa sebagian besar daerah Arab adalah daerah gersang dan tandus, kecuali daerah Yaman yang terkenal subur dan bahwa ia terletak di daerah strategis sebagai lalu lintas perdagangan. Ia terletak di tengah-tengah dunia dan jalur-jalur perdagangan dunia, terutama jalur-jalur yang menghubungkan Timur Jauh dan India dengan Timur Tengah melalui jalur darat yaitu dengan jalur melalui Asia Tengah ke Iran, Irak lalu ke laut tengah, sedangkan melalui jalur laut yaitu dengan jalur Melayu dan sekitar India ke teluk Arab atau

sekitar Jazirah ke laut merah atau Yaman yang berakhir di Syam atau Mesir. Oleh karena itu, perdagangan merupakan andalan bagi kehidupan perekonomian bagi mayoritas negara-negara di daerah-daerah ini. Ditambah lagi dengan kenyataan luasnya daerah di tengah Jazirah Arab, bengisnya alam, sulitnya transportasi, dan merajalelanya badui yang merupakan faktor-faktor penghalang bagi terbentuknya sebuah negara kesatuan dan menggagalkan tatanan politik yang benar. Mereka tidak mungkin menetap. Mereka hanya bisa loyal ke kabilahnya. Oleh karena itu, mereka tidak akan tunduk ke sebuah kekuatan politik di luar kabilahnya yang menjadikan mereka tidak mengenal konsep negara. Kondisi semacam ini sangat mempengaruhi corak perekonomian orang Arab pra-Islam yang sangat bergantung pada perdagangan daripada peternakan apalagi pertanian. Mereka dikenal sebagai pengembara dan pedagang tangguh. Mereka juga sudah mengetahui jalan-jalan yang bisa dilalui untuk bepergian jauh ke negeri-negeri tetangga. Adalah Hshim (lahir 464 M), kakek buyut Nabi, yang pertamakali membudayakan bepergian bagi suku Quraysh pada musim dingin ke Yaman dan ke abashah ke Negus dan pada musim panas ke Syam dan ke Gaza dan barangkali hingga sampai di Ankara lalu menemui kaisar. Ini merupakan perdangan lintas negara yang biasa mereka lakukan. Mereka juga bisa menjalin hubungan perdagangan dengan dua kekuatan politik yang saling bertentangan, yaitu Bizantium dan Persia tanpa memihak ke salah satu di antara keduanya. Oleh karena itu, peradaban mereka dipengaruhi oleh aktivitas perdagangan dalam arti bahwa mereka berinteraksi dengan masyarakat-masyarakat seberang dan semakin menjauh dari pola badui. Jauh berbeda dengan Yaman, selain letak geografisnya yang strategis untuk perdagangan, ia juga merupakan daerah subur. Dengan dua kelebihan yang ada, mereka bisa mengandalkan perdangangan dan pertanian sebagai sumber ekonomi mereka. Mereka mengirim kulit, sutera, emas, perak, batu mulia, dan lain-lain Mesir kemudian ke Yunani, Rumania, dan imperium Bizantium. Kerajaan Ma`n, Saba`, dan imyar yang ada di Yaman mencapai stabilitas politik dan ekonomi, bahkan menciptakan kehidupan yang beradab dengan tersebarnya pasar-pasar dan bangunan-bangunan menakjubkan yang bersandar pada pertanian dan perdangangan yang sangat maju. Ini menunjukkan bahwa pengetahuan mereka tentang ekonomi dan politik lebih maju daripada daerah-daerah lain di Jazirah Arab, sehingga merengkuh lebih awal peradaban yang tinggi. Penutup Penjelasan di atas mengisyaratkan bahwa cara hidup orang Arab pra-Islam terbagi menjadi dua. Pertama, masyarakat madani yang bertani dan berdagang. Kedua, bersatu dalam kebiasaankebiasaan kabilah-kabilah pengembara yang banyak bertumpu pada peraturan-peraturan yang telah ada. Corak yang pertama dianut masyarakat perkotaan atau mereka yang telah mencapai peradaban lebih tinggi terutama Yaman, sementara corak kedua dianut oleh masyarakat badui yang diwakili oleh daerah Hijaz dan sekitarnya. Sebagian orang terlalu berlebihan dalam menyikapi tradisi-tradisi Arab sebelum Islam. Seakan-akan semua tradisi mereka jelek. Padahal sebagian tradisi mereka diadapsi oleh Islam dan tetap dipertahankan hingga sekarang, seperti pengagungan Kabah dan tanah suci, haji dan umrah, sakralisasi bulan ramaan, mengagungkan bulan-bulan aram, penghormatan terhadap Ibrahim dan Ismail, pertemuan umum hari jumat. Islam tidak arogan dalam menyikapi tradisi-tradisi yang sudah ada, tetapi ia mengadopsi sebagian tradisi tersebut dan mengadapsi sebagian yang lain sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Islam. Allah memilih Mekah untuk menurukan Islam dan memilih Muhammad sebagai pembawanya. Dua hal ini sangat penting karena letak Mekah yang strategis dan nasab dan pribadi beliau yang

terpandang memungkinkan Islam lebih cepat diterima dan tersebar ke segenap penjuru, terutama masyarakat kelas bawah yang ingin bebas dari belenggu-belenggu sosial yang cenderung diskriminatif terhadap mereka. [] Footnote Ahmad al-Usayr, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003), 58. Ibid., 62-63. Ab Muammad Abd al-Mlik bin Hishm, al-rah al-Nabawyah (Kairo: Mabaah al-Anwr al-Muammadyah, t.t.), 16. Ibid., 23. Ibid., 62. Muammad usayn Haykal, Sejarah Hidup Muhammad (Jakarta: Litera AntarNusa, 1996), 9. Ibid., 14. Ibid., 43. Abd al-Azz al-Dawr, Muqaddimah f Trkh adr al-Islm (Beirut: Markaz Dirsah alWadah al-Arabyah, 2007), 44-45. Untuk mengetahui lebih detil sejarah kerajaan-kerajaan Arab pra-Islam tersebut baca: Ahmad al-Usayr, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, 64-69. Ahmad al-Usayr, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, 65. Abd al-Azz al-Dawr, Muqaddimah f Trkh adr al-Islm, 45. Muammad usayn Haykal, Sejarah Hidup Muhammad, 19. M.M. al-Aam, Sejarah Teks al-Quran dari Wahyu sampai Kompilasi (Jakarta: Gema Insani, 2005), 23. Muammad usayn Haykal, Sejarah Hidup Muhammad, 10-11. Muammad Abid Al-Jbir, Madkhal ila al-Qur`n al-Karm (Beirut: Markaz Dirsah alWadah al-Arabyah, 2007), 38-46. Ibid., 58. Ibid., 41-42. Khalil Abdul Karim, Syariah: Sejarah, Perkelahian, Pemaknaan (Yogyakarta: LKiS, 2003), 1516. Ibid., 17. Abd al-Azz al-Dawr, Muqaddimah f Trkh adr al-Islm, 38. Lihat juga: W`il allq, Nasha`ah al-Fiqh al-Islm wa Taawwuruhu (ana`i: Dr al-Madr al-Islm, 2007), 32. Abd al-Azz al-Dawr, Muqaddimah f Trkh adr al-Islm, 41. Lihat catatan kaki dalam: Muammad Abid Al-Jbir, Madkhal ila al-Qur`n al-Karm, 62. Abd al-Azz al-Dawr, Muqaddimah f Trkh adr al-Islm, 40. W`il allq, Nasha`ah al-Fiqh al-Islm wa Taawwuruhu (ana`i: Dr al-Madr al-Islm, 2007), 32. Ibid., 44. Khalil Abdul Karim, Syariah: Sejarah, Perkelahian, Pemaknaan, 5-12. Bibliografi Abdul Karim, Khalil. Syariah: Sejarah, Perkelahian, Pemaknaan. Yogyakarta: LKiS, 2003. Abd al-Mlik bin Hishm, Ab Muammad. al-rah al-Nabawyah. Kairo: Mabaah al-Anwr al-Muammadyah, t.t.

Al-Aam, Muammad Musafa. Sejarah Teks al-Quran dari Wahyu sampai Kompilasi. Jakarta: Gema Insani, 2005. Al-Dawr, Abd al-Azz. Muqaddimah f Trkh adr al-Islm. Beirut: Markaz Dirsah alWadah al-Arabyah, 2007. Al-Jbir, Muammad Abid. Madkhal ila al-Qur`n al-Karm. vol.1. Beirut: Markaz Dirsah alWadah al-Arabyah, 2007. Al-Usayr, Ahmad. Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX. Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003. Haykal, Muammad usayn. Sejarah Hidup Muhammad. Jakarta: Litera AntarNusa, 1996. allq, W`il. Nasha`ah al-Fiqh al-Islm wa Taawwuruhu. ana`i: Dr al-Madr al-Islm, 2007.
Like Be the first to like this post. 0 Responses to Kondisi Arab Pra-Islam dalam Aspek: Sosial Budaya, Agama, Ekonomi, dan Politik Feed for this Entry Trackback Address

Sekilas Arab Pra-Islam Jazirah Arab pada masa pra-Islam adalah wilayah yang diapit oleh dua imperium besar: Byzantium (Romawi) dan Persia. Kekuasaan Byzantium meliputi wilayah-wilayah di sebelah barat Jazirah, termasuk Syam dan Mesir. Adapun kekuasaan Persia meliputi wilayah-wilayah di sebelah timur Jazirah, termasuk Irak. Tidak ayal lagi, daerah kekuasaan kedua imperium ini berbatasan satu sama lain di sebelah utara Jazirah. Pada negeri-negeri batas inilah, masingmasing imperium membentuk buffer-state. Dua kekuatan superpower senantiasa saling berusaha menjatuhkan. Hal ini pula yang terjadi pada Byzantium dan Persia. Terjadi konflik berkepanjangan diantara dua imperium ini. Sebagai akibatnya, negeri-negeri batas kedua imperium ini, yang terletak di sebelah utara Jazirah, tidak pernah sepi dari konflik. Dampak dari konflik di utara Jazirah ini, para pedagang dari Timur yang ingin mengekspor barang dagangannya ke kawasan Laut Tengah di Barat tidak bisa melewati jalur tersebut. Sebagai alternatif, mereka mengambil jalur memutar: Teluk Persia Yaman Hijaz Laut Tengah. Nah, di Hijaz inilah terletak kota Mekkah. Dengan demikian, Mekkah ketika itu adalah salah satu titik transit perdagangan antar negara. Diluar konteks perdagangan antar negara, Mekkah juga merupakan pusat berkumpulnya manusia dari berbagai penjuru Jazirah pada setiap musim haji. Pada kesempatan yang sama, mereka menggelar Pasar Akbar yang dikenal sebagai Pasar Ukaz. Jadi, seandainya pun Mekkah tidak dilewati jalur perdagangan internasional, ia tetap ramai oleh para pedagang Jazirah sendiri. Dengan nuansa dagang yang kental ini, pekerjaan utama penduduk Mekkah ya berdagang itu. Mereka bukan komunitas petani, karena memang tanah di Mekkah juga tidak terlalu subur. Meski

begitu, mereka tidak pernah kekurangan bahan-bahan pangan karena mereka selalu mampu memenuhinya dari perdagangan yang mereka jalankan. Penduduk Mekkah adalah para pedagang yang cukup handal. Tidak hanya berdagang secara lokal, mereka juga biasa melakukan ekspedisi dagang ke Syria (Syam) di utara Jazirah dan ke Yaman di selatan Jazirah. Berbeda dengan Yaman ataupun Syria yang lebih subur, kawasan Hijaz dan Najd yang terletak di tengah-tengah Jazirah pada umumnya adalah padang gurun yang tandus. Karena itu wilayah ini sama sekali tidak menarik bagi negeri kolonialis Byzantium dan Persia. Kendati kedua imperium ini senantiasa berusaha menambah koloni-koloninya, namun mereka tidak pernah berpikir untuk menguasai padang gurun Arab. Transportasi ke sana terlalu keras. Bertahan hidup disana juga tidak mudah. Dan lebih jauh dari itu, tidak ada kekayaan alam yang bisa mereka eksploitasi. Karena itu, padang gurun Arab ketika itu adalah wilayah yang belum pernah terjajah. Pada umumnya, cara hidup orang Arab pra-Islam adalah nomaden. Mereka berpindah-pindah dari satu padang rumput (oase) ke padang rumput lainnya. Mereka inilah yang biasa disebut sebagai masyarakat badui. Namun demikian, ada juga diantara orang-orang Arab yang hidup menetap di kota-kota. Orang-orang Arab hidup secara komunal, hidup dalam suku-suku yang umumnya terbentuk berdasarkan pertalian darah. Dengan hidup secara komunal, seseorang bisa bertahan hidup. Suku ketika itu adalah pelindung bagi eksistensi seseorang. Jika seseorang terbunuh oleh suku yang lain, suku orang tersebut akan melakukan tindakan menuntut balas. Inilah satu-satunya hukum yang berlaku bagi tindak kriminal pembunuhan. Tidak ada sistem hukum mapan dan canggih yang mengatur hal ini. Ini akhirnya menciptakan lingkaran setan pembunuhan, sehingga berakibat pada terjadinya konflik dan peperangan antar suku yang tidak pernah berhenti. Meski demikian masih ada hal-hal positif yang ada pada suku-suku tersebut. Mereka pada umumnya sangat membangga-banggakan muruah (sifat-sifat ksatria). Para penyair ketika itu biasa memuji-muji suku atas sifat-sifat muruah yang mereka miliki. Berbicara tentang wanita, secara singkat bisa dikatakan bahwa di Arab pada masa itu kaum wanita tidak mendapat kedudukan dan penghargaan yang layak. Masyarakat Mekkah sendiri adalah masyarakat paganis, penyembah berhala. Mereka polytehis, menyembah banyak tuhan. Meski Allah bagi mereka adalah The Supreme God, Tuhan Tertinggi, namun mereka masih memiliki banyak dewa yang mereka posisikan sebagai perantara antara mereka dan Allah. Yang paling populer dari dewa-dewa tersebut adalah Latta, Uzza, Manat dan Hubal. Secara ekonomi, masyarakat Mekkah adalah masyarakat yang kapitalis. Diantara mereka terdapat golongan borjuis, yakni orang-orang dan suku-suku yang kaya dan terpandang. Mereka pada umumnya individualis dalam hal kekayaan. Kepedulian mereka relatif rendah terhadap orangorang dan suku-suku yang lemah dan papa. Ditengah-tengah masyarakat yang demikian inilah Muhammad dilahirkan.

PENDUDUK PERTAMA DI MADINAH Diriwayatkan bahwa orang pertama yang menghuni madinah (yatsrib) setelah banjir dan badai topan Nabi Nuh, adalah qainah Bin mahlabeil bin ubai keturunan Nabi Nuh AS Diriwayatkan pula bahwa orang pertama yang membangun Pemukiman permanen, menebar benih dan

mananam tanaman di madinah adalah Al-Amalik Banu Amlak Bin Arpakhsyuz Bin sam. Diantara mereka yang menetap di yastrip adalah Banu haf dan Banu mathruil. MADINAH PADA MASA ISLAM Rasullullah SAW Dan para Sahabat nyas kaum muhajirin berhijrah ke madinah munawarah pada tahun 622 m. Setelah dilakukan kesepakatan dan perjanjian dengan orang-orang Anshor (Al-Aus dan Al-Khajraj) untuk melindunginya dan membela agamanya madinah menjadi benteng dan pusat pertahanan islam yang tangguh serta obor yang memancarkan sinarnya ke berbagai upuk dan dari sana islam tersebar luas ke segenap penjuru dunia, KEADAAN PEREKONOMIAN MADINAH PADA MASA RASULULLAH SAW Pertamakali Rasulullah SAW sampai di yastrip pada tanggal 12 rabiul awal, terdapat suatu bukti untuk mendukung adanya transaksi dagang Muhammad sebelum dan sesudah kenabian, di Makkah maupun di Madinah. Dirawayatkan bahwa Nabi melakukan transaksi, baik untuk penjualan maupun pembelian. Namun, diantara masa kenabian yang hijrah ke kota madina, terdapat lebih banyak transaksi pembelian dari pada transaksi penjualan. Dan setelah hijrah ke madinah, transaksi penjualan sangat sedikit jumlahnya, menurut sebuah laporan terbukti hanya ada tiga sementera transaksi pembelian banyak sekali beberapa transaksi dilakukan oleh Nabi 1. Transaksi-transaksi penjualan 2. Trasaksi-transaksi pembelian jadi, melihat keadaan di atas bahwa sesungguhnya madinah pada zaman Rasul adalah kota yang banyak menghasilkan barang-barang distribusi. Cintoh nyatanya Nabi Muhammad SAW lebih memilih untuk membeli barang di madinah maka, kalu kita lihat dari sisi kejadian bahwa kota Madinah perekonomiannya sudah maju pada zaman Kenabian contohnya Nabi melakukan sejumlah besar transaksi pembelian seekor Biri-biri oleh Bilal di kota madinah.jadi selain madinah menghasilkan barang jadi seperti tekstil, tapi juga menjual hewan ternak seperti Biri-biri yang dibeli oleh Rasul melalui Bilal, maka sudah cukup kuat bukti bahwa madinah sudah maju dari segi perekonomian dan ada pula dalam riwayat menyebutkan bahwa Muhammad juga berdagang di madinah tapi pas di perjalanan seorang lelaki bernama Mungiz Ibnu Hayyan dari suku Ghanam Ibnu Wadiah sering membawa barang dagangan dari hijrah ke yastrib (madinah) dimasa arab jahiliyah ia masih selalu membawa barang-barangnya kesana bahkan setelah Nabi Hijrah ke madinah meletakkan dasar-dasar masyarakat islam Islam lahir di makkah, karena itulah Nabi di utus. Akan tetapi, agama Islam tersiar dari madinah . Masa makkah adalah masa menyeruh kepada Allah yang dapat tantangan dan tindasan dari kaum quraisy. Sebab itu kaum muslimin di makkah adalah oknum-oknum yang Memiliki akhlak islam, dan telah menjadi darah daging bagi mereka akhlak islam itu, tetapi mereka belum lagi dapat mewujudkan suatu masyarakat islam. Hal ini desebabkan, oleh karena mereka masih sedikit dan tiada berdaya. Setelah Nabi berhijrah ke madinah, dan manusia telah berbondong-bondong masuk agama islam, mulailah Nabi membentuk suatu masyarakat baru, dan meletakkan dasardasar untuk suatu masyarakat yang besar yang sedang ditunggu-tunggu oleh sejarah. Dibawah akan kita terangkan dengan ringkas dasar-dasar dari masyarakat islam yang baru di bentuk itu. PERTAMA MENDIRIKAN MASJID Sebelum agama islam datang telah menjadi kebiasaan bagi suku-suku arab menyediakan tempat untuk pertemuan. Ditempat itu mereka mempertontonkan sihir, mengadakan upacara perkawinan, berjual beli, dll Setelah agama islam datang , Rasulullah bermaksud hendak mempersatukan suku-suku bangsa ini dengan jalan menyediakan suatu tempat pertemuan. Ditempat ini semua penduduk dapat bertemu untuk mengerjakan ibadat dan pekerjaaanpekerjaan atau upacara-upacara lain. Maka Nabi mendirikan Masjid, dan diberi nama Baitullah

Di Masjid ini kaum muslimin dapat bertemu mengerjakan ibadah, belajar, mengadili perkaraperkara, jual beli dan upacara-upacara lain. Kemudian ternyata bahwa banyak terjadi hiruk-pikuk yang menggangu orang-orang yang sedang bersembahyang. Maka dibuatnyalah satu temnpat yang khas untuk sembahyang , terletak jauh dari hiruk-pikuk. Tempat itu dinamai Masjid masjid ini memegang peranan besar untuk mempersatukan kaum muslimin dan mempertalikan jiwa mereka. KEDUA : MEMPERSAUDARAKAN ANTARA ANSHAR DAN MUHAJIRIN Menurut istilah yang dpakai oleh ahli-ahli sejarah, kaum muslimin yang berhijrah dari makkah ke madinah disebut Anshar. Kaum muslimin makkah yang berhijrah ke madinah banyak menderita kemiskinan, karena harta benda dan kekayaan mereka di tinggalkan di makkah, diwaktu mereka berhijrah ke madinah melarikan agama dan keyakinan yang mereka anut. Rasulullah SAW mempersaudarakan antara kedua golongan kaum muslimin ini. Ali Ibnu Abi Thalib dipilih menjadi saudara beliau sendiri. keluarga-keluarga Islam yang terdiri dari muhajirin dan anshar, masing-masing keluarga mempunyai pertalian yang erat dengan keluarga-keluarga yang banyak, karena ikatan persaudaraan yang diadakan Rasulullah. Dengan mengadakan persaudaraan seperti ini Rasulullah telah menciptakan satu kesatuan yang berdasarkan agama, pengganti persaudaraan yang berdasarkan kesukuan seperti yang banyak kejadian sebelum itu. KETIGA MELETAKKAN DASAR-DASAR POLITIK, EKONOMI DAN SOSIAL UNTUK MASYARAKAT BARU Karena masyarakat Islam itu telah terwujud , maka menjadi suatu keharusan Islam untuk menentukan dasar-dasar Yang kuat bagi masyarakat yang baru terwujud maka timbulah dari dia buah sumber yang jadi pokok hukum ini Al-Quran dan Hadis. Nabi melakukan banyak transaksi jual beli sebelum masa kenabiannya , dan setelah misi suci ini keterlibatannya dalam urusan perdagangan agak menurun, sesudah hijrah ke madinah, aktivitas penjualannya bahkan semakin sedikit, meskipun terjadi agak banyak transaksi pembelian (zad al-maad) sepanjang hidupnya Nabi banyak melakukan pinjaman, terutama setelah hijrah ke madinah. Tetapi ia seorang peminjam yang pemurah, kapan saja ia meminjam sesuatu dari orang lain, yang selalu membayar kembali lebih banyak sebagai tanda kebaikan hatinya , ketika membayar hutangnya , Nabi selalu mendoakan orang yang berpiutang semoga Allah SWT memberkati keluarga dan hartamu. jadi perekonomian madinah mulai berkembang pesat pada masa Sahabat karena pada masa Rasulullah Rasul lebih mengurus hubungan anatar kaum muhajirin dan anshor dan kita juga telah mengetahui Rasulullah lebih banyak membeli produksi dari pada menjuial di kota madinah http://www.google.com

You might also like