You are on page 1of 17

Blanket Guarantee Perlu Segera Diberlakukan

Posted November 21st, 2008 by irwanariston Entah apa yang masih dipertimbangkan oleh pemerintah untuk segera mengeluarkan kebijakan blanket guarantee, menjamin semua dana deposan di bank. Begitu lamanya pemerintah untuk mengambil kebijakan yang merupakan salah satu komponen untuk menenangkan kekhawatiran deposan. Akibat begitu lambatnya pemerintah mengeluarkan kebijakan ini, rupiah terus terhuyung karena kepercayaan terhadap rupiah pelan-pelan terus tergerus. Nasabah pun belajar dari pengalaman krismon dulu, mereka akan cenderung mencari selamat untuk dirinya masingmasing. Dampaknya sangat jelas terlihat, terjadinya migrasi dana dari bank-bank kecil ke bank-bank besar. Juga dari bank-bank nasional ke bank-bank asing bahkan ke bank-bank di luar negeri. Kalau krismon dulu, Singapore adalah salah satu negara yang termasuk diuntungkan karena terjadinya krisis di Indonesia karena banyak dana yang lari dan parkir di Singapore. Tampaknya kali ini cerita lama itu akan terulang kembali. Kebijakan blanket guarantee, walau bisa dibilang sudah cukup terlambat, masih lebih baik untuk segera diberlakukan ketimbang tidak sama sekali. Sekuat apapun bank nasional, kalau terjadi rush para deposannya, akan runtuh juga. Pemerintah tidak boleh terlambat mengambil kebijakan yang bisa memulihkan kepercayaan terhadap ekonomi nasional.

Sumber : www.info-saham.com

IHSG Mengalami Penurunan Lebih Dari 50% Selama Tahun 2008


Posted December 30th, 2008 by irwanariston Hari ini, 30 Desember 2008, menjadi hari perdagangan terakhir Bursa Efek Indonesia untuk tahun 2008. Hari ini IHSG ditutup di 1355,408. Di akhir tahun 2007, IHSG ditutup di 2745,83. Dengan kata lain, selama tahun 2008 ini IHSG mengalami penurunan lebih dari 50%. Penurunan yang signifikan bila dilihat dari angkanya. Hal ini makin diperparah lagi dengan penurunan nilai tukar rupiah terhadap US dolar lebih dari 20%. Sebentar lagi kita akan memasuki tahun 2009, tahun yang diharapkan akan memberikan kinerja yang lebih baik dari tahun 2008. Bagi kalendar tahun Chinese, tahun 2008 adalah tahun tikus. Sementara tahun 2009 nanti akan menjadi tahun kerbau yang tepatnya akan dimulai tanggal 26 Januari 2009. Ternyata, di tahun tikus memang menjadi tahun yang mengerogoti. Kalau mau survive di dunia saham, harus dengan cara menggerogoti, comot kiri comot kanan. Tahun 2009, tahun kerbau. Kerbau tipe binatang yang suka dipekerjakan oleh manusia untuk menarik bajak di sawah. Dia harus bekerja keras di lapangan. Tampaknya, tahun 2009 ini, untuk bisa survive di dunia saham, harus bisa bekerja lebih keras lagi dari sebelumnya. Tampaknya rintangan di tahun 2009, cukup besar. Tapi dengan kerja keras yang baik, niscaya bisa memberikan hasil akhir yang lebih baik.

Sumber : www.info-saham.com

Aura Negatif Masih Merundung, IHSG Dibuka Turun


Selasa, 13 Januari 2009 | 09:41 WIB JAKARTA, SELASA Aura negatif tampaknya masih menyeruak di lantai Bursa Efek Indonesia seiring masih merahnya pasar saham regional dan Wall Street. "Meski berpeluang mengalami teknikal rebound, akan tetapi akibat minimnya sentimen positif menyebabkan indeks masih sulit untuk bergerak naik," kata Analis Riset Panin Sekurtias Purwoko Sartono. Indeks Harga Saham Gabungan, Selasa (13/1), dibuka turun 11,213 poin (0,80 persen) pada 1.395,340. Saham-saham komoditas menekan indeks awal perdagangan sesi pertama ini. Sementara itu, Indeks Kompas100 melemah 0,99 persen, indeks LQ45 turun 1,19 persen, serta Jakarta Islamic Index berkurang 1,49 persen. Kemarin IHSG ditutup melemah 0,71 persen didorong oleh anjloknya bursa regional menyusul sentimen negatif dari data angka pengangguran di Amerika yang menembus level 7 persen. Selain sentimen regional, penurunan indeks juga didorong anjloknya harga minyak mentah serta terus melemahnya harga saham BUMI. Untuk tiga hari perdagangan berturut-turut, BUMI ditutup menyentuh batas auto rejection bawah. Purwoko memperkirakan kisaran support-resistance hari ini ada pada 1.370-1.420.

Sumber : www.kompas.com

Mayoritas Saham Regional Ikut Wall Street


SELASA, 13 JANUARI 2009 | 09:14 WIB JAKARTA, SELASA Bursa saham regional pada awal perdagangan Selasa (13/1) mayoritas berada di zona merah mengikuti pelemahan yang terjadi di Wall Street AS. Di Hongkong, indeks Hang Seng dibuka turun 40,73 poin (0,29 persen) pada 13.930,27. Sementara di Jepang indeks Nikkei225 pada rehat makan siang ditutup melorot 4,30 persen (380,32 poin) menjadi 8.456,48. Aura negatif juga merundung bursa Australia yang sampai berita ini dibuat melemah 1,40 persen serta indeks komposit Shanghai China turun 1,11 persen. Adapun indeks Strait Times Singapura berfluaktif dengan keluar masuk area negatif dan positif secara bergantian. Sementara itu, indeks Kospi Korsel dan indeks Tertimbang Taiwan berhasil bertahan di zona hijau meski hanya naik tipis, masing-masing menguat 0,41 persen dan 0,23 persen.
Sumber : www.kompas.com

Ditopang AALI, Saham Akhir Pekan Gembira


JUMAT, 9 JANUARI 2009 | 16:20 WIB JAKARTA, JUMAT Astra Agro Lestari (AALI) menopang penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan saham akhir pekan di Bursa Efek Indonesia. IHSG, Jumat (9/1), ditutup menguat 14,009 poin (1,00 persen) ke posisi 1.416,670. Saham-saham sektor komoditas memberikan kontribusi untuk bertahannya indeks di zona hijau.

Harga saham AALI yang melonjak 9,22 persen menjadi Rp 11.850 memimpin penguatan saham-saham di zona top gainers. Sementara indeks Kompas100 menguat 1,24 persen pada 348,886. Kemudian indeks LQ45 naik 1,29 persen ke 285,545, serta Jakarta Islamic Index meningkat 1,80 persen menjadi 232,586. Sebanyak 90 saham naik mendominasi perdagangan hari ini, dibandingkan 36 saham turun dan 53 saham yang tidak berubah harganya. Sementara itu, nilai perdagangan mencapai Rp 1,625 triliun dari 48.516 kali transaksi dengan volume 1,776 lembar saham.

Sumber : www.kompas.com

Antam Tidak Lanjutkan "Buy Back"


SELASA, 13 JANUARI 2009 | 11:10 WIB JAKARTA, SELASA Perusahaan pertambangan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) tidak akan memperpanjang program pembelian kembali saham (buy back). Program buy back Antam telah berakhir pada 12 Januari 2009. Direktur Keuangan PT Antam Djaja Tambunan dalam keterangan pers di Jakarta mengatakan, Antam memutuskan untuk tidak memperpanjang program ini untuk memberikan fleksibilitas neraca di dalam pembiayaan proyek pertumbuhan dalam rangka memperkuat fundamental perusahaan. Djaja mengatakan, selama periode buy back, kinerja saham Antam menunjukkan perbaikan. Meski begitu manajemen memutuskan untuk tidak memperpanjang program ini untuk lebih memperkuat fundamental perseroan. Program buy back Antam dimulai pada 13 Oktober 2008 dan berakhir tanggal 12 Januari 2009. Selama periode tersebut, Antam telah membeli kembali 15.426.000 lembar saham dengan nilai pembelian keseluruhan sebesar Rp 13,4 miliar. Harga rata-rata saham buy back adalah Rp 869,64 per saham. Harga terendah saham buyback adalah Rp 770 per saham dengan harga tertinggi Rp 1.060 per saham. Untuk program buy back tersebut, Antam menyiapkan dana sebesar Rp 200 miliar. dana tersebut, seluruhnya berasal dari kas internal. Dengan realisasi buy back hanya sebesar Rp 13,4 miliar, maka Antam masih memiliki sisa dana sebesar Rp 186,6 miliar. Dana tersebut akan dikembalikan ke kas untuk pengembangan perseroan. Sementara saham-saham yang telah dibeli kembali tersebut akan ditempatkan sebagai treasury stock selama jangka waktu 3 tahun. Opsi lain dapat dijual kembali pada harga sama atau lebih tinggi dan dapat dilakukan 30 hari setelah proses buy back selesai dilaksanakan. "Perusahaan dapat menjual kembali melalui bursa atau melakukan program kepemilikan saham bagi manajemen atau karyawan sesuai dengan regulasi bursa di Indonesia dan Australia," kata Sekretaris Perusahaan Antam Bimo Budi Satriyo.

Sumber : www.kompas.com

Beli Saham Bumi Resources, BUMN Harus Jujur


SENIN, 17 NOVEMBER 2008 | 15:49 WIB

Laporan Wartawan Kompas.com Inggried Dwi Wedhaswary JAKARTA, SENIN Salah satu kebijakan Meneg BUMN terkait saham Bumi Resources adalah berencana meminta sejumlah BUMN di sektor energi seperti PT Bukit Asam ataupun Antam untuk melakukan pembelian saham Bumi Resources harus dicermati dan dipertimbangkan lebih jauh. Ketua Organisasi Pekerja Indonesia (OPSI) yang juga pengamat pasar modal Yanuar mengatakan, posisi Meneg BUMN hanyalah manajer investasi. Sementara, sahamnya tetap dimiliki rakyat. "Karena itu, apa yang dilakukan BUMN seharusnya tidak bertentangan dengan kepentingan rakyat Indonesia. Meneg BUMN, PT Bukit Asam atau siapapun yang berniat menggelontorkan sisa uangnya ke Bumi Resources untuk ikut bagian dalam konsorsium (North Pacific) harus menjelaskan pada masyarakatnya, apa dampaknya pada kesejahteraan masyarakat," kata Yanuar di Gedung KPK, Senin (17/11) sore. Meskipun belum ada kepastian berapa besar dana yang akan digelontorkan ke Bumi Resources, menurut Yanuar dengan kondisi APBN yang tidak 'kaya', kebijakan membeli saham Bumi harus dipertimbangkan. Apalagi, Bumi Resources diketahui mempunyai utang jangka pendek di samping utang ke krediturnya, dan utang royalti ke pemerintah sebesar 400 juta dollar AS. "Secara akuntansi keuangan, PT Bumi Resources begitu tutup buku, dia harus banyak menanggung utang-utang jangka pendek. Artinya, kalau BUMN ikut masuk, tidak tidak hanya akan mengambil asetnya seperti dikatakan Pak Sofyan saja kan? Utang jangka pendek juga harus ditanggung kalau masuk ke kepemilikan. Meneg BUMN harus menjelaskan semuanya. Dampak jangka pendek juga harus dipertimbangkan ditengah kondisi keuangan yang tidak stabil," papar Yanuar.

Sumber : www.kompas.com

Bank CIMB Niaga Luncurkan Kartu Kredit Korporat


SELASA, 13 JANUARI 2009 | 18:44 WIB

JAKARTA, SELASA Untuk meningkatkan pangsa pasar kartu kredit secara nasional, Bank CIMB Niaga meluncurkan produk kartu kredit korporat (Corporate Credit Card) yang ditujukan untuk nasabah korporasi. Saat ini, pangsa kartu kredit Bank CIMB Niaga mencapai lebih dari 5 persen. Presiden Direktur Bank CIMB Niaga mengatakan, sejatinya produk ini telah diluncurkan tahun 2006 lalu. "Kini kami luncurkan dengan tampilan baru dan dilengkapi dengan teknologi berbasis chip," kata Arwin saat peluncuran Corporate Credit Card CIMB Niaga di Jakarta, Selasa (13/1). Dengan peluncuran ini, Arwin berharap dapat menambah pangsa kartu kredit nasional sebanyak-banyaknya. Bagi perusahaan, produk ini memberikan kemudahan dalam pengelolaan credit limit yang diperlukan perusahaan. Dengan demikian, perusahaan dapat melakukan kontrol terhadap pengeluaran biaya dan melakukan pengawasan langsung. Selain itu, perusahaan juga dapat mengetahui jumah tagihan dalam 24 jam sehari dan 7 hari seminggu melalui internet browser di mana pun. "Ini karena produk ini dilengkapi dengan teknologi Smart Data yang disediakan oleh Browser Worldwide," ujar Arwin. Lebih lanjut Arwin menambahkan, produk ini juga memiliki beberapa keunggulan lain, seperti dapat digunakan di seluruh dunia melalui merchant MasterCard Worldwide, airport lounge di beberapa bandara di Indonesia, perlindungan asuransi perjalanan dan perlindungan pembelanjaan selama perjalanan dinas, serta fasilitas penarikan uang tunai dalam berbagai mata uang di seluruh dunia. "Produk ini akan memberikan solusi pembayaran yang aman, cepat, dan dapat diterima di seluruh dunia," ujar Arwin.

Sumber : www.kompas.com

SUN Serap Rp 5,95 Triliun


SELASA, 13 JANUARI 2009 | 18:09 WIB

JAKARTA, SELASA Pemerintah menerbitkan obligasi pemerintah (Surat Utang Negara/SUN) dengan hasil total yang dimenangkan sebesar Rp 5,950 triliun. Lelang 4 seri SUN itu dilakukan hari ini, Selasa (13/1). Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Rahmat Waluyanto dalam siaran resminya kepada pers mengatakan, pemerintah telah melakukan lelang SUN SPN dan FR melalui sistem lelang Bank Indonesia (BI). Dalam lelang tersebut, total penawaran yang masuk adalah Rp 9,137 triliun. Di mana seri SPN20100114 dengan jumlah penawaran yang masuk Rp 4,808 triliun. Jumlah yang dimenangkan Rp 3,3 triliun dengan timbal hasil (yield) rata-rata tertimbang 11,2045 persen dan jatuh tempo 14 Januari 2010. Seri FR0023 dengan jumlah penawaran yang masuk Rp 2,315 triliun. Jumlah yang dimenangkan Rp 1,85 triliun dengan yield rata-rata tertimbang 11,59858 persen dan jatuh tempo 15 Desember 2012. Seri FR0051 dengan jumlah penawaran yang masuk Rp 1,17 triliun. Jumlah yang dimenangkan Rp 800 miliar dengan yield rata-rata tertimbang 11,79668 persen dan jatuh tempo 15 Mei 2014. Seri FR0036 dengan jumlah penawaran yang masuk Rp 844 miliar. "Seri ini tidak ada yang dimenangkan pemerintah," kata Rahmat. Rahmat mengatakan, pemerintah memutuskan tidak menerima penawaran seri FR0036 yang disampaikan peserta lelang pada lelang karena mempertimbangkan penawaran yang disampaikan para peserta lelang dan beban biaya yang ditanggung oleh anggaran negara.

Sumber : www.kompas.com

Ketika Suku Bunga Tak Lagi Menarik, Bank Syariah Pun Dilirik

SELASA, 13 JANUARI 2009 | 09:23 WIB

JAKARTA, SELASA Suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang terpangkas 50 basis poin mau tak mau melahirkan tren penurunan suku bunga deposito. Kondisi tersebut dianggap sebagai peluang emas oleh perbankan syariah. Ketika bunga makin tidak menarik dan ketidakpastian suku bunga akibat gejolak krisis mulai membingungkan masyarakat, sistem bagi hasil yang ditawarkan perbankan syariah bisa menjadi pilihan yang tepat. "Kami melihat tren penurunan suku bunga sebagai salah satu peluang bagi perbankan syariah," kata Andi Buchari, Direktur Bank Muamalat, Senin (12/1). Kondisi tersebut telah terlihat trennya sejak awal terjadinya krisis keuangan global. Hal itu dapat dilihat dari pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun Bank Muamalat Indonesia (BMI). DPK BMI mengalami pertumbuhan cukup pesat pada tahun 2008. Tercatat DPK yang berhasil dijaring Bank Muamalat pada 2008 mencapai Rp 10,7 triliun. Angka tersebut mengalami peningkatan sekitar 16 persen dibandingkan 2007 yang membukukan angka Rp 8,69 triliun. Hal senada juga diakui Ani Murdiati, Direktur Bisnis Bank Mega Syariah. "Sistem bagi hasil akan kembali dilirik saat bunga tidak lagi menjanjikan," cetusnya. Hingga Desember 2008, total DPK yang berhasil dihimpun Mega Syariah mencapai Rp 2,646 triliun, dengan kontribusi terbesar berasal dari deposito yang mencapai 90 persen. Untuk itu, Mega Syariah pun berencana menambah 170 cabang lagi pada 2009. Sejalan dengan rencana yang dilakukan Mega Syariah, Bank Muamalat pun berencana meningkatkan penetrasi pasar. "Sepanjang 2008 Muamalat telah menyiapkan 37 kantor layanan baru di Indonesia dan Malaysia," kata Andi. Rencananya, ke 37 outlet tersebut akan mulai beroperasi tahun 2009. Untuk memanfaatkan momen tren penurunan suku bunga ini, Bank Muamalat juga mulai membuka cabang-cabang di lokasi yang tidak hanya terpaku pada pertimbangan lingkungan Islami namun telah mulai merambah ke lokasi-lokasi perputaran bisnis terdepan di kota-kota besar. Sebagai contoh, "Di Jakarta kami mulai buka outlet di Roxy, Mangga Dua, dan daerah Pulo Gadung," kata M Hidayat, Direktur Keuangan Bank Muamalat. Tidak hanya itu, tahun 2009, Bank Muamalat menargetkan pertumbuhan aset dan pertumbuhan DPK bisa mencapai 20 persen. "Andalan pemicunya adalah dana pihak ketiga. Tujuan utamanya memang memperbesar laba, bukan sekadar memperbesar aset," tandasnya. (Nadia Citra Surya/Kontan)

Sumber : www.kompas.com

Rupiah di Atas Rp 11.000 per Dollar AS

SELASA, 13 JANUARI 2009 | 17:14 WIB

JAKARTA, SELASA Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dollar AS, Selasa (13/1) sore, masih tertekan di atas level 11.000. Posisi beli pada Rp 11.075 per dollar AS dan jual di Rp 11.175 per dollar AS. Analis Valuta Asing (Valas) PT Bank Himpunan Saudara Tbk, Rully Nova, di Jakarta, Selasa, mengatakan, pasar uang masih bereaksi negatif terhadap rupiah sehingga mata uang Indonesia itu tetap terpuruk. "Hal ini disebabkan penurunan suku bunga BI Rate Bank Indonesia diperkirakan masih akan berlanjut yang menyebabkan pelaku pasar lebih tertarik membeli dollar AS, meski selisih bunga rupiah terhadap dollar AS masih tetap tinggi 8,50 persen," katanya. Rupiah, menurut dia, kemungkinan akan masih bergerak turun pada hari berikutnya karena sentimen positif dari internal masih belum muncul, sekalipun indikator ekonomi nasional cukup membaik. "Pelaku pasar ingin mengetahui lebih jauh apakah penurunan bahan bakar minyak mentah yang berlaku efektif 15 Januari 2009 akan berpengaruh terhadap pergerakan rupiah terhadap dollar AS," katanya. Meski, lanjut dia, dollar AS terhadap yen dan euro cenderung melemah yang seharusnya bisa memicu rupiah menguat. Namun, pelaku pasar lokal cenderung mengindahkan isu positif itu, mereka bahkan masih aktif membeli dollar. "Kami memperkirakan penurunan rupiah masih belum mengkhawatirkan. Namun, apabila rupiah itu terus terpuruk mendekati angka Rp 12.000 per dollar AS, maka ini baru membahayakan," ucapnya. Karena itu, menurut dia, penurunan bahan bakar minyak itu seharusnya diikuti oleh membaiknya rupiah terhadap dollar AS yang sebelumnya sempat berada di angka Rp 10.850 per dollar AS untuk mendorong sektor riil bergerak. "Namun, sektor riil sampai saat ini masih diam di tempat, meski pemerintah berusaha keras mendorongnya agar pertumbuhan ekonomi bisa tumbuh lebih cepat walaupun para analis memperkirakan ekonomi tumbuh pada kisaran antara 4,5 dan 5 persen," ucapnya. Dia menyebutkan, apabila ekonomi tumbuh dengan baik, rupiah diharapkan juga menguat dalam kisaran antara Rp 10.200 dan Rp 10.300 per dollar AS.

Sumber : www.kompas.com

Senin, 12 Januari 2009 , 10:28:00

Volatilitas Rupiah Terjaga

KONDISI nilai tukar mata uang rupiah diperkirakan tidak akan banyak berubah. Hal ini disebabkan karena bank sentral akan menjaga volatilitas rupiah agar tidak memiliki pergerakan yang liar. Pengamat pasar uang Farial Anwar mengatakan kondisi nilai tukar akan stagnan berada di level Rp11.100-Rp11.700 per dolar AS. Untuk bisa tembus Rp11.000 akan susah karena dengan spread yang demikian jauh akan menarik spekulan untuk masuk, ujarnya di Jakarta kemarin. Menurut Farial, posisi tersebut akan dipertahankan oleh bank sentral yang telah mengeluarkan PBI mengenai valas yang baru, yakni terkait dengan pembatasan pembelian dolar. Peraturan itu akan tidak efektif kalau volatilitas rupiah terhadap dolar masih tetap tinggi, lanjutnya.

Oleh karena itu, Farial menilai bahwa posisi nilai tukar rupiah saat ini seperti menjadi salah satu indikator untuk melihat keefektifan regulasi tersebut. Posisi Rp 11 ribuan per dolar AS menjadi titik keseimbangan baru bagi dolar AS. Kondisi ini akan bertahan setidaknya dalam kondisi yang ada sekarang. Beberapa faktor utama yang diperkirakan akan turut berdampak pada fluktuasi nilai tukar adalah konflik Israel Palestina yang seakan menjadi penentu harga minyak. Faktor lainnya yang juga tidak kalah berpengaruh adalah rencana pelantikan Presiden terpilih AS Barrack Obama. Memang kondisi nilai mata uang saat ini sedang menunggu terjadinya pergantian kepemimpinan di AS, ungkapnya.(iw/fan)

Sumber : www.pontianakpost.com

Jum'at, 09 Januari 2009 , 08:16:00

Bank Besar Harus Pelopori Penurunan Bunga Kredit

JAKARTA--Bank-bank besar diharapkan memelopori penurunan suku bunga kredit. Ini karena pasar kredit masih dikuasai bank besar selaku pemimpin pasar. Penurunan suku bunga kredit akan sulit dilakukan dengan cepat, jika bank-bank besar belum mampu beradaptasi dengan situasi ekonomi saat ini. "Selama market leader itu masih beradaptasi dengan situasi perekonomian saat ini, nampaknya penurunan suku bunga kredit belum akan kelihatan meskipun BI rate turun. Suku bunga kredit mestinya harus turun dalam 3-4 bulan ke depan," kata Direktur Penelitian dan Pengaturan Perbankan Halim Alamsyah di Jakarta kemarin (8/1). Terkait risiko kredit, BI akan melakukan analisis probability of default (PB) dari perusahaan di luar perusahaan terbuka. Selama ini BI melakukan PB dari perusahaan-perusahaan yang tercatat di bursa. "Data-data perusahaan itu kita teliti, karena data statistiknya tersedia, kita lalu melakukan pengujian apabila terjadi pemburukan kondisi ekonomi apakah perusahaan tahan atau tidak menghadapi gejolak itu," kata Halim. Analisa tersebut lazim digunakan oleh bank sentral maupun lembaga rating. BI telah mempunyai data seri yang panjang mengenai kondisi perusahaan tersebut. Pengukurannya adalah dengan skala 0 hingga 1, yang berarti 0 adalah tidak terpengaruh apa-apa, sementara 1 sangat terpengaruh sehingga bisa bangkrut. "Itu akan dijadikan diskusi dengan perbankan, bahwa sektor ini probability of default naik," katanya. Kepala Ekonom Bank Mandiri Mirza Adityaswara, mengatakan penurunan bunga deposito pada bank besar akan lebih cepat dibanding dengan penurunan bunga deposito pada bank kecil. Ini otomatis berimbas pada waktu yang dibutuhkan untuk menurunkan suku bunga kredit pada bank-bank kecil. Hingga saat ini segmentasi antar bank masih relatif parah, di mana dana masih terkonsentrasi di bank-bank besar. Rabu (7/1) kemarin BI memangkas BI rate sebesar 50 bps menjadi 8,75 persen. Menkeu Sri Mulyani berharap dengan inflasi yang terus bisa ditekan, ruang penurunan suku bunga bisa terus dilakukan bank sentral. Ini diharapkan bisa menstimulasi peningkatan investasi.Menkeu juga mengakui bank-bank saat ini sedang berkonsolidasi. Selain bunga, ketersediaan likuiditas juga memengaruhi pertumbuhan kredit. "Jadi kalau suku bunga turun tetapi likuiditas maupun prospek ekonomi menimbulkan risiko biasanya bank juga akan lebih hati-hati," katanya. (sof)

Sumber : www.pontianakpost.com

Selasa, 13 Januari 2009 , 08:34:00

BEI Terapkan Auto Reject Simetris

JAKARTA--Upaya otoritas bursa untuk memberlakukan sistem baru terus dimatangkan. Hal ini ditandai dengan kepastian Bursa Efek Indonesia (BEI), untuk mengubah kembali sistem penolakan otomatis (auto rejection) dari saat ini asimetris menjadi simetris pada pekan depan. Dirut BEI Errry Firmansyah mengemukakan, bahwa struktur penerapan auto rejection akan disesuaikan sesuai parameter masing-masing saham. Tadinya karena krisis kita ubah jadi asimetris. Sekarang akan kita ubah kembali menjadi simetris, ujarnya, di Jakarta, kemarin (12/1). Menurut Erry, indikator auto rejection untuk kondisi normal saat ini masih mengacu situasi pasar modal sebelum krisis. Dalam penerapan auto rejection yang baru nanti (simetris) akan berlaku parameter baru, ujar Erry.Dia mengatakan, jika semuanya berjalan sesuai jadwal, pekan depan penerapan batas auto rejection yang simetris dengan menggunakan parameter baru akan mulai diberlakukan. Diharapkan Jumat (16/1), sudah ada kepastian nilainya. Insya Allah, minggu depan bisa diberlakukan, imbuhnya. Saat ini, otoritas bursa masih menerapkan batasan auto rejection sebesar 20 persen (atas) dan 10 persen (bawah). Keputusan BEI itu diterapkan sejak Oktober 2008 seiring kondisi pasar modal yang dihantam krisis finansial global.Kondisi indeks pasar modal pada perdagangan kemarin ditutup melemah 10,117 poin (0,71 persen) menjadi 1.406,553. Pada sesi satu, IHSG sempat turun 12,371 poin (0,87 persen) menjadi 1.404,299. Indeks LQ-45 turun 4,853 poin (1,7 persen) menjadi 280,692 dan Jakarta Islamic Index (JII) turun 1,625 poin (0,7 persen) menjadi 230,961. Perdagangan saham hari ini mencatat transaksi sebanyak 39.876 kali, dengan volume 1,947 miliar unit saham, senilai Rp 1,279 triliun. Sebanyak 45 saham naik, 87 saham turun dan 47 saham stagnan.Saham-saham yang turun harganya antara lain, Perusahaan Gas Negara (PGAS) turun Rp 25 menjadi Rp 2.100, Bank Mandiri (BMRI) turun Rp 20 menjadi Rp 1.930, Telkom (TLKM) turun Rp 150 menjadi Rp 6.950, Indosat (ISAT) turun Rp 50 menjadi Rp 5.650 dan Bumi Resources (BUMI) turun Rp 60 menjadi Rp 570. Saham-saham yang naik harganya antara lain, Astra Internasional (ASII) naik Rp 500 menjadi Rp 12.950, Indofood Sukses Makmur (INDF) naik Rp 20 menjadi Rp 1.110 dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) naik Rp 100 menjadi Rp 4.800.Analis Reliance Securities Deo Rawendra mengungkapkan, merosotnya sejumlah saham unggulan ikut menekan IHSG. Seperti saham PT Bumi Resources (BUMI) disusul PT Telkom (TLKM), PT Bank Central Asia (BBCA), serta PT Bank Internasional Indonesia (BNII). Sebenarnya sentimen positif cukup besar seperti penurunan harga BBM yang menimbulkan harapan perekonomian akan membaik. Inflasi juga akan turun lagi demikian pula suku bunga perbankan akan berangsur turun.Namun semua tidak bisa dilakukan secepatnya. Jadi indeks belum merespons positif penurunan BBM ini. Tapi, paling tidak, penurunan BBM adalah kebijakan yang lebih baik dibandingkan harga yang berlaku saat ini, paparnya Deo juga memaparkan saham yang bergerak bagus hari ini adalah PT Astra Internasional (ASII). Astra mendapat sentimen dari asumsi pemerintah yang mau memotong pajak kendaraan, terutama untuk kendaraan mewah, pungkasnya. (iw)

Sumber : www.pontianakpost.com

Rupiah dan Saham Merah

SELASA, 13 JANUARI 2009 | 12:10 WIB

JAKARTA, SELASA Saham-saham di Bursa Efek Indonesia, Selasa (13/1) siang, masih terpuruk di zona merah, meski sebagian besar bursa Asia berhasil bangkit ke zona hijau. Aura negatif juga terasa pada rupiah yang masih berada di atas level Rp 11.000. Posisi beli mata uang RI itu berada pada Rp 11.150 per dollar AS, sedangkan jual pada Rp 11.260 per dollar AS. Indeks Harga Saham Gabungan sesi pertama ditutup melemah 7,468 poin (0,53 persen) pada 1.399,085. Saham-saham komoditas terutama sektor perkebunan yang melorot 3,87 persen memimpin pelemahan indeks. Sementara itu, indeks Kompas100 melemah 0,86 persen, kemudian indeks LQ45 berkurang 1,21 persen serta Jakarta Islamic Index turun 1,74 persen. Sebanyak 72 saham turun mendominasi perdagangan sesi ini, dibandingkan 32 saham naik dan 38 saham stagnan. Perdagangan masih terbilang sepi dengan nilai hanya Rp 823,5 miliar dari 25.578 kali transaksi dan volume mencapai 948,6 juta saham.

Sumber : www.kompas.com

BI Rate Turun 50 bps Menjadi 8,75%

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada hari ini memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 50 bps menjadi 8,75%. Keputusan ini diambil setelah dilakukan evaluasi menyeluruh kondisi ekonomi dan moneter di dalam dan luar negeri saat ini dan prospeknya pada tahun 2009. Imbangan risiko pada tahun 2009 menghendaki bahwa stance kebijakan moneter memberikan perhatian pada upaya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dengan tetap mengawal inflasi dan kestabilan sektor keuangan dalam jangka menengah, demikian Gubernur Bank Indonesia, Boediono. Dalam beberapa bulan terakhir, tekanan inflasi di dalam negeri terus menurun sebagai akibat antara lain dari penurunan harga komoditi, pangan dan energi dunia, produksi pangan di dalam negeri yang sangat baik dalam tahun 2008, serta perlambatan permintaan agregat. Pada bulan Desember 2008, justru terjadi deflasi sebesar 0,04%, sehingga laju inflasi tahun 2008 tercatat sebesar 11,06%. Dalam tahun 2009 ini, laju inflasi diprakirakan terus menurun menuju kisaran 5%-7%, yang ditunjang oleh berlanjutnya kondisi faktor-faktor pendukung tersebut diatas. Pada tahun 2009, indikator-indikator awal perekonomian Indonesia menunjukkan terjadinya perlambatan pertumbuhan beberapa komponen permintaan agregat, khususnya ekspor dan investasi, demikian tambah Boediono. Kredit perbankan juga mulai menunjukkan perlambatan dari laju pertumbuhan 37,1% (yoy) pada Oktober 2008, menjadi 30,2% (yoy) berdasarkan data terakhir sementara bulan Desember 2008. Perlambatan kredit perbankan diprakirakan akan berlanjut dalam tahun 2009, dengan laju pertumbuhan kredit diprakirakan berada pada kisaran 18% - 20%. Sementara itu, laju pertumbuhan ekonomi pada 2009 diprakirakan berada pada kisaran 4% - 5%. Cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2008 sebesar USD 51,6 milyar atau setara dengan 4,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Karena situasi pasar global, kinerja ekspor Indonesia dalam tahun 2009 diprakirakan melemah, sedangkan impor juga menurun, dan Neraca Transaksi Berjalan pada 2009 diprakirakan akan mengalami defisit sekitar 0,11% dari PDB. Cadangan devisa akhir 2009 diprakirakan sebesar USD 51 milyar atau setara dengan 4,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Dalam tahun 2009, industri perbankan dalam negeri mengalami dampak dari krisis keuangan global dan perlambatan pertumbuhan ekonomi. Namun secara umum, perbankan nasional masih tetap memiliki daya tahan yang cukup baik, yang tercermin dari indikator utama perbankan CAR dan NPL. Rasio kecukupan modal (CAR) masih tetap tinggi meskipun sedikit menurun menjadi 14,3%. Sedangkan NPL meskipun cenderung meningkat, diprakirakan masih berada di sekitar 5%.

Sumber : http://www.bi.go.id

Bank Sentral AS Memangkas Suku Bunganya Menjadi Hanya 0.25% Saja


Posted December 17th, 2008 by irwanariston

Krisis ekonomi yang sedang dihadapi oleh AS, membuat bank sentralnya harus memangkas suku bunganya dari sebelumnya 1.0% menjadi hanya 0.25% saja. Pengumuman ini sempat terlambat sekitar 10 menit dari seharusnya jam 2.15 PM waktu NY (atau jam 2.15 AM waktu Jakarta). Setelah pengumuman dikeluarkan, pasar sempat terkaget dan sempat saling menunggu reaksi, apakah terjadi penjualan massive atau tidak di pasar saham. Demikian juga di pasar forex. Tak lama kemudian, market langsung bereaksi positip. Pasar saham kemudian melejit cukup signifikan. Indeks Dow Jones ditutup di 8924.14 atau naik 359.61 poin (4.2%) dari hari sebelumnya. Indeks Nasdaq ditutup di 1589.89 atau naik 81.55 poin (5.41%), dan Indeks SP500 ditutup di 913.18 atau naik 44.61 poin (5.14%). Indeks Dow ditutup di atas minor resistancenya. Ini untuk yang kedua kalinya dalam kurun waktu sekitar seminggu terakhir. Apakah kali ini akan cukup berhasil untuk kemudian mencoba critical resistance di 9628-9712. Perkiraan sementara, critical resistance masih cukup sulit ditembus kecuali ada kejadian-kejadian yang bisa memberikan sentimen positip yang cukup kuat. Bila hal itu terjadi, maka peluang Dow mencoba ke 10500-11500 terbuka kembali. Tanpa itu, maka kemungkinan masih akan bermain dalam range walau range nantinya berubah menjadi antara minor resistance dengan critical resistance. Di pasar forex, mata uang dolar juga langsung jatuh terhadap mata uang utama dunia lainnya dengan signifikan. Reaksi sesaat yang terjadi setelah penurunan suku bunga ini, memang menarik diikuti kelanjutannya. Apakah pasar dalam tiga hari kedepan akan terus merespon positip dari kebijakan yang telah dibuat FED, ataukah akan ada profit taking mengingat penguatan yang terjadi bisa dibilang signifikan. Saat ini masih tanda tanya besar. Menarik untuk diikuti perkembangan berikutnya.
Sumber : www.info-saham.com

You might also like