You are on page 1of 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kecelakaan Kerja 2.1.1. Definisi Kecelakaan Kerja Kecelakaan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan yang tidak terduga, dan tidak direncanakan yang terjadi dan yang dapat menimbulkan cedera ataupun kerugian.10 Sedangkan kecelakaan akibat kerja adalah suatu kecelakaan yang berhubungan dengan kerja di dalam perusahaan yang dapat berarti bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan.7 Kecelakaan akibat kerja dapat pula diperluas lingkupnya, dapat pula meliputi kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan pergi maupun pulang tempat kerja. 7 Dengan demikian kecelakaan kerja dapat dibagi menjadi 2 golongan,7 yaitu : 1. Kecelakaan Industri (Industrial accident), yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja karena ada sumber bahaya atau bahaya kerja. 2. Kecelakaan dalam perjalanan (community accident), yaitu kecelakaan yang terjadi di luar tempat kerja yang berkaitan dengan adanya hubungan kerja.

2.1.2. Sebab Terjadinya Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja terjadi akibat berbagai macam penyebab. Namun, pada umumnya penyebab kecelakaan kerja dibagi menjadi penyebab langsung dan penyebab dasar.7 Kedua penyebab tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut : A. Penyebab Langsung Merupakan suatu keadaan yang dapat dilihat dan dirasakan secara langsung, dan dibagi menjadi 2 macam penyebab7 : 1. Tindakan-tindakan yang tidak aman (substandard acts) yaitu tingkah laku, atau perbuatan yang akan menimbulkan kecelakaan. 2. Keadaan-keadaan lingkungan kerja yang tidak aman (substandard conditions). Kedua penyebab ini hanya merupakan suatu gejala (symptom) dari suatu kecelakaan kerja yang terjadi, sehingga di dalam lingkungan suatu perusahaan penting sekali untuk mencari pokok permasalahan yang menyebabkan timbulnya substandard action ataupun substandard

condition agar dapat dihindari.

B. Penyebab Dasar

Penyebab dasar ini terdiri dari 2 faktor, antara lain7 : 1. Faktor manusia, berdasarkan pengertiannya dapat didefinisikan sebagai tindakan tindakan yang tidak aman dan berbahaya yang disebabkan oleh pekerja atau tindakan atau perbuatan pekerja yang menyimpang dari tata cara atau prosedur yang aman,11 contohnya:

1. Kurangnya kemampuan mental, fisik, dan psikologi 2. Kurangnya atau lemahnya pengetahuan dan keterampilan/ keahlian 3. Stress 4. Motivasi yang tidak cukup atau salah 2. Faktor Kerja atau lingkungan, didefinisikan sebagai kondisi kondisi lingkungan kerja yang tidak aman dan berbahaya bagi para pekerja, atau keadaan yang tidak aman dimana seharusnya dapat diperbaiki,11 contohnya : 1. Tidak cukupnya kepemimpinan dan atau pengawasan 2. Tidak cukup rekayasa (engineering) 3. Tidak cukup pembelian / pengadaan barang 4. Tidak cukup perawatan

2.1.3. Klasifikasi kecelakaan akibat kerja Klasifikasi kecelakaan akibat kerja menurut organisasi perburuhan internasional tahun 1962 adalah sebagai berikut8 :

Tabel 2.1 Klasifkasi kecelakaan kerja menurut ILO Menurut jenis Kecelakaan 1. Terjatuh 2. Tertimpa benda jatuh 3. Tertumbuk atau terkena benda, terkecuali benda jatuh 4. Terjepit oleh benda 5. Gerakan melebihi kemampuan 6. Pengaruh suhu tinggi 7. Terkena arus listrik
8. Kontak

Menurut penyebab 1. Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga, mesin pertambangan, dan lain sebagainya 2. Alat angkut dan alat angkat, misalnya mesin angkat dan peralatan, alat angkutan udara, dan lain sebagainya 3. Peralatan lain, misalnya bejana bertekanan, dapur pembakar, tangga, dan lain sebagainya 4. Bahan, zat, dan radiasi, misalnya bahan peledak, radiasi, debu, gas, dan lain sebagainya 5. Lingkungan kerja, misalnya diluar dan di dalam bangunan, serta di bawah tanah
6. Penyebab lain yang

Menurut Sifat Luka dan Kelainan 1. Patah tulang 2. Keseleo 3. Regang otot atau urat 4. Memar dan luka dalam yang lain 5. Amputasi 6. Luka di permukaan 7. Gegar dan remuk 8. Luka bakar 9. Keracunan mendadak (akut) 10. Akibat cuaca 11. Mati lemas 12. Pengaruh arus listrik 13. Pengaruh radiasi

Menurut Letak Kelainan Atau Luka di Tubuh 1. Kepala 2. Leher 3. Badan 4. Anggota atas 5. Anggota bawah 6. Banyak tempat 7. Kelainan umum

dengan bahaya atau listrik

belum termasuk golongan tersebut, misalnya hewan dan penyebab lain Sumber : ILO (2004)

Klasifikasi tersebut merupakan pencerminan kenyataan, bahwa kecelakaan kerja akibat kerja jarang sekali disebabkan oleh satu faktor, melainkan oleh berbagai faktor8 .

Kejadian kecelakaan dapat pula diklasifikasikan menjadi 5 macam, 8 yaitu: 1. Nyaris kecelakaan (near miss accident), secara fisik seorang pekerja belum terjadi kecelakaan, tetapi akibat dari suatu keadaan atau tindakan yang mengarah kepada terjadinya kecelakaan. 2. Kecelakaan ringan (minor accident), kecelakaan ringan sering juga disebut first aid accident, yakni kecelakaan yang cukup dibantu dengan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K). Atau kecelakaan yang menimbulkan hari kerja hilang kurang dari dua hari atau 2 x 24 jam. 3. Kecelakaan sedang (middle accident), adalah kecelakaan yang berakibat timbulnya hari kerja hilang tetapi tidak berakibat cacat tetap atau sementara. 4. Kecelakaan berat (serious accident), adalah kecelakaan yang berakibat timbulnya hari kerja hilang dan berakibat cacat tubuh seperti putus jari tangan, jari kaki atau anggota tubuh lainnya. 5. Kecelakaan fatal, adalah kecelakaan yang berakibat timbulnya korban meninggal.

2.1.4. Pencegahan Kecelakaan Kerja Faktor penyebab kecelakaan kerja dapat dicari dan diketahui. Oleh karena itu untuk diperlukan suatu pencegahan agar kecelakaan yang sama tidak terulang kembali.

Pencegahan yang dilakukan tidak hanya semata ditunjukan kepada substandard action ataupun substandard condition saja karena kedua hal tersebut hanya merupakan suatu gejala dari kecelakaan yang terjadi. Pencegahan juga harus dilakukan untuk dapat mencegah ataupun mengatasi terjadinya ketidaksesuaian dalam unsur utama produksi. Berdasarkan kerangka konsepnya, maka usaha pencegahan kecelakaan kerja dapat ditunjukan kepada lingkungan mikro dan lingkungan makro. Di mana lingkungan mikro merupakan tugas masing-masing perusahaan beserta sistem manajemennya. Sedangkan lingkungan makro merupakan tugas pemerintah dan aparat pelaksananya.7 Sedangkan secara garis besar kecelakaan kerja dapat dicegah dengan8:
1. Peraturan Perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan

mengenai kodisi kerja. 2. Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah resmi atau tak resmi, misalnya penggunaan Alat Pelindung Diri. 3. Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang duwajibkan. 4. Penelitian, bersifat teknik, yang mempunyai sifat dan ciri-ciri bahan-bahan yang berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, sampai pengujian terhadap Alat Pelindung Diri. 5. Riset medis, meliputi penelitian tentang efek-efek fisiologis dan patologis faktor-faktor lingkungan dan teknologis, serta keadaan-keadaan fiisik yang mengakibatkan kecelakaan.

6. Penelitian psikologis, penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan. 7. Penelitian statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa, dan apa sebabnya. 8. Pendidikan, yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum teknik, sekolah-sekolah perniagaan, maupun kursus-kursus pertukangan. 9. Latihan-latihan, yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga kerja baru. 10. Penggairahan, penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan lain untuk menimbulkan sikap selamat. 11. Asuransi, yaitu insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan

kecelakaan, misalnya dalam bentuk premi yang dibayar perusahaan. 12. Usaha Keselamatan pada tingkat perusahaan, yang merupakan ukuran utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja.

Oleh karena itu, upaya pencegahan kecelakaan kerja tidak semata hanya dilakukan oleh manajeman perusahaan tapi juga butuh kerja sama dan perhatian akan pentingnya keselamatan kerja dari seluruh pekerja dari berbagai profesinya masing-masing.

2.2. Luka Bakar 2.3.1. Definisi Luka Bakar Luka Bakar di definisikan sebagai luka atau cedera pada tubuh pekerja akibat konduksi panas langsung atau radiasi elektromagnektik.11 Dapat juga disebabkan oleh karena api, air panas, listrik, dan bahan kimia.

Sedangkan luka bakar akibat kerja adalah luka bakar yang terjadi pada saat sedang bekerja.14 Klasifikasi luka bakar dibagi menjadi luka bakar berat dan kritis, luka bakar sedang, dan luka bakar ringan. Klasifikasi ini berdasarkan derajat kedalaman yang mengenai kulit14 dan dibagi menjadi derajat I-III serta berdasarkan luas luka bakar yang dibagi menurut lokasi terjadinya.

2.3.2. Patofisiologi Luka Bakar 1. Efek pertama yang ditimbulkan luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Kemudian pembuluh kapiler yang terkena suhu tinggi rusak, maka sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga bisa terjadi anemia.20 2. Meningkatnya permeabilitas vaskuler dapat menyebabkan edem dan menimbulkan bula serta berkurangnya cairan elektrolit tubuh.20 Hal ini menyebabkan berkurangnya volum cairan intra vaskuler. Tubuh kehilangan cairan antara % - 1% volume darah setiap1% luka bakar. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan tambahan karena penguapan yang berlebih (insensible water loss meningkat).14 3. Bila luka bakar >20% akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala khas, yaitu : gelisah, pucat, dingin berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun dan produksi urin menurun akibat kegagalan fungsi ginjal.14

4. Pada luka bakar disekitar wajah dapat terjadi kerusakan mukosa jalan

nafas karena gas, asap atau uap panas yang tersisa. Gejala yang timbul adalah sesak nafas, takipneu, serak dan berdahak berwarna gelap karena jelaga asap. Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lain. Sehingga CO akan Tanda keracunan yang ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan berat terjadi koma. Bila lebih 60% hemoglobin terikat CO, penderita akan meninggal.14
5. Pada luka bakar yang berat dapat terjadi paralitik ileus.14 6. Stres dan beban fisiologis tubuh yang terjadi pada luka bakar berat

dapat menyebabkan luka di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala yang mirip dengan tukak peptic. Kelainan ini dikenal dengan Tukak Curling yang dikhawatirkan pada tukak curling ini adalah perdarahan yang timbul sebagai hematemesis melena.14

2.3.3. Prognosis Luka Bakar

Prognosis luka bakar tergantung pada14 : 1. Derajat Luka Bakar 2. Luas Permukaan 3. Daerah yang terkena luka bakar seperti perineum, ketiak, leher, dan tangan lama sembuh karena sulit perawatan dan mudah kontraktur. 4. Usia dan kesehatan penderia

2.3.4. Penyebab Luka Bakar Berdasarkan penyebab luka bakar, luka bakar dibedakan atas beberapa jenis penyebab, antara lain14: 1. Luka bakar karena api 2. Luka bakar karena air panas 3. Luka bakar karena bahan kimia 4. Luka bakar karena listrik, petir dan radiasi 5. Luka bakar karena sengatan sinar matahari. 6. Luka bakar karena tungku panas/udara panas 7. Luka bakar karena ledakan.

2.3.5. Fase Luka Bakar Fase-fase luka bakar dibedakan kedalam 3 fase dengan tujuan agar mempermudah dalam penanganan dan perawatan luka bakar. Tetapi, dalam pelaksanaannya, penanganan trauma luka bakar ini tidak selalu bergantung pada fase-fase ini. Pembagian fase-fase tersebut antara lain : 1. Fase akut atau fase awal Fase ini dimulai saat trauma di dapat hingga penderita mendapatkan pertolongan pertama di rumah sakit. Penderita akan mengalami ancaman gangguan jalan nafas (airway), mekanisme bernafas (breathing), dan gangguan sirkulas (circulation). Penyebab utama kematian pada fase ini, adalah cedera inhalasi dan cedera termis. Mekanisme cedera inhalasi dapat berupa inhalasi Karbon Monoksida

(CO) atau trauma langsung mengenai jalan nafas. Sedangkan cedera termis dapat berupa gangguan cairan dan elektrolit yang mempunyai dampak terhadap sistemik. Dapat pula terjadi syok hipodimnamik yang dapat berlanjut menjadi syok hiperdinamik.14,18 2. Fase Sub akut Fase dimana keadaan syok telah berakhir. Luka dapat menimbulkan beberapa masalah yang penting untuk diperhatikan. Masalah tersebut dapat berupa proses inflamasi atau infeksi pada luka, masalah penutupan luka, keadaan hipermetabolisme pasien.14 3. Fase Lanjut Terjadi setelah penutupan luka sampai terjadi maturasi. Pada fase ini penderita telah dinyatakan sembuh dan dapat dipantau dengan rawat jalan. Masalah yang dapat timbul pada fase ini antara lain penyulit penyulit penyembuhan luka seperti jaringan parut yang bersifat hipertropik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan timbulnya kontraktur.14,18

2.3.6. Derajat Kedalaman Luka Bakar Pembagian tersebut didasarkan pada sejauh mana luka bakar menyebabkan perlukaan pada epidermis, dermis atau lapisan subcutaneous dari kulit. Kedalaman luka yang ditimbulkan bergantung pada sumber, penyebab dan lama kontak sumber panas dengan tubuh penderita. Pada zaman dahulu Dupuytnen membagi kedalaman ini hingga 6 tingkatan,

namun saat ini hanya dibagi menjadi 3 derajad kedalaman, kedalaman tersebut dibagi menjadi14:

1. Luka Bakar Derajat I Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (superficial). Ditandai dengan warna kemerahan berupa eritem dan setelah 24 jam timbul gelembung yang kemudian kulit mengelupas. Terasa nyeri akibat ujung saraf sensoris yang teriritasi. Kulit dapat sembuh spontan tanpa cacat.14

Gambar. 2.1 Luka Bakar Derajat I

2. Luka Bakar Derajat II Terjadinya kerusakan pada sebagian epidermis dan dermis. Ditandai dengan timbulnya bula. Dalam fase penyembuhan akan tampak daerah bintik-bintik biru dari kelenjar keringat dan akar rambut.11 Derajat 2 ini dibagi menjadi :

2a. Derajat II-A superficial: Dapat sembuh secara spontan dalam 2 minggu tanpa terdapat sikatrik. Kerusakan mengenai bagian epiderimis dan lapisan atas dari corium dermis. Masih banyak terdapat folikel rambut dan kelenjar keringat.14 2b. Derajat II-B dalam: Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan jaringan epitel hanya sedikit tersisa. Organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar keringat hanya

tersisa sedikit. Penyembuhan lebih lama dari derajat II-A dapat lebih dari 1 bulan disertai jaringan parut dan hipertrofi.14 Gambar. 2.2 Luka Bakar dearajat II-A 3. Luka Bakar Derajat III Kerusakan seluruh lapisan dermis atau lebih dalam mencapai jaringan subkutan, otot dan tulang. Tampak epitel terkelupas dan, daerah putih karena koagulasi protein dermis. Dermis yang terbakar kemudian mengering dan menciut, disebut eskar. Bila eskar melingkar akan menekan arteri, vena, saraf perifer, yang pertama tertekan biasanya syaraf dengan gejala kesemutan. Setelah minggu kedua eskar

mul i l

karena lesi di erbatas dengan jaringan sehat kemudian

tampak jaringan granulasi dan memerlukan penutupan dengan ski

ft. Bila granulasi dibiarkan, akan menebal dan berakhir dengan

jaringan parut yang tebal dan menyempit yang biasa dis but e kontraktur.15 Tidak ada bula, dan tidak terasa nyeri dan hilang sensasi akibat ujung-ujung saraf sensoris rusak.

Gambar 2.3 Luka Bakar Derajat I

Gambar 2.4 Luka Bakar Derajat II

Tabel 2.2 Deskripsi derajat luka bakar Gambar 2.3 Luka Bakar Derajat III Gambar 2.4 Luka Bakar Derajat I, II, dan III Lapi an Derajat Life Kulit yang Gejala Menghilang h e te i L a Bakar terkena Kemerahan, bengkak, bercak 10 hari dengan putih pada Epidermal Tidak sedikit atau tanpa Derajat I bagian yang scarr terluka Merah, basah, Bila tidak terinfeksi Epidermal melepuh, kulit menghilang dalam Derajat II-A dan bagian Tidak bisa terkelupas, 10 hari dengan (Superfi ial) atas lapisan kerusakan saraf kerusakan saraf yang dermal sangat minimal minimal Hampir mirip Bila tidak terinfeksi dengan derajad menghilang dalam II-A tetapi Derajat II-B Epidermal 10 hari dengan lebih Tidak dan dermal tampak keputih(Deep) banyak kerusakan putihan dan saraf sedikit nyeri

akibat kerusakan saraf Keras, berkoreng, cairan keunguan, tidak ada sensasi nyeri pada bagian yang terbakar Biasanya memerlukan tindakan pembedahan untuk menyembuhkan maupun mencegah terjadinya infeksi, dapat terjadi kerusakan pembuluh darah dan saraf Pembedahan merupakan tindakan perbaikan dan terapi jangka panjang

Derajat III

Epidermal, dermal, dan jaringan subkutan

Ya, bila luka yang ditimbulk an cukup luas

Epidermal, dermal, jaringan Derajat IVsubkutan, VI dan lapisan dibawah subkutan Sumber : Bagian bedah UGM (2009)

Ya

2.3.7. Luas Luka Bakar Tabel 2.2 Perhitungan luas Luka bakar berdasarkan Rule of Nines15: No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kepala, Leher Lengan, Tangan Paha, Betis, Kaki Dada, Perut, Punggung, Bokong Genitalia Telapak Tangan Bagian Tubuh Presentase 9% 2 x 9% 4 x 9% 4 x 9% 1% 1%

Gambar 2.5 Skema embagian Luas Luka Bakar menurut Rul

f Ni s

2.3.8. Klasifikasi Pembagian Luka Bakar16 1. Berat dan Kritis 1a. Derajat 2 lebih 25%
1b. Derajat 3 lebih dari 10 % 1c. Luka Bakar disertai trauma jalan nafas atau j ringan lunak luas atau a

fraktur
1d. Luka Bakar disertai trauma jalan nafas atau jaringan lunak luas atau

fraktur 1e. Luka Bakar akibat listrik. Gambar 2.7 Skema pembagian luas luka bakar berdasarkanRul 2. Sedang f Ni

2a. Derajat 2, 15-25% 2b. Derajat 3 kurang dari 10 %, kecuali muka, kaki, tangan. 3. Ringan Derajat 2 kurang 15%

2.3.9. Zona Luka Bakar18 1. Zona koagulasi: Daerah yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi rotein akibat pengaruh panas. 2. Zona Stasis: Daerah yang berada di luar Zona koagulasiterjdi, pada daerah ini terjadi kerusakan endotel pembuluh darah, trombosit, lekosit, dan gangguan perfusijaringan, perubahan permeabilitas kapiler. 3. Zona Hiperemi: Daerah di luar zona stasis dimana terjadi vasodilatasi tanpa banyak melibatkan reaksi.

Gambar 2.6 Zona Luka Bakar

2.3.10. Indikasi Rawat Inap Pada Penderita Luka Bakar Pasien luka bakar tidak harus selalu menjalani rawat inap. Indikasi rawat inap pada pasien luka bakar apabila memiliki kriteria diantaranya15,18 : 1. Dewasa derajat II > 15 % pada anak dan orang tua >10% 2. Derajat II Luka pada : wajah, tangan, genital/perineal 3. Derajat III > 2 % pada dewasa dan setiap 3% pada anak 4. Luka bakar yang disertai trauma visera, tulang dan jalan nafas 5. Luka bakar yang disebabkan oleh bahan kimia dan sengatan listrik 6. Penderita luka bakar yang memiliki riwayat DM dan hipertensi

2.3.11. Luka Bakar yang Memerlukan Perawatan Khusus14 1. Luka Bakar Listrik Luka bakar bisa diakibatkan karena voltase rendah atau voltase tinggi. Kerusakan jaringan tubuh disebabkan karena beberapa hal berikut: 1a. Aliran listrik (arus bolak-balik, alternating current / AC) merupakan energi dalam jumlah besar. Berasal dari sumber listrik, melalui bagian tubuh yang memiliki resistensi paling rendah (cairan, darah / pembuluh darah). Aliran listrik dalam tubuh menyebabkan kerusakan akibat yang ditimbulkan oleh resistensi. Kerusakan dapat bersifat ekstensif local maupun sistemik (otak/ensellopati, jantung/fibrilisasi ventrikel, otot/ rabdomiosis, gagalginjal, dan sebagainya). 1b. Loncatan energi yang ditimbulkan oleh udara yang berubah menjadi api.

1c. Kerusakan jaringan bersifat lambat tapi pasti dan tidak dapat diperkirakan luasnya. Hal ini di sebabkan akibat kerusakan system pembuluh darah disepanjang bagian tubuh yang dialiri listrik (trombosis, akulasi kapiler) 2. Luka Bakar dengan trauma Inhalasi Dapat terjadi pada kebakaran dalam ruangan tertutup (in door) dan luka bakar mengenai daerah muka atau wajah serta dapat merusak mukosa jalan nafas sehingga menyebabkan edema laring dan hambatan jalan nafas. Gejala yang ditimbulkan dapat berupa: sesak nafas, takipnea, stridor, suara serak, dahak berwarna gelap (jelaga). Hati hati pada kasus trauma inhalasi sebab dapat mematikan. Mekanisme kerusakan saluran napas antara lain sebagai berikut: 2a. Trauma panas langsung Terhirupnya sesuatu yang panas, produk dari bahan yang terbakar, seperti jelaga dan bahan khusus menyebabkan kerusakan mukosa langsung pada percabangan trakeobronkial. 2b. Keracunan asap yang toksik Akibat termodegradasi material alamiah dan material yang diproduksi terbentuk gas toksik (beracun), misalnya hydrogen sianida, nitrogen dioksida, nitrogen klorida, akreolin iritasi dan bronkokonstriksi saluran napas. Obstruksi dan edema jalan napas akan menjadi lebih hebat akibat trakealbronkitis 2c. Intoksikasi karbon monoksida (CO)

Intoksikasi CO hipoksia jaringan. Gas CO memiliki afinitas cukup kuat terhadap pengikatan hemoglobin (210-240 kali lebih kuat di banding dengan O2) CO memisahkan O2 dari Hb hipoksia jaringan. Peningkatan kadar karboksihemoglobin (COHb) dapat dipakai untuk evaluasi berat/ ringannya intoksikasi CO. 3. Luka Bakar dengan bahan kimia 3a. Alkalis/Basa Hidroksida, soda kaustik, kalium amoniak, litium, barium, kalsium atau bahan bahan pembersih dapat menyebabkan liquefaction necrosis dan denaturasi protein. 3b. Acids/Asam Asam hidroklorat, asam aksalat, asam sulfat, pembersih kamar mandi atau kolam renang dapat menyebabkan kerusakan coagulation necrosis. 3c. Organic Compounds Fenol, creosote, petroleum, sebagai desinfektan kimia yang dapat menyebabkan kerusakana kutaneus, efek toksis terhadap ginjal dan liver. Berat atau ringannya trauma kimia ini tergantung pada bahan, konsentrasi, volume, lama kontak, mekanisme trauma. 4. Luka Bakar dengan kehamilan Hati hati terhadap komplikasi pada ibu dan janin. Pada luka 60 % atau lebih menimbulkan terminasi spontan dari kehamilan. Harus segera dilakukan stabilisasi airway, hipoksia dapat terjadi pada ibu dan janin.

Distress napas hipoksia dapat menimbulkan resistensi vaskuler pada uterus, sehingga mengurangi uterus blood flow dan oksigen ke janin menurun. Harus dilakukan monitoring janin dan konsultasi dengan spesialis kandungan.

2.3.12. Penatalaksanaan Pada Penderita Luka Bakar Penatalaksanaan luka bakar pada prinsipnya adalah pemberian pertolongan pertama sesegera mungkin pada penderita. Dibedakan menjadi: Penatalaksanaan di tempat kejadian 1. Apabila pada saat di lokasi kejadian api masih hidup maka penderita disuruh berguling di lantai atau tanah (stop drop roll)18 2. Apabila penderita telah berhasil dievakuasi, maka jauhkan penderita dari sumber trauma dapat dilakukan dengan cara15: 2a. Api dipadamkan 2b. Kulit yang panas disiram air sekurang-kurangnya 15 menit20. 2c. Bila penderita tersiram bahan kimia maka siram dengan air yang mengalir 3. Perhatikan Airway, Breathing dan Circulation penderita18 3a. Airway, perhatikan jalan nafas, perhatikan tanda-tanda adanya obstruksi atau tidak. Pasang intubasi bila ada. 3b. Breathing, memeriksa dan menjaga sistem pernafasan penderita agar tetap stabil (resusitasi pernafasan), beri oksigen

3c. Circulation, perhatikan tanda-tanda vital seperti nadi dan tekanan darah. Bila memungkinkan segera pasang infus pada penderita luka bakar derajat 2 atau 3 atau dengan luas >25% untuk menjaga volume sirkulasi dan jaga luka agar tidak mengalami dehidrasi 4. Bila terbakar di ruang tertutup dan dicurigai mengalami keracunan berikan O2 murni. Prinsip utama pertolongan pertama pada luka bakar adalah mendinginkan daerah yang terbakar dengan air dan pendinginan ini harus dilakukan sesegera mungkin dan cukup lama, mencegah infeksi dan merawat luka yang dapat dilakukan secara tertutup maupun terbuka.20

Penatalaksanaan di Rumah Sakit Setelah tiba di rumah sakit, maka penderita dapat diberikan pertolongan lanjutan yang dapat dilakukan dengan cara14,18 : 1. Lakukan pemeriksaan ulang dengan teliti untuk memastikan status ABC pasien stabil atau tidak mengalami penurunan 2. Pasang endotrakheal tube bila belum dipasang pada saat di lokasi kejadian dan bila kondisi luka pasien cukup berat atau penderita dala keadaan tidak sadar 3. Bila belum di pasang infus, berikan segera cairan kristaloid intravena berupa Ringer Laktat. Dan jangan berika NaCl, karena natrium dapat memperberat terjadinya asidosis. Indikasi pemasangan infus apabila

penderita mengalami luka bakar derajat 2 atau 3 atau luas luka >25% atau pada penderita yang tidak dapat minum. 4. Pasang kateter untuk memonitor produksi urin perjamnya 5. Berikan morfin intravena bila penderita mengalami nyeri yang sangat hebat 6. Lakukan perawatan luka. Perawatan luka ini dapat diberikan sesuai dengan derajat kedalaman luka bakar yang diderita, perawatan yang dapat diberikan antara lain sebagai berikut: 6a. Derajat I : Cuci NaCl 500 cc dan oleskan Zalf Bioplasenton untuk mencegah kuman masuk/infeksi 6b. Derajat II : Cuci dengan larutan savlon 5 cc dalam NaCl 500 cc dan setelah bersih oleskan Silver Sulfa Diazine (SSD) sampai tebal kemudian tutup dengan kasa steril tebal dan dibuka pada hari ke lima, ganti kasa tiap minggu.
6c. Derajat III : Lakukan debridement dan cuci larutan savlon 5 cc dalam

NaCl 500 cc tiap hari, lakukan escharektomi bila diperlukan yaitu membuang jaringan yang mati (eskar) dengan teknik eksisi tangensial berupa eksisi lapis demi lapis jaringan nekrotik sampai di dapatkan permukaan yang berdarah, oleskan Dermazin atau Burnazin tiap hari. Pada hari ke-7 dimandikan dengan air biasa dan setelah mandi dioleskan larutan savlon 1:30. Luka dibuka dalam 2-3 hari bila tidak ada infeksi atau jaringan nekrosis. Indikasi skin graft dilakukan apabila

Luka grade II dalam 3 minggu tak sembuh, Luka grade III setelah eksisi, terdapat granulasi luas (diameter > 3 cm).

You might also like