You are on page 1of 23

1

ABSTRAK
Pemimpin politik dan pembuat kebijakan . Bagi mereka yang berkuasa, sistem pendidikan adalah sarana untuk memperkuat basis politik dan melaksanakan kebijakan. kepada siapa mereka melaporkan atau dari pendidik yang mereka layani.Guru merupakan kelompok terbesar karyawan sipil, guru memiliki kepentingan dalam memaksimalkan upah dan keamanan kerja. Mereka sering terbuka untuk perubahan yang akan meningkatkan praktek pendidikan dan reputasi mereka sendiri profesional, seperti kontrol lokal lebih dari praktik pembelajaran, tetapi mereka curiga terhadap perubahan yang akan membahayakan keamanan mereka, seperti penghapusan pembiayaan pusat pendidikan. Pendidikan merupakan soft power, kekuatan sejati yang tidak terlihat secara kasat mata tetapi semua orang memerlukan dan merasakan kekuatannya. Pendidikan memberikan pengaruh politis yang amat besar dalam kehidupan manusia. Manusia yang terdidik dengan baik dan sehat ia akan mampu mengkreas kani diri untuk mengubah pendidikan menjadi media berpolitik adil uhung dan sekaligus mampu mendidik politik lewat pendidikan. Pendidikan politik dan politik pendidikan bisa berintegrasi, interkoneksi, tetapi juga bisa bermusuhan. Kebebasan memilih pendidikan yang berkualitas tanpa dibebani biaya yang tidak terjangkau ad alah salah satu solusi di samping peningkatan kualitas dan pemerataan pendidikan itu sendiri. Pendidikan yang berkualitas harus tersebar di seluruh sudut kehidupan bangsa sehingga muda h diakses. Dengan teknologi informasi, upaya ini menjadi lebih mudah unt uk direalisasikan. Untuk memberikan alternatif solusi agar sekolah bisa murah sehingga bisa terjangkau oleh semua lapisan masyarakat .

BAB I
1. Latar Belakang

Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat

mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang Undang Dasar Negara Republik Indon esia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak

mendapat pendidikan, dan ayat (3) menegaskan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta a khlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Untuk itu, seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara Indonesia. Gerakan reformasi di Indonesia secara umum menuntut diterapkannya prinsip demokrasi, desentralisasi, keadilan, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam hubungannya dengan pendidikan, prinsip prinsip tersebut akan memberikan dampak yang mendasar pada kandungan, proses, dan manajemen sistem pendidikan. Selain itu, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat dan

memunculkan tuntutan baru dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam sistem pendidikan. Tuntutan tersebut menyangkut

pembaharuan

sistem

pendidikan,

diantaranya

pembaharuan

kurikulum, yaitu diversifikasi kurikulum untuk melayani peserta didik dan potensi daerah yang beragam, diversifikasi jenis pendidikan yang dilakukan secara profesional, penyusunan standar

kompetensi tamatan yang berlaku secara nasional dan daerah menyesuaikan dengan kondisi setempat; penyusunan standar kualifikasi pendidik yang sesuai dengan tuntutan pelaksanaan tugas secara profesional; penyusunan standar pendanaan

pendidikan untuk setiap satuan pendidikan sesuai prinsip -prinsip pemerataan dan keadilan; pelaksanaan manajemen pendidikan berbasis sekolah dan otonomi perguruan sistem tinggi; terbuka serta dan

penyelenggaraan multimakna.

pendidikan

dengan

Pembaharuan penghapusan

sistem antara

pendidikan p endidikan

juga yang

meliputi dikelola

diskriminasi

pemerintah dan pendidikan yang dikelola masyarakat, serta pembedaan antara pendidikan keagamaan dan pendidikan umum. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003). Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai -nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Sistem pendi dikan nasional adalah terkait secara

keseluruhan komponen pendidikan yang saling terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Semakin kuatnya pemimpin politik menguasai sistem pendidikan dan sekaligus membuat kebijakan -kebijakan sehingga sistem pendidikan berbasis politik menciptakan kepentingan kepentingan golongan maupun pribadi. Kondisi ini menunjukkan carut marutnya sistem pendidikan di suatu negara. Masyarakat menjadi bingungkemana pendidikan diarahkan warga pendidikan kebingungan kualitas dan mutu pendidikan sudah tidak

diperhatikan,mutu pendidikan tidak dijamin

semua yang sedang

bercokol dalam politik memanfaatkan situasi untuk kepentingan masing-masing tidak mengarah pada profesionalisme pendidikan .
2. Permasalahan

Untuk mempertajam telaah dalam makalah ini

penulis

mengambil suatu permasalahan yang mendasar yaitu seberapa baik suatu bangsa berhasil dalam mendidik warganya melalui pendidikan yang berbasis politik nasional. Kapan sistem pendidikan mencerminkan nilai-nilai suatu bangsa, adat istiadat, bahasa dan prioritas kolektif,ketika kebijakan politik lebih dominan daripada kebijakan profesional. dan menjadi pusat identitas

Apakah kebijakan politik dapat membangun profesionalisme pendidikan, mutu pendidikan ,dan menciptakan iklim yang kondusif pada lembaga pendidikan. Bagaimana dampak negatif kebijakan politik pada lembaga pendidikan.

BAB II 1. Dampak Negatif Kebijakan Politik dalam Pendidikan

Politik harus mempertimbangkan kepentingan kelompok penting.


-

Pemimpin politik dan pembuat kebijakan. Bagi mereka yang berkuasa, sistem pendidikan adalah sarana memperkuat basis politik dan melaksanakan kebijakan. kepada siapa mereka

melaporkan atau dari pendidik yang mereka layani.Perwujudan nilai-nilai nasional. Seberapa baik suatu bangsa berhasil dalam mendidik warganya merupakan pusat identitas nasional.
-

Sistem Pendidikan kapang dan mencerminkan nilai-nilai suatu bangsa, adat istiadat, bahasa, dan prioritas kolektif. Gratis dan pendidikan universal dapat berlaku untuk pembangunan bangsa. Hal ini juga dapat mempromosikan atau menahan-lokal, regional, suku, etnis, dan adat istiadat lainnya dan identitas. Bagaimana suatu bangsa mendistribusikan sumber daya pendidikan adalah barometer komitmen untuk kesetaraan dan keadilan.

Sebuah sumber kekuasaan politik. Sekolah mengklaim tingginya proporsi anggaran nasional dan mempekerjakan banyak orang. Kewenangan untuk menyewa, kebakaran, mempromosikan, dan mengundurkan diri guru dan tenaga orang lain adalah sumber yang kaya patronase bagi para pemimpin politik.

Kendaraan

untuk

berolahraga

kekuasaan.

Sebuah

sistem

pendidikan yang kuat dapat dimanipulasi untuk kepentingan politik.


-

Guru. Biasanya kelompok terbesar karyawan sipil, guru memiliki kepentingan dalam memaksimalkan upah dan keamanan kerja. Mereka sering terbuka untuk perubahan yang akan meningkatkan praktek pendidikan dan reputasi mereka sendiri profesional, seperti kontrol lokal lebih dari praktik pembelajaran, tetapi mereka curiga terhadap perubahan yang akan membahayakan keamanan

mereka, seperti penghapusan pembiayaan pusat pendidikan.


-

Guru serikat. Sementara mereka jelas mencerminkan kepentingan guru, serikat kekuatan di kanan mereka sendiri dengan kepentingan yang berbeda untuk melindungi. Mereka memiliki saham yang kuat dalam mempertahankan tawar pusat dan praktek seperti sistem terpusat pengumpulan iuran serikat. Serikat biasanya bersekutu dengan pihak-pihak tertentu, biasanya di sebelah kiri.

Universitas. Lembaga tersier dan anggota fakultas mereka memiliki saham dalam pelatihan guru cara adalah terorganisir. Mereka juga memiliki minat yang profesional saya melihat ide-ide mereka dilakukan di sekolah.

Orang tua. Pada tingkat dasar, orang tua klien utama untuk sekolah, dan tujuan utama mereka untuk anak-anak mereka adalah pendidikan yang berkualitas. Sebagai aturan, orangtua tidak berbicara dengan suara kolektif, bahkan di tingkat lokal, dan tujuan utama dari rencana desentralisasi banyak sekolah adalah untuk

memobilisasi dan memberdayakan orang tua untuk bekerja untuk sekolah yang lebih baik. Pendidikan di kedua negara industri dan berkembang secara inheren politik. Donor dan lainnya yang mempromosikan

desentralisasi sekolah sebagai sarana untuk meningkatkan kinerja pendidikan harus berpikir hati-hati tentang dimensi politik dari apa yang mereka capai. Mereka juga harus menyadari bahwa, dalam mencari untuk mengubah keseimbangan kekuasaan dalam sistem sekolah nasional, mereka terlibat dalam aksi politik yang akan memiliki kedua pendukung dan penentang.
2. Kebijakan pendidikan yang dikendalikan politik

Pemimpin politik dan pembuat kebijakan bagi mereka yang berkuasa, sistem pendidikan adalah sebagai sarana untuk

memperkuat basis politik dan melaksanakan kebijakan agar dapat mempertahankan kekuasaan pada suatu lembaga atau institusi pada suatu negara. Kekuasaan politik merupakan sebuah sumber penghasilan ,sekolah mengklaim tingginya proporsi anggaran nasional dalam memperkerjakan banyak orang, kewenangan untuk

mempromosikan dan

menjatuhkan tenaga orang lain adalah

merupakan sumber yang kaya partonase bagi para pemimpin politik.

3. Politik Pendidikan dan Pendidikan Politik

Putus asa, jika tidak dosa mungkin pengamalnya lebih banyak dari berita yang selama ini kita dengar. Bunuh diri berjamaah (bersama keluarga), terjun dari mall, stress, dan mendaulat diri sebagai pengangguran adalah wujud kongkritnya. Kemalangan, menimpa bangsa ini hampir merata bersamaan dengan kejayaan yang fantastis dirasakan oleh segelintir oknum pejabat yang merangkap sebagai pedagang atau oknum

pengusaha yang merangkap sebagai pejabat. Dagangan dan jabatan silih berganti berfungsi atau secara bersamaan untuk melipat karunia sumber daya alam yang melimpah di negeri ini. Dilipat dan digenggam kemudian dipermainkan sesukanya. Manusia komersial, hedonis, dan kanibal yang dulu sering dibaca dalam komik dan cerita fiktif saat ini menjadi kenyataan yang membuat haru biru kehidupan. Homo homini lupus semakin dekat dan nyata. Cerita Negara yang gemahripah loh jinawe, tata tentrem kerta raharja menjani lamunan dan impian bersama. Memang impian, harapan, dan lamunan dalam kondisi tertentu merupakan obat mujarab untuk memberikan lelipur lara agar kita survive dalam hidup, bertahan dalam menghadapi prahara nasional ini. Pendidikan yang menjadi u jung tombak peningkatan SDM dan kesejahteraan masih menjadi ujung tombok bagi para guru yang mendidik di berbagai lembaga ini. Kemajuan telah dirasakan oleh sebagian kecil guru yang sebagian besarnya mengalami

10

kemacetan. Dari mana kita mengurai benang kusut ini? Mengapa Negara yang kita cintai menjadi seakan menunjukkan kebencian dan murkanya? Bumi memuncratkan lumpur panas, angin

menggeliat dengan arah putar zig zag dan cepat, gunung batuk, air muntah meratakan bumi, api melahap pepohonan dan rumah yang tidak bersalah. Ada apa ini ?.

4. Pendidikan Sebagai Soft Power

Setiap kesuksesan di awali dan diakhiri dengan pendidikan. Kesuksesan dalam politik, ekonomi, sosial, budaya, dan agama dibangun di atas pondasi pendidikan. Kesuksesan tanpa proses pendidikan adalah hayalan. Hayalan yang berkembang dalam diri dan memiliki gap yang besar akan membuat stress atau bahkan gila. Pendidikan yang kurang memadai jika dibarengi dengan tumpukan hayalan sebagaimana yang ditawarkan oleh sinetron dan iklan di media cetak dan elektronik akan membuat sebagian masyarakat menjadi benar-benar gila. Gila jabatan, gila harta, gila kecantikan, dan lainnya. Bukan hanya rakyat jelata yang terserang penyakit ini tetapi juga politisi, penguasa, pengusaha, guru, dosen, dan kyai. Trend kegilaan ini bias ditemukan dalam kehidupan nyata. Mereka yang mestinya digugu dan ditiru malah membuat adegan saru dan menjadi tontonan publik. Pertikaian karena rebutan roti kejayaan menunjukkan bahwa mereka tidak akan pernah meraih kejayaan itu.

11

Pendidikan merupakan soft power, kekuatan sejati yang tidak terlihat secara kasat mata tetapi semua orang memerlukan dan merasakan kekuatannya. Pendidikan memberikan pengaruh politis yang amat besar dalam kehidupan manusia. Manusia yang terdidik dengan baik dan s ehat ia akan mampu mengkreasi diri untuk mengubah pendidikan menjadi media berpolitik adiluhung dan sekaligus mempu mendidik politik lewat pendidikan. Pendidikan politik dan politik pendidikan bias berintegrasi, interkoneksi, tetapi juga bisa bermusuhan.

5. Sekolah Sebagai Alat Politik

Orang Miskin Dilarang Sekolah, Emoh Sekolah, dan judul buku semacamnya merukan potret kegelisahan publik melihat realitas sekolah yang semrawut, mahal, bersifat seperti bank, dan menjadi alat kapitalisme global. Neokolonialisme telah hadir begitu dekat dengan lembaga publik yang selama ini diagungkan. Pendidikan telah mengalami proses formalisasi sekolah, dan hanya sekolah yang mendapatkan legitimasi negara membuat semua warga salah baca terhadap pendidikan. Pen didikan dimaknai sekolah dengan batasan yang amat sempit. Tugas pendidik, ujian nasional, pembangunan fisik, dan program pendidikan lainnya selalu dilekatkan pada lembaga formal yang bernama sekolah. Nasib orang ditulis dalam secarik kerta keramat yang k emudian dimaknai oleh pejabat yang berwenang yang didukung oleh data dan sekaligus data pendukung. Data pendukung ini dibutuhkan

12

karena ijazah dianggap belum cukup, karenanya harus ada lembaran-lembaran kecil lain yang bias mendukung ijazah ini laku atau tidak. Sekolah dengan desain politik seperti ini telah merebut kebebasan dan kemanusiaan. Sekolah bukan lagi mengemban misi pendidikan tetapi lebih cenderung pada penyediaan lapangan kerja, perdagangan ilmu, dan praktik kapitalisme dan kolonialisme baru. Tanpa membedakan antara sekolah dan pendidikan secara global ada dua hal yang perlu direnungkan: 1. Mengapa sekolah mahal, mengapa harus membeli buku setumpuk. Apa tujuan dan bagaimana proses dan strategi pembelajarannya telah direncanakan sehingga anak paha m terhadap tujuan membeli dan membaca buku -buku tersebut. Pertanyaan ini selalu saja tidak terjawab, yang membuat jiwa tertekan dan merasa harga buku yang harus mereka beli menjadi lebih mahal dan menyesakkan dada. Belum lagi kondisi pekerjaan, beban hidup , kondisi lingkungan yang rusak, informasi yang terus mengalir bahwa ada orang -orang yang memanfaatkan proyek pengadaan buku ajar dengan cara yang kurang ngajar. Apalagi dengan melihat kebijakan pemerintah yang kurang berpihak pada pendidikan bangsanya. 2. Secara institusional, sekolah kita belum mampu membuat visi dan orientasi yang berpihak kepada rakyat, akan tetapi berpihak pada kepentingan investasi modal. Di sisi lain sekolah juga belum mampu mengaplikasikan strategi pembelajaran dan

13

pendidikan yang menyentuh wilayah dalam manusia agar peserta didik memiliki kompetensi unggulan sehingga ia dapat berpartisipasi untuk memajukan peradaban yang berkeadaban.

6. Politik Keterpaksaan Sekolah

Jika sekolah masih diposisikan sebagai alat politik, maka pendidikan politik bagi generasi muda di negeri ini akan mengalami penurununan kualitas dan bahkan lebih drastis lagi. Untuk mengatisipasi agar unsur keterpaksaan sekolah bisa dinetralisasikan dari pengaruh politik jahat, maka harus ada program pembebasan rakyat dari keterpaksaan dalam menempuh pendidikan. Kebebasan memilih pendidikan yang berkualitas tanpa dibebani biaya yang tidak terjangkau adalah salah satu solusi di samping peningkatan kualitas dan pemerataan pendidikan itu sendiri. Pendidikan yang berkualitas h arus tersebar di seluruh sudut kehidupan bangsa sehingga muda diakses. Dengan teknologi informasi, upaya ini menjadi lebih mudah untuk direalisasikan. Untuk memberikan alternatif solusi agar sekolah bisa murah sehingga bisa terjangkau oleh semua lapisan ma syarakat di antaranya dengan : 1. Pengalokasian dana APBN/APBD 20 persen untuk pendidikan, sehingga tidak hanya menjadi wacana atau dengan

menggunakan politik anggaran. 2. Memotong gaji pejabat tinggi yang dialokasikan untuk pendidikan berdasarkan komitmen yang dipaksakan pemerintah.

14

3. Menarik besar.

pajak

pendidikan

melalui

perusahaan -perusahaan

4. Menginvestigasi dan menjatuhkan sanksi kepada semua pihak yang melakukan korupsi atas anggaran pendidikan. 5. Mendorong pendidikan sektor untuk usaha yang terkait dengan lembaga bisa

mengalokasikan

anggaran

yang

memanfaatkan secara maksimal oleh institusi pendidikan. 6. Melibatkan media massa terutama untuk memberi liputan yang berani dan tajam mengenai komitmen sejumlah kalangan untuk pendidikan. 7. Membuat standar baru tentang kualitas pendidikan yang tidak saja menyentuh kemampuan dan krativitas siswa melainkan juga ongkos sekolah. 8. Mendorong manajemen lembaga pendidikan secara terbuka dengan melibatkan sejumlah wali murid dan jika perguruan tinggi adalah mahasiswa untuk mendesain kebutuhan lembaga

pendidikan. 9. Mendorong kalangan parlemen untuk terlibat aktif dalam penentuan pejabat pendidikan. Pejabat pendidikan bukan urusan internal sekolah melainkan urusan publik. 10. Melakukan penarikan dana langsung ke kalangan masyarakat.

15

7. Pendidikan yang Tejangkau dan Berprestasi

Sepuluh alternatif tersebut masih perlu didiskusikan dan dilengkapi. 1. Memotong gaji memberikan kesan pemaksaan. Pemaksaan memberikan efek kurang positif dalam pendidikan. Sebagai alternatif bisa dilakukan sosialisasi zakat profesi dan zakat semua penghasilan yang diperoleh oleh pejabat dan tenaga profesional. 2. Menerapkan konsep bahwa bagi orang yang telah membayar zakat di atas bisa dimasukkan sebagai bagian dari pembayaran pajak. Dengan ikatan spiritual dimungkinkan p ara pengusaha lebih mudah untuk mengeluarkan dana pendidikan. 3. Melakukan kontrol secara komprehensip dan menjatuhkan sanksi kepada semua pihak yang melakukan korupsi bukan hanya atas anggaran pendidikan tetapi pada semua anggaran. 4. Memanfaatkan dan mendukung pendidikan keluarga (home schooling) dengan optimalisasi peran ibu sebagai pendidikan anak dan generasi muda. 5. Membangun tradisi keilmuan/akademik di setiap lingkungan sosial dan melengkapi sarana atau media pendidikan sehingga mudah diakses oleh masyarakat. 6. Optimalisasi fungsi masjid dan perpustakaan. Apabila

perpustakaan belum ada bisa dimachingkan dengan masjid

16

sekaligus upaya pelengkapan buku -buku yang dibutuihkan dan aktual bagi masyarakat. 7. Membuat kelompok pemikir kependidikan di pusat dan masing masing daerah yang bertugas memberikan masukan dan antisipasi terhadap problem -problem kependidikan. Hal ini karena problem yang akut akan membutuhkan biaya tinggi dan kemudian akan membebani masyarakat. 8. Mendorong berdirinya sentra -sentra pendidikan masyarakat seperti pesantren dan madrasah diniyah yang biasanya dikelola dengan kesadaran tinggi dan kemandirian. 9. Memilih pejabat yang berpihak dan bukan yang netral. Memilih pejabat atau pimpinan yang berkarakter memihak rakyat dan keadilan. Terkait dengan pendanaa n, selain dana dari sumber yang sudah lazim, sekolah/lembaga pendidikan dapat

mengembangkan dana dari donatur (infaq -shadaqah), zakat, dan wakaf (termasuk wakaf media pembelajaran, buku

perpustakaan, dan fasilitas masjid). Pendanaan model ini bisa diterapkan khususnya pada madrasah atau sekolah agama apalagi keluhan madrasah yang selama otonomi daerah diibaratkan (Kompas, 11 September 2004: 10) tak lebih dari anak tiri bagi pemerintah daerah dan tak lebih dari anak angkat bagi pemerintah pusat.

17

Pendidikan yang murah adalah pendidikan yang berprestasi. Prestasi ini bisa kita capai dengan kerja keras, komitmen yang tinggi, dan kerja sama dengan berbagai pihak termasuk pemerintah. Dukungan politik dan semakin kondusifnya peran politik masyarakat di era reformasi ini prestasi sekolah atau lemabaga pendidikan bisa lebih mudah direalisasikan.
8. Political Will Pemimpin dan Doa Khusyu Rakyat

Dalam masyarakat paternalistik, pemimpin, pejabat, dan orang tua merupakan panutan yang menentukan. Pemikiran dan wacana yang berkembang hanya akan menjadi agenda jika pemimpin di republik ini tidak merealisasikannya. Kebijakan politik harus segera diambil sebelum negara ini menjadi lebih menyedihkan. Harapan terhadap political will ini juga terkait d engan pemimpin informal dan nonformal yang memiliki kemampuan dan kekuatan lebih disbanding rakyat kebanyakan. Doa kaum dhuafa akan terkabul jika dilakukan dengan khusyu yang berarti disertai dengan ihktiar yang serius dan bergandengan tangan dengan berbagai pihak untuk maju. Pertikaian tidak lagi diagendakan apalagi dilaksanakan, karena waktu tertumpah untuk pendidikan umat dan kemanusiaan. Dengan demikian semoga bencana di negeri ini berganti menjadi kejayaan, baldatun

thayyibatun warabbun ghafur.

18

BAB III KESIMPULAN

Pemimpin politik dan pembuat kebijakan. Bagi mereka yang berkuasa, sistem pendidikan adalah sarana memperkuat basis politik dan melaksanakan kebijakan. kepada siapa mereka

melaporkan atau dari pendidik yang mereka layani. Guru merupakan kelompok terbesar karyawan sipil, guru memiliki kepentingan dalam memaksimalkan upah dan keamanan kerja. Mereka sering terbuka untuk perubahan yang akan

meningkatkan praktek pendidikan dan reputasi mereka sendiri profesional, seperti kontrol lokal lebih dari praktik pembelajaran, tetapi mereka curiga terhadap perubahan seperti yang akan

membahayakan

keamanan

mereka,

penghapusan

pembiayaan pusat pendidikan. Universitas merupakan Lembaga tersier dan anggota

fakultas mereka memiliki saham dalam pelatihan guru caranya adalah mengorganisir Mereka juga yang memiliki minat profesional saya melihat ide-ide mereka dilakukan di sekolah. Klien Orang tua yang utama untuk sekolah, dan tujuan utama mereka untuk anak-anak mereka adalah pendidikan yang berkualitas. Sebagai aturan, orangtua tidak berbicara dengan suara kolektif, bahkan di tingkat lokal, dan tujuan utama dari rencana

19

desentralisasi adalah untuk memobilisasi dan memberdayakan orang tua untuk menciptakan sekolah yang lebih baik. Kebijakan pendidikan yang dikendalikan politik diantaranya adalah dalam penempatan jabatan -jabatan strategis dari mulai penempatan kepala sekolah, para kepala UPT, Kepala Dinas kabupaten dan Provinsi dan seterusnya termasuk jabatan -jabatan yang ada di kementrian pendidikan. Pendidikan merupakan soft power, kekuatan sejati yang tidak terlihat secara kasat mata tetapi semua orang memerlukan dan merasakan kekuatannya. Pendidikan memberikan pengaruh politis yang amat besar dalam kehidupan manusia. Manusia yang terdidik dengan baik dan sehat ia akan mampu mengkreasi diri untuk mengubah pendidikan menjadi media berpolitik adiluhung dan sekaligus mempu mendidik politik lewat pendidikan. Pendidikan politik dan politik pendidikan bias berintegrasi, interkoneksi, tetapi juga bisa bermusuhan. Kebebasan memilih pendidikan yang berkualitas tanpa dibebani biaya yang tidak terjangkau adalah salah satu solusi di samping peningkatan kualitas dan pemerataan pendidikan itu sendiri. Pendidikan yang berkualitas harus tersebar di seluruh sudut kehidupan bangsa sehingga muda diakses. Dengan teknologi informasi, upaya ini menjadi lebih mudah untuk direalisasikan. Untuk memberikan alternatif solusi agar sekolah bisa murah sehingga bisa terjangkau oleh semua lapisan masyarakat .

20

21

P P
I H:

EG E
SPE

IF E IJ G PE
G S
PO E SOS : P . . S ij

PO I I I I
PE I I

Ol

G 765709 505
AM K P PAS A SAR ANA S MANA EMEN PENDIDIKAN NIVERSI AS NE ERI JAKARTA

22

DA TAR ISI alaman

Abstrak BAB I 1. Latar belakang 2. Permasalahan BAB II 1. Dampak Negatif Kebijakan Politik dalam Pendidikan 2. Kebijakan pendidikan yang dikendalikan politik 3. Politik Pendidikan dan Pendidikan Politik

2 4

6 8

4. Pendidikan Sebagai Soft Power 5. Sekolah Sebagai Alat Politik 6. Politik Keterpaksaan Sekolah 7. Pendidikan yang Tejangkau dan Berprestasi 8. Political Will Pemimpin dan Doa Khusyu Rakyat.

1 11 13 15

17

BAB III KESIMPULAN

18

Daftar Pustaka

23

DAFTAR PUSTAKA Nugroho, Riant.2009. Public Policy. Jakarta: Elex Media Komputindo. Martin Lipset, Seymor. Political Man. Fisher, Josep. The Social Science and The Comparative Study of Educational System. Inglehart, Ronald. Modernization and Postmodernization. www.dailymotion.com

You might also like