Professional Documents
Culture Documents
KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Definisi Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) adalah penyakit infeksi saluran nafas yang disesbakan oleh virus corona dengan sekumpulan gejala klinis yang sangat berat (Chen & Rumende, 2006). SARS adalah sindrom pernapasan akut berat yang merupakan penyakit infeksi pada jaringan paru manusia yang penyebabnya adalah Coronavirus (Poutanen et al.,2003). Menurut literatur lain, SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) adalah sekumpulan gejala sakit pernapasan yang mendadak dan berat atau disebut juga penyakit infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh virus Corona Family Paramyxovirus (Zhang et al.,2006). SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah suatu jenis kegagalan paruparu dengan berbagai kelainan yang berbeda, yang menyebabkan terjadinya pengumpulan cairan di paru-paru (edema paru)(Svoboda. 2006).
2. Etiologi Etiologi SARS masih dipelajari. Pada 7 April 2003, WHO mengumumkan kesepakatan bahwa coronavirus yang baru teridentifikasi adalah mayoritas agen penyebab SARS. Coronavirus berasal dari kata Corona yang berasal dari bahasa Latin yang artinya crown atau mahkota. Ini sesuai dengan bentuk Coronavirus itu sendiri yang kalau dilihat dengan mikroskop nampak seperti mahkota. Penyebabnya lain bisa karena penyakit apapun, yang secara langsung ataupun tidak langsung yang melukai paru-paru, diantaranya : a) Pneumonia b) Tekanan darah yang sangat rendah (syok) c) Terhirupnya makanan ke dalam paru (menghirup muntahan dari lambung) d) Beberapa transfusi darah e) Kerusakan paru-paru karena menghirup oksigen konsentrasi tinggi f) Emboli paru g) Cedera pada dada h) Overdosis obat seperti heroin, metadon, propoksifen atau aspirin i) Trauma hebat j) Transfusi darah (terutama dalam jumlah yang sangat banyak). 1 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD
sosial ekonomi, Kepadatan tempat tinggal, cuaca dan polusi udara. Defisiensi vitamin Tingkat sosio ekonomi rendah Tingkat jangkauan pelayanan kesehatan yang rendah Menderita penyakit kronis Aspek kepercayaan setempat dalam praktek pencarian pengobatan yang salah.
Faktor Pencetus Coronavirus adalah mayoritas agen penyebab SARS. Virus ini stabil pada tinja dan urine pada suhu kamar selama 1-2 hari dan dapat bertahan lebih dari 4 hari pada penderita diare. Virus SARS kehilangan infektivitasnya terhadap berbagai disinfektan dan bahan bahan fiksasi. Seperti virus lain, corona menyebar lewat udara, masuk melalui saluran pernapasan, lalu bersarang di paru-paru. Dalam tempo sekitar dua hingga sepuluh hari, paru-paru akan meradang, bernapas kian sulit. Metode penularannya melalui udara serta kontak langsung dengan pasien atau terkena cairan pasien. Misalnya terkena ludah saat pasien bersin dan batuk bahkan bisa melalui barang -barang yang terkontaminasi atau barang yang digunakan oleh pasien SARS.
3. Epidemiologi SARS diduga berasal dari Propinsi Guangdong di Cina daratan, muncul dan menyerang manusia sekitar bulan November 2002. Namun pertama kali dikenal pada bulan Februari 2003. Penyebabnya adalah coronavirus. Penyakit dengan gejala infeksi saluran pernafasan berat disertai dengan gejala saluran pencernaan. Pada bulan Juli 2003 Out break/Kejadian Luar Biasa (KLB) terjadi di 6 wilayah yaitu Kanada, Cina daratan (yang berasal dari Guangdong kemudian menyebar ke beberapa kota besar, Taiwan dan Hongkong), Singapura dan Vietnam. Distribusi Menurut Orang Pada distribusi menurut orang ini, orang yang paling berisiko terkena penyakit SARS adalah petugas kesehatan yaitu dengan persentase sebesar 30%. Hal ini disebabkan oleh 2 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD
4. Patofisiologi SARS secara klinis lebih melibatkan saluran nafas baian bawah dibandingkan dengan saluran nafas dibagian atas. Pada saluran nafas baian bawah, sel-sel asinus adalah sasaran yang lebih banyak terkena dibandingkan trakea maupun bronkus. Menurut Chen dan Rumende (2006), patogenesis SARS terdiri dari 2 macam fase : a) Fase Pertama Terjadi selama 10 hari pertama penyakit, pada fase ini melibatkan proses akut yang mengakibatkan diffuse alveolar damage (DAD) yang eksudatif. Fase ini dicirikan dengan adanya infiltrasi dari sel-sel inflamasi serta edema dan pembentukan membran hialin. Membran hialin ini terbentuk dari endapan protein plasma serta debris nucleus dan sitoplasma sel-sel epitel paru (pneumosit) yang rusak. Dengan adanya nekrosis selsel epitel paru maka barrier antara sirkulasi darah dan jalan udara menjadi hilang 3 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD
5. Klasifikasi Secara proposional ada 2 kasus SARS, yaitu suspect dan probable sesuai kriteria WHO : a) Suspect SARS 1) Adalah seseorang yang menderita sakit dengan gejala demam tinggi ( > 38oC ), dengan satu atau lebih gangguan pernafasan, yaitu batuk, nafas pendek dan kesulitan bernafas. Satu atau lebih keadaan berikut : - Dalam 10 hari terakhir sebelum sakit, mempunyai riwayat kontak erat dengan seseorang yang telah didiagnosis sebagai penderita SARS, dimana orang yang beresiko tersebut adalah orang yang merawat, tinggal serumah atau berhubungan langsung dengan cairan saluran pernafasan maupun atau jaringan tubuh seseorang penderita SARS - Dalam 10 hari terakhir sebelum sakit, melakukan perjalanan ke tempat terjangkit SARS. Tempat yang dilaporkan terjangkit SARS adalah sesuai 4 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD
6. Tanda dan gejala a. Gejala prodormal Masa inkubasi penyakit SARS antara 1-14 haridengan rerata 4 hari. Gejala prodormal yang timbul dimulai dengan adanya gejala-gejala sistemik yang non spesifik, seperti : Demam > 380C Myalgia Menggigil Rasa kaku ditubuh Batuk non produktif Nyeri kepala dan pusing
Pada tahap awal infeksi, gejala tersebut seperti pada Infeksi saluran nafas pada umumnya, namun gejala tersebut mengalami perburuakan pada awal minggu kedua. Dimana gejala sesak makin lama akan semakin berat dan mulai
membatasi aktifitas fisik pasien. Sebanyak 20-25% pasien mengalami progresi buruk kearah acute respiratory distress syndrome (ARDS) akibat kerusakan pada pneumosit tipe 2 yang memproduksi surfaktan. Gejala lain yang mungkin timbul adalah pneumotoraks dan penumomedistinum, yang diakibatkan karena udara yang terjebak dalam ringga dada, hal ini dilaporkan sebanyak 12% terjadi secara spontan dan 20% timbul setelah pengunaan ventilator di ICU (Chen & Rumende, 2006). Penyebab kematian tersering pada SARS adalah dikarenakan oleh ARDS berat, kegagalan multiorgan, infeksi sekunder, septicemia, serta komplikasi
tromboembolik. Manifestasi Pencernaan Gejala yang timbul pada system pencernaan diduga disebabkan karena transmisi penularan VoC SARS melalui oral. Gejala utamanya adalah diare. Pada kasus ini didapati sebanyak 20% pasien SARS mengalami diare pada kedatangan pertam a dan 70% dari jumlah tersebut tetap mengalami gejala ini selama masa perjalanan penyakitnya. 6 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD
7. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan radiologis : air bronchogram : Streptococcus pneumonia. b. Pada pemeriksaan fisik : dengan menggunakan stetoskop, terdengar bunyi pernafasan abnormal (seperti ronki atau wheezing). Tekanan darah seringkali rendah dan kulit, bibir serta kuku penderita tampak kebiruan (sianosis, karena kekurangan oksigen). Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis SARS : Rontgen dada (menunjukkan adanya penimbunan cairan di tempat yang seharusnya terisi udara) Gas darah arteri 7 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD
c. Pemeriksaan Laboratorium : Leukosit. d. Pemeriksaan Bakteriologis : sputum, darah, aspirasi nasotrakeal atau transtrakeal, aspirasi jarum transtorakal, torakosentesis, bronskoskopi, biopsy e. Test DNA sequencing bagi coronavirus yang dapat diperoleh hasilnya dalam 8 jam dan sangat akurat. Test yang lama hanya mampu mendeteksi antibody. Tabel 1. Pemeriksaan penunjang No Pemeriksaan 1. 2. Foto Thoraks CT-Scan Thoraks Hasil yang ditemukan Infiltrat di paru Klinis pneumonia Obliterans pneumonia
Konsolidasi ruang udara Bronchiolitis yang fokal maupunmulti organizing fokal (BOOP) Belum diketahui
3.
Enzim SGPT
Meningkat
No Pemeriksaan
Spesimen
Waktu Pemeriksaan
Keterangan
1.
RT-PCR
2.
serum
3.
Kultur Virus
Awal penyakit
4.
Darah vena
GOLD STANDART
8. Penatalaksanaan Penatalaksanaan kasus suspect SARS a) Kasus dengan gejala SARS melewati triase (petugas sudah memakai masker N95). Untuk segera dikirim ke ruangan pemeriksaan atau bangsal yang sudah disiapkan. b) Berikan masker bedah pada penderita. c) Petugas yang masuk keruang pemeriksaan sudah memakai penggunaan alat proteksi perorangan ( PAPP ) d) Catat dan dapatkan keterangan rinci mengenai tanda klinis, riwayat perjalanan, riwayat kontak termasuk riwayat munculnya gangguan pernapasan pada kontak sepuluh hari sebelumnya \ e) Pemeriksaan fisik f) Lakukan pemeriksaan foto toraks dan darah tepi lengkap g) Bila foto toraks normal lihat indikasi rawat atau tetap dirumah, anjurkan untuk melakukan kebersihan diri, tidak masuk kantor / sekolah dan hindari menggunakan angkutan umum selama belum sembuh h) Pengobatan di rumah ; simtomatik, antibiotik bila ada indikasi, vitamin dan makanan bergizi i) Apabila keadaan memburuk segera hubungi dokter j) Bila foto toraks menunjukkan gambaran infiltrat satu sisi atau dua sisi paru dengan atau tanpa infiltrat interstial lihat penatalaksanaan kasus probable Suspek SARS yang dirawat: 1) Isolasi 2) Perhatikan : Keadaan umum Kesadaran Tanda vital (tensi, nadi, frekuensi napas, suhu) 3) Terapi suportif
9 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD
generasi baru oral ATAU Sefalosporin G2, G3 (intravena), ditambah makrolid generasi baru oral ATAU Fluorokuinolon Gatifloxacin b) Berat Terapi suportif Antibiotik Untuk pasien yang tidak ada faktor risiko infeksi pseudomonas : sefalosporin G3 non pseudomonas (intravena) ditambah makrolid generasi baru oral ATAU
10 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD
respirasi
(intravena):
Moxifloxacin,
Levofloxacin,
9. Pencegahan 1. Lakukan identifikasi segera terhadap semua penderita suspect dan probable sesuai dengan definisi kasus menurut WHO Setiap orang sakit yang datang ke fasilitas kesehatan (RS, Puskesmas, Klinik Bandar Udara, dan lain-lain) yang akan dinilai terhadap kemungkinan menderita SARS dimasukkan ke ruang triage dan disini segera dilakukan pemisahan untuk mengurangi risiko penularan. Untuk penderita yang masuk kategori probable segera dipasangi masker, sebaiknya masker yang dapat menyaring udara ekspirasi untuk mencegah percikan ludah ke udara. Petugas triage harus memakai masker penutup muka (face mask jemis N/R/P 95/99/100 atau FFP 2/3 atau sejenis dan memenuhi standar yang ditetapkan) yang dapat melindungi mata dari percikan. Petugas hendaknya selalu mencuci tangan dengan air mengalir sesuai dengan prosedur sebelum dan sesudah kontak dengan penderita, setelah melakukan kagiatan yang diduga dapat menyebabkan kontaminasi, dan setelah melepaskan sarung tangan. Sarung tangan yang tercemar, stethoscope dan peralatan lain harus ditangani dengan benar, dicuci dengan desinfektan untuk 14 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD
Penggunaan penutup muka/ face mask untuk melindungi penularan melalui saluran pernapasan. Jenis face mask yang dianjurkan adalah NRP 95/99/100 atau FFP 2/3 atau jenis yang sama sesuai dengan standar nasional negara yang bersangkutan.
y y y y y
Penggunaan sepasang sarung tangan Penggunaan pelindung mata Penggunaan jas sekali pakai Penggunaan apron Alas kaki yang dapat didekontaminasi
Pada waktu merawat dan mengobati penderita SARS sedapat mungkin digunakan peralatan dan bahan-bahan sekali pakai (disposable) dan setelah dipakai bahan atau peralatan tersebut dibuang sebagaimana mestinya. Apabila peralatan yang telah digunakan akan dipakai lagi, hendaknya disterilkan terlebih dahulu sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuatnya. Alat-alat tersebut
15 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD
10. Prognosis Tingkat kematian bervariasi di setiap Negara dan organisai peliput. Pada awal Mei, supaya konsisten dengan metrik yang sama dengan penyakit lain, WHO dan CDC AS mengutip 7% atau jumlah kematian dibagi dengan kasus kemungkinan, sebagai tingkat penjelasan mencakup infeksi sekunder sebagai agen penyebab penyakit, tetapi apapun 16 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD
Kaji terhadap nyeri, takipnea, penggunaan otot aksesori, nadi cepat bersambungan, batuk, sputum purulen, dan auskultasi bunyi napas untuk mengetahui konsolidasi.
y y y
Perhatikan perubahan suhu tubuh. Kaji terhadap kegelisahan dan delirium dalam alkoholisme. Kaji terhadap komplikasi yaitu demam berlanjut atau kambuhan, tidak berhasil untuk sembuh, atelektasis, efusi pleural, komplikasi jantung, dan superinfeksi.
Faktor perkembangan pasien : Umur, tingkat perkembangan, kebiasaan seharihari, mekanisme koping, kemampuan mengerti tindakan yang dilakukan.
Pengetahuan pasien atau keluarga : pengalaman terkena penyakit pernafasan, pengetahuan tentang penyakit pernafasan dan tindakan yang dilakukan.
Pemeriksaan fisik Inspeksi : Pasien tampak sesak Pasien tampak batuk tidak produktif Petekie Ekimosis Adanya sianosis pada jari dan mulut klien Adanya penggunaan otot-otot bantu pernapasan Palpasi : Denyut nadi meningkat CRT > 2 detik Turgor kulit menurun Demam Akral dingin Perkusi : Terdengar suara timpani pada abdomen Terdengar suara dullness pada perkusi paru Auskultasi : Terdengar suara ronchi di basal paru
18 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD
Diagnosa Prioritas 1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan mucus dalam jumlah berlebih ditandai dengan penumpukan saliva, batuk tidak efektif, terdapat suara napas tambahan, perubahan frekuensi napas 2) Kerusakan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar-kapiler (kerusakan di alveoli) d.d sianosis, dispnea, hipoksia, terjadi PCH. 3) PK: Infeksi 4) Diare berhubungan dengan inflamasi ditandai dengan bising usus hiperaktif ( > 3 x/menit), nyeri abdomen, peningkatan frekuensi BAB dalam sehari ( 3 x/hari atau lebih) 5) Risiko penularan infeksi berhubungan dengan pemajanan penularan melalui udara dan kontak.
3. Intervensi 1) Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif 20 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD
Intervensi Mandiri a. Kaji fungsi pernafasan (bunyi nafas, kecepatan nafas, dan kedalaman) Rasional :. Ronki, mengi menunjukkan akumulasi sekret/ketidakmampuan membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan peningkatan kerja pernafasan. b. Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif (catat karakter dan jumlah sputum) Rasional : Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal. c. berikan pasien posisi semi fowler dan bantu pasien untuk batuk dan latihan nafas dalam Rasional :Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan. Latihan nafas dalam meningkatkan gerakan sekret ke dalam jalan nafas besar untuk dikeluarkan. d. bersihkan sekret dari mulut dan trakea (penghisapan sesuai keperluan) Rasional : Mencegah aspirasi / obstruksi. Penghisapan dilakukan jika pasien tidak mampu mengeluarkan sekret
Kolaborasi a. lembabkan udara / oksigen inspirasi Rasional: Mencegah pengeringan mukosa dan membantu pengenceran sekret. b. beri obat-obatan sesuai indikasi
y mukolitik (contoh asetilsistein) y bronkodilator (contoh okstrifilin) y kortikosteroid (prednison) 21 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD
2) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolar-kapiler (kerusakan di alveoli) ditandai dengan sianosis, dispnea, hipoksia, terjadi pernapasan cuping hidung Tujuan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama x24 jam diharapkan kerusakan pertukaran gas klien teratasi dengan kriteria hasil:
y y y y
Tidak terdapat sianosis Tidak terdapat pernapasan cuping hidung Klien tidak mengalami dispnea Klien tidalk mengalami hipoksia
Intervensi: a. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot aksesori, napas bibir, ketidakmampuan bicara/berbincang. Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan dan/atau kronisnya proses penyakit. b. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai kebutuhan/toleransi individu. Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea, dan kerja napas. c. Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa.
3) PK Infeksi Tujuan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan perawat dapat meminimalkan komplikasi infeksi (sepsis) yang terjadi dengan criteria hasil: 23 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD
Tanda-tanda sepsis tidak ada WBC dalam batas normal (5.000-10.000/ml darah)
Intervensi Mandiri a. Pantau tanda dan gejala infeksi Rasional : mengetahui perkembangan dari infeksi dan membantu untuk intervensi selanjutnya b. Ajari tentang cara pencegahan penularan infeksi Rasional : dengan mengetahui cara pencegahan diharapkan dapat
meminimalkan komplikasi infeksi c. Monitor pemberian antibiotic dan kaji efek sampingnya. Rasional : dengan memonitor pemberian antibiotok dapat mencegah komplikasi lebih lanjut. d. Lakukan teknik steril. Rasional : dengan melakukan teknik steril dapat mencegah terjadinya infeksi silang. e. Lakukan penkes tentang pencegahan dan penularan. Rasional : dengan memberikan penkes, pasien maupun keluarga mendapat pengetahuan dasar bagaimana cara memproteksi diri.
Kolaborasi a. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi Rasional: mencegah infeksi lanjut b. Kolaborasi pemberian antiinflamasi sesuai indikasi Rasional: mencegah inflamasi lebih lanjut
4) Diare berhubungan dengan inflamasi ditandai dengan bising usus hiperaktif ( > 3 x/menit), nyeri abdomen, peningkatan frekuensi BAB dalam sehari ( 3 x/hari atau lebih) Tujuan
Bising usus 3 x/menit Tidak terdapat nyeri abdomen Frekuensi BAB normal (1-2 x/hari)
Intervensi: a. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit Rasional: Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit b. Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada klien, 2-3 lt/hr Rasional: Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral c. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin). Rasional: Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung dan sluran usus. d. Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya) Rasional: Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan keasaman feces
Kolaborasi: a. Berikan cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur Rasional: Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat. b. Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik) Rasional: anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang.
Pasien dan pengunjung memperagakan cuci tangan yang cermat selama perawatan di rumah sakit
Pasien mengetahui dan memahami rantai infeksi dan mau bekerjasama selama perawatan
Intervensi a. Identifikasi penjamu yang rentan berdasarkan fokus pengkajian tentang fakto risiko dan riwayat pemajanan. Rasional Mengetahui apakah termasuk kasus probable atau suspect. Menentukan tindakan intervensi selanjutnya. b. Identifikasi cara penularan berdasarkan agens penginfeksi Rasional Mengetahui cara penularan apakah airbone, kontak maupun droplet sehingga dapat dicegah dengan tindakan pencegahan yang tepat c. Lakukan tindak kewaspadaan isolasi yang sesuai Rasional Kewaspadaan isolasi ditentukan dan difokuskan oleh cara penularan baik dengan airbone, kontak maupun droplet. d. Amankan ruangan yang digunakan, tergantung pada jenis infeksi dan praktik higienis dari orang yang terinfeksi Rasional Meminimalis kemungkinan penularan infeksi pada petugas kesehatan, pengunjung dan lingkungan e. Ikuti tindakan universal precaution Rasional
http://digilib.litbang.depkes.go.id ( diakses : 13 Juli 2011) Capernito,Linda juall.2001.Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta.EGC Ceri Andriana, Khairun NisakSari, Bunga pasande,Endang Wahyuni, Askep SARS (2010), http://www.scribd.com/doc/44969814/Askep-SARS, Akses : 13 Juli 2011 Ceri Andriana, khairun nisaksari, endang wahyuni, Askep SARS (2010),
http://www.scribd.com/doc/44969814/Askep-SARS Akses: 13 Juli 2011 Chen K, Rumende CM. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. FK UI: Jakarta Diagnosis keperawatan : definisi dan klasifikasi 2009-2011 / editor, T. Heather Herdman. Jakarta: EGC, 2010. Doenges, Marilyn. E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih bahasa I Made Kaniasa, edisi 3 . Jakarta: EGC,