You are on page 1of 28

ASUHAN KEPERAWATAN SARS 2011

KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Definisi Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) adalah penyakit infeksi saluran nafas yang disesbakan oleh virus corona dengan sekumpulan gejala klinis yang sangat berat (Chen & Rumende, 2006). SARS adalah sindrom pernapasan akut berat yang merupakan penyakit infeksi pada jaringan paru manusia yang penyebabnya adalah Coronavirus (Poutanen et al.,2003). Menurut literatur lain, SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) adalah sekumpulan gejala sakit pernapasan yang mendadak dan berat atau disebut juga penyakit infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh virus Corona Family Paramyxovirus (Zhang et al.,2006). SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah suatu jenis kegagalan paruparu dengan berbagai kelainan yang berbeda, yang menyebabkan terjadinya pengumpulan cairan di paru-paru (edema paru)(Svoboda. 2006).

2. Etiologi Etiologi SARS masih dipelajari. Pada 7 April 2003, WHO mengumumkan kesepakatan bahwa coronavirus yang baru teridentifikasi adalah mayoritas agen penyebab SARS. Coronavirus berasal dari kata Corona yang berasal dari bahasa Latin yang artinya crown atau mahkota. Ini sesuai dengan bentuk Coronavirus itu sendiri yang kalau dilihat dengan mikroskop nampak seperti mahkota. Penyebabnya lain bisa karena penyakit apapun, yang secara langsung ataupun tidak langsung yang melukai paru-paru, diantaranya : a) Pneumonia b) Tekanan darah yang sangat rendah (syok) c) Terhirupnya makanan ke dalam paru (menghirup muntahan dari lambung) d) Beberapa transfusi darah e) Kerusakan paru-paru karena menghirup oksigen konsentrasi tinggi f) Emboli paru g) Cedera pada dada h) Overdosis obat seperti heroin, metadon, propoksifen atau aspirin i) Trauma hebat j) Transfusi darah (terutama dalam jumlah yang sangat banyak). 1 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD

ASUHAN KEPERAWATAN SARS 2011


Faktor Predisposisi        Faktor diri (host) : umur, jenis kelamin, status gizi, kelainan congenital, imunologis, BBLR dan premature. Faktor lingkungan : Pola hidup, asap rokok, keterpaparan terhadap infeksi,

sosial ekonomi, Kepadatan tempat tinggal, cuaca dan polusi udara. Defisiensi vitamin Tingkat sosio ekonomi rendah Tingkat jangkauan pelayanan kesehatan yang rendah Menderita penyakit kronis Aspek kepercayaan setempat dalam praktek pencarian pengobatan yang salah.

Faktor Pencetus Coronavirus adalah mayoritas agen penyebab SARS. Virus ini stabil pada tinja dan urine pada suhu kamar selama 1-2 hari dan dapat bertahan lebih dari 4 hari pada penderita diare. Virus SARS kehilangan infektivitasnya terhadap berbagai disinfektan dan bahan bahan fiksasi. Seperti virus lain, corona menyebar lewat udara, masuk melalui saluran pernapasan, lalu bersarang di paru-paru. Dalam tempo sekitar dua hingga sepuluh hari, paru-paru akan meradang, bernapas kian sulit. Metode penularannya melalui udara serta kontak langsung dengan pasien atau terkena cairan pasien. Misalnya terkena ludah saat pasien bersin dan batuk bahkan bisa melalui barang -barang yang terkontaminasi atau barang yang digunakan oleh pasien SARS.

3. Epidemiologi SARS diduga berasal dari Propinsi Guangdong di Cina daratan, muncul dan menyerang manusia sekitar bulan November 2002. Namun pertama kali dikenal pada bulan Februari 2003. Penyebabnya adalah coronavirus. Penyakit dengan gejala infeksi saluran pernafasan berat disertai dengan gejala saluran pencernaan. Pada bulan Juli 2003 Out break/Kejadian Luar Biasa (KLB) terjadi di 6 wilayah yaitu Kanada, Cina daratan (yang berasal dari Guangdong kemudian menyebar ke beberapa kota besar, Taiwan dan Hongkong), Singapura dan Vietnam. Distribusi Menurut Orang Pada distribusi menurut orang ini, orang yang paling berisiko terkena penyakit SARS adalah petugas kesehatan yaitu dengan persentase sebesar 30%. Hal ini disebabkan oleh 2 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD

ASUHAN KEPERAWATAN SARS 2011


petugas kesehatan merupakan orang yang merawat pasien yang menderita SARS sehingga sangat besar risikonya mereka juga akan terkena SARS sesuai dengan cara penularan penyakit SARS. Distribusi Menurut Tempat Negara di dunia yang memiliki jumlah kasus SARS terbesar adalah Negara China yaitu sebesar 5327 kasus dengan jumlah kematian sebesar 349 orang. Hal ini disebabkan karena Negara China merupakan Negara yang pertama kali terkena penyakit SARS yaitu pada bulan November 2002 namun belum dilaporkan sehingga orang tidak mengetahuinya dan tidak dapat dicegah. Baru pada bulan Februari 2003 kasus ini diketahui. Hal ini mengakibatkan orang yang terkena SARS di China makin banyak. Dari China kemudian virus SARS ini menyebar ke negara lain seperti melalui kunjungan ke daerah tersebut. Distribusi Menurut Waktu Singapura terdeteksi SARS pertama kali pada bulan Februari 2003 dan penderitanya bertambah dan mencapai puncak di bulan Maret. Selain itu, karena banyaknya kunjungan ke Singapura ataupun warga Singapura yang berlibur ke Negara lain yang banyak kejadian SARS memungkinkan terjadinya perpindahan virus dari orang tersebut ke orang di Singapura.

4. Patofisiologi SARS secara klinis lebih melibatkan saluran nafas baian bawah dibandingkan dengan saluran nafas dibagian atas. Pada saluran nafas baian bawah, sel-sel asinus adalah sasaran yang lebih banyak terkena dibandingkan trakea maupun bronkus. Menurut Chen dan Rumende (2006), patogenesis SARS terdiri dari 2 macam fase : a) Fase Pertama Terjadi selama 10 hari pertama penyakit, pada fase ini melibatkan proses akut yang mengakibatkan diffuse alveolar damage (DAD) yang eksudatif. Fase ini dicirikan dengan adanya infiltrasi dari sel-sel inflamasi serta edema dan pembentukan membran hialin. Membran hialin ini terbentuk dari endapan protein plasma serta debris nucleus dan sitoplasma sel-sel epitel paru (pneumosit) yang rusak. Dengan adanya nekrosis selsel epitel paru maka barrier antara sirkulasi darah dan jalan udara menjadi hilang 3 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD

ASUHAN KEPERAWATAN SARS 2011


sehingga cairan yang berasal dari pembuluh darah dapat masuk ke dalam ruang alveolus (efusi). Namun masih belum dapat dibuktikan apakah kerusakan sel-sel paru tersebut diakibatkan karena efek toksik dari virus tersebut secara langsung atau kerusakan tersebut terjadi karena perantara sistem imun. Pada saat fase eksudatif ini dapat diamati dan diidentifikasi RNA dan antigen virus yang terdapat pada makrofag alveolar. b) Fase kedua Fase ini dimulai tepat setelah fase pertama selesai (setelah 10 hari). Fase ini ditandai dengan perubahan pada DAD eksudatif menjadi DAD yang terorganisir. Pada periode ini didapati metaplasia sel epitel skuamosa bronchial, bertambahnya ragam sel dan fibrosis pada dinding lumen alveolus. Pada fase ini juga tampak dominasi pneumosit tipe 2 dengan perbesaran nucleus dan nucleoli yang eosinofilik. Selanjutnya juga ditemukan adanya sel raksasa dengan banyak nucleus (multinucleated giant cell) dalam rongga alveoli. Sel raksasa tersebut diduga merupakan akibat langsung dari VoC SARS, namun sumber lain mengatakan bahwa hal tersebut bukan karena COV SARS namun disebabkna karena proses inflamasi yang berat pada tahap DAD eksudatif.

5. Klasifikasi Secara proposional ada 2 kasus SARS, yaitu suspect dan probable sesuai kriteria WHO : a) Suspect SARS 1) Adalah seseorang yang menderita sakit dengan gejala demam tinggi ( > 38oC ), dengan satu atau lebih gangguan pernafasan, yaitu batuk, nafas pendek dan kesulitan bernafas. Satu atau lebih keadaan berikut : - Dalam 10 hari terakhir sebelum sakit, mempunyai riwayat kontak erat dengan seseorang yang telah didiagnosis sebagai penderita SARS, dimana orang yang beresiko tersebut adalah orang yang merawat, tinggal serumah atau berhubungan langsung dengan cairan saluran pernafasan maupun atau jaringan tubuh seseorang penderita SARS - Dalam 10 hari terakhir sebelum sakit, melakukan perjalanan ke tempat terjangkit SARS. Tempat yang dilaporkan terjangkit SARS adalah sesuai 4 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD

ASUHAN KEPERAWATAN SARS 2011


dengan ketetapan WHO sebagai negara terjangkit yang pada tanggal 1 April yaitu Canada (Toronto), Singapura, China (Guangdong, Hongkong SAR, Shanxi, Taiwan) dan Vietnam (Hanoi) - Penduduk dari daerah terjangkit. 2) Adalah seseorang yang meninggal dunia karena mengalami gagal nafas akut yang tidak diketahui penyebabnya dan tidak dilakukan otopsi untuk mengetahui penyebabnya. Pada 10 hari sebelum meninggal, orang tersebut mengalami salah satu atau lebih kondisi dibawah ini, yaitu : - Kontak erat dengan seseorang yang telah didiagnosa suspect atau probable SARS - Riwayat berkunjung ke tempat atau negara yang terkena wabah SARS - Bertempat tinggal atau pernah tinggal di tempat/negara yang terjangkit wabah SARS. b) Probable SARS Adalah kasus Suspect ditambah dengan gambaran foto toraks menunjukkan tanda tanda pneumonia atau respiratory distress syndrome, atau seseorang yang meninggal karena penyakit saluran pernafasan yang tidak jelas penyebabnya, dan pada pemeriksaan autopsi ditemukan tanda patologis berupa respiratory distress syndrome yang tidak jelas penyebabnya.

6. Tanda dan gejala a. Gejala prodormal Masa inkubasi penyakit SARS antara 1-14 haridengan rerata 4 hari. Gejala prodormal yang timbul dimulai dengan adanya gejala-gejala sistemik yang non spesifik, seperti : Demam > 380C Myalgia Menggigil Rasa kaku ditubuh Batuk non produktif Nyeri kepala dan pusing

- Malaise 5 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD

ASUHAN KEPERAWATAN SARS 2011


Gejala-gejala tersebut merupaka gejala tipikal yang sering timbul pada penderita SARS, namun tidak semua gejala tersebut timbul pada setipa pasien pada beberapa kasus demam muncul dan menghilang dengan sendirinya pada hari ke 4 hingga ke 7, tapi sama sekali tuidak menunjukka adanya perbaikan pada pasien, dan terkadang demma muncul kembali pada minggu ke 2(Chen & Rumende, 2006). b. Manifestasi Umum Meskipun SARS merupakan virus yang menyerang system pernafasan namun beberapa kasus ditemukan penderita dengan gejala multiorgan.  Manifestasi Pernafasan Penyakit paru adalah gejala klinis utama dari penderita SARS, gejala- gejala utama yang timbul antara lain : Batuk kering Sesak nafas

Pada tahap awal infeksi, gejala tersebut seperti pada Infeksi saluran nafas pada umumnya, namun gejala tersebut mengalami perburuakan pada awal minggu kedua. Dimana gejala sesak makin lama akan semakin berat dan mulai

membatasi aktifitas fisik pasien. Sebanyak 20-25% pasien mengalami progresi buruk kearah acute respiratory distress syndrome (ARDS) akibat kerusakan pada pneumosit tipe 2 yang memproduksi surfaktan. Gejala lain yang mungkin timbul adalah pneumotoraks dan penumomedistinum, yang diakibatkan karena udara yang terjebak dalam ringga dada, hal ini dilaporkan sebanyak 12% terjadi secara spontan dan 20% timbul setelah pengunaan ventilator di ICU (Chen & Rumende, 2006). Penyebab kematian tersering pada SARS adalah dikarenakan oleh ARDS berat, kegagalan  multiorgan, infeksi sekunder, septicemia, serta komplikasi

tromboembolik. Manifestasi Pencernaan Gejala yang timbul pada system pencernaan diduga disebabkan karena transmisi penularan VoC SARS melalui oral. Gejala utamanya adalah diare. Pada kasus ini didapati sebanyak 20% pasien SARS mengalami diare pada kedatangan pertam a dan 70% dari jumlah tersebut tetap mengalami gejala ini selama masa perjalanan penyakitnya. 6 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD

ASUHAN KEPERAWATAN SARS 2011


Diare yang ditimbulkan biasanya cair dengan volume yang banyak tanpa disertai darah maupun lendir. Pada kasus berat biasanya dijumpai ketidakseimbangan elektrolit dan dehidrasi karena penurunan cairan tubuh akibat diare (Chen & Rumende, 2006). Pada beberapa kasus yang tidak disertai pneumonia, gejala diare ini adalah satusatunya gejala yang tampak, namun pada beberapa kasus lain dengan pneumonia, diare mulai tampak pada mingu kedua sakit bersamaan dengan timbulnya demam dan perburukan pada paru.  Manifestasi Lain Sebanyak 25% pasien SARS mengalami peningkatan SGPT pada kedatangan pertama. Belum bisa dipastikan penyebabk peningkatan enzim ini namun diduga peningkatan enzim ini disebabkan karena respon tubuh terhadapa infeksi CoV SARS pada tubuh manusia bukan karena infeksi spesisfik CoV pada hepar. Beberapa kasus dilaporkan gejala epilepsy dan disorientasi pada pasien SARS namun deficit neurologi fokal tidak pernah ditemukan. Meskipun demikian tetap harus diwaspadai terhadapa kemungkinan manfestasi SARS pada system saraf mengingat adanya laporan kasus yang menunujukkan adanya status epileptikus pada pasien dengan disertai penemuan CoV SARS pada CSS dengan kadar yang cukup signifikan. Menurut Chen dan Rumende(2006), CoV SARS ini juga dapat mengakibatkan demyelinisasi pada saraf otak.

7. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan radiologis : air bronchogram : Streptococcus pneumonia. b. Pada pemeriksaan fisik : dengan menggunakan stetoskop, terdengar bunyi pernafasan abnormal (seperti ronki atau wheezing). Tekanan darah seringkali rendah dan kulit, bibir serta kuku penderita tampak kebiruan (sianosis, karena kekurangan oksigen). Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis SARS :   Rontgen dada (menunjukkan adanya penimbunan cairan di tempat yang seharusnya terisi udara) Gas darah arteri 7 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD

ASUHAN KEPERAWATAN SARS 2011


  Hitung jenis darah dan kimia darah Bronkoskopi

c. Pemeriksaan Laboratorium : Leukosit. d. Pemeriksaan Bakteriologis : sputum, darah, aspirasi nasotrakeal atau transtrakeal, aspirasi jarum transtorakal, torakosentesis, bronskoskopi, biopsy e. Test DNA sequencing bagi coronavirus yang dapat diperoleh hasilnya dalam 8 jam dan sangat akurat. Test yang lama hanya mampu mendeteksi antibody. Tabel 1. Pemeriksaan penunjang No Pemeriksaan 1. 2. Foto Thoraks CT-Scan Thoraks Hasil yang ditemukan Infiltrat di paru Klinis pneumonia Obliterans pneumonia

Konsolidasi ruang udara Bronchiolitis yang fokal maupunmulti organizing fokal (BOOP) Belum diketahui

3.

Enzim SGPT

Meningkat

No Pemeriksaan

Spesimen

Waktu Pemeriksaan

Keterangan

1.

RT-PCR

Dahak, feces, darah perifer

Minggu kedua sakit

Sensivitas tinggi bia dilakukan pada mingu kedua

2.

Deteksi Antigen Virus

serum

6-10 hari sakit

Sensivitas buruk bila dilakukan diawal penyakit

3.

Kultur Virus

Dahak, darah, feces, pada media VeroE6 atau FRhK-4

Awal penyakit

Sensivitas semakin menurun seiring dengan perjalanan penyakit

4.

Deteksi Antibody CoV SARS (dengan teknik ELISA

Darah vena

Awal minggu kedua

GOLD STANDART

8 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD

ASUHAN KEPERAWATAN SARS 2011


atau IFA) 5. Test DNA sequencing darah 8 jam setelah infeksi Sensivitas tinggi

8. Penatalaksanaan Penatalaksanaan kasus suspect SARS a) Kasus dengan gejala SARS melewati triase (petugas sudah memakai masker N95). Untuk segera dikirim ke ruangan pemeriksaan atau bangsal yang sudah disiapkan. b) Berikan masker bedah pada penderita. c) Petugas yang masuk keruang pemeriksaan sudah memakai penggunaan alat proteksi perorangan ( PAPP ) d) Catat dan dapatkan keterangan rinci mengenai tanda klinis, riwayat perjalanan, riwayat kontak termasuk riwayat munculnya gangguan pernapasan pada kontak sepuluh hari sebelumnya \ e) Pemeriksaan fisik f) Lakukan pemeriksaan foto toraks dan darah tepi lengkap g) Bila foto toraks normal lihat indikasi rawat atau tetap dirumah, anjurkan untuk melakukan kebersihan diri, tidak masuk kantor / sekolah dan hindari menggunakan angkutan umum selama belum sembuh h) Pengobatan di rumah ; simtomatik, antibiotik bila ada indikasi, vitamin dan makanan bergizi i) Apabila keadaan memburuk segera hubungi dokter j) Bila foto toraks menunjukkan gambaran infiltrat satu sisi atau dua sisi paru dengan atau tanpa infiltrat interstial lihat penatalaksanaan kasus probable Suspek SARS yang dirawat: 1) Isolasi 2) Perhatikan : Keadaan umum Kesadaran Tanda vital (tensi, nadi, frekuensi napas, suhu) 3) Terapi suportif
9 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD

ASUHAN KEPERAWATAN SARS 2011


4) Antibiotik : b laktam atau b laktam + Anti b laktamase oral ditambah makrolid generasi baru oral (roksitromisin, klaritromisin, azitromisin) Penatalaksanaan kasus probable 1) Rawat di Rumah Sakit dalam ruang isolasi dengan kasus sejenis. 2) Pegambilan darah untuk: darah tepi lengkap, fungsi hati, kreatin fosfokinase, urea, elektrolit, C reaktif protein. 3) Pengambilan sampel untuk membedakan dari kasus pneumonia tipikal/ atipikal lainnya; pemeriksaan usap hidung dan tenggorokan, biakan darah, serologi urine 4) Pemantauan darah 2 hari sekali 5) Foto toraks diulang sesuai indikasi klinis 6) Pemberian pengobatan a) Ringan / sedang Terapi suportif Antibiotik Golongan b laktam + anti b laktamase (intravena) ditambah makrolid

generasi baru oral ATAU Sefalosporin G2, G3 (intravena), ditambah makrolid generasi baru oral ATAU Fluorokuinolon Gatifloxacin b) Berat Terapi suportif Antibiotik Untuk pasien yang tidak ada faktor risiko infeksi pseudomonas : sefalosporin G3 non pseudomonas (intravena) ditambah makrolid generasi baru oral ATAU
10 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD

respirasi

(intravena):

Moxifloxacin,

Levofloxacin,

ASUHAN KEPERAWATAN SARS 2011


fluorokuinolon respirasi (intravena) Ada faktor risiko infeksi pseudomonas : sefalosporin anti pseudomonas (seftazidim, sefoperazon, sefipim)/karbapenem (intravena) ditambah luorokuinolon anti pseudomonas (siprofloksasin, levofloksasin) intravena/ aminoglikosida intravena ditambah makrolid generasi baru oral Kortikosteroid Hidrokortison ( intravena ) 4 mg / kg BB tiap 8 jam, tapering atau metilprednisolon ( intravena ) 240 320 mg tiap hari Ribavirin 1,2 gr oral tiap 8 jam atau 8 mg / kg BB intravena tiap 8 jam Keterangan : Kriteria pneumonia berat salah satu diantara ini : Frekuensi napas > 30 x /menit PaO2 / FiO2 < 250 mmHg Foto toraks paru kelainan bilateral Foto toraks paru melibatkan lebih dari dua lobus Tekanan sistolik < 90 mmHg Tekanan diastolik < 60 mmHg Risiko infeksi pseudomonas Bronkiektasis Pengobatan kortikosteroid lebih dari 10 mg/hari Pengobatan antibiotik spektrum luas lebih dari 7 hari pada bulan terakhir Gizi kurang Indikasi pemberian kortikosteroid dan anti virus (Ribavirin) Pneumonia SARS berat Setelah 24 jam diberikan antibiotik tidak respon Terdapat komorbid Penatalaksanaan Kontak a) Kontak Dengan Kasus Suspek Berikan informasi mengenai SARS pada kontak
11 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD

ASUHAN KEPERAWATAN SARS 2011


Passive Surveillance selama sepuluh hari Aktifitas kontak tak terbatas Jika timbul gejala klinis, segera menghubungi fasilitas kesehatan Gejala yang timbul pertama : panas b) Kontak Dengan Kasus Probable Berikan informasi mengenai SARS pada kontak Active Surveillance selama sepuluh hari Telepon atau kunjungi oleh tim surveillance Catat suhu tubuh setiap hari Aktifitas kontak tak terbatas Jika timbul gejala klinis, segera menghubungi fasilitas kesehatan Gejala yang timbul pertama : panas Indikasi Rawat Penderita SARS yang di rawat inap adalah : a) Suspect SARS dengan riwayat kontak erat (+) b) Suspect SARS dengan gejala klinis berat, yaitu: Sesak nafas dengan frekuensi nafas 30 kali / menit. Nadi lebih 100 kali/menit. Ada gangguan kesadaran Kondisi umum lemah Indikasi rawat inap lain ditentukan oleh dokter yang memeriksa penderita c) Probable SARS Perlu diperhatikan dalam perawatan di rumah sakit terhadap SARS adalah : Ruang perawatan penderita suspect SARS harus dibedakan dengan ruang penderita probable SARS. Saat memeriksa dan merawat penderita SARS, petugas medis harus memakai penggunaan alat proteksi perorangan (PAPP).

Isolasi Diri/Home Isolation

12 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD

ASUHAN KEPERAWATAN SARS 2011


Penderita suspect SARS dengan riwayat traveling (+) tetapi tanpa riwayat kontak dan gejala klinis ringan tidak dirawat inap di rumah sakit, akan tetapi dirawat dirumah (home isolation) Tindakan yang harus dilakukan selama home isolation atau isolasi dirumah adalah : Penderita harus dirumah sampai demam hilang dan selalu menggunakan masker sampai 14 hari sesudah dua hari bebas panas. Alat makan dan minumnya dipisahkan dari alat makan dan minum anggauta keluarga yang lain. Penderita harus diukur suhu tubuhnya setiap 8 jam sekali. Bila dalam dua kali pengukuran terjadi kenaikan suhu tubuh mencapai 38oC, maka penderita harus segera dikirim ke rumah sakit. Minum obat yang diberikan sesuai petunjuk Anggota keluarga yang merawat penderita dan tinggal serumah , harus memakai masker. Anggota keluarga yang merawat penderita harus mencuci tangan setelah merawat penderita Apabila ada anggota keluarga lain yang menderita demam selama penderita masih sakit sampai dengan 10 hari setelah penderita dinyatakan sembuh maka harus segera memeriksakan diri ke rumah sakit dan selalu menggunakan masker. Indikasi Keluar Rumah Sakit a) Tidak panas selama 48 jam b) Tidak batuk c) Leukosit kembali normal d) Trombosit kembali normal e) CPK kembali normal f) Uji fungsi hati kembali normal g) Sodium plasma kembali normal h) Perbaikan X-foto toraks

Nasehat Pada Pasien Pulang Dari Rumah Sakit


13 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD

ASUHAN KEPERAWATAN SARS 2011


a) Setelah kembali dirumah dinasehatkan tetap harus Home Isolation (lihat point tindakan yang harus dilakukan selama isolasi diri/Home Isolation ) b) Tujuh hari setelah pulang ke rumah penderita diharuskan kontrol ke rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan darah lengkap, X-foto toraks dan uji lain yang abnormal c) Minimum 14 hari setelah pulang, pasien baru diperbolehkan masuk kerja/sekolah. Follow up penderita a) Istirahat dirumah selama 7 hari, selama itu tinggal dalam kamar, usahakan seminimal mungkin kontak dengan orang. b) Dipantau & dicatat suhu tubuh 2 X/ hari, jika suhu tubuh 38 0 C atau lebih atau ada gejala saluran napas maka segera kontrol c) Kontrol kembali ke RS tempat dirawat 7 hari setelah pulang; foto toraks, hitung darah lengkap dan pemeriksaan darah lainnya jika ada riwayat abnormal d) Pemeriksaan serologi diulang 3 minggu setelah sakit e) Dokter yang menentukan apakah pasien sudah tidak perlu isolasi

9. Pencegahan 1. Lakukan identifikasi segera terhadap semua penderita suspect dan probable sesuai dengan definisi kasus menurut WHO Setiap orang sakit yang datang ke fasilitas kesehatan (RS, Puskesmas, Klinik Bandar Udara, dan lain-lain) yang akan dinilai terhadap kemungkinan menderita SARS dimasukkan ke ruang triage dan disini segera dilakukan pemisahan untuk mengurangi risiko penularan. Untuk penderita yang masuk kategori probable segera dipasangi masker, sebaiknya masker yang dapat menyaring udara ekspirasi untuk mencegah percikan ludah ke udara. Petugas triage harus memakai masker penutup muka (face mask jemis N/R/P 95/99/100 atau FFP 2/3 atau sejenis dan memenuhi standar yang ditetapkan) yang dapat melindungi mata dari percikan. Petugas hendaknya selalu mencuci tangan dengan air mengalir sesuai dengan prosedur sebelum dan sesudah kontak dengan penderita, setelah melakukan kagiatan yang diduga dapat menyebabkan kontaminasi, dan setelah melepaskan sarung tangan. Sarung tangan yang tercemar, stethoscope dan peralatan lain harus ditangani dengan benar, dicuci dengan desinfektan untuk 14 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD

ASUHAN KEPERAWATAN SARS 2011


mencegah penularan. Desinfektan seperti larutan bahan pemutih (fresh bleach solution) dalam konsentrasi yang cukup harus selalu tersedia. 2. Lakukan tindakan isolasi terhadap kasus probable Setiap penderita probable harus segera diisolasi dan dirawat dengan cara dan fasilitas dengan urut-urutan preferensi sebagai berikut : diisolasi di ruangan bertekanan negatif dengan pintu yang selalu ditutup, kamar tersendiri dengan kamar mandi sendiri, ditempatkan dalam ruangan kohort pada daerah dengan ventilasi udara tersendiri dan memiliki system pembuangan udara (exhaust system) serta kamar mandi sendiri. Apabila tidak tersediasistem supply udara tersendiri, maka semua AC (mesin pendingin udara) dimatikan dan jendela dibuka untuk mendapatkan ventilasi udara yang baik (catatan : jendela harus yang tidak mengarah ke tempat umum). Prosedur kewaspadaan universal untuk mencegah infeksi harus diterapkan dengan ketat sekali terhadap kemungkinan terjadinya penyebaran melalui udara, melalui percikan dan kontak langsung. Seluruh staf medis dan tenaga pembantu harus dilatih tentang cara-cara pencegahan infeksi dan cara-cara penggunaan Personal Protective Equipment (PPE) alat-alat perlindungan diri berikut ini :
y

Penggunaan penutup muka/ face mask untuk melindungi penularan melalui saluran pernapasan. Jenis face mask yang dianjurkan adalah NRP 95/99/100 atau FFP 2/3 atau jenis yang sama sesuai dengan standar nasional negara yang bersangkutan.

y y y y y

Penggunaan sepasang sarung tangan Penggunaan pelindung mata Penggunaan jas sekali pakai Penggunaan apron Alas kaki yang dapat didekontaminasi

Pada waktu merawat dan mengobati penderita SARS sedapat mungkin digunakan peralatan dan bahan-bahan sekali pakai (disposable) dan setelah dipakai bahan atau peralatan tersebut dibuang sebagaimana mestinya. Apabila peralatan yang telah digunakan akan dipakai lagi, hendaknya disterilkan terlebih dahulu sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuatnya. Alat-alat tersebut
15 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD

ASUHAN KEPERAWATAN SARS 2011


hendaknya dibersihkan dengan desinfektan yang mempunyai efek antiviral. Hindari pemindahan penderita SARS dari ruang isolasi ke tempat lain. Kalau penderita SARS ini karena sesuatu dan lain hal harus dipindahkan mungkin dan petugas harus menggunakan pakaian pelindung (PPE = Personal Preventive Equipment) dengan supervise yang ketat. Mencuci tangan mutlak harus dilakukan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita, sesudah melakukan kegiatan yang memungkinkan terjadi kontaminasi, sesudah melepaskan sarung tangan. Oleh karena itu harus tersedia fasilitas air bersih yang mengalir dalam jumlah yang memadai. Untuk desinfeksi cukup digunakan alcohol apabila tidak ada riwayat kontak dengan bahan-bahan organik yang infeksius. Perhatian khusus harus diberikan kepada petugas apabila melakukan r\tindakantindakan seperti pada pemberian fisioterapi thorax , pada tindakan bronkoskopi atau gastroskopi, nebulizer dan tindakan-tindakan lain pada saluran pernapasan serta tindakan yang menempatkan petugas kesehatan kontak sangat dekat dengan penderita dan dengan sekret infeksius, sehingga kemungkinan tertular sangat besar. Seluruh instrument tajam harus ditangani dengan tepat dan ketat. Linen penderita harus dikemas ditempat oleh petugas, ditempatkan di dalam kantong khusus (biohazard bags)sebelum dikirim ke laundry/binatu. 3. Pelacakan terhadap kontak (contact persons) : yang disebut kontak secara epidemiologis adalah mereka yang merawat dan atau tinggal dengan atau mereka yang kontak dengan sekret saluran napas, cairan tubuh atau tinja penderita suspect atau probable SARS. Pelacakan kontak harus dilakukan secara sistematis. Periode waktu seseorang dianggap sebagai kontak harus disepakati terlebih dahulu. Kesepakatan ini menyangkut berapa harikah sebelum timbul gejala seseorang dianggap sebagai kontak apabila mereka terpajan dengan penderita suspect atau probable SARS

10. Prognosis Tingkat kematian bervariasi di setiap Negara dan organisai peliput. Pada awal Mei, supaya konsisten dengan metrik yang sama dengan penyakit lain, WHO dan CDC AS mengutip 7% atau jumlah kematian dibagi dengan kasus kemungkinan, sebagai tingkat penjelasan mencakup infeksi sekunder sebagai agen penyebab penyakit, tetapi apapun 16 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD

ASUHAN KEPERAWATAN SARS 2011


kematian SARS. Salah satu alasan mengaoa mengukur jumlah kematian sulit ialah angka infeksi dan angka kematian sudah pasti akan berubah. Kematian berdasarkan grup usia terhitung 8 Mei 2003 adalah dibawah 1% untuk orang usia 24 atau lebih muda, 6% untuk mereka yang berusia 25-44, 15% pada usia 45-64 dan lebih dari 50% untuk yang berusia lebih dari 65. Sebagai perbandingan, kasus tingkat kematian influenza biasanya sekitar 0,6% (terutama pada lansia) tetapi dapat naik hingga 33% pada epidemi local yang parah dari mutasi baru. Tingkat kematian jenis pneumonia menular dasar sekitar 70%.

ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajjian 17 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD

ASUHAN KEPERAWATAN SARS 2011


Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan SARS :
y

Kaji terhadap nyeri, takipnea, penggunaan otot aksesori, nadi cepat bersambungan, batuk, sputum purulen, dan auskultasi bunyi napas untuk mengetahui konsolidasi.

y y y

Perhatikan perubahan suhu tubuh. Kaji terhadap kegelisahan dan delirium dalam alkoholisme. Kaji terhadap komplikasi yaitu demam berlanjut atau kambuhan, tidak berhasil untuk sembuh, atelektasis, efusi pleural, komplikasi jantung, dan superinfeksi.

Faktor perkembangan pasien : Umur, tingkat perkembangan, kebiasaan seharihari, mekanisme koping, kemampuan mengerti tindakan yang dilakukan.

Pengetahuan pasien atau keluarga : pengalaman terkena penyakit pernafasan, pengetahuan tentang penyakit pernafasan dan tindakan yang dilakukan.

Pemeriksaan fisik Inspeksi :  Pasien tampak sesak  Pasien tampak batuk tidak produktif  Petekie  Ekimosis  Adanya sianosis pada jari dan mulut klien  Adanya penggunaan otot-otot bantu pernapasan Palpasi :  Denyut nadi meningkat  CRT > 2 detik  Turgor kulit menurun  Demam  Akral dingin Perkusi :  Terdengar suara timpani pada abdomen  Terdengar suara dullness pada perkusi paru Auskultasi :  Terdengar suara ronchi di basal paru
18 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD

ASUHAN KEPERAWATAN SARS 2011


 Bising usus meningkat 2. Diagnosa 1) PK Hipoksemia 2) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan mucus dalam jumlah berlebih ditandai dengan penumpukan saliva, batuk tidak efektif, terdapat suara napas tambahan, perubahan frekuensi napas 3) Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan ditandai dengan pasien gelisah, mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup, bingung, khawatir 4) Hipertermi berhubungan dengan penyakit (SARS) ditandai dengan akral teraba panas, kulit tampak memerah, suhu diatas normal ( 36,5 o 37,5 o C), takikardi 5) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan penurunan turgor kulit, membrane mukosa kering, haluaran urine berkurang, kulit kering, nadi meningkat 6) Diare berhubungan dengan inflamasi ditandai dengan bising usus hiperaktif ( > 3 x/menit), nyeri abdomen, peningkatan frekuensi BAB dalam sehari ( 3 x/hari atau lebih) 7) Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan (dehidrasi) 8) Perfusi jaringan perifer tidak efektif b.d penurunan suplai O2 ke jaringan d.d nadi lemah, N= 55x/menit, terasa kesemutan pada ekstremitas, CRT> 3 detik. 9) Perfusi jaringan cerebral tidak efektif b.d emboli (asam laktat) pada pembuluh darah otak d.d kesadaran menurun, GCS<15, nyeri kepala, gelisah, kelemahan. 10) Nyeri akut b.d agen cedera biologis (penumpukan cairan berlebih pada rongga dada) d.d klien mengeluh nyeri, skala nyeri 3 (skala 0-10), tampak meringis. 11) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai O2 dan CO2 d.d klien mengeluh merasa letih, mengeluh merasa lemah, terjadi peningkatan nadi secara signifikan ketika beraktivitas, terjadi perubahan TD abnormal selama beraktivitas. 12) Ketidakefektifan pola napas b.d hiperventilasi d.d dispnea, RR 24x/menit, terjadi retraksi dinding dada, terjadi PCH.
19 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD

ASUHAN KEPERAWATAN SARS 2011


13) Kerusakan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar-kapiler (kerusakan di alveoli) d.d sianosis, dispnea, hipoksia, terjadi PCH. 14) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung d.d takikardia, perubahan EKG. 15) Risiko penularan infeksi berhubungan dengan pemajanan penularan melalui udara dan kontak. 16) Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan kelemahan d.d ketidakmampuan dalam: mengakses kamar mandi, mengeringkan tubuh, membasuh tubuh. 17) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi (edema paru ) d.d perubahan tekanan arteri pulmonal, perubahan pada pola pernapasan 18) Risiko perdarahan berhubungan dengan koagulopati inheren (trombositopenia) 19) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan absorbsi nutrisi ditandai dengan penurunan berat badan 20% di bawah berat ideal, diare. 20) PK: Infeksi

Diagnosa Prioritas 1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan mucus dalam jumlah berlebih ditandai dengan penumpukan saliva, batuk tidak efektif, terdapat suara napas tambahan, perubahan frekuensi napas 2) Kerusakan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar-kapiler (kerusakan di alveoli) d.d sianosis, dispnea, hipoksia, terjadi PCH. 3) PK: Infeksi 4) Diare berhubungan dengan inflamasi ditandai dengan bising usus hiperaktif ( > 3 x/menit), nyeri abdomen, peningkatan frekuensi BAB dalam sehari ( 3 x/hari atau lebih) 5) Risiko penularan infeksi berhubungan dengan pemajanan penularan melalui udara dan kontak.

3. Intervensi 1) Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif 20 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD

ASUHAN KEPERAWATAN SARS 2011


Tujuan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharap kan bersihan jalan napas klien efektif dengan criteria hasil: - klien mampu mengeluarkan sekret tanpa bantuan - bunyi nafas normal, tidak ada ronchi, mengi dan stridor RR dalam batas normal (16-20 x/menit)

Intervensi Mandiri a. Kaji fungsi pernafasan (bunyi nafas, kecepatan nafas, dan kedalaman) Rasional :. Ronki, mengi menunjukkan akumulasi sekret/ketidakmampuan membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan peningkatan kerja pernafasan. b. Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif (catat karakter dan jumlah sputum) Rasional : Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal. c. berikan pasien posisi semi fowler dan bantu pasien untuk batuk dan latihan nafas dalam Rasional :Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan. Latihan nafas dalam meningkatkan gerakan sekret ke dalam jalan nafas besar untuk dikeluarkan. d. bersihkan sekret dari mulut dan trakea (penghisapan sesuai keperluan) Rasional : Mencegah aspirasi / obstruksi. Penghisapan dilakukan jika pasien tidak mampu mengeluarkan sekret

Kolaborasi a. lembabkan udara / oksigen inspirasi Rasional: Mencegah pengeringan mukosa dan membantu pengenceran sekret. b. beri obat-obatan sesuai indikasi
y mukolitik (contoh asetilsistein) y bronkodilator (contoh okstrifilin) y kortikosteroid (prednison) 21 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD

ASUHAN KEPERAWATAN SARS 2011


Rasional; Mukolitik menurunkan kekentalan sekret / sputum sehingga mudah untuk dikeluarkan. Bronkodilator meningkatkan ukuran lumen percabangan trakeobronkial sehingga menurunkan tahanan terhadap aliran udara. Kortikosteroid berguna pada saat respon inflamasi mengancam hidup.

2) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolar-kapiler (kerusakan di alveoli) ditandai dengan sianosis, dispnea, hipoksia, terjadi pernapasan cuping hidung Tujuan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama x24 jam diharapkan kerusakan pertukaran gas klien teratasi dengan kriteria hasil:
y y y y

Tidak terdapat sianosis Tidak terdapat pernapasan cuping hidung Klien tidak mengalami dispnea Klien tidalk mengalami hipoksia

Intervensi: a. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot aksesori, napas bibir, ketidakmampuan bicara/berbincang. Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan dan/atau kronisnya proses penyakit. b. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai kebutuhan/toleransi individu. Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea, dan kerja napas. c. Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa.

22 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD

ASUHAN KEPERAWATAN SARS 2011


Rasional : Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat sekitar bibir/atau daun telinga). Keabu-abuan dan dianosis sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia. d. Pertahankan istirahat tidur. Dorong menggunakan teknik relaksasi dan aktivitas senggang. Rasional: Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/konsumsi oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi. e. Dorong mengeluarkan sputum; penghisapan bila diindikasikan. Rasional : Kental, tebal, dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan napas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif. f. Palpasi fremitus Rasional : Penurunan getaran vibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau udara terjebak. g. Awasi tingkat kesadaran/status mental. Selidiki adanya perubahan. Rasional : Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia. GDA memburuk disertai bingung/somnolen menunjukkan disfungsi serebral yang berhubungan dengan hipoksemia. h. Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan tenang dan kalem. Batasi aktivitas pasien atau dorong untuk tidur/istirahat di kursi selama fase akut. Mungkinkan pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan tingkatkan sesuai toleransi individu. Rasional : Selama distres pernapasan berat/akut/refraktori pasien secara total tak mampu melakukan aktivitas sehari-hari karena hipoksemia dan dispnea. Istirahat diselingi aktivitas perawatan masih penting dari program pengobatan. Namun, program latihan ditujukan untuk meningkatkan ketahanan dan kekuatan tanpa menyebabkan dispnea berat, dan dapat meningkatkan rasa sehat.

3) PK Infeksi Tujuan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan perawat dapat meminimalkan komplikasi infeksi (sepsis) yang terjadi dengan criteria hasil: 23 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD

ASUHAN KEPERAWATAN SARS 2011


y y

Tanda-tanda sepsis tidak ada WBC dalam batas normal (5.000-10.000/ml darah)

Intervensi Mandiri a. Pantau tanda dan gejala infeksi Rasional : mengetahui perkembangan dari infeksi dan membantu untuk intervensi selanjutnya b. Ajari tentang cara pencegahan penularan infeksi Rasional : dengan mengetahui cara pencegahan diharapkan dapat

meminimalkan komplikasi infeksi c. Monitor pemberian antibiotic dan kaji efek sampingnya. Rasional : dengan memonitor pemberian antibiotok dapat mencegah komplikasi lebih lanjut. d. Lakukan teknik steril. Rasional : dengan melakukan teknik steril dapat mencegah terjadinya infeksi silang. e. Lakukan penkes tentang pencegahan dan penularan. Rasional : dengan memberikan penkes, pasien maupun keluarga mendapat pengetahuan dasar bagaimana cara memproteksi diri.

Kolaborasi a. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi Rasional: mencegah infeksi lanjut b. Kolaborasi pemberian antiinflamasi sesuai indikasi Rasional: mencegah inflamasi lebih lanjut

4) Diare berhubungan dengan inflamasi ditandai dengan bising usus hiperaktif ( > 3 x/menit), nyeri abdomen, peningkatan frekuensi BAB dalam sehari ( 3 x/hari atau lebih) Tujuan

24 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD

ASUHAN KEPERAWATAN SARS 2011


Setelah diberikan asuhan keperawatan selam x24 jam diharapkan diare klien teratasi dengen kriteria hasil:
y y y

Bising usus 3 x/menit Tidak terdapat nyeri abdomen Frekuensi BAB normal (1-2 x/hari)

Intervensi: a. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit Rasional: Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit b. Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada klien, 2-3 lt/hr Rasional: Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral c. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin). Rasional: Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung dan sluran usus. d. Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya) Rasional: Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan keasaman feces

Kolaborasi: a. Berikan cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur Rasional: Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat. b. Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik) Rasional: anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang.

25 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD

ASUHAN KEPERAWATAN SARS 2011


5) Risiko penularan infeksi berhubungan dengan pemajanan penularan melalui udara dan kontak. Tujuan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan penularan infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil:
y

Pasien dan pengunjung memperagakan cuci tangan yang cermat selama perawatan di rumah sakit

Pasien mengetahui dan memahami rantai infeksi dan mau bekerjasama selama perawatan

Intervensi a. Identifikasi penjamu yang rentan berdasarkan fokus pengkajian tentang fakto risiko dan riwayat pemajanan. Rasional Mengetahui apakah termasuk kasus probable atau suspect. Menentukan tindakan intervensi selanjutnya. b. Identifikasi cara penularan berdasarkan agens penginfeksi Rasional Mengetahui cara penularan apakah airbone, kontak maupun droplet sehingga dapat dicegah dengan tindakan pencegahan yang tepat c. Lakukan tindak kewaspadaan isolasi yang sesuai Rasional Kewaspadaan isolasi ditentukan dan difokuskan oleh cara penularan baik dengan airbone, kontak maupun droplet. d. Amankan ruangan yang digunakan, tergantung pada jenis infeksi dan praktik higienis dari orang yang terinfeksi Rasional Meminimalis kemungkinan penularan infeksi pada petugas kesehatan, pengunjung dan lingkungan e. Ikuti tindakan universal precaution Rasional

26 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD

ASUHAN KEPERAWATAN SARS 2011


Sebagai protokol dasar dalam mencegah penularan infeksi baik dari praktisi ke pasien maupun dari pasien ke lingkungan. f. Pelacakan terhadap kontak (contact persons) : yang disebut kontak secara epidemiologis adalah mereka yang merawat dan atau tinggal dengan atau mereka yang kontak dengan sekret saluran napas, cairan tubuh atau tinja penderita suspect atau probable SARS. Rasional Pelacakan kontak harus dilakukan secara sistematis. Periode waktu seseorang dianggap sebagai kontak harus disepakati terlebih dahulu. Kesepakatan ini menyangkut berapa harikah sebelum timbul gejala seseorang dianggap sebagai kontak apabila mereka terpajan dengan penderita suspect atau probable SARS g. Ajarkan klien mengenai rantai infeksi dan tanggung jawab pasien baik di rumah sakit dan di rumah Rasional Meningkatkan pengetahuan pasien dan kewaspadaan pasien dalam usaha bersama untuk mencegah penularan infeksi meluas. h. Ajarkan dan anjurkan cuci tangan yang cermat kepada pasien, pengunjung dan praktisi kesehatan selama terjadi kontak di sekitar lingkungan pasien Rasional Sebagai tindakan pencegahan dasar

27 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD

ASUHAN KEPERAWATAN SARS 2011


DAFTAR PUSTAKA Anonym. 2003. Pedoman Surveilans Epidemiologi Penyakit SARS.

http://digilib.litbang.depkes.go.id ( diakses : 13 Juli 2011) Capernito,Linda juall.2001.Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta.EGC Ceri Andriana, Khairun NisakSari, Bunga pasande,Endang Wahyuni, Askep SARS (2010), http://www.scribd.com/doc/44969814/Askep-SARS, Akses : 13 Juli 2011 Ceri Andriana, khairun nisaksari, endang wahyuni, Askep SARS (2010),

http://www.scribd.com/doc/44969814/Askep-SARS Akses: 13 Juli 2011 Chen K, Rumende CM. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. FK UI: Jakarta Diagnosis keperawatan : definisi dan klasifikasi 2009-2011 / editor, T. Heather Herdman. Jakarta: EGC, 2010. Doenges, Marilyn. E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih bahasa I Made Kaniasa, edisi 3 . Jakarta: EGC,

28 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD

You might also like